You are on page 1of 55

TUGAS STRUKTUR HEWAN

SISTEM ORGAN PADA HEWAN

Dosen Pengampu : Winda Dwi Kartika, S.Si

DISUSUN OLEH:
 
DAWAM SUPRAYOGI
(A1C408049)
 
 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2009/2010
Sistem organ pada hewan yang akan dijelaskan
meliputi :
 Sistem Pencernaan
 Sistem Pernafasan
 Sistem Reproduksi

Hewan-hewan yang dibahas secara garis besar merupakan


kelas reptil, aves, amphibi, pisces, dan mamalia
A. Reptilia
Reptil umumnya karnivora,
Saluran pencernaan pada reptil meliputi:

1) Rongga Mulut:
- Terdiri dari rahang atas dan bawah,
- Deretan gigi yang berbentuk kerucut,
- Gigi menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut.
- Terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,

2) Esofagus (Kerongkongan),

3) ventrikulus (lambung),

4) Intestinum: Terdiri atas usus halus dan usus tebal yang bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada reptil
meliputi:
Hati, Kantung Empedu, dan Pankreas.
 Hati pada reptilia memiliki dua lobus
(gelambir) dan berwarna kemerahan.

 Kantung empedu terletak pada tepi


sebelah kanan hati.

 Pankreas berada di antara lambung dan


duodenum, berbentuk pipih kekuning- kuningan.
 Terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan.

 Makanan burung bervariasi berupa biji-bijian,


hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri
atas:
 Paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
 Rongga Mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan
penghubung antara rongga mulut dan tanduk,
 Faring: berupa saluran pendek antara rongga mulut dan
esofagus,
 Esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian
ini disebut tembolok, berperan sebagai tempat
penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
 Lambung terdiri atas:
- Proventrikulus (lambung kelenjar): banyak
menghasilkan enzim pencernaan, dinding
ototnya tipis.

- Ventrikulus (lambung pengunyah/empedal):


ototnya berdinding tebal.
Pada burung pemakan biji-bijian terdapat
kerikil dan pasir yang tertelan bersama
makanan vang berguna untuk membantu
pencernaan dan disebut sebagai ”Hen’s Teeth”.
 Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus
tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum,
jejunum dan ileum.

 Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati,


kantung empedu, dan pankreas.

 Pada burung merpati tidak terdapat kantung


empedu.
 Sistem pencernaan makanan pada amphibi,
meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan.

 Makanannya berupa serangga kecil,


Secara berturut-turut saluran pencernaan
pada katak meliputi:
 Rongga Mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut
untuk memegang mangsa dan lidah untuk
menangkap mangsa,
 Esofagus: berupa saluran pendek antara
rongga mulut dan lambung,
 Ventrikulus (lambung), berbentuk kantung
yang bila terisi makananmenjadi lebar.
 Intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus
halus dan usus tebal.
 Usus Halus meliputi: duodenum, jejenum, dan
ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
 Usus Tebal berakhir pada rektum dan menuju
kloaka,
 Kloaka: merupakan muara bersama antara
saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi,
dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amphibi terdiri atas
Hati dan Pankreas.
 Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus
kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus.
 Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang
disimpan dalam kantung empedu yang berwarna
kehijauan.
 Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara
lambung dan usus dua belas jari (duodenum).
 Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan
hormon yang bermuara pada duodenum.
Saluran pencernaan pada ikan terdiri atas:
 Rongga Mulut (cavum oris): Terdapat gigi-gigi kecil
yang berbentuk kerucut pada geraham bawah
dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat
digerakan. Serta banyak menghasilkan lendir,
tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim).
 Faring: Terdapat di sekitar insang
 Esofagus: Berbentuk kerucut, pendek, terdapat di
belakang insang, dan bila tidak dilalui makanan
lumennya menyempit.
 Lambung: Pada umumnya membesar, tidak jelas
batasnya dengan usus.
Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu
untuk memperluas bidang penyerapan makanan.

 Interstinum (usus): Berupa pipa panjang berkelok-


kelok dan sama besarnya.

 Usus bermuara pada anus.


Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi Hati
dan Pankreas.

 Hati berukuran besar, berwarna merah kecoklatan,


terletak di bagian depan rongga badan dan
mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi
atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang
menuju ke arah punggung.

 Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan


dalam kantung empedu untuk membanfu proses
pencernaan lemak.
 Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna
kehijauan terletak di sebelah kanan hati, dan
salurannya bermuara pada lambung.
 Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan
empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan.
 Pankreas merupakan organ yang berukuran
mikroskopik sehingga sukar dikenali.
 Fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim-
enzim pencernaan dan hormon insulin.
 Sistem pencernaan pada mamalia secara umum
memiliki kemiripan dengan sistem pencernaan pada
Manusia. Namun ada sebagian hewan yang memiliki
ciri khas, seperti pada hewan Memamah Biak
(Ruminansia).
 Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa
yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya
sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan
sistem pencernaan hewan lain.
 Pada hewan ruminansia, terdapat geraham belakang
(molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah
rerumputan yang sulit dicerna.

 Pada hewan ruminansia terdapat modifikasi lambung


yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu:
Rumen (perut besar), Retikulum (perut jala), Omasum
(perut kitab), dan Abomasum (perut masam).
Kapasitas Rumen 80%, Retikulum 5%,
Omasum 7-8%, dan Abomasum 7-8%

 Abomasum merupakan lambung yang sesungguhnya pada


hewan ruminansia.
A. Reptilia
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada
dan dilindungi oleh tulang rusuk.

Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya


dengan beberapa lipatan dinding yang
berfungsi memperbesar permukaan
pertukaran gas.

Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif


 Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru
lebih kompleks, paru-parunya bertekstur
seperti spon.

 Paru-paru pada beberapa jenis kadal


misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-
pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara.
B. Aves
 Jalur pernapasan pada burung berawal di
lubang hidung.

 kemudian diteruskan pada celah tekak yang


terdapat pada dasar faring yang
menghubungkan trakea.

 Trakeanya panjang berupa pipa bertulang


rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir
trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri.
 Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink
yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan
berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya
selaput itu menimbulkan suara.

 Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang


merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan
menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan
dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus
dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak
parabronkus (100 atau lebih).
 Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus
bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara
berdifusi.

 Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan


paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus)
yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.

 Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan


berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi
gas pernapasan.

 Pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan


cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya
pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi
efisien.
 Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal),
ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang
selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks
posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).

 Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi)


disebabkan adanya kontraksi otot antar tulang rusuk
(interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan
tulang dada bergerak ke bawah. Burung mengisap udara
dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga
tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang
mengakibatkan masuknya udara luar.

 Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru


dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa
sebagai cadangan udara.
 Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya
pada saat udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni
saat burung sedang mengepakkan sayapnya.

 Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka


kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga
oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru.

 Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal


relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke
posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar
akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon
dioksida keluar.
 Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada,
udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru
dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh
kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di
paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi
maupun inspirasi.
Urutan pernafasan Aves adalah:

 Burung mengisap udara lalu udara


mengalir lewat bronkus ke pundi-pundi
hawa bagian belakang, bersamaan
dengan itu udara yang sudah ada di
paru-paru mengalir ke pundi-pundi
hawa. Udara di pundi-pundi belakang
mengalir ke paru-paru, lalu udara
menuju pundi-pundi hawa depan.
C. Amphibi
 Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput
rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali
pada fase berudu bernapas dengan insang
karena hidupnya di air.

 Paru-paru katak berupa sepasang kantung


berdinding tipis yang terhubung dengan
mulut melalui bukaan yang disebut Glotis
 Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung
terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga
mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang
tipis.

 Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas


pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam
keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi.

 Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke
seluruh tubuh.

 Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung,


dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit
pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
 Katak mempunyai sepasang paru-paru yang
berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler
darah.
 Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya
bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas
pernapasan dapat berdifusi.
 Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh
bronkus yang pendek.
Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut.

 Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga


mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui
koane.

 Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan


otot Geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong
oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam
paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh
darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan
dialirkan ke seluruh tubuh.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut.

 Otot-otot perut dan Sternohioideus berkontraksi


sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan
masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup
dan sebaliknya koane membuka.

 Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi


yang juga diikuti dengan berkontraksinya Geniohioideus
sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya
rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida
keluar.
D. Pisces
 Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces).

 Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda


dan selalu lembap.

 Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian


dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.

 Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga
memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.

 Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang
disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan
tidak ditutupi oleh operkulum.
 Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang
merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan
rongga-rongga tidak teratur.

 Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 0 2


sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan
02.

 Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan


gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan
02, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat
punggung.
 Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap,
yakni inspirasi dan ekspirasi.

 Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang


kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa
ke jaringan-jaringan yang membutuhkan.

 Pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari


jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh.
E. Mamalia
Organ pernafasan pada mamalia seperti juga
pada manusia terdiri dari:

 Rongga hidung dan mulut


 Faring dan epiglotis
 laring – kotak suara
 Trakhea
 Paru-paru termasuk:
 Bronchus
 Bronchiolus
 Alveolius
 Udara masuk melalui lubang hidung, kemudian
disaring oleh rambut, dihangatkan dan dilembabkan.

 Lalu menuju Faring yang terdapat persimpangan


antara tenggorokan dan kerongkongan yang di batasi
oleh epiglotis

 Kemudian udara melalui Laring dan Trakea (Batang


tenggorok)

 Trakea bercabang menjadi dua Bronki (tunggal


Bronkus) masing-masing menuju tiap belahan paru-
paru.
 Di dalam paru-paru bronkus bercabang secara
berulang-ulang menjadi pipa yang semakin halus
yang disebut Bronkiolus

 Pada ujungnya bronkiolus yang paling kecil


berakhir dan membentuk sekumpulan kantung
udara yang disebut alveoli (tunggal alveolus).

 Lalu berdifusi ke jaringan kapiler darah pada


Alveolus dan berganti dengan Karbon Dioksida
yang masuk ke Alveolus
A. Reptilia

• Terjadi fertilisasi internal.


• Umumnya reptil bersifat ovipar, namun ada juga
yang bersifat ovovivipar, seperti ular garter dan
kadal.

• Reptil betina menghasilkan ovum di dalam ovarium.


• Ovum kemudian bergerak di sepanjang oviduk
menuju kloaka.
• Reptil jantan menghasilkan sperma di dalam testis.
Sperma bergerak di sepanjang epididimis yang langsung
berhubungan dengan testis.

• Dari epididimis sperma bergerak menuju vas deferens


dan berakhir di hemipenis.

• Hemipenis adalah dua penis yang dihubungkan oleh


satu testis yang dapat dibolak-balik.

• Pada saat mengadakan kopulasi, hanya satu hemipenis


saja yang dimasukkan ke dalam saluran kelamin betina.
Ovum yang telah dibuahi akan melalui oviduk dan
pada saat melalui oviduk, ovum yang telah dibuahi
akan dikelilingi oleh cangkang yang tahan air. Hal ini
akan mengatasi persoalan setelah telur diletakkan
dalam lingkungan basah.

Pada kebanyakan jenis reptil, telur ditanam dalam


tempat yang hangat dan ditinggalkan oleh induknya.
Dalam telur terdapat persediaan kuning telur yang
berlimpah
Aves merupakan hewan ovipar.

Walaupun aves tidak memiliki alat kelamin luar,


fertilisasi tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini
dilakukan dengan cara saling menempelkan kloaka.

Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu


ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna
dan tetap kecil yang disebut Rudimenter.
 Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum yang
dilanjutkan oleh oviduk.
 Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang bermuara
pada kloaka.
 Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang
berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
 Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada
saat sperma masuk ke dalam oviduk.
 Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka.

 Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum


yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi
cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh
induknya. Suhu tubuh induk akan membantu
pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak
burung menetas dengan memecah kulit telur
dengan menggunakan paruhnya.
Kelompok amphibi (contohnya katak),
merupakan jenis hewan ovipar.

Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat


kelamin luar.

Pembuahan terjadi di luar tubuh (eksternal).


Pada saat kawin, katak jantan dan katak
betina akan melakukan ampleksus, yaitu
katak jantan akan menempel pada
punggung katak betina dan menekan perut
katak betina.

Kemudian katak betina akan mengeluarkan


ovum ke dalam air. Setiap ovum yang
dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur
(membran vitelin).
Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan
berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong.
Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk.

Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa,


terdapat saluran yang menggembung yang disebut
kantung telur (uterus).

Oviduk katak betina terpisah dengan ureter.


Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di
kloaka.
 Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak
jantan juga akan menyusul mengeluarkan sperma.
 Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan
disalurkan ke dalam vas deferens.
 Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas
deferens sperma lalu bermura di kloaka.
 Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti
cairan kental sehingga kelompok telur tersebut berbentuk
gumpalan telur.
 Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian berkembang
menjadi berudu.
 Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas
dengan insang dan melekat pada tumbuhan air dengan alat
hisap.
 Ikan merupakan kelompok hewan ovipar.

 Ikan betina dan jantan tidak memiliki alat kelamin luar.

 Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-


lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel
spermatogenik (spermatosit).

 Ikan betina tidak mengeluarkan telur yang bercangkang,


namun mengeluarkan ovum yang tidak akan berkembang
lebih lanjut apabila tidak dibuahi oleh sperma.

 Ovum tersebut dikeluarkan dari ovarium melalui oviduk


dan dikeluarkan melalui kloaka.
 Saat akan bertelur, ikan betina mencari tempat yang
rimbun oleh tumbuhan air atau diantara bebatuan di
dalam air.

 Bersamaan dengan itu, ikan jantan juga mengeluarkan


sperma dari testis yang disalurkan melalui saluran
urogenital (saluran kemih sekaligus saluran sperma) dan
keluar melalui kloaka, sehingga terjadifertilisasi di dalam
air (fertilisasi eksternal).

 Peristiwa ini terus berlangsung sampai ratusan ovum yang


dibuahi melekat pada tumbuhan air atau pada celah-celah
batu.

 Telur-telur yang telah dibuahi tampak seperti bulatan-


bulatan kecil berwarna putih. Telur-telur ini akan menetas
dalam waktu 24 – 40 jam.
Semua jenis mamaliamerupakan hewan vivipar
(kecuali Platypus).

Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar,


sehingga pembuahannya bersifat internal.

Sebelum terjadi pembuahan internal, terjadi kopulasi


yaitu dengan cara memasukkan alat kelamin jantan
(penis) ke dalam alat kelamin betina (vagina).
Terdapat kelenjar kelamin betina yaitu ovarium yang
berfungsi menghasilkan sel telur.

Dalam ovarium terdapat folikel Grad yang akan


berkembang menjadi sel telur (ovum).

Ovarium dihubungkan dengan uterus (rahim) oleh


suatu saluran yang disebut tabung fallopii (Tuba
fallopii).

Uterus merupakan saluran berongga yang lebih besar


dengan bagian ujungnya bersatu membentuk saluran
sempit yaitu vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak
dalam skrotum. Jika testis tidak turun ke skrotum
disebut Cryptorchydism yang menyebabkan sterilitas.
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut
tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak
saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini
dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah atau
tengah berkembang.
Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas
deferens yang bersatu dengan ureter.
Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat
dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan
cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan
bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari
ovum.
Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk
zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding
uterus.
Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus.

Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot


menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat
makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus
induk dengan perantara plasenta dan tali pusar.
REFERENSI
http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/23/siste
m-pencernaan-pada-hewan/

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/siste
m-reproduksi-vertebrata/

http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0102%20Bio%202-
12f.htm

http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-
fungsi-reproduksi-hewan-jantan

http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/18

You might also like