You are on page 1of 3

Oktober 2010 (Mat 18,1-4) 

Kecil itu indah


Pesta St. Teresia dari Kanak-kanak Yesus

Kecil itu indah, kata ekonom terkenal E.F. Schumacher.


Sementara Sastrawan John Updike suatu kali menulis demikian:
“Ketika kita kehilangan sentuhan dengan anak-anak, kita berhenti
menjadi manusia dan menjadi mesin untuk cari makan dan cari uang ”.
Kata-kata yang cukup mengagetkan. Namun benar, ketika kita jauh
dari kepolosan, jauh dari ketulusan, singkatnya ketika kita jauh dari
"dunia anak-anak", ada bahaya serius yang mengancam hidup kita.

Demikianlah, dalam Injil hari ini, Yesus juga memanggil seorang anak
kecil menempatkannya di tengah-tengah para murid. Anak itu
sekarang membantu Yesus. Walau kecil, sekarang ia berperan sebagai
profesor “guru besar” dan siap “mengajar” banyak pada para murid
tentang ilmu kehidupan.
Anak kecil, orang kecil dan segala sesuatu yang kecil adalah guru
kehidupan yang penting. Demikianlah St. Teresia dari kanak-kanak
Yesus yang kita peringati pestanya hari ini, menyebut dirinya bukan
“Teresia besar”, tetapi “Teresia kecil” dan terkenal dengan ajaran
“jalan kecilnya”. Ia memilih menjadi kecil dan memilih jalan kecil,
yakni jalan iman, jalan kepasrahan, jalan kerendahan hati,
kesederhanaan, kepolosan dan ketulusan.

Ada sesuatu yang istimewa misalnya kepolosan si Upik yang bertanya


pada emaknya: “Mak, mengapa kalau sore, matahari tenggelam?”
Anak-anak kecil biasanya kaya dengan pertanyaan, penuh dengan
keheranan. Bagi mereka dunia ini ini penuh dengan hal-hal
mengagumkan, indah dan penuh dengan hal baru. Penuh dengan
“mukjizat”, boleh dikatakan. Anak kecil biasanya juga kaya dengan
senyum, dekat dengan kegembiraan. Hal-hal kecil sudah bisa membuat
Joni dan Johan senang luar biasa, walaupun hanya cacing di lumpur
atau percik hujan di emperan.

Ada yang istimewa dalam jalan kepasrahan orang kecil seperti Mbok
Kromo, pedagang sayuran di pasar, yang sudah begitu gembira
mendapat untung Rp. 10.000 sehari. “Matur nuwun Gusti, terima kasih
Tuhan”, ucapnya. Ada sesuaty yang indah dalam ketulusan pak
Karmin, sopir yang mengembalikan uang yang ditemukan di taksinya.
Berputar-putar ia berkeliling mencari alamat si pemilik dompet, dan
ketika si pemilik hendak memberinya sekedar imbalan, dengan, pak
Karmin dengan halus menolak: “Sudah tidak usah Bu, nanti Dia yang
di atas sana yang membalas”.

Semuanya serba biasa. Hal-hal kecil keseharian. Namun dalam yang


kecil ini ada keindahan. Kiranya Kerajaan Allah itu pertama-tama
terdiri dari anak-anak dan orang-orang macam itu. Bersentuhan
dengan kehidupan mereka, yang kecil dan sederhana mestinya juga
akan mengubah kita. Demikian itulah juga kiranya Kerajaan Allah,
dunia baru yang hendak dibangun Yesus bersama kita semua. (Ig.
Budiono).

You might also like