You are on page 1of 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktik

Untuk mengisi pembangunan bangsa diperlukan sumber daya manusia

(SDM) yang handal dan berkualitas. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara berusaha memberikan sumbangan di dalam usaha

mempersiapkan mahasiswanya menjadi SDM yang siap untuk menghadapi era

globalisasi dan tantangan yang semakin berat.

Di dalam lembaga pendidikan yang merupakan tempat untuk menempah

SDM, yang pada umumnya memberikan pendidikan yang lebih memfokuskan

kepada pengetahuan yang bersifat teoritis. Sedangkan pendidikan dan

pengetahuan yang bersifat praktis dirasakan kurang. Oleh karena itu untuk

mengaplikasikan pengetahuan teori diperlukan kerja sama antara universitas dan

industri melalui Kerja Praktik (KP). Dengan adanya program KP ini diharapkan

kepada mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan keterampilan di bidang

teknik mesin.

1.2. Tujuan dan Manfaat Kerja Praktik

Secara teoritis, kerja praktik bertujuan untuk membandingkan teori-teori

yang didapatkan di perkuliahan dengan praktik yang ada di lapangan atau industri

sebenarnya, dan dalam hal ini khususnya bidang mesin pembangkit tenaga. Di

samping itu juga mempelajari sistem manajemen yang ada pada perusahaan.

1
Adapun manfaat yang diperoleh dari Kerja Praktik ini antara lain :

1. Bagi Mahasiswa

- Dapat memahami berbagai sistem kerja yang ada pada perusahaan

atau industri.

- Menambah dan mengembangkan wawasan baik secara teoritis

maupun secara praktis.

- Memperoleh kesempatan berlatih pada dunia industri.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Mempererat kerja sama dan sosialisasi antara perusahaan dan

universitas.

3. Bagi Perusahaan

Memudahkan dalam mencari sumber daya yang profesional dengan

memberikan kontribusi pendidikan melalui kerja praktik.

1.3. Batasan Masalah

Dalam industri pembangkitan listrik yang terdapat di PT. PLN (Persero)

Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Belawan terdapat

objek kerja yang banyak dan luas. Oleh karena batasan masalah diperlukan agar

mahasiswa lebih fokus pada bidang yang dimiliki yaitu bidang teknik mesin.

Maka dalam Kerja Praktik ini mahasiswa difokuskan pada Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU). Dalam hal ini mahasiswa dibimbing dan dilibatkan dalam

mempelajari sistem operasi dan pemeliharaan pada Turbin Uap.

2
1.4. Metode Pelaksanaan Kerja Praktik

Kerja Praktik ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Pembangkitan

Sumatera Bagian Utara Sektor Pembangkitan Belawan. Kerja Praktik ini

dilaksanakan dengan dua metode, yaitu :

1. Metode Diskusi

Diskusi dilakukan antara mahasiswa dengan mahasiswa dan antara

mahasiswa dengan pembimbing lapangan mengenai sistem operasi dan

pemeliharaan peralatan-peralatan yang digunakan.

2. Metode Observasi

Dalam metode ini mahasiswa didampingi oleh pembimbing lapangan

dalam melakukan pengamatan atau observasi langsung pada objek kerja dan

instrumen-instrumennya.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Sistem Pusat Tenaga Listrik

Perkembangan energi listrik secara komersial dimulai sejak Januari 1882,

yaitu mulai beroperasinya pembangkit tenaga listrik pertama di London,

kemudian disusul pada bulan September 1882 di New York City.

Di Indonesia di awali dengan beroperasinya pembangkit listrik di Gambir,

Jakarta (1892), yang kemudian disusul di kota-kota besar seperti Medan (1899),

Surakarta (1902), Bandung (1906), Surabaya (1912), dan Banjarmasin (1922).

Mula-mula dipergunakan pusat listrik tenaga termis, yang kemudian disusul

dengan pembangunan pusat-pusat listrik tenaga air. (Abdul Kadir, Pembangkit

Listrik, UI-Press, 1996).

Perkembangan pusat tenaga listrik di Indonesia berlangsung sangat cepat.

Pada tahun 1968-1969 daya yang terpasang di seluruh pusat tenaga listrik PLN

berjumlah 540 MW, maka pada tahun 1983 angka itu menjadi lebih dari 12.000

MW, naik lebih dari 20 kali lipat dalam kurun waktu 24 tahun, atau peningkatan

setiap tahunnya ± 16%.

Kebutuhan akan energi listrik diperkirakan tiap tahunnya akan terus

meningkat seiring dengan pertumbuhan industri dan pertumbuhan jumlah

penduduk.

Di dalam penyediaan tenaga listrik dapat dengan jelas terlihat tiga fungsi

yaitu: (1). Pembangkitan, (2).Transmisi, (3). Distribusi, yang dapat dianggap

sebagai produksi, pengangkutan, dan penjualan eceran.

4
PT PLN Sektor Belawan adalah salah satu unit kerja di lingkungan

PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara, yang dibentuk sesuai

dengan SK Direksi No. 125/Dir/1983 pada tanggal 24 Juli 1983 dengan tugas

pokok mengoperasikan dan memelihara mesin pembangkit. Terletak 24 Km

sebelah utara kota Medan, di kawasan pantai yang mengarah ke Selat Malaka.

Alasan pemilihan lokasi ini untuk kemudahan transportasi bahan bakar minyak

dan juga untuk mendapatkan air pendingin pembangkit dari air laut.

Pasokan listrik di Sumatera Bagian Utara sebagian besar berasal dari PT.

PLN Sektor Belawan yang jumlahnya mencapai 96 % dari pasokan total. Pasokan

lainnya berasal dari PLTA Inalum, PLTG Paya Pasir, PLTG Glugur, PLTD Titi

Kuning dan PLTA Sektor Pandan. Adapun jenis jenis sumber listrik di Sumatera

Bagian Utara seperti pada kebanyakan di Indonesia, yaitu berasal dari

pembakaran bahan bakar, tenaga air dan geothermal.

Energi sebagai suatu arus panas dapat berasal dari pembakaran bahan

bakar fosil, radiasi surya, atau reaksi nuklir. Energi berupa panas dapat

dikonversikan menjadi energi mekanikal yang menggerakkan generator sehingga

menghasilkan listrik. Pusat tenaga listrik mengubah energi panas, energi air,

energi angin, energi ombak, energi pasang surut, dan energi nuklir menjadi energi

mekanikal dan energi listrik melalui siklus konversi energi.

Kerja atau energi yang bermanfaat, yang diperoleh dan suatu arus energi

akan tergantung dari jumlah panas, pola suhu dan suhu lingkungan atau suhu

penerima panas yang tersedia. Suatu siklus penerima panas menerima sejumlah

energi panas itu menjadi kerja atau energi bermanfaat, dan

5
membuang/meneruskan yang selebihnya kepada lingkungan atau penerima panas

itu sebagai energi kerugian pada suhu yang lebih rendah.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa daya guna atau efisiensi yang terjadi

jalam proses konversi energi dapat dirumuskan : Energi yang bermanfaat dibagi

energi yang dipakai.

Jenis - jenis pusat tenaga listrik yang sering digunakan adalah Pusat Listrik

Tenaga Uap (PLTU), Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga

Diesel (PLTD), Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), Pusat Listrik Tenaga Panas

Bumi (PLTPB), Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan sebagainya.

Pembangkitan, yaitu produksi tenaga listrik, yang dilakukan dalam pusat

tenaga listrik atau sentral, dengan menggunakan penggerak mula dan generator.

Transmisi atau penyaluran, adalah memindahkan tenaga listrik dari pusat tenaga

ke gardu induk, yang terletak berdekatan dengan pusat pemakaian berupa kota

atau industri besar. Dari gardu induk akan didistribusikan ke gardu distribusi dan

ke para pemakai atau konsumen. Fasilitas pembangkitan dan transmisi biasanya

saling berhubungan secara ekonomi dalam pilihan lokasi, desain dan ekonomi

skala. Sering terjadi bahwa penugasan organisasi dari pembangkitan serta

transmisi dilakukan bersamaan, sedangkan distribusinya tersendiri.

Dalam merencanakan suatu sistem penyediaan tenaga listrik, lokasi fisik

pusat tenaga listrik, saluran transmisi dan gardu induk perlu ditentukan, agar dapat

diperoleh suatu sistem yang baik, ekonomis dan dapat diterima masyarakat.

Pada PLTU unit 1, 2, menggunakan bahan bakar minyak solar dan minyak

residu (MFO). Pada PLTU unit 3, 4 menggunakan bahan bakar minyak solar,

minyak residu (MFO) dan gas. tetapi minyak akan digunakan apabila pengadaan

6
bahan bakar gas tidak terpenuhi. Untuk air umpan Ketel digunakan air sumur bor

setelah melalui Proses "Water Treatment Plant" sedangkan untuk pendingin

kondensor digunakan air laut.

Untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pembangkit

listrik, PT PLN melakukan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL) pada seluruh pembangkit yang ada di Sektor

Belawan. Komponen yang harus dipantau adalah : Kualitas Udara, kebisingan,

kualitas air, Hidrologi, dan Biota air. Hasil pemantauan lingkungan ini adalah

usaha dan upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan

khususnya di bidang pembangkitan listrik, dan karena operasi dari pembangkit ini

akan menimbulkan akibat terhadap lingkungan. Oleh karena itu diperlukan

pemantauan keseluruhan baik dalam bidang komponen fisik, kimia, biologi, sosial

ekonomi dan budaya.

Pengelolaan energi untuk penyediaan tenaga listrik berpengaruh besar

terhadap lingkungan hidup, dan pada gilirannya berpengaruh terhadap kehidupan

masyarakat tentunya, di lain pihak energi listrik sangat diperlukan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat, walaupun pasti akan muncul pencemaran.

Unsur-unsur pencemaran lingkungan yang diproduksi dari bidang fisik adalah

Karbondioksida (C02), Sulfurdioksida (SO2) dan berbagai Nitrogenoksida (NO2).

Pencemaran Karbon monoksida dan nitrogen oksida sering disebut gas-gas rumah

kaca yang merupakan penyebab pemanasan global.

Dilihat dari segi biaya, mengendalikan tingkat pencemaran secara umum

berarti meningkatkan biaya pengelolaan energi, sehingga menaikkan biaya

pengelolaan yang harus juga melibatkan masyarakat untuk memikul biaya untuk

7
mendapatkan listrik. Dan di lain pihak pengendalian, pengelolaan dan pemantauan

lingkungan akan mengurangi gangguan kepada masyarakat seperti gangguan

kesehatan dan dengan kondisi lingkungan yang baik dapat meningkatkan mutu

kehidupan.

Di samping itu, tata letak pabrik sangat perlu diperhatikan untuk

kelancaran dan kemudahan operasional suatu perusahaan dan direncanakan

sebelum pabrik dibangun/ didirikan. Karena sekali pabrik dibangun dalam tata

letak yang salah sangat sulit untuk mengubahnya kembali. Untuk itu perlu

diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tata letak ini adalah :

- Tersedianya sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA)

yang cukup, misalnya sebuah pembangkit listrik tenaga uap sebaiknya

dibangun ditepi pantai karena kebutuhan air yang sangat banyak baik

untuk air pengisi ketel dan pendingin kondensor.

- Tidak terlalu jauh dari lokasi pasar (daerah), hal ini dimaksudkan untuk

menekan Maya pengangkutan (bagi industri yang menghasilkan barang)

atau pemasangan jaringan (instalasi), bagi industri yang menghasilkan jasa

seperti PLTU.

- Transportasi bahan baku atau bahan bakar yang lancar dan mudah,

sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan dapat ditekan

seminimal mungkin.

- Lokasi pabrik sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk untuk

menghindari kebisingan dan polusi bagi masyarakat.

- Tersedianya tempat pembuangan limbah industri tanpa merusak

ekosistem.

8
Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas, maka lokasi PLTU di PT.

PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara telah memenuhi syarat yang

diinginkan dalam pemilihan tata letak pabrik, yaitu di kawasan pulau Naga Putri

Sicanang Belawan kira-kira 24 km utara kota Medan.

2.2. Sistem Manajemen Perusahaan

Manajemen dimulai dengan defenisi yang kompleks dan mencakup aspek-

aspek penting pengelolaan, sehingga manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan melalui kerja sama dengan orang lain.

Jadi, manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer,

tanpa harus memperdulikan keterampilan para manajer, sehingga harus

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang mereka inginkan.

Para ahli sepakat (Wickham Skinner, 1969) bahwa terdapat empat fungsi dasar

yang dilaksanakan oleh manejer yaitu :

1. Perencanaan (Planning)

Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi dan penyusunan strategi,

kebijaksanaan program yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Penentuan sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan organisasi.

9
3. Pengarahan

Motivasi untuk mengarahkan karyawan dalam mengerjakan sesuatu yang

ditugaskan kepadanya.

4. Pengawasan (Controlling)

Penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa

rencana telah dilaksanakan sesuai yang telah ditetapkan.

Kegiatan-kegiatan demikian mencirikan pihak manejer yang menunjukkan

perbedaan antara seorang anggota manajemen dan anggota Non-manajemen pada

suatu perusahaan. Seluruh aktivitas inilah yang disebut dengan Manajemen.

Adapun tujuan dari manajemen ini adalah :

1. Untuk mewujudkan adanya efisiensi di dalam setiap usaha, baik yang

dilakukan oleh sipil atau militer maupun yang dilakukan oleh Negara

ataupun oleh Swasta.

2. Untuk menjamin adanya kelancaran dan kelanjutan usaha, sehingga tujuan

yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.3 Jenis-jenis Manajemen

Adapun jenis jenis manajemen perusahaan terdiri dari empat bagian, yang

meliputi :

2.3.1 Manajemen Perkantoran

Perumusan George R. Terry Ph D, dalam bukunya "Office Management

and Control", Manajemenn perkantoran dapat dirumuskan sebagai perencanaan,

pengawasan dan pengorganisasian pekerjaan kantor serta menggerakkan mereka

yang melaksanakan pekerjaan kantor tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan terlebih dahulu.

10
Manajemen perkantoran mengharuskan adanya kemampuan untuk

membuat keputusan-keputusan, penilaian mengenai suatu situasi atau kondisi

kemudian diikuti oleh pengetahuan mengenai apa yang harus dilakukan

merupakan intisari seorang manejer. Keputusan-keputusan harus didasarkan atas

fakta-fakta yang cukup banyak jumlahnya dan membedakan fakta dan opini dan

hanya menggunakan data yang berhubungan secara pasti dengan problem yang

sedang dihadapi.

2.3.2 Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia ialah semua kegiatan yang mengatur

keikutsertaan manusia pada perusahaan. Manusia adalah sumber unsur yang

terpenting dalam keberhasilan suatu perusahaan. Sumber daya manusia

melakukan dua fungsi utama yaitu fungsi manajerial dan fungsi operatif yang

meliputi :

a. Personel Procurement (memperoleh tenaga kerja) yaitu mendapatkan

tenaga kerja dalam jumlah dan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan

guna mencapai tujuan perusahaan.

b. Personal Development (mengembangkan tenaga kerja) yaitu tenaga kerja

yang ada perlu dilatih untuk menambah keterampilan yang dibutuhkan

dalam menjalankan tugas agar berjalan dengan baik.

c. Compensation (Kompensasi) yaitu sebagai balas jasa atau kontribusi

mereka terhadap pencapaian tujuan perusahaan maka tenaga kerja perlu

dan harus diberi balas jasa yang cukup.

11
d. Integration (Integerasi) yaitu setelah tenaga kerja diperoleh,

dikembangkan dan diberi balas jasa yang cukup, pengintegrasian antara

kepentingan individu masyarakat dan perusahaan juga perlu dilakukan.

e. Maintenance (Mempertahankan) yaitu jika fungsi sebelumnya telah

dilakukan dengan memuaskan situasi tersebut harus dipertahankan.

f. Seperation (memisahkan diri) yaitu jika fungsi operatif pertama seseorang

sumber daya manusia adalah mendapatkan tenaga kerja, maka fungsi

akhirnya adalah melepaskan tenaga dan mengembalikan tenaga kerja

tersebut ke masyarakat.

2.3.3. Manajemen Produksi

Manajemen industri sama halnya dengan manajemen produksi berkaitan

dengan faktor produksi yakni bahan mentah, tenaga kerja, modal dan teknologi.

Hubungan antara faktor produksi dengan barang dan jasa yang dihasilkan

dinyatakan dalam fungsi produksi.

Tujuan manajemen produksi adalah memproduksi atau mengatur produksi

barang-barang dan jasa dalam jumlah, kualitas, harga, waktu serta tempat tertentu

sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pertambahan penduduk harus diimbangi

dengan peningkatan produktivitas sehingga hal ini dapat mendorong peningkatan

kemampuan manajemen di bidang industri atau produksi. Untuk pemecahan

masalah produksi maka manajemen produksi memiliki dua fungsi yaitu fungsi

manajemen dan fungsi operatif.

12
2.3.4. Manajemen Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan korektif, pemeliharaan

preventif dan pemeliharaan predektif.

1. Pemeliharaan Korektif

Pemeliharaan korektif adalah suatu tindakan atau pekerjaan untuk

mempertahankan atau mengambil kondisi peralatan atau sistem, control listrik,

bangunan dan peralatan sarana lainnya yang mengalami kerusakan sehingga

kembali ke kondisi atau kapasitas semula. Macam-macam kondisi tersebut dapat

dikategorikan empat tingkat yaitu :

a. Kerusakan mendesak yang harus segera diperbaiki karena dapat

mengakibatkan unit trip atau dapat membahayakan orang atau peralatan

lainnya seperti kebocoran uap pada drum level sensor pengaturan, kerusakan

pada kabel kontrol, power supply untuk sistem instrument.

b. Kerusakan yang dapat diperbaiki tanpa mengurangi daya yang

dibangkitkan, dimana perbaikannya bisa diprogramkan dan tidak mengancam

unit trip, misalnya pada motor penggerak mula pompa rusak, kerusakan pada

alarm card dan kerusakan pada drum level.

c. Kerusakan yang hanya dapat diperbaiki dengan mengurangi daya

yang dibangkitkan, dimana perbaikannya bisa diprogramkan pada saat daya

bisa dikurangi atau kalau tidak menunggu unit shutdown untuk mengadakan

Inspeksi atau Overhaul. Misalnya kerusakan dumper, air heater, kebocoran

pada salah satu sisi sistem pendingin utama, main valve, fire detector.

d. Kerusakan yang hanya dapat diperbaiki saat unit sistem

pembangkit shutdown, dimana perbaikannya bisa diprogramkan pada saat unit

13
yang sedang beroperasi harus di shutdown dan perbaikannya lama. Misalnya

pada kebocoran duct gas bekas, kerusakan sensor turbin, kerusakan pada air

heater dan pembersihan ruang baker.

2. Pemeliharaan Preventif

Pemeliharaan preventif adalah suatu tindakan atau pekerjaan untuk

mempertahankan atau menjaga kondisi peralatan atau sistemm mesin, listrik

control, bangunan dan peralatan berada dalam keadaan baik dan mempunyai

keandalan dan daya guna optimal.

3. Pemeliharaan Prediktif

Pemeliharaan prediktif adalah sistem pemeliharaan peralatan dengan cara

memonitor peralatan secara terus-menerus atau berkala pada saat mesin beroperasi

untuk mengantisipasi potensi kerusakan, dan perkiraan gangguan dimasa yang

akan datang.

2.3.5. Manajemen Personalia / Sumber Daya Manusia

Merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-

segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini

terdapat dalam fungsi produksi, pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian.

Karena sumber daya manusia (SDM) dianggap semakin penting perannya dalam

pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian

dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut

manajemen sumber daya manusia.

Namun, perlu diingat bahwa sumber daya manusia sendiri sebagai factor

produksi, seperti halnya faktor produksi lainnya, merupakan masukan (input)

14
yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan keluaran (output). Karyawan baru

yang belum memiliki keterampilan dan keahlian dilatih, sehingga menjadi

karyawan yang matang. Penolahan sumber daya manusia inilah yang disebut

manajemen SDM.

2.3.6. Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan

aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Kegiatan pemasaran agar dapat

berjalan sesuai dengan tujuannya maka diperlukan adanya kegiatan manajemen

atau manajerial. Kegiatan manajerial yang meliputi

- Perencanaan

- Pemetaan pasar

- Pengorganisasian tenaga pemasaran

- Pengawasan

- Peningkatan

Kegiatan Pemasaran yang direncanakan, dipetakan, Pengorganisasian

tenaga pemasaran, pengawasan dan peningkatan pasar akan memperoleh hasil

yang memuaskan. Kegiatan pemasaran yang seperti itulah yang disebut sebagai

kegiatan Manajemen Pemasaran.

15
2.4. Struktur Organisasi

Agar suatu proses berlangsung dengan baik, dibutuhkan suatu wadah

dalam bentuk struktur organisasi, struktur ini akan menggambarkan hubungan

formal, yang umumnya timbul bila ada interaksi sosial. Struktur formal yang

terkenal ada empat bentuk yaitu :

1. Organisasi Fungsional

Dinamakan organisasi fungsional karena organisasi ini dipecah atau

dikelompokkan menjadi unit-unit berdasarkan fungsinya. Mereka yang

mengerjakan pekerjaan sejenis dikelompokkan dalam satu unit yang

dinamakan bidang atau departemen, dengan maksud yang sama dipecah

menjadi menjadi sub unit yang lebih kecil.

2. Organisasi Produk dan Area

Penyusunan struktur organisasi perusahaan-perusahaan besar yang

kegiatan usahanya menangani berbagai macam produk, didasarkan atas

orientasi produk. Suatu contoh suatu penghasil mesin-mesin, divisi X

menghasilkan mesin-mesin ringan berhubungan dengan keperluan rumah

tangga (pendingin, peti es, kipas angin). Sedangkan divisi Y memproduksi

mesin berat (turbin gas, mesin mobil, mesin pesawat terbang) dan lain-

lain.

Keuntungannya adalah pembagian tugas dalam mempercepat hasil

produksi dalam suatu perusahaan sedangkan keterbatasannya tidak dapat

berkomunikasi antara bagian pembuatan suatu produk.

16
3. Organisasi Matriks

Bila struktur organisasi yang tersebut pada butir 1 dan butir 2 mempunyai

jalur laporan vertikal terdapat pula jalur formal horizontal. Keuntungannya

pengambilan keputusan tetap satu (pusat) sehingga dapat terjamin

pimpinan yang teguh dan displin yang baik, keterbatasannya timbul

birokrasi dan hubungan antara pimpinan tertinggi dengan pelaksana sedikit

sekali.

4. Organisai Proyek

Organisasi proyek adalah organisasi yang kegiatannya didukung oleh

berbagai tenaga ahli untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

Tenaga-tenaga ahli dalam hal ini tidak mempunyai peranan directive atau

executive. Tenaga ahli tidak langsung berhubungan denga bawahan.

Nasehat kepada bawahan diberikan melalui pimpinan pelaksana yang

langsung dibantunya. Pembentukan organisasi ini harus memperhatikan

berbagai faktor dan persyaratan yang berkaitan dengan upaya mencapai

tujuan. Dalam penyusunan organisasi proyek, disamping harus memenuhi

syarat umum sebagaimana layaknya organisasi formal, penyusunan ini

harus pula memenuhi keinginan agar struktur organisai tersusun

sedemikian rupa sehingga konsep manajemen proyek dapat diterapkan dan

dijalankan sebaik-baiknya.

Berdasarkan keempat tipe organisasi diatas, PT PLN (Persero) KITSU Sektor


Belawan menggunakan tipe Organisasi Fungsional

17
BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Berdirinya PT. PLN (Persero) Sektor Belawan

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang semakin meningkat, maka

pada tahun 1978 mulai didirikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang

berlokasi di Pulau Sicanang, Belawan.

PLTU ini dibangun oleh PLN Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan

Sumatra Utara dengan kontraktor ENERGOINVEST dari Yugoslavia. Pada awal

diadakan studi untuk menentukan PLTU yang akan dibangun, penelitian diadakan

diantaranya pada Pulau Sicanang, Kampung Belawan II, Kampung Belawan III

dan Muara Sungai II serta Pulau Naga Putri.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dipilihlah Pulau Sicanang yang terletak

sebelah Utara ± 24 km dari kota Medan di kawasan pantai yang mengarah ke selat

Malaka sebagai tempat berdirinya PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera

Bagian Utara Sektor Belawan. Alasan pemilihan lokasi ini untuk kemudahan

transportasi bahan bakar minyak dan kemudahan mendapatkan air pendingin dari

air laut. PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Sektor Belawan

dibangun berdasarkan Peraturan Pemerintah, SK Menteri Pertambangan dan

Energi serta Surat Keputusan Direksi PLN yaitu :

1. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1972 (No. 25 Tahun 1972) .

2. SK Direksi PLN No. 034 / D1R /1976

3. Contract No. PJ.005 / PST / 1977

4. SK Direksi. PLN No. 00l / DIR / 1.97

18
5. Contract No. PJ. 040 / M / PI / SU / 1981-1982

6. SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 226 / KPTS / M / Pertamben /

1983

7. SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 1034 / KPTS / M / Pertamben /

1983

Untuk kelancaran pengusahaannya, maka pada tanggal 24 Juli 1983

dibentuklah Sektor Belawan sesuai dengan SK Direksi PLN No. 125 / DIR / 1983

dengan tugas pokok mengoperasikan dan memelihara mesin pembangkit yang

terdiri dari : PLTU, PLTGU, PLTG, PLTD sebagai unit pengelolaan

pengoperasian.

Jumlah Kapasitas Terpasang


No. Jenis Pembangkit
(Unit) (MW)

1 PLTU 4 260.00

2 PLTGU 2 311.88

3 PLTG 4 506.00

Tabel 3.1 Unit Pembangkit di Sektor Belawan

PLTU unit 1 mulai beroperasi pada tanggal 14 November 1984 dan paralel

dengan sistem Medan, dan kemudian disusul dengan PLTU unit 2 yang mulai

beroperasi pada tanggal 30 Mei 1984. Dimana dalam perjalanannya operasi

mengalami gangguan-gangguan serius, sehingga PLTU unit 2 stop untuk

perbaikan dan perawatan (Overhaul). Karena kerusakan mesin ditemui tidak

memungkinkan untuk diperbaiki, maka diusulkan agar dilakukan rehabilitasi total,

sehingga sejak tanggal 17 September 1988 PLTU harus dioperasikan walaupun

kondisinya tidak handal dengan kemampuan beban minimum 26 MW.

19
Pada tanggal 11 Juni 1991 ditanda tangani kontrak untuk pekerjaan

rehabilitasi PLTU unit 1 dan 2 dengan Surat Perjanjian No. 018 / PJPN / 92201/M

sebagai awal dimulainya pelaksanaan rehabilitasi PLTU unit 2 sedangkan PLTU

unit 1 dapat keluar dari pengusahaan untuk rehabilitasi pada tanggal 2 Agustus

1991 karena masih diperlukan untuk membantu sistem Medan.

Pembangunan pembangkit listrik terus dilaksanakan berdasarkan

kebutuhan energi listrik yang terus meningkat. Karena banyaknya pembangkit-

pembangkit yang sudah ada, menyebabkan timbulnya pemikiran untuk

membangun tenaga kombinasi gas dan uap untuk memperoleh efisiensi thermal

yang lebih baik.

Pada tahap pertama dilakukan pembangunan pembangkit PLTGU Blok 1

yang terdiri dari 2 unit instalasi gas turbin (GT 1.1 dan GT 1.2) dan 1 unit instalasi

tenaga uap (ST 10). Pembangkit ini dinyatakan berhasil dikombinasikan dan

mulai beroperasi tanggal 5 November 1993.

Sementara pembangunan pembangkit PLTGU Blok II yang juga terdiri

dari 2 unit instalasi gas turbin (GT 21 dan GT 22) dan 1 unit instalasi tenaga uap

(ST 20) mulai dilaksanakan pada pertengahan tahun 1994. Pada tanggal 11

Oktober 1994, PLTG unit 21 (GT 21) mulai dioperasikan dalam siklus terbuka

(open cycle) dan kemudian tanggal 8 Desember 1994 PLTG unit 22 (GT 22)

mulai dioperasikan. Sementara pembangunan terus dilakukan untuk instalasi

tenaga uap (ST 20). Pembangkit tenaga kombinasi PLTGU Blok II dinyatakan

bekerja dalam siklus tertutup (close cycle) mulai tanggal 8 Agustus 1995.

20
Dan untuk selanjutnya dapat dilihat data-data mulai beroperasinya mesin-

mesin pembangkit di PT. PLN (Persero) Pembangkit Sektor Belawan, seperti

terlihat pada tabel berikut :

Jenis Kapasitas
No. Tanggal Operasi
Pembangkit (MW)
1 PLTU Unit 1 65 14 November 1984
2 PLTU Unit 2 65 30 Mei 1984
3 PLTU Unit 3 65 03 Juli 1989
4 PLTU Unit 4 65 08 September 1989
5 PLTG Unit 1.1 117,5 06 Juli 1988
6 PLTG Unit 1.2 128,8 25 November 1992
7 ST Unit 1.0 149,0 05 November 1993
8 PLTG Unit 2.1 130 11 Oktober 1994
9 PLTG Unit 2.2 130 08 Desember 1994
10 ST Unit 2.0 162,58 08 Agustus 1995

Tabel 3.2 Data Awal Operasi Unit & Daya Pembangkit Sektor Belawan

3.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan hal yang sangat penting dimana

dengan struktur organisasi yang baik akan membuat pembagian tugas yang jelas

dan aktifitas kerjasama yang baik serta semangat kerja yang lebih tinggi sehingga

tercapailah mekanisme prosedur kerja yang efisien dan efektif.

Menurut pola hubungan kerja serta pelimpahan wewenang dan

tanggungjawab, maka P.T PLN (Persero) Pembangkitan Sumbagut Sektor

Belawan mempunyai struktur organisasi yang sesuai dengan struktur organisasi

staffing dimana ciri utamanya adalah setiap organisasinya bertanggung jawab atas

tugasnya masing-masing. PT. PLN (Persero) Sektor Belawan mempunyai struktur

21
organisasi garis, dimana Kepala Sektor merupakan Manajer yang dibantu oleh 5

Asisten yang membawahi bidangnya masing-masing, meliputi:

1. Engineering

2. Operasi

3. Pemeliharaan Mesin PLTU

4. Pemeliharaan Mesin PLTGU

5. SDM dan Keuangan

Struktur organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Belawan dapat dilihat pada gambar :

22
STRUKTUR ORGANISASI PT. PLN (PERSERO) KIT SUMBAGUT SEKTOR BELAWAN

Manajer
Sektor

SENIOR SPECIALIST II / ANALYST / ASSISTANT ANALYSI SENIOR SPECIALIST II / ANALYST / ASSISTANT ANALYST
PENGENDALIAN KONTRAK MANAJEMEN RESIKO
SENIOR ENGINEER II / ASSISTANT / ENGGINEER SENIOR SPECIALIST II / ANALYST / ASSISTANT ANALYST
MANAJEMEN BAHAN BAKAR SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

ASISTEN ASISTEN ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER ASISTEN MANAJER


MANAJER MANAJER PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN PLTU SDM &
ENGINEERING OPERASI PLTGU PLTGU KEUANGAN

Supervisor
Supervisor Pemeliharaan Turbin Supervisor
Operasi PLTGU Gas & HRSG PLTU
Supervisor
RENEV OPERASI Pemeliharaan Boiler & Sekretariat &
Alat Bantu PLTU Umum
Supervisor
RENEVHARMEKANIK Supervisor Pemeliharaan Turbin
Operasi PLTGU Uap & Alat Bantu Supervisor
Shift A, B, C, D PLTGU SupervisorPemeliharaan K3 & Keamanan
RENEVHAR LISTRIK Turbin Uap & Alat bantu
Supervisor PLTU
RENEVHAR I/C Pemeliharaan Supervisor
Supervisor Listrik PLTGU Kepegawaiaan
Operasi PLTU Supervisor & Diklat
KINERJA Pemeliharaan Listrik
Supervisor
Pemeliharaan
PLTU
Supervisor
Supervisor Kontrol Instrumen Anggaran &
K2LH
Operasi PLTU PLTGU Keuangan
Shift A,B,C,D Supervisor
IT Pemeliharaan Kontrol
Supervisor InstrumenPLTU Supervisor
Supervisor Sarana Pembankit Akutansi
Pengusahaan PLTU
Pembangkit Supervisor Bengkel &
Supervisor Sarana Pembangkit Supervisor
Sarana Pembangkit PLTU Logistik
PLTGU

23
3.3 Tata Letak

Organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Belawan berlokasi di sebuah pulau

yang bernama Nagaputri di Belawan. Tempatnya dikelilingi oleh laut dan

dihubungkan oleh sebuah jembatan. Lokasi ini dipilih karena pertimbangan

sebagai berikut :

a. Uap yang dihasilkan boiler diperoleh dari air sumur (deepwell)

disekitarnya yang diubah terlebih dahulu menjadi air demin (air yang telah

mengalami treatment sehingga dihasilkan air murni).

b. Mudah mendapatkan air untuk sistem pendingin.

c. Jauh dari pemukiman penduduk.

d. Memudahkan kapal laut yang membawa bahan bakar untuk sistem

pembangkit tersebut.

3.4. Tenaga Kerja

Jumlah karyawan di PT. PLN (Persero) Sektor Belawan di kantor maupun

di unit sebanyak 292 orang, seperti pada tabel berikut :

NO Bidang Usaha Jumlah

1 Bagian Operator 125


2 Bagian Administrasi 18
3 Bagian Engineering 18
4 Bagian Pemeliharaan 88
5 Bagian staff operasi 9

Tabel 3.3 Jumlah Pegawai PT. PLN (Persero) Sektor Belawan

24
Selain keterangan diatas PT. PLN (Persero) Sektor Belawan juga

mempunyai bagian keamanan yang terdiri dari satpam dan dari TNI AL yang

masih aktif. Disamping itu ada juga tenaga kerja kontrak untuk menangani

kebersihan kantor, halaman, dan taman. Untuk pembagian shift kerja, yaitu:

1. Jam 08.00 - 16.00 Wib

2. Jam 16.00 - 22.00 Wib

3. Jam 22.00 - 08.00 Wib

Adapun pekerja yang dikenakan shift kerja yaitu pada bagian operasi

(operator). Untuk karyawan kantor mulai kerja jam 07.30 - 16.00 Wib. Kemudian

tanggung jawab dalam pengoperasian pada pembangkit ini dilakukan oleh

Manajer dan Supervisor. Adapun tanggung jawab Manajer / Supervisor adalah :

1. Bertanggung jawab dalam pengoperasian pembangkit

2. Bertangung jawab kepada pusat PT. PLN (Persero) KITSU jika terjadi

kerusakan dan bila terjadi kerusakan mayor maupun minor.

3. Bertanggung jawab dalam pembelian barang dan juga melakukan

kerjasama dengan kontraktor.

3.5. Metode Kerja

Teknisi atau supervisor harus mengontrol metode kerja yang meliputi :

a. Memeriksa bahwa

1) Alat pengaman dalam kondisi baik

2) Penerangan yang cukup

3) Peralatan kerja atau mesin dalam keadaan aman

4) Pengaturan ruangan yang aman

25
b. Pengawasan terhadap bahaya

1) Periksa metode kerja yang dipakai

2) Perhatikan cara kerja yang berbahaya

c. Menanggulangi kecelakaan bahaya dengan

1) Memberikan metode kerja yang baik

2) Memasang tanda peringatan

3) Memberikan peringatan

4) Memasang alat pengaman

3.6. Pemadaman Kebakaran

Ruangan-ruangan yang mutlak mendapat prioritas penempatan alat

pemadam kebakaran sesuai dengan kebutuhan alat-alat yang ada, adalah :

a. Sentral Listrik

1) Setiap trafo 5000 kVa ke atas

2) Tangki-tangki bahan bakar

3) Ruangan mesin

4) Ruangan panel

b. Gudang dan Bengkel :

1) Penyimpanan material pemeliharaan

2) Ruangan mesin atau peralatan kerja

3.7. Manajemen Perawatan

Untuk membangun suatu pembangkit listrik tenaga gas dan uap diperlukan

suatu pemikiran, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, setelah unit

pembangkit beroperasi diharapkan mampu membangkitkan tenaga maksimal.

26
Pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam satu

unit pembangkit dan hanya dengan melaksanakan pemeliharaan kelangsungan

suatu unit akan terjamin. Adapun tujuan utama dari pemeliharaan suatu unit

adalah :

1. Mempertahankan atau meningkatkan keadaan unit (unit availability)

2. Mempertahankan atau meningkatkan efisiensi unit (unit efficiency)

3. Mempertahankan atau meningkatkan keselamatan (safety)

Mengingat betapa pentingnya faktor pemeliharaan, maka sistem

pemeliharaan haruslah direncanakan, dikendalikan dan dilaksanakan dengan baik

dan sungguh-sungguh agar sasaran dan tujuan utama dapat tercapai antara

perencana dan pelaksana haruslah terjalin suatu sistem yang terpadu, saling

memberikan informasi dan saling mendukung.

27
BAB II

PEMELIHARAAN PEMBANGKIT PLTU

4.1 Umum

Dari Perang Dunia II sampai dengan sekarang telah terjadi perubahan

paradigma pemeliharaan khususnya di negara-negara maju. Perubahan ini

disebabkan oleh perubahan pemikiran dalam perancangan suatu peralatan, serta

tuntutan produktivitas, efisiensi dan ekonomis yang semakin tinggi, maka seiring

dengan visi agar PLN bisa menjadi perusahaan kelas dunia, berkualitas dan

pelayanan yang handal dengan tingkat efisiensi tinggi, perubahan paradigma ini

telah dilakukan oleh PLN agar dapat mengikuti perkembangan dan teknologi. Ada

3 (tiga) generasi dalam perubahan paradigma pemeliharaan, yaitu :

Generasi I : Generasi ini berlangsung sampai sesudah Perang Dunia II (awal

tahun 1950) dimana filosofi pemeliharaan menganut Breakdown Maintenance,

yaitu usaha pemeliharaan dilakukan setelah peralata/mesin rusak. Pada masa ini

kecanggihan teknologi masih belum terlalu tinggi, bahkan desain peralatan

cenderung over design, selain daripada itu lamanya waktu untuk berhenti operasi,

karena pemeliharaan bukan menjadi prioritas.

Generasi II : Generasi ini berlangsung dari tahun 1950-an sampai dengan tahun

1970an dimana filosofi pemeliharaan mi menganut sistem Preventive

Maintenance. Usaha pemeliharaan ini dilakukan secara terencana dalam interval

waktu tertentu (Time Base Maintenance), agar kerusakan dapat dicegah

sebelumnya tanpa memperdulikan penyebab tanda-tanda kerusakan.

28
Generasi III : Generasi ini berlangsung dari tahun 1970-an sampai dengan

sekarang, dimana filosofi pemeliharaan menganut Condition Maintenance, yaitu

usaha pemeliharaan dengan memonitoring kondisi peralatan secara periodik

dengan selalu melakukan analisa, agar tindakan pemeliharaan dilakukan pada saat

yang tepat dan baik dari segi teknis, ekonomis, dan keamanan. Di generasi ini

pemeliharaan prediktif termasuk di dalamnya. Ketiga generasi di atas masih dapat

dilakukan dengan melihat peralatannya, diusahakan lebih baik dari kondisi

perawatannya.

Untuk menjaga kontinuitas dan performansi pengoperasian unit maka

perlu dilakukan pemeliharaan secara periodik dan terencana terhadap mesin dan

peralatan. Program pemeliharaan secara periodik yaitu Minor Inspection (MI) dan

Major Overhaul (MO) mengikuti waktu oleh pembuat, dimana MI dilakukan

setelah unit beroperasi selama 8000 jam equivalen dan MO dilakukan setelah unit

beroperasi 25000 jam equivalen.

Start MI-I MI-II MO

8000 Jam 16000 Jam 25000 Jam

Guna pemeliharaan sangat penting bagi kelangsungan operasi suatu

pembangkit, maka sistem pemeliharaan harus direncanakan, dikendalikan dan

dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh agar sasaran dan tujuan dapat

tercapai, karena itu dibentuk suatu divisi/bagian pemeliharaan yang mempunyai

tugas untuk :

1. Mengkoordinir pembuatan rencana pemeliharaan (harian, bulanan,

tahunan dan sepuluh tahunan ) perbaikan dan overhaul.

29
2. Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan menurut rencana-rencana dan

pedoman petunjuk yang telah ditetapkan.

3. Mengkoordinir pengamatan/penelitian pada semua peralatan yang ada dan

dibuat hasil evaluasi teknik tentang kesempurnaan peralatan terhadap

keandalan, keselamatan dan kemudahan kerja.

4.2 Jenis Pemeliharaan

Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan

yaitu istilah “perawatan” dan “perbaikan”. Perawatan dimaksudkan sebagai

aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah perbaikan dimaksudkan

sebagai tindakan untuk memperbaiki kerusakan.

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan, dapat

dibagi menjadi dua cara:

1. Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance).

2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance).

Secara skematik pembagian perawatan bisa dilihat pada gambar berikut:

30
Gambar 4.1 flowchart system maintenance

Adapun jenis pemeliharaan (maintenance) yang dilakukan oleh PT. PLN

(Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara Sektor Belawan adalah :

4.2.1 Perawatan Preventif

Pemeliharaan preventif adalah suatu tindakan atau pekerjaan untuk

mempertahankan atau menjaga kondisi peralatan atau sistem mesin, listrik

kontrol, bangunan dan peralatan tersebut berada dalam keadaan baik dan

mempunyai keandalan dan daya guna optimal. Simple Inspection adalah

penerapan Preventive Maintenance dengan melakukan inspeksi peralatan yang

bertujuan untuk mempertahankan / meningkatkan efisiensi.

31
Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk: inspeksi, perbaikan kecil,

pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama

beroperasi terhindar dari kerusakan.

4.2.2 Pemeliharaan Korektif

Pemeliharaan korektif adalah suatu tindakan atau pekerjaan untuk

mempertahankan atau mengambil kondisi peralatan atau sistem, kontrol listrik,

bangunan dan peralatan sarana lainnya yang mengalami kerusakan sehingga

kembali ke kondisi atau kapasitas semula. Pemeliharaan korektif dibagi menjadi 2

yaitu shut down dan break down. Sementara pemeliharaan breakdown dibagi

menjadi 2 yaitu:

a. Minor Overhaul

Pemeliharaan overhaul ini meliputi pengecekan peralatan apakah masih

memenuhi standar.

Pada PLTU sektor belawan pemeliharaan ini meliputi:

 BEARING PEDESTAL TURBINE

1. Tujuan

Untuk memastikan terlaksananya pemeliharaan bearing pedestal turbin

dengan prosedur dan instrusi kerja yang telah di tetapkan.

2. Data tehnik

- Type : Thrust and Journal Bearing

- Manufacture : ABB Swiss

3. Referensi

- Buku service document No.4400 -1

32
- Buku catatan pemeliharaan

4. Alat dan bahan

- Over head crane : permanen

- Chain block : 2 dan 5 ton

- Wire sling : 10 mm. 2m ; 12mm. 4m

- Sackle : 1 dan 5

- Sling kain : 3 ton

- Eye bolt : 8,10,14,20,24 mm

- Kunci L : 14,17,22 mm

- Kunci pass ring : 13,17,19,22,27,32 mm

- Alat ukur : dial indicator, micrometer, inside

and Outside micrometer

- Skrap : 4 inch

- Obeng plus / min : 5 inch

- Balok

5. Personil pelasana

- Supervisor Har. Mesin PLTU

- Teknisi Har. Mesin PLTU

- Operator Over Head Crane

- Helper

6. Catatan Mutu

- Buu test certificate

- Job card di work order

33
7. Langah Kerja

7.1 Persiapan

- Siapkan peralatan keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan

- Pastikan turning gear stop, apabila temperature metal turbine

flange sudah <100 C

(untuk mencegah terjadinya banding pada rotor turbine.

- Setelah putaran nol (0), pastikan hidrolick oil pump, jacking oil

pump dan ouxiliary oil pump dalam keadaan stop.

- Pastikan circuit breaker (CB) kondisi off

7.2 Pelasanaan pekerjaan

- Lepas connection motor tuninggear dan buka baut pengikat motor

dengan unci pass ring 22 mm ( koordinasikan dengan Har.

Listrik).

- Buka neaple pipa suction dan discharge hydrolick dengan kunci

pass ring 27 mm dan 32 mm.

- Buka parameter instrument seperti : sensor vibrasi, speed, dan

shaft position (koordinasikan dengan Har. Instrumen and Control).

- Buka baut pengikat gear box turning gear dengan kunci L 14 mm.

tinggalkan 2 buah baut sebagai pengaman.

- Pasang sling kain dan chain block pada gear box turning gear,

untuk mengangkat inpormasikan kepada operator crane. Setelah

stand by buka baut yang tersisa 2 buah.

34
- Angkat gear box dengan chein block, setelah bebas baru dengan

over head crane.

- Buka baut pengikat upper casing pedestal dengan kunci L 14 mm

dan 17 mm.

- Pasang eye bolt (baut mata) upper casing yang telah tersedia 3

buah (M24).

- Pasang wire sling 12 mm pada dua sisi dengan sackle dan dua

buah chain block 2 dan 5 ton yang dikaitkan dengan over head

crane.

- Pasang baut jack untuk menaikan upper casing

- Setelah di jack dengan kenaikan ±15cm, angkat upper casing

dengan chain block dengan perlahan – lahan.

- Setelah upper casing bebas angkat dengan over head crane letakan

ditempat yang aman dengan diberi alas balok.

- Buka baut pengikat upper and lower cover bearing dengan kunci L

10 mm.

- Pasang baut mata M12 pada upper casing bearing bearing,

kemudian angkat dengan chain block.

- Buka upper bearing dengan kunci L10 mm kemudian buka thrust

bearing bagian atas.

- Buka neaple jacking oil pump pada lower casing bearing.

- Pasang temperori support pada casing pedestal, untuk mengangat

rotor agar lower bearing dapat diputar dan diangat.

35
- Naikan rotor denga cara memutar baut pada temperori support

sampai ±20 - 30 micron.

- Putar lower casing bearing sampai 1800, untuk membuka sensor

temperature bearing dan trush bearing bagian bawah.

- Putar kembali lower casing, kemudian pasang baut mata untuk

mengangkat dengan over head crane.

7.3 Pemeriksaan

- Periksa babet bering dengan spoct check.

- Periksa trush bearing.

- Periksa peralatan lainnya.

7.4 Pengukuran

- Tangkupkan upper dan lower bearing, kemudian ukur diameter

bearing dengan inside micrometer.

- Ukur diameter rotor dengan outside micrometer.

- Clearance antara rotor dengan bearing adalah 0,338 toleransi

±0,09

- Ukur clearance black lash of teeth main oil pump 0,55 toleransi

±0,05.

- Ukur axsial clearance 0,15 toleransi ±0,05.

7.5 Pemasangan

Setelah pengukuran selesai dilakukan pemasangan kembali dengan cara

kebalikan dari langkah pembongkaran.

36
7.6 Gambar

Gambar 4.2 Posisi kalibrasi

37
Gambar 4.3 Journal bearing

Gambar 4.4 Trush bearing

 PEMELIAHARAAN CONDENSOR PLTU

1. Tujuan

Tujuan dari pemeliharaan ini meliputi:

38
a. Untuk meminimalisir loses (rugi –rugi) yang terjadi akibat kotoran

dan kebocoran.

b. Untuk mendapatkan efesiensi kerja kondensor yang tinggi.

2. Data tehnik

- Type

- Munufacture

- Kapasitas sirkulasi air

- Temperature air masuk

- Jumlah pipa

- Diameter luar pipa

- Tebal pipa

- Panjang pipa

- Bahan pipa

3. Referensi

- Buku service documentation ABB

- No. 4400-2

4. Alat dan bahan

- Kunci pass ring

- Kunci pass

- Kunci ring

- Palu

- Skrap

- Brush

- Lampu penerangan / DC

39
- Peralatan water jet

5. Personil pelaksana

- Supervisor Har. Mesin PLTU

- Teknisi Har. Mesin PLTU

- Teknisi water jet

- Helper

6. Catatan mutu

- Buku pemeliharan

- Job card di work order

7. Langkah kerja

7.1 Persiapkan peralatan keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan

7.2 Teknik membongkar

- Pastikan CWP dalam kondisi stop

- Pastikan CB dalam kondisi off

- Buka pagar tangga lantai kerja

- Pastikan valve drain dalam keadaan terbuka

- Buka main hole dengan kunci pass 55

- Buka baut pengikat cover sisi A dan B dengan kunci ring 36 mm

- Buka baut support dengan kunci ring 75 mm

- Setelah baut cover dan support terbuka, tarik cover agar tebuka

lebar.

- Buka main hole bagian belakang.

- Pasang lampu penerangan DC

40
7.3 Teknik membersihkan

- Bersihkan telebih dahulu kotoran – kotoran yang menempel pada

rubber lining dan tube shell ( water box ) dengan menggunakan

skrap dan brush sisi A dan B

- Bersihkan bagian dalam tubes satu persatu dengan menggunakan

water jet sebanyak 5040 tubes

- Setelah selesai membersihkan tubes dan water box lakuan

pemeriksaan rubber lining dan stell anode

- Apabila ada stell anode yang sudah habis maka ganti dengan yang

baru dengan cara membuka baut pengikat dengan kunci ring 24

mm.

- Periksa lining water box apabila ada yang terkelupas maka harus di

repair.

- Periksa kebocoran – kebocoran dan deposite pada ujung pipa yang

diekspander, apbila terdapat deposite dibersihkan dan apabila ada

yang bocor maka dilakukan re-ekspander

- Setelah pekerjaan selesai lakukan pemasangan kembali.

7.4 Pemasangan

- Tutup cover sisi A dan B dan pastikan O – ring seal tidak ada yang

lepas

- Pasang baut support dengan kunci 75 mm

- Pasang dan kunci baut pengikat cover

- Tutup ma hole depan dan belakang

- Tutup valve dan drain

41
7.5 Pengetesan

- CWP. Sudah beroperasi dengan normal

- Biarkan aliran air laut dari CWP. Lewat melalui valve by pass

condensor ke cannel, jangan dimasukan dahulu ke dalam

kondensor untuk membuang lumpur – lumpur yang mengendap

pada pipa saluran CWP.

- Setelah CWP beroperasi +_ 1 jam laporkan ke operator agar

menutup valve by pass condensor.

b. Mayor Overhaul

Pemeliharaan Mayor Overhaul di PLTU sektor Belawan meliputi:

 Boiler Feed Pump (BFP)

Perawatannya meliputi:

1. Pembongkaran BFP

2. Pemasangan pompa baru

3. Penggantian automatic recirculating check valve dengan yang baru.

4. Penggantian gate valve BFP

5. Penggantian paking Flange BFP

6. Pembersihan strainer

 Condenser

1. Membuka cover

2. Pembersihan water box

3. Pembersihan tubes dengan air hydrant

4. Penggantian steel anode

5. Pembersihan hot well

42
6. Penggantian spring plate condenser sebanyak 32 bh

7. Pengecatan

 Service ejector

1. Membuka baut pengikat flange diffuser dan nozzle

2. Membuka diffuser dan nozzle yang lama

3. Pemasangan diffuser dan nozzer yang baru dan penggantian packing

 Lube Oil Sistem

1. Penggantian valve by pass untuk filter dengan yang baru 1 bh

2. Penggantian filter dengan yang baru

4.2.3 Shut Down (Pemadaman)

Apabila kita mematikan atau menghentikan unit, maka perlu diperhatikan

beberapa hal berikut ini yaitu :

1. Beban generator harus nol

2. Breaker generator harus terbuka

3. Dalam keadaan running generator tidak berbeban

4. Master control switch diputar ke arah stop, maka

turbin akan berhenti.

Setelah beberapa saat poros turbin akan berhenti, maka Turning Gear

harus bekerja untuk memutar poros turbin dengan kecepatan ±36 rpm. Hal ini

adalah penting untuk menjaga agar poros turbin tidak melengkung Turning Gear

baru boleh distop jika temperatur wheel space dari roda turbin gas di bawah

100°C sewaktu putaran turbin turun dari 100 % ke 80 % pada saat ini pompa

43
emergency lube oil akan beroperasi memompakan pelumas tersebut ke seluruh

sistem walaupun turbin sudah stop.

BAB V

SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

5.1 Gambaran Umum PLTU

PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak

digunakan, karena efisiensinya baik dan bahan bakarnya mudah didapat sehingga

menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan mesin konversi

energi yang merubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik.

Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :

Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam

bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.

Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.

Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

44
Gambar 5.1 proses konversi energi pada PLTU

Dibanding jenis pembangkit lainnya PLTU memiliki beberapa

keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain :

- Dapat dioperasikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan bakar

(padat, cair, gas).

- Dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi

- Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan

- Kontinuitas operasinya tinggi

- Usia pakai (life time) relatif lama

Namun PLTU mempunyai bebrapa kelemahan yang harus

dipertimbangkan dalam memilih jenis pembangkit termal. Kelemahan itu adalah :

- Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar

- Tidak dapat dioperasikan (start) tanpa pasok listrik dari luar

- Memerlukan tersedianya air pendingin yang sangat banyak dan kontinu

- Investasi awalnya mahal

5.2. Prinsip Kerja

45
PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup.

Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang.

Urutan sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :

Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas

permukaan pemindah panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas

hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.

Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu

diarahkan untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa

putaran.

Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar

menghasilkan energi listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam

kumparan.

Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air

pendingin agar berubah kembali menjadi air. Air kondensat hasil kondensasi uap

kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler. Demikian siklus ini

berlangsung terus menerus dan berulang-ulang. Gambar 5.2 menunjukkan

diagram air dan uap pada PLTU dengan komponen utama dan siklus kerja sistem-

sistemnya. Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel

langsung dengan turbin sehingga ketika turbin berputar dihasilkan energi listrik

dari terminal output generator.

46
Gambar 5.2 Siklus fluida kerja (air uap) PLTU

47
Sekalipun siklus fluida kerjanya merupakan siklus tertutup, namun jumlah air

dalam siklus akan mengalami pengurangan. Pengurangan air ini disebabkan oleh

kebocoran kebocoran baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Untuk

mengganti air yang hilang, maka perlu adanya penambahan air kedalam siklus.

Kriteria air penambah (make up water) ini harus sama dengan air yang ada dalam

siklus.

Tanggal Daya (MW) Bahan


Unit Operasi Bakar

Terpasang Mampu

14 Nopember
PLTU 1 65,00 42,00 MFO
1984
PLTU 2 30 Mei 1984 65,00 35,00 MFO
MFO &
PLTU 3 03 Juli 1989 65,00 50,00
GAS
MFO &
PLTU 4 8-Sep-89 65,00 55,00
GAS

TOTAL KAPASITAS (MW) 260,00 182,00 PLTU

Tabel 5.1 Daya PLTU

5.3. Siklus Rankine

Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan

diagram T – s (temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal.

Adapun urutan langkahnya adalah sebagai berikut :

48
Gambar 5.3 diagram T – s siklus PLTU (siklus rankine)

1) a - b : air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah

kompresi isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air

pengisi.

2) b - c : air bertekanan ini dinaikkan suhunya hingga mencapai titik didih.

3) c - d : air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini disebut

vapourising (penguapan) dengan proses isobar isotermis,

terjadi di boiler.

4) d-e : uap dipanaskan lebih lanjut hingga mencapai suhu kerjanya.

Langkah ini terjadi di boiler dengan proses isobar.

49
5) e - f : uap melakukan kerja sehingga tekanan dan suhunya turun. Langkah

ini adalah ekspansi isentropis dan terjadi di dalam turbin.

6) f – a : pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air kondensat.

Langkah ini adalah isobar isotermis, dan terjadi didalam kondensor.

5.4. Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

PLTU adalah mesin pembangkit yang terdiri dari komponen utama

dan instalasi peralatan penunjang. Komponen utama PLTU terdiri dari empat, yaitu :

50
51
1. Turbin Uap

Turbin uap berfungsi untuk merubah energi panas yang terkandung dalam uap

menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. Uap dengan tekanan dan temperatur

tinggi mengalir melalui nosel sehingga kecepatannya naik dan mengarah dengan tepat

untuk mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada poros. Akibatnya poros

turbin bergerak menghasilkan putaran (energi mekanik).

Uap yang telah melakukan kerja di turbin tekanan dan temperatur turun

hingga kondisinya menjadi uap basah. Uap keluar turbin ini kemudian dialirkan

kedalam kondensor untuk didinginkan agar menjadi air kondensat, sedangkan tenaga

putar yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator.

52
Gambar 5.4 prinsip kerja turbin uap

Gambar 5.5 irisan memanjang turbin satu tingkat

53
Pada dasarnya turbin uap terdiri dari dua bagian, yaitu casing dan rotor:

Casing

Casing adalah bagian yang diam merupakan rumah atau wadah dari rotor.

Pada casing terdapat sudu-sudu diam yang dipasang melingkar dan berjajar terdiri

dari beberapa baris yang merupakan pasangan dari sudu gerak pada rotor. Sudu diam

berfungsi untuk mengarahkan aliran uap agar tepat dalam mendorong sudu gerak

pada rotor.

Gambar 5.6 Bagian utama turbin uap

54
Gambar 5.7 Sudu tetap (diam)

Rotor

Rotor adalah bagian yang berutar terdiri dari poros dan sudu-sudu gerak yang

terpasang mengelilingi rotor. Jumlah baris sudu gerak pada rotor sama dengan jumlah

baris sudu diam pada casing. Pasangan antara sudu diam dan sudu gerak disebut

tingkat (stage). Sudu gerak berfungsi untuk merubah energi kinetik uap menjadi

energi mekanik.

Selain casing dan rotor turbin dilengkapi dengan bantalan, katup utama,

turning gear, dan sistem-sistem bantu seperti sistem pelumasan, sistem jacking serta

sistem perapat

55
Gambar 5.8 Rotor turbin uap

1. Boiler

Prinsip kerja

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk

merubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan

memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan panas hasil pembakaran

bahan bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar dengan

mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar.

Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan

dantemperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan

pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran yang diberikan. Boiler yang

konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air disebut dengan water tube boiler (boiler

pipa air).

56
Pada unit pembangkit, boiler juga biasa disebut dengan steam generator pembangkit

uap) mengingat arti kata boiler hanya pendidih, sementara pada kenyataannya dari

boiler dihasilkan uap superheat bertekanan tinggi.

Sirkulasi air

Air sebagai fluida kerja diisikan ke boiler menggunakan pompa air pengisi

(BFP) dengan melalui economiser dan ditampung didalam drum boiler. Economiser

adalah bagian dari boiler yang merupakan pemanas air terakhir sebelum masuk ke

drum. Didalam economiser air menyerap panas gas buang yang keluar dari

superheater sebelum dibuang ke atmosfir melalui cerobong.

Sirkit air diboiler adalah, air dari drum turun melalui pipa-pipa down comer ke header

bawah (bottom header). Dari header bawah air didistribusikan ke pipa-pipa pemanas

(riser) yang tersusun membentuk dinding ruang bakar boiler. Didalam riser air

mengalami pemanasan sehingga mendidih dan naik ke drum kembali.

Peralatan yang dilalui dalam sirkit air adalah drum boiler, down comer, header

bawah (bottom header), dan riser.

Perpindahan panas dari api/gas ke air didalam pipa-pipa boiler terjadi secara

radiasi, konveksi dan konduksi. Akibat pemanasan selain temperatur naik hingga

mendidih juga terjadi sirkulasi air secara alami dari drum turun melalui down comer

ke header bawah dan naik kembali ke drum melalui pipa-pipa riser.

Adanya sirkulasi ini sangat diperlukan agar terjadi pendinginan terhadap pipa-

pipa pemanas dan mempercepat proses perpindahan panas. Kecepatan sirkulasi akan

berpengaruh terhadap produksi uap dan kenaikan tekanan serta temperaturnya.

57
Gambar 5.9 Economiser tipe pipa bersirip (fin tubes)

Gambar 5.10 Sirkulasi air di boiler

58
Gambar 5.11 Pipa riser dan dinding ruang bakar di boiler

Drum boiler berfungsi untuk menampung dan mengontrol kebutuhan air di

boiler. Fungsi lain yang tidak kalah pentingnya adalah memisahkan uap dan air.

Untuk mengontrol kebutuhan air boiler, maka level air di drum harus dijaga konstan

pada level normalnya. Level ini dapat dilihat di kontrol room maupun di lokal.

59
Kualitas air di boiler juga harus dipantau dengan mengambil sampelnya dari air

didrum

Gambar 5.12 Konstuksi drum boiler

Sirkulasi Uap

Sirkit uap dalam boiler adalah, uap dari drum boiler dalam kondisi jenuh dialirkan

ke superheater I (primary SH) dan ke superheater II (secondary SH) kemudian ke

outlet header untuk selanjutnya disalurkan ke turbin. Apabila suhu uap melebihi batas

suhu kerjanya, maka de superheater kerja menyemprotkan air untuk menurunkanl

suhu sehingga sesuai harga yang diinginkan. Desuperheater terletak diantara

superheater I dan Superheater II.

60
Superheater berfungsi untuk memanaskan uap agar kandungan energi panas dan

kekeringan nya bertambah sehingga menjadi uap superheat (uap panas lanjut).

Pemanasan dilakukan dalam dua atau tiga tahap. Sebagai pemanasnya adalah gas

hasil pembakaran bahan bakar.

Gambar 5.13 Sirkulasi uap superheat

61
Gambar 5.14 Sirkulasi uap reheat

Sistem Bahan Bakar Minyak

Bahan bakar minyak yang digunakan terdiri dari

• Minyak HSD (solar)

• Minyak MFO (residu)

Fungsi minyak HSD pada PLTU batubara maupun PLTU minyak adalah

sebagai bahan bakar penyala awal dan pembakaran awal. Sedangkan fungsi minyak

MFO pada PLTU minyak adalah sebagai bahan bakar utama.

62
Minyak HSD

Persediaan minyak HSD ditampung dalam tangki atau bunker. Untuk

menyalurkan minyak HSD ke alat penyala (ignitor) digunakan pompa dengan melalui

filter, katup penutup cepat, katup pengatur dan flow meter.

Untuk kesempurnaan proses pembakaran, maka HSD yang disemprotkan ke

ruang bakar diatomisasi (dikabutkan) dengan menggunakan uap atau udara.

Pengaturan pembakaran atau panas yang masuk boiler dapat dilakukan dengan

mengatur aliran HSD atau menambah/ mengurangi ignitor yang operasi.

Minyak MFO

Persediaan minyak MFO di PLTU ditampung dalam tangki persediaan

(storage tank), sedangkan untuk penggunaan sehari-hari dilayani dengan tangki

harian (day tank).

Untuk mengalirkan MFO dari day tank ke burner (pembakar) digunakan

pompa dengan melalui filter, katup penutup cepat, pemanas (oil heater), katup

pengatur dan flow meter.

Pemanas berfungsi untuk menurunkan kekentalan MFO agar dapat

disemprotkan oleh burner. Sebagaimana pada minyak HSD untuk kesempurnaan

rekasi pembakaran, maka pada burner minyak MFO dikabutkan dengan

menggunakan uap atau secara mekanik. Pengaturan aliran MFO ke burner dengan

katup pengatur dapat dilakukan sebelum atau sesudah burner

63
Gambar 5.15 diagram sistem BBM dari storage ke day tank

Gambar 5.16 Sirkulasi bahan bakar MFO

64
Gambar 5.17 Contoh burner MFO dengan pengabutan uap

2. Kondensor

Kondensor adalah peralatan untuk merubah uap menjadi air. Proses perubahan

nya dilakukan dengan cara mengalirkan uap kedalam suatu ruangan yang berisi pipa-

pipa (tubes). Uap mengalir diluar pipa-pipa sedangkan air sebagai pendingin mengalir

didalam pipa-pipa. Kondensor seperti ini disebut kondensor tipe surface (permukaan).

Kebutuhan air untuk pendingin di kondensor sangat besar sehinga dalam

perencanaan biasanya sudah diperhitungkan. Air pendingin diambil dari sumber yang

cukup persediannya, yaitu dari danau, sungai atau laut.

Posisi kondensor umumnya terletak dibawah turbin sehingga memudahkan

aliran uap keluar turbin untuk masuk kondensor karena grafitasi.

Laju perpindahan panas tergantung pada aliran air pendingin, kebersihan pipa-

pipa dan perbedaan temperatur antara uap dan air pendingin. Proses perubahan uap

menjadi air terjadi pada tekanan dan temperatur jenuh, dalam hal ini kondensor

65
berada pada kondisi vakum. Karena temperatur air pendingin sama dengan

temperatur udara luar, maka temperatur air kondensat nya maksimum mendekati

temperatur udara luar. Apabila laju perpindahan panas terganggu, maka akan

berpengaruh terhadap tekanan dan temperatur.

Konstruksi Kondensor

Aliran air pendingin satu lintasan (single pass atau dua lintasan (double pass).

Untuk mengeluarkan udara yang terjebak pada water box (sisi air pendingin),

dipasang ‘venting pump’ atau priming pump’

Gambar 5.18 Kondersor tipe pemukaan

66
Gambar 5.19 Irisan kondensor dilihat dari depan

Sistem Air Kondensat

Sistem air kondensat juga disebut sistem air pengisi tekanan rendah yang

meliputi hotwell kondensor hingga deaerator. Air dari hotwell dipindahkan ke

deaerator dengan pompa kondensat melalui pendingin bantu (auxiliary cooling) dan

beberapa pemanas tekanan rendah (LP heater). Didalam pendingin bantu air

kondensat berfungsi sebagai pendingin yang menyerap panas sedangkan didalam

pemanas air kondensat dipanaskan dengan uap ekstraksi dari turbin. Proses

pemanasan ini menaikkan temperatur air kondensat, sedangkan pompa kondensat

menaikkan tekanan air dari kondisi yang vakum didalam hotwell kondensor.

Didalam deaerator air kondensat dihilangkan kandungan udaranya (oksigen)

dengan semburan uap yang sekaligus juga memanaskan air tersebut. Lokasi dearator

yang berada diatas memudahkan dalam proses deaerasi dan airnya kemudian

67
ditampung didalam tangki deaerator (air pengisi) yang juga memberikan tekanan

positif ke sisi isap pompa BFP

3. Generator

Tujuan utama dari kegiatan di PLTU adalah menghasilkan energi listrik.

Produksi energi listrik merupakan target dari proses konversi energi di PLTU.

Generator yang dikopel langsung dengan turbin akan menghasilkan tegangan listrik

manakala turbin berputar.

Proses konversi energi didalam generator adalah dengan memutar medan

magnet didalam kumparan. Rotor generator sebagai medan magnet menginduksi

kumparan yang dipasang pada stator sehingga timbul tegangan diantara kedua ujung

kumparan generator. Untuk membuat rotor agar menjadi medan magnet, maka

dialirkan arus DC ke kumparan rotor. Sistem pemberian arus DC kepada rotor agar

menjadi magnet ini disebut eksitasi.

5.5 Sistem Pelumasan pada Turbin

Pelumasan bantalan sangatlah penting sehingga turbin tidak boleh diputar

tanpa adanya pelumasan. Parameter utama dari sistem pelumasan adalah tekanan.

Untuk menjamin tekanan minyak pelumas yang konstan disediakan beberapa pompa

minyak pelumas

- Main oil pump (MOP)

- Auxiliary oil pump (AOP).

68
- Emergency oil pump (EOP)

Main oil pump adalah pompa pelumas utama yang digerakan oleh poros turbin

sehingga baru berfungsi ketika putaran turbin telah mencapai lebih besar 2800 rpm

Auxiliary oil pump adalah pompa yang digerakkan dengan motor listrik AC. Pompa

ini berfungsi pada start up dan shut down turbin serta sebagai back bila tekanan

minyak pelumas dari MOP turun.

Emergency oil pump adalah pompa yang digerakkan dengan motor listrik DC dan

digunakan sebagai cadangan atau darurat ketika pasok listrik AC hilang.

Sistem jacking oil

Pada turbin kapasitas besar, berat rotor juga besar sehingga dalam keadaan

diam rotor tersebut akan menyingkirkan lapisan minyak pelumas dari permukaan

poros dan bantalan. Dalam keadaan seperti ini bantalan atau poros akan rusak bila

diputar.

Untuk menghindari kerusakan akibat tiadanya pelumasan diantara poros dan

bantalan, maka digunakan sistem jacking oil. Jacking oil berfungsi untuk mengangkat

poros dengan minyak tekanan tinggi.

Turning Gear

Rotor turbin yang berat dan panjang apabila dibiarkan dalam keadaan diam

dalam waktu yang lama dapat melendut. Pelendutan menjadi lebih nyata apabila dari

kondisi operasi yang panas langsung berhenti. Untuk mencegah terjadinya

pelendutan, maka rotor harus diputar perlahan secara kontinyu atau berkala.

69
Gambar 5.20 turning gear

70
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Kerja Praktek di PT. PLN (Persero) Pembangkitan

Sumbagut Sektor Belawan, maka dapat disimpulkan, yaitu :

1. Total produksi listrik yang dihasilkan seluruh unit

PLTU Sicanang Belawan adalah sekitar 260,00 MW yang terpasang dan daya

mampu sekitar 182,00 MW

2. PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian

Utara Sektor Belawan adalah pemasok utama kebutuhan listrik di Sumatera Utara.

3. Sistem pemeliharaan pada PLTU meliputi 2 bagian

yaitu preventif maintenance dan corrective maintenance.

4. Komponen-komponen utama pada Pembangkit

Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah turbin uap, kondensor, boiler, dan generator.

5. Dari hasil perhitungan Kapasitas ketel diperoleh

72,22 kg/s dan Daya ketel sebesar 66,254 MW.

6.2. Saran

1. Perbaikan dan perawatan yang handal adalah hal yang mutlak agar

kontinuitas operasi peralatan pembangkit tetap berjalan dengan efektif dan efisien

sehingga tidak mengganggu suplai energi listrik untuk kebutuhan masyarakat.

71
Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional

dalam menangani hal ini.

2. Pada kondisi saat ini kapasitas daya terpasang tidak sebanding dengan

kebutuhan beban puncak sehingga apa bila terjadi gangguan ataupun perawatan

pada salah satu unit pembangkit, maka sebagian besar konsumen akan mengalami

pemadaman listrik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan pembangkit yang baru,

khususnya pembangkit yang menggunakan energi alternatif dan ramah

lingkungan.

3. Safety dalam pengoperasian Power Plant yaitu keamanan orang untuk

menghindari kecelakaan kerja serta keamanan peralatan dengan memperhatikan

pelaksanaan operasi yang sesuai dengan anjuran perusahaan dan pemeliharaan

yang baik.

72
DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur PLN, " Tentang Petunjuk Pemeliharaan Turbin dan Alat Bantu ".

2. Literatur PLN, "Dokumen IK/SOP Pemeliharaan PLTU"

3. Literatur PLN, "Laporan MO Turbin PLTU"

4. Literatur PLN, "Maintenance Training Major Inspection Belawan Unit 4".

5. Literatur PLN, "Pusdiklat, Pengoperasian PLTU".

6. JP Holman, " Perpindahan Kalor " edisi keenam, Penerbit Erlangga 1993.

7. Syamsir A. Mum, Pesawat-pesawat Konversi Energi 1, Jakarta : CV. Rajawali

8. Akhidyah, Sabarti, Arsjd G, Maider dan Ridwan H, Sakura, Pembinaan

Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta : Erlangga, 1994.

73

You might also like