You are on page 1of 6

Evaluasi Pengalaman Belajar dalam Pengembangan Kurikulum | http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dal...

berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan

formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu

berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

7.

Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk

membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan

daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D.

Penutup

Evaluasi pengalaman belajar dan pengembangan kurikulum mempunyai hubungan yang sangat erat.

Sebagai salah satu komponen penting dalam kurikulum, evaluasi pengalaman belajar akan menyediakan

banyak informasi yang sangat berguna dalam pengembangan kurikulum lebih lanjut. Hasil evaluasi

pengalaman belajar berfungsi sebagai umpan balik atau feedback bagi kegiatan pengembangan kurikulum.

Sebaliknya, kurikulum akan menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan evaluasi pengalaman belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Oliva, Peter F. 1992. Developing The Curriculum 3rd Edition. New York: Harper Collins Publishers.

Purwanto, M. Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sudrajat, Akhmad. 2007.Prinsip Pengembangan Kurikulum, (Online), (http://files.wordpress.com/bahan ajar,


(Diakses 16 November 2007).

Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Tyler, Ralph W. 1973. Basic Principles of Curriculum and Instruction. London: Lowe and Brydone
(Printers) Ltd

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
hariyanto's blog Silakan login atau daftar dulu untuk mengirim komentar

6 of 6 10/9/2010 2:07 PM
Evaluasi Pengalaman Belajar dalam Pengembangan Kurikulum | http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dal...

komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis),
tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat
(relevansi sosilogis)

2.

Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes,
lentur, dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi
dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.

3.

Prinsip kontinyuitas yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal.
Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di
dalam tingkat kelas, antar- jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4.

Prinsip efisiensi yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya,
dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.

5.

Prinsip efektivitas yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan
yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), terdapat sejumlah

prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :

1.

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk

mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan

kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik serta tuntutan lingkungan.

2.

Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,

dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status

sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan

lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang

bermakna dan tepat antarsubstansi.

3.

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang

secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti

dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4.

Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk

menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan

kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,

keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional

merupakan keniscayaan.

5.

Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata

pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

6.

Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang

5 of 6 10/9/2010 2:07 PM
Evaluasi Pengalaman Belajar dalam Pengembangan Kurikulum | http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dal...

(tuntutan masyarakat) dan internal (antarkomponen kurikulum). Komponen-komponen tersebut adalah tujuan,
isi atau materi, proses penyampaian, dan evaluasi.
Dari waktu ke waktu tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat terus berkembang. Perkembangan

itu terjadi pada berbagai bidang kehidupan baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Yang bersifat

materiil misalnya gaya hidup, pakaian, dan makanan; sedangkan yang bersifat immateriil misalnya pergeseran

nilai-nilai, norma, dan sikap. Semua perubahan tersebut tentu akan berpengaruh pada dunia pendidikan secara

keseluruhan. Kurikulum sebagai salah satu subsistem dalam pendidikan mau tidak mau harus berubah agar

tetap sesuai dengan perkembangan yang sedang terjadi. Kurikulum harus mampu menjadi “sangkar” bagi

sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan kepada generasi muda. Kurikulum harus dapat memberikan

pengalaman belajar yang sesuai dengan perkembangan kepada siswa. Dalam konteks inilah komponen-

komponen kurikulum membentuk hubungan kausalitas dengan berbagai perkembangan yang terjadi di dalam

masyarakat.

Evaluasi sebagai alat untuk mengukur tingkat ketercapaian pengalaman belajar siswa baik kognitif,

afektif, maupun psikomotor dapat memberikan masukan untuk pengembangan kurikulum. Pengalaman belajar

mana yang masih sesuai, pengalaman belajar mana yang perlu dikembangkan, dan pengalaman belajar mana

yang harus diubah, hasil evaluasilah yang menyediakan informasinya. Jadi, hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi

hasil belajar maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan merupakan umpan balik bagi

penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut. Menurut Tyler (1973:122) bahwa kegunaan hasil evaluasi

adalah melihat kelebihan dan kelemahan kurikulum serta memberikan kemungkinan hipotesis tentang

penyebab kelebihan dan kelemahan tersebut. Implikasi dari semua itu adalah bahwa proses perencanaan

kurikulum adalah proses yang berkelanjutan dan mengembangkan materi dan prosedur, mereka dicoba,

kemudian hasilnya dinilai, kekurangannya diidentifikasi, saran-saran perbaikan ditunjukkan, ada perencanaan

kembali, pengembangan kembali, dan kemudian penilaian kembali; dan hal ini merupakan siklus yang

berkelanjutan, dengan demikian program kurikulum dan pembelajaran diperbaiki secara terus menerus dari

tahun ke tahun.

Pengembangan Kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana

kurikulum yang luas dan spesifik .Di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi.

Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat

keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan

peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer

perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari

pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian

program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Pengembangan kurikulum

tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, tetapi di dalamnya

melibatkan banyak orang, seperti politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, dan unsur-unsur masyarakat

lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya

merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan

kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau

justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu

lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang

digunakan di lembaga pendidikan lainnya sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang

digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Sukmadinata (2007) mengetengahkan

prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip - prinsip umum:

relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus: prinsip berkenaan

dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan

pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip

berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sementara itu, Asep Herry Hernawan dkk. (dalam Sudrajat,

2007) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1.

Prinsip relevansi maksudnya secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen
kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sebaliknya, secara eksternal bahwa komponen-

4 of 6 10/9/2010 2:07 PM
Evaluasi Pengalaman Belajar dalam Pengembangan Kurikulum | http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dal...

menemukan alat tes yang tepat untuk mengukur prestasi siswa dalam ranah kognitif ini sesuai dengan tingkat-

tingkat dalam taksonomi Bloom.

Ranah afektif lebih sulit diukur atau diamati dibandingkan dengan ranah kognitif dan psikomotor.

Bahkan, kadang-kadang tidak mungkin dinilai karena tidak tampak dalam berbagai situasi di sekolah. Sikap,

nilai-nilai, dan perasaan dapat disembunyikan dengan sengaja. Guru berusaha untuk mengevaluasi hasil ranah

afektif dengan menganjurkan para siswa untuk mengekspresikan perasaan, sikap, dan nilai mereka terhadap

topik diskusi kelas. Dalam konteks itu guru dapat mengamati siswa dan mungkin akan menemukan petunjuk

yang jelas untuk penilaian ranah afektif. Untuk mengevaluasi apa yang telah dicapai oleh siswa dalam ranah

ini dapat digunakan taksonomi Krathwohl berikut ini.

a.

Receiving (Penerimaan)

Siswa mengungkapkan di dalam kelas kesadarannya tentang adanya perbedaan di antara kelompok-

kelompok siswa di sekolah.

b.

Responding (Tanggapan)

Siswa dengan suka rela memberikan pelayanan pada hubungan antarkelompok manusia di sekolah

c.

Valuing (Penilaian)

Siswa mengungkapkan keinginannya untuk menciptakan iklim sekolah yang positif

d.

Organization (Pengorganisasian)

Siswa dapat mengontrol wataknya ketika berkendaraan

e.

Characterization by value or value complex (Pembentukan watak melalui nilai atau kumpulan nilai)

Siswa mengungkapkan dan memperlihatkan dalam perilakunya suatu pandangan positif dalam hidup.

Tujuan dalam ranah psikomotor sangat tepat dievaluasi dengan memperlihatkan dengan jelas

keterampilan yang telah dipelajari. Ada beberapa faktor yang dapat digunakan oleh guru sebagai kriteria

dalam penilaian ranah ini yaitu mampu memperlihatkan atau tidak, kecepatan, keaslian, dan kualitas. Kriteria

mana yang akan dipakai oleh guru dalam proses penilaian harus disampaikan kepada siswa sejak awal.

Namun, karena keterbatasan waktu atau fasilitas, tidak memungkinkan setiap siswa mendemonstrasikan setiap

keterampilannya.

Setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar, seorang guru harus melakukan evaluasi untuk

mengetahui tingkat penguasaan siswa dalam ketiga ranah di atas dan tingkat keberhasilan mengajar guru.

Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tes atau nontes seperti pengamatan, wawancara, dan

angket.

C.

Evaluasi dalam Pengembangan Kurikulum

Tyler (1973:105) mengemukakan beberapa tujuan evaluasi yaitu untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan perencanaan, mengecek validitas dasar hypothesis menuju program pengajaran yang telah
diorganisasi dan dikembangkan, dan untuk memeriksa alat – alat penelitian, guru dan kondisi lain yang
mengacu pada program pengajaran, serta hasil evaluasi itu memungkinkan untuk dicatat apakah kurikulum itu
efektif dan atau membutuhkan pengembangan. Tujuan evaluasi, Tyler (1973:106) mengemukakan sebagai
berikut.
Proses evaluasi pada dasarnya adalah proses untuk peningkatan tujuan – tujuan pendidikan yang
diwujudkan melalui program kurikulum dan pengajaran. Bagaimanapun juga, tujuan pendidikan pada
dasarnya perubahan pada diri manusia, sedangkan tujuan utama untuk menghasilkan keinginan
perubahan – perubahan tertentu dalam pola tingkah laku siswa, dengan demikian evaluasi adalah
proses untuk menentukan tingkat perubahan tingkah laku yang dilakukan.

Istilah kurikulum dapat mengacu kepada pengertian yang amat luas atau sebaliknya sangat sempit.
Dalam pengertian luas kurikulum mengacu pada program pengajaran pada suatu jenjang pendidikan tertentu.
Sebaliknya, dalam pengertian sempit kurikulum dapat mengacu ke program pengajaran suatu mata pelajaran.
Baik dalam pengertian luas maupun sempit, kurikulum harus memiliki kesesuaian yang bersifat eksternal

3 of 6 10/9/2010 2:07 PM
Evaluasi Pengalaman Belajar dalam Pengembangan Kurikulum | http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dal...

learner and the external conditions in the environment to which he can react. Learning takes place
through the active behaviour of the student; it is what he does that he learns, not what teacher does.
(Pengalaman belajar tidak sama dengan konten materi pembelajaran atau kegiatan yang dilakukan oleh
guru. Istilah pengalaman belajar mengacu kepada interaksi antara pebelajar dengan kondisi eksternal
di lingkungan yang ia reaksi. Belajar melalui perilaku aktif siswa; yaitu apa yang ia lakukan saat ia
belajar, bukan apa yang dilakukan oleh guru)

Caswel dan Campbell (dalam Sukmadinata, 2007: 4) mengatakan bahwa “kurikulum... to be composed of all

the experiences children have under the guidance of teachers (kurikulum tersusun atas semua pengalaman

yang telah dimiliki oleh siswa dibawah bimbingan guru)”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan

bahwa: 1) pengalaman belajar pengalaman mengacu kepada interaksi pebelajar dengan kondisi eksternalnya,

bukan konten pelajaran, 2) pengalaman belajar mengacu kepada belajar melaui perilaku aktif siswa, 3)

belajar akan dimiliki oleh siswa setelah dia mengikuti kegiatan belajar-mengajar tertentu, 4) pengalaman

belajar itu merupakan hasil yang diperoleh siswa, 5) adanya berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam

usahanya untuk membimbing siswa agar memiliki pengalaman belajar tertentu. Dalam kaitan ini tentu guru

pun ingin mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai pengalaman belajar yang ditentukan dan seberapa

besar efektivitas bimbingan yang telah diberikan kepada siswa. Dalam konteks inilah evaluasi pengalaman

belajar menjadi sangat penting karena evaluasi pengalaman belajar merupakan proses pengumpulan dan

penginterpretasian informasi atau data yang dilakukan secara kontinyu dan sistematis untuk menentukan

tingkat pencapaian hasil belajar siswa.

3.

Prosedur Evaluasi

Tyler (1973:110) menjelaskan langkah-langkah prosedur evaluasi, yaitu 1) perumusan tujuan program

pendidikan, 2) mengidentifikasi situasi yang akan memberi kesempatan siswa untuk mengungkapkan perilaku

yang diimplikasikan dalam tujuan pendidikan, 3) memeriksa ketersediaan instrument evaluasi untuk melihat

sejauh mana hal tersebut dapat memenuhi tujuan evaluasi yang diinginkan yaitu melaui langkah-langkah a)

menyusun instrument evaluasi untuk sasaran tertentu, b) merencanakan makna dari perolehan catatan

perilaku siswa dalam situasi tes, c) memutuskan unit-unit yang akan digunakan untuk merangkum atau menilai

catatan perilaku siswa, dan d) menentukan sejauh mana metode peringkasan tersebut obyektif.

4.

Sasaran Evaluasi

Menurut Tyler (1973:106) mengatakan sebagai berikut.


Konsep evaluasi mempunyai dua aspek penting. Pertama, menyatakan bahwa evaluasi harus
menilai/menghargai tingkah laku siswa karena perubahan tingkah laku ini dicari dalam pendidikan.
Kedua, menyatakan bahwa evaluasi harus lebih dari satu penilaian dalam beberapa kali waktu karena
untuk mengetahui apakah perubahan itu telah terjadi, itu penting untuk membuat penilaian permulaan
dan penilaian selanjutnya dengan mengidentifikasi perubahan – perubahan yang terjadi.

Sedangkan menurut Oliva (1992: 452) “Objectives, as we have note, fall into three domains—the cognitive,

the affective, and the psychomotor”. Menurut Purwanto (2006) dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007

domain atau ranah penilaian ada tiga yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif. Sudrajad (2007) mengatakan

bahwa hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah atau domain yaitu:1) domain kognitif

(pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika - matematika), 2) domain afektif

(sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain

kecerdasan emosional), dan 3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,

kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Setelah mengikuti proses belajar-mengajar setiap siswa

diharapkan menguasai ketiga ranah tersebut secara seimbang. Oleh sebab itu, alat evaluasi yang akan

digunakan pun harus disesuaikan dengan ranah yang akan dinilai dan tujuan yang hendak dicapai.

Dalam pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian, yang

amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama tampak dalam 4 kelompok mata

pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Ranah kognitif ini biasanya ditunjukkan oleh

prestasi yang diperoleh siswa melalui tes yang dilaksanakan di sekolah. Oleh sebab itu, guru harus

2 of 6 10/9/2010 2:07 PM
Evaluasi Pengalaman Belajar dalam Pengembangan Kurikulum | http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dal...

Evaluasi Pengalaman Belajar dalam Pengembangan


Kurikulum
Posted Jum, 12/06/2009 - 01:15 by hariyanto

oleh Hariyanto SMA Negeri 3 malang

A.

Latar Belakang

Dalam proses belajar-mengajar terdapat tiga komponen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan

satu dengan yang lainnya. Ketiga komponen tersebut adalah tujuan pengajaran, proses belajar-mengajar, dan

evaluasi. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai akan menentukan materi apa yang akan diajarkan, metode

atau cara apa yang akan digunakan, dan media apa yang sesuai. Demikian pula dengan evaluasi. prosedur

evaluasi yang bagaimana yang akan digunakan untuk mengukur hasil pengajaran tersebut harus selalu

dikaitkan dengan materi yang telah disajikan, metode mengajar, dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

konteks inilah, evaluasi memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan pelaksanaan proses belajar-

mengajar karena evaluasi dapat memberikan balikan atau feedback.

B.

Evaluasi Pengalaman Belajar

1.

Evaluasi

Banyak pakar telah memberikan definisi evaluasi. Menurut Tyler (1973:105) evaluasi merupakan

“proses untuk memperoleh seberapa jauh pengalaman belajar berkembang dan terorganisasi yang benar-benar

menghasilkan hasil yang diinginkan”. Menurut Norman E. Gronlund (dalam Purwanto, 2006: 3) evaluasi

adalah “a systematic process of determining the extend to which instructional objectives are achieved by

pupils” (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai

sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa).

Menurut Robert H. Davis dkk. (dalam Oliva, 1992: 445) evaluasi adalah “a continuous process of collecting

and interpreting information in order to assess decisions made in designing a learning system” (Evaluasi

adalah proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi secara kontinyu untuk menilai keputusan yang

telah dibuat dalam suatu proses pembelajaran). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar

Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa “Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik”.

Berdasarkan beberapa rumusan di atas dapat diketahui bahwa: 1) evaluasi merupakan proses untuk

memperoleh seberapa jauh pengalaman belajar berkembang dan terorganisasi yang benar-benar menghasilkan

hasil yang diinginkan, 2) evaluasi merupakan proses yang sistematis artinya dalam pengajaran kegiatan ini

tentu direncanakan, berkesinam-bungan dari awal hingga akhir pelaksanaan program. 3) dalam evaluasi

diperlukan berbagai informasi atau data yang nantinya akan diolah dan hasilnya akan dijadikan sebagai dasar

untuk mengambil keputusan. 3) hasil evaluasi digunakan untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa.

Dengan demikian evaluasi dapat berfungsi: 1) Mengetahui kemajuan, perkembangan, dan keberhasilan siswa

setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hasil evaluasi yang diperoleh itu dapat digunakan untuk

memperbaiki cara belajar siswa. 2) Mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. 3) Sumber informasi

atau data bagi pelayanan BK kepada siswa. 4) Untuk pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang

bersangkutan.

2.

Pengalaman Belajar

Pengertian pengalaman belajar menurut Tyler (1973:63) adalah sebagai berikut.


Learning experience is not the same as the content with which a course deals nor the activities
performed by the teacher. The term learning experience refers to the interaction between the

1 of 6 10/9/2010 2:07 PM

You might also like