You are on page 1of 6

MAKALAH SEMINAR NASIONAL SOEBARDJO BROTOHARDJONO

ISSN 1978 - 0427


“ Pengolahan Sumber Daya Alam Dan Energi Terbarukan “
Surabaya, 18 Juni 2008

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN


GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION
MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

Tri Widjaja, Ali Altway


Pritha Prameswarhi, dan Freshnny Sabrina Wattimena
Laboratorium Teknologi Biokimia
Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
Telp. (031) 5924448; Fax. : (031) 5999282
e-mail : kajur_tkimia@its.ac.id

Abstrak

Penelitian tentang pengolahan anaerobik limbah padat tepung tapioka industri akan dilakukan
dengan proses semi batch skala laboratorium pada temperatur mesofilik. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh HRT dan beban COD influent terhadap reduksi bahan organik serta
pembentukan gas metan.
Digester dioperasikan secara semi batch dengan influent dimasukkan secara bertahap setiap 6 jam
sekali dengan flow rate umpan sesuai variabel, HRT 7, 10, dan 14 hari dengan beban COD = 10.000 mg lt-1
Sampel setiap hari diambil dan dianalisa kandungan bahan organik COD dan MLSS serta pada keadaan
tertentu apabila sudah terjadi proses metanasi diambil sampel gas disertai dengan nilai Heating Value.
Dimana nilai steady state dari setiap variabel diambil sebagai nilai rata-rata dengan deviasi antara nilai
yang teramati kurang dari 5%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa % reduksi maksimum pada
HRT 7, 10, dan 14 adalah 74.87%, 76.03%, dan 82.84%. Sedangkan untuk flow rate Biogas masing – masing
sebesar 3179.25 cm3/hari, 3885.75 cm3/hari, dan 3143.93 cm3/hari.

Kata kunci: anaerobic digestion, limbah padat tepung tapioka, biogas, dan semi batch.

PENDAHULUAN

Limbah tepung tapioka yang dihasilkan dari unit pengolahan limbah industri secara biologis masih
banyak mengandung bahan padatan tersuspensi, bahan organik yang tinggi yang tidak mudah diasidifikasi,
serta mempunyai kandungan heterogen. Limbah padat tapioka diolah secara anaerob menggunakan anaerobic
digestion, karena limbah padat tapioka memiliki kandungan COD diatas 3500 mg lt-1. Dalam proses
pengolahan anaeobik ini kondisi pH satu dengan lainnya tidak saling mendukung, dan sebagai kondisi yang
kritis terjadi pada proses asidifikasi dan proses metanasi, karena proses asidifikasi menghasilkan asam-asam
mudah menguap (TVA) yang menyebabkan pH menurun, sedangkan pada proses metanasi bakteri-bakteri
metanogen sangat peka terhadap kondisi pH rendah.
Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain, memberikan alternatif pemecahan
masalah buangan limbah padat dari proses pengolahan limbah padat dengan menggunakan proses anaerob
sekaligus akan dihasilkan biogas untuk substitusi kebutuhan energi di industri. Selain itu untuk mengevaluasi
kinerja bioreaktor anaerobik pengolah limbah padat tapioka terhadap berbagai laju alir influent serta
pengaruh beban organik untuk memahami mekanisme reaksi proses hidrolisis, asidifikasi dan metanasi.
Beberapa penelitian tentang proses anaerobik baik secara eksperimen maupun permodelan
diantaranya; Maryati dkk, 2003 meneliti tentang kinerja bioreaktor anaerobik dengan inokulum lumpur
kolam dalam mengolah limbah cair industri tapioka didapatkan hasil sebagai berikut : nilai pH berkisar
antara 6.7 sampai 7.5; penurunan nilai T-COD yaitu 36.9 g/L air limbah perhari; penurunan Suspended Solid
dari 11,286 g/L menjadi 4,684 g/L (58.5%) dan VSS dari 5,092 g/L menjadi 1,638 g/L (67.8%). Penelitian
lain tentang proses pengolahan limbah tapioka secara anaerobik menggunakan UASB bioreaktor yang
dilakukan oleh Annachatre dkk (1996) menghasilkan bahwa setelah startup, kandungan COD air limbah
tapioka tercapai sebesar 12,000 sampai 24,000 mg/L dan OLR nya mencapai 10 sampai 16 kg COD/m3/hari,
dengan hasil COD yang terkonversi menjadi Biogas adalah lebih 95% dan produktivitas gas adalah 5-8
m3/m3day. Dimana VSS/TSS sludge akan naik dari 0,42 pada awal kondisi start dan 0,86 pada akhir
percobaan.

B6 - 1
MAKALAH SEMINAR NASIONAL SOEBARDJO BROTOHARDJONO
ISSN 1978 - 0427
“ Pengolahan Sumber Daya Alam Dan Energi Terbarukan “
Surabaya, 18 Juni 2008

Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh HRT dan beban COD influent
terhadap reduksi bahan organik serta pembentukan gas metan pada pengolahan limbah padat tepung tapioka
secara anaerobik menggunakan anaerobik digester tipe mixed flow reactor.

METODOLOGI PENELITIAN

Aklimatisasi Bakteri dan Start Up Reaktor


• Membuat starter yang terdiri dari cairan kotoran sapi yang diencerkan dengan perbandingan 1 : 2
sebanyak 10 liter, dan sludge yang diencerkan dengan perbandingan 1 : 20 hingga volume starter 41
liter.
• Volume digester yang digunakan adalah 51 liter, sedangkan total starter yang dimasukkan 41 liter (80%
dari volume total digester).
• Reaktor dioperasikan secara batch (tanpa pemasukan umpan dan pengeluaran cairan) dan pompa
sirkulasi dijalankan setiap dua kali sehari.
• Reaktor dioperasikan sampai terbentuk gas metan. Diuji dengan membuka valve gas pada gas holder dan
menyalakan bunsen, jika nyala bunsen berwarna biru (menunjukkan adanya gas metan), maka dianggap
proses aklimatisasi telah selesai dan dapat dilanjutkan ke tahap operasi dengan memberikan influent
secara semi batch ke biorektor dari loading rendah ke loading tinggi.

Pemasukan Activated Sludge ke dalam Digester (Operasi Semi batch)


• Menjalankan pompa sirkulasi selama ± 5 menit.
• Mengambil sampel dari valve effluent yang terletak di bawah digester sebesar volume sludge yang akan
dimasukkan (sesuai dengan variabel) menggunakan beaker glass.
• Mengukur sludge sesuai dengan variabel dan memasukkannya ke dalam corong influent yang terletak di
atas digester.
• Pada saat memasukkan sludge dalam corong, kondisi valve yang menuju reaktor pada corong harus
tertutup, sludge dimasukkan, kemudian valve dibuka secara perlahan-lahan dan dijaga jangan sampai
sludge habis. Cara ini bertujuan untuk menjaga kondisi anaerobik dalam reaktor.

Influent

m anom eter

Biogas
Water l

Water

FERM ENTER
(ANAERO BIC DIG ESTER)

Gas Holder

Valve Effluent

Pom pa
Sirkulasi

Gambar 1. Skema Peralatan Penelitian yang Direncanakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisa limbah padat Tapioka diperoleh TCOD sludge sebesar 13700 mg lt-1. Oleh karena
konsentrasi TCOD lebih dari 3500 mg lt-1, maka penanganannya dilakukan secara anaerob. Sedangkan
jumlah SCOD sebesar 685 mg lt-1, berarti jumlah bahan organik yang larut dalam limbah lebih sedikit
daripada bahan organik yang tidak larut. Dari data ini dapat diestimasi bahwa proses penguraian (degradasi)

B6 - 2
MAKALAH SEMINAR NASIONAL SOEBARDJO BROTOHARDJONO
ISSN 1978 - 0427
“ Pengolahan Sumber Daya Alam Dan Energi Terbarukan “
Surabaya, 18 Juni 2008

limbah membutuhkan waktu yang cukup lama, karena bakteri terlebih dahulu mendegradasi bahan organik
yang tidak larut menjadi bahan organik yang larut.
Konsentrasi Total Solid (TS) dalam limbah padat Tapioka sebesar 6060 mg lt-1. TS mengandung
nonfiltrable residue (suspended) dan filtrable residue (dissolved). Konsentrasi TVS yang terkandung dalam
limbah padat tapioka sebesar 5710 mg lt-1.

Tabel I. Komposisi Limbah Tapioka


No. Komponen Kadar (%)
1. Protein 5,72
2. Pati 11,8

3.1. Pengaruh Variasi HRT


• HRT 7 hari
Kondisi awal sebelum dilakukan variabel HRT 7 hari menunjukkan bahwa kandungan bahan
organik COD = 3976,35 mg lt-1.

12000 80
10000

% R ed u ksi C O D
60
8000
CO D

6000 40
4000
2000 20
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Hari

Gambar 2. Profil COD terhadap Hari Gambar 3. Profil % Reduksi COD terhadap Hari
Rate Biogas (cm 3/hari)

3000
2500
2000
1500
1000
500
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari

Gambar 4. Profil Rate Biogas terhadap hari

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada hari ke 1 hingga hari ke 3 harga COD pada HRT 7 hari
mengalami penurunan yang sangat sedikit, hal ini dapat dijelaskan bahwa fase hidrolisis dan asidifikasi
berlangsung, sehingga bahan yang didegradasi masih sedikit dan menyebabkan penurunan COD tidak terlalu
signifikan. Setelah hari ke 4 telah dimulai lanjutan proses asidifikasi dan dilanjutkan proses metanasi ditandai
dengan pengurangan COD secara signifikan pada hari ke 9 dan proses selanjutnya menuju steady operation.
Semakin besar reduksi COD, berarti bahan organik yang terdegradasi menjadi asam-asam
organik/TVA juga semakin besar. Asam-asam organik inilah yang kemudian terkonversi menjadi gas metan.
Maka jika reduksi COD semakin besar maka rate pembentukan gas metan juga semakin besar. Gambar 3
menunjukkan bahwa hari ke 4 hingga hari ke 5 terjadi kenaikan %reduksi COD, menunjukkan banyaknya
bahan-bahan organik yang sudah terdegradasi. Rata-rata produksi rate biogas sebesar 2053.266 cm3/hari.

B6 - 3
MAKALAH SEMINAR NASIONAL SOEBARDJO BROTOHARDJONO
ISSN 1978 - 0427
“ Pengolahan Sumber Daya Alam Dan Energi Terbarukan “
Surabaya, 18 Juni 2008

• HRT 10 hari
Nilai COD 3385,41 mg lt-1.

12000 80

% Reduksi CO D
10000
60
8000
CO D

6000 40
4000
20
2000
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Hari Hari

Gambar 5. Profil COD terhadap hari Gambar 6. Profil %Reduksi COD terhadap hari

3500,00
Rate Biogas (cm 3/hari)

3000,00
2500,00
2000,00
1500,00
1000,00
500,00
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Hari

Gambar 7. Profil Rate Biogas terhadap hari

Gambar 5 menunjukkan bahwa pada hari ke 1 hingga hari ke 3 harga COD effluent pada HRT 10
hari mengalami sedikit penurunan. Setelah hari ke 4 telah dimulai lanjutan proses asidifikasi dan telah
terjadinya proses metanasi ditandai dengan pengurangan COD effluent secara signifikan dan proses
selanjutnya menuju steady operation.
Gambar 5 menunjukkan bahwa hari ke 4 hingga hari ke 7 terjadi kenaikan %reduksi COD yang
cukup signifikan, menunjukkan banyaknya bahan-bahan organik yang sudah terdegradasi. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pada saat tersebut solid telah banyak yang didegradasi oleh mikroorganisme menjadi bahan
terlarut. Semakin besar reduksi COD, berarti bahan organik yang terdegradasi menjadi asam-asam
organik/TVA juga semakin besar. Asam-asam organik inilah yang kemudian terkonversi menjadi gas metan.
Pada hari ke 8 terjadi penurunan %reduksi, dimana asam-asam organik sudah tidak ada lagi yang terurai
menjadi gas metan. Maka jika reduksi COD semakin besar maka rate pembentukan gas metane juga semakin
besar, hal ini sesuai dengan profil rate biogas yang ditunjukkan pada gambar 7. Rata-rata produksi rate biogas
sebesar 2324,657 cm3/hari.

• HRT 14 hari
Beban organik yang diketahui dari nilai COD yaitu sebesar 2361,5 mg lt-1.

12000 100
10000
% Reduksi CO D

80
8000
CO D

60
6000
4000 40
2000 20
0
0
1 3 5 7 9 11 13 15 1 3 5 7 9 11 13 15
Hari Hari

Gambar 8. Profil COD terhadap hari Gambar 9. Profil %Reduksi COD terhadap hari

B6 - 4
MAKALAH SEMINAR NASIONAL SOEBARDJO BROTOHARDJONO
ISSN 1978 - 0427
“ Pengolahan Sumber Daya Alam Dan Energi Terbarukan “
Surabaya, 18 Juni 2008

3000

Rate Biogas (cm3/hari)


2500
2000
1500
1000
500
0
1 3 5 7 9 11 13 15
Hari

Gambar 10. Profil Rate Biogas terhadap hari

Gambar 8 menunjukkan bahwa setelah hari ke 5 telah dimulai lanjutan proses asidifikasi dan telah
terjadinya proses metanasi ditandai dengan pengurangan COD effluent pada hari ke 11 dan proses selanjutnya
menuju steady operation.
Gambar 9 menunjukkan bahwa hari ke 6 terjadi kenaikan %reduksi COD, menunjukkan banyaknya
bahan-bahan organik yang sudah terdegradasi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada saat tersebut solid telah
banyak yang didegradasi oleh mikroorganisme menjadi bahan terlarut. Semakin besar reduksi COD, berarti
bahan organik yang terdegradasi menjadi asam-asam organik/TVA juga semakin besar. Asam-asam organik
inilah yang kemudian terkonversi menjadi gas metan. Pada hari ke 13, %reduksi cenderung konstan dimana
asam-asam organik sudah tidak ada lagi yang terurai menjadi gas metan. Maka jika reduksi COD semakin
besar maka rate pembentukan gas metane juga semakin besar, hal ini sesuai dengan profil rate biogas yang
ditunjukkan pada gambar 10. Rata-rata produksi rate biogas sebesar 2324,657 cm3/hari.

3.2. Biogas
Komposisi biogas yang dihasilkan selama proses anaerob diambil sampel, kemudian dianalisa.
Adapun hasil analisa biogas adalah sebagai berikut :

Tabel II. Komposisi Biogas


No. Komponen Kadar (%)
1. CH4 68,85
2. H2S 1,68
3. CO2 5,80

Pada umumnya kandungan H2S yang terdapat pada biogas sebesar 1 – 2%. Adanya kandungan H2S
dalam biogas ini terjadi karena proses metabolic yang mereduksi sulfur dalam sludge oleh bakteri di dalam
digester. Dari hasil analisa sludge, diketahui bahwa sulfur yang terkandung dalam sludge sebesar 23 ppm
(mglt-1). Berarti Sulfur inilah yang direduksi oleh bakteri menjadi H2S. H2S yang terkandung di dalam biogas
harus dihilangkan seminimal mungkin, karena bersifat racun dan dapat mempercepat korosi terhadap
peralatan handling maupun pembangkit energi. Dari data di atas diketahui bahwa kadar H2S dalam biogas
kurang dari 0,02%, ini berarti biogas yang diperoleh tidak berbahaya bagi lingkungan karena masih di bawah
ambang batas yang diijinkan sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengolahan limbah padat Tapioka secara anaerobic
digestion menjadi biogas (gas metan) dengan variabel COD dan HRT, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Variabel HRT :
ƒ HRT 7 hari, % reduksi COD maksimum mencapai 74.87% dan produksi biogas sebesar
19570.05 cm3/hari.
ƒ HRT 10 hari, % reduksi COD maksimum mencapai 73.09% dan produksi biogas sebesar
36843.98 cm3/hari.
ƒ HRT 14 hari, % reduksi COD maksimum mencapai 82.84% dan produksi biogas sebesar
37462.16 cm3/hari.
2. HRT tidak banyak berpengaruh terhadap produksi gas.

B6 - 5
MAKALAH SEMINAR NASIONAL SOEBARDJO BROTOHARDJONO
ISSN 1978 - 0427
“ Pengolahan Sumber Daya Alam Dan Energi Terbarukan “
Surabaya, 18 Juni 2008

DAFTAR PUSTAKA

1. Amelia K. Kivaisi and M.S.T. 1996. The Potential of Agro-Industrial Residues for Production of Biogas
and Electricity in Tanzania. Rubindamayugi Applied Microbiology Unit. Dar es salaam Tanzania :
Botany Department P.O. Box 35060.
2. Annachate, A, Soo Yang, B, Kamei, T. Anaerobic Treatment of Tapioca Strach Industry Wastewater by
Bench Scale UASB Reactor. Master Thesis-AIT Bangkok, Thailand, 1996.
3. Borja R, Rincon B, Raposo F, Alba J, Martin A. 2002. A Study of Anaerobic Digestibility of Two-phases
Olive Mill Solid Waste (OMSW) at Mesophilic Temperature. Process Biochem ; 38:733-42.
4. Maryati; Udin Hasanudin dan Suharyono. 2003. Tapioka Dengan Perlakuan Aklimatisasi Inokulum.

B6 - 6

You might also like