You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

KLB demam chikunguya merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Jawa Timur. Sejak tahun 2003 di beberapa daerah di Jatim

sering terjadi kasus chikungunya, lonjakan yang terjadi yaitu sebanyak 2.086

penderita yang tersebar di 72 desa, pada 2007 terdapat 1. 306 penderita yang

tersebar di 46 desa, sedangkan pada 2009 ada 2.013 perderita tersebar di 64

desa dan yang sangat memprihatinkan pada tahun 2010 jumlah kasusnya

mencapai 1.990 tersebar di 39 desa. dari data pemantauan terhadap penderita

chikungunya pada tahun 2009 di Pasuruan sejumlah 713 orang juga menderita

chikungunya yang tersebar di 4 desa. Dari hasil tersebut tahun 2010

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. yakni Pasuruan 976 penderita

tersebar di 15 desa (Dinkes Jatim, 2010).

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya

yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar

penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes

albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang

berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang

membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat. Masa inkubasi berkisar 1-4 hari,

merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung

3-10 hari. Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang
berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah

dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena

penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang

mengakibatkan pasien lumpuh sementara sehingga mengganggu aktifitas

sehari – hari.

Sangat penting bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan,

apalagi saat ini merupakan musim penghujan yang rawan timbulnya nyamuk.

Untuk memberantas nyamuk dan mencegah wabah virus yang dibawa oleh

nyamuk perlu adanya pemberantasan sarang nyamuk. Pencegahan yang murah

dan efektif dapat dilakukan yaitu dengan 3M yaitu menguras dan menyikat

tempat-tempat penampungan air seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat

penampungan air, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas

( Anam, 2010 )

Perilaku pencegahan seperti diatas sangat dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan masyarakat. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu

respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit

dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon

atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap),

maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis). Hal yang penting

dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan

perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau

penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan lainnya.

(Notoatmodjo, 2005).
Sedangkan pengetahuan merupakan hasil tahu manusia yang sekedar

menjawab pertanyaan “ what ”. Sesorang yang memiliki pengetahuan

terhadap suatu penyakit dan mereka sadar bahwa penyakit tersebut dapat

mempengaruhi kesehatan mereka menjadi lebih buruk, maka merekapun tahu

bagaimana harus berperilaku agar terhindar dari penyakit, salah satunuya

dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai visi

Indonesia Sehat 2010, yaitu masa depan dimana bangsa Indonesia hidup

dalam lingkungan sehat, penduduk berperilaku hidup bersih dan sehat, mampu

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, sehingga

memilki derajat kesehatan yang optimal. Dengan visi ini pembangunan

kesehatan dilandaskan pada paradigma sehat. Paradigma sehat tersebut

dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) yaitu dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat

(Dinkes Propinsi jawa Timur ,2010).

Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah

ampuh untuk menangkal penyakit. Namun dalam praktiknya, penerapan

PHBS yang kesannya sederhana tidak selalu mudah dilakukan. Terutama bagi

mereka yang tidak terbiasa. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang

Perilaku Hidup Bersih Sehat bagi keluarga. Jumlah kasus demam chikunguya

terus meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan

secara sporadis. Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang


terjangkit disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan Perilaku Hidup

Bersih Sehat masyarakat.

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng, sebaliknya apabila

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut tidak akan berlangsung lama. Sehingga

pengetahuan, kesadaran dan sikap mempunyai peran penting dalam

menentukan perilaku seseorang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Dusun Kejobo

Tengah Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Kotamadya Pasuruan

bahwa terdapat kurang lebih 38 warga yang terkena penyakit chikunguya.

Mengingat angka kasus demam chikunguya yang masih tinggi dan cenderung

meningkat di wilayah desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Kotamadya

Pasuruan, maka perlu adanya upaya untuk menurunkannya secara lebih

intensif. Perilaku masyarakat mencegah dan memberantas penyakit demam

chikunguya perlu dibentuk dengan metode lebih baik dan tentunya dengan

pengetahuan yang lebih baik pula. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui “

Adakah Hubungan Pengetahuan Warga Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat

dengan Kasus Kejadian Chikunguya di Dusun Kejobo Desa Blandongna

Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan”


1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan warga Dusun Kejobo Tengah

Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan tentang demam

chikunguya?

2. Bagimana gambaran perilaku hidup bersih sehat warga Dusun Kejobo

Tengah Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan?

3. Adakah Hubungan Pengetahuan Warga Tentang Perilaku Hidup Bersih

Sehat dengan Kasus Kejadian Chikunguya di Dusun Kejobo Desa

Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan warga Dusun Kejobo

Tengah Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan tentang

chikunguya

2. Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih sehat warga Dusun

Kejobo Tengah Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan

3. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Warga Tentang Perilaku Hidup

Bersih Sehat dengan Kasus Kejadian Chikunguya di Dusun Kejobo

Tengah Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan


1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu

tentang pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam penaggulangan

demam chikunguya

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi

Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan

mengenai pencegahan penyakit dan pemberantasan nyamuk khususnya

nyamuk penyebab chikunguya serta sebagai bahan informasi dalam

mengoptimalkan program-program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

b. Bagi Masyarakat Setempat

Memberikan informasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sehingga

masyarakat dapat mengetahui dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup

jelas bagi peneliti mengenai Hubungan Pengetahuan Warga Tentang

Perilaku Hidup Bersih Sehat dengan Kasus Kejadian Chikunguya di

Dusun Kejobo Desa Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan

dan pengalaman khususnya dalam mengadakan penelitian ilmiah.


1.5 BATASAN MASALAH

1. Pengetahuan yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman

warga terkait dengan chikunguya

2. Responden dalam penelitian ini adalah warga Dusun Kejobo Desa

Blandongan Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan

3. Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambaran perilaku

hidup bersih sehat

1.6 DEFINISI OPERASIONAL

1. Chikunguya adalah demam disebabkan oleh virus Chikungunya ( CHIKV )

dan ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty dan menyebabkan nyeri pada

sendi

2. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu

3. Perilaku hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman

belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi),

bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam

rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmojo, 2003).

Menurut Von Korgh et al (2000) (dikutip oleh Bambang Setiarso, 2007)

pengetahuan adalah kepercayaan yang dibenarkan, hasil dari observasi pada dunia

sekitar. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman

atas suatu dituasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah

dibenarkan.Pencipataan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem

kepercayaan. Penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada ruang

bersama yang dapat memicu hubungan-hubungan yang muncul yang

memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut, bisa berupa fisik, maya, mental

atau ketiganya. Pengetahuan bersifat dinamis, relasional dan berdasarkan

tindakan manusia.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang ( perilaku ). Dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahua. Bila
pengetahuan difahami, maka akan timbul suatu sikap dan perilaku untuk

berpartisipasi. Selain itu tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi

perilaku individu. Semakin tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan kesehatan

seseorang, maka semakin tinggi kesedaran untuk berperan serta ( Depkes. RI,

1990:7 ).

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) dalam domain kognitif, tingkat

pengetahuan ada 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (Know/C1)

Tahu diartikan mangingat suatu materi yang pernah dipelajari sebelumnya

termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari .

2. Memahami (Comprehention/C2)

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

obyek yang diketahui dan dapat menginteprestasikan secara benar.

3. Aplikasi (Aplication/C3)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang

dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.

4. Analisis (Analysis/C4)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen.
5. Sintesis (Syntesis/C5)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi barudari

formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation/C6)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitihan terhadap

suatu materi atau obyek.

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokan

menjadi Dua yaitu :

1. Cara Tradisional atau Non Imiah

Cara ini dipakai sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara tradisional

ini antara lain meliputi :

a. Cara coba salah (trial and eror)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan . Pada waktu itu upaya

pemecahan masalah dilakukan dengan cara coba coba saja dengan menggunakan

kemungkinan kemungkinan . Apabila kemungkinan pertama tidak berhasil maka

dicoba kemungkinan yang kedua dan kemungkinan yang lainnya .

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik

tradisi, otoritas pemerintah , otoritas pemimpin agama , maupun ahli ilmu

pengetahuan. Orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas, tanpa menguji kebenaranya karena menganggab bahwa apa

yang dikemukakan adalah sudah benar .

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Sumber pengetahuan diperoleh dari pengalaman atau pengalaman

merupakan cara memperoleh kebenaran pengetahuan.

d. Melalui jalan pikiran

Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran yang baik melalui

induktif maupun deduktif. Induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang

dimuai dari pernyataan pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum

dengan proses berfikir beranjak dariamatan indra atau hal hal yang nyata.

Deduktif merupakan pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus

dengan pola berfikir bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas

tertentu berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap

yang termasuk dalam kelas itu.

2. Cara modern atau ilmiah

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis,ogis dan

imiah. cara ini disebut juga metode penelitian ilmiah . Pada mulanya cara ini

dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626) dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian

hasilpengamatan dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil

kesimpulan (Notoatmodjo, 2002)


2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu:

1. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang berpikir

menggunakan inteleknya atau pikirannya, cepat atau tidaknya dan terpecahkan

tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor

yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam suatu komunikasi adalah taraf

intelegensi seseorang. Secara common sense dapat dikatakan bahwa orang-orang

yang lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

2. Pendidikan

Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif serta memberikan atau meningkatkan

ketrampilan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan,

sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Pendidikan dapat berupa

pendidikan formal dan non-formal. Sistem pendidikan yang berjenjang

diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmojo,

2003). Jadi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek sangat ditentukan

oleh tingkat pendidikannya.


3. Pengalaman

Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO, menganalisa

bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya

disebabkan karena adanya pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang

terbentuk dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan

penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek tersebut, dimana seseorang dapat

mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman

orang lain (Notoatmojo, 2003).

4. Informasi

Teori dependensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan bahwa

media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki peranan penting

dalam proses pemeliharaan, perubahan dan konflik dalam tatanan masyarakat,

kelompok atau individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya

akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif dan behavioral. Pada fungsi kognitif

diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan atau menghilangkan ambiguitas,

pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau

penjelasan nilai-nilai tertentu.

Media ini dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi booklet,

leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan poster. Kemudian

media elektronik yang meliputi televisi, radio, video, slide dan film serta papan

(bilboard) (Notoatmojo, 2003).


5. Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku bagi obyek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk, maka ia akan

menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari

obyek tertentu (Saifudin A, 2002).

2.2 KONSEP PERILAKU

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Skinner (1938) dalam Soekidjo Notoadmodjo (2007), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

2.2.2 Pengertian Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organism)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan

kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons-Morton et al., 1995). Perubahan-

perubahan perilaku kesehatan dalam diri seseorang dapat diketahui melalui

persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera.

Dalam aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatanatau aktifitas organisme atau

mahluk hidup yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Mubarok et.al (2007) perilaku seseorang/masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para


petugas kesehatan terhadap kesehatan juga mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku. Perilaku manusia secara operasional dapat dikelompokkan

menjadi 3 macam domain, yaitu perilaku dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan nyata/perbuatan. Menurut Machfoed (2005), perilaku sehat adalah

perilaku yang didasarkan oleh prinsip-prinsip kesehatan. Perilaku adalah suatu

respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Respon atau reaksi

manusia bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, sikap) maupun bersikap aktif

(tindakan yang nyata).

Menurut Machfoed (2005), pengertian perilaku kesehatan mempunyai

dua unsur pokok, yaitu:

1. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan

sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis)

2. Stimulus atau rangsangan, terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan.

2.2.3 Bentuk-bentuk Perilaku Kesehatan

Perilaku manusia menurut Notoatmodjo (2005), dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (Convert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat

diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam
bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus

yang bersangkutan.

2. Perilaku Terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus sudah berupa tindakan

atau peraktik ini dapat diamati orang lain dari luar “observable behavior”.

Contoh: seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau bidan

praktik.

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005), mencakup:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap dan

mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya,

maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit

tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit yang dilakukan manusia, sesuai

dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit antara lain berupa:

a. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health promotion behavior)

b. Perilaku pencegahan penyakit (Health preventions behavior).Misalnya tidur

memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi dan

sebagainya, juga termasuk

perilaku untuk menularkan penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior). Yaitu perilaku untuk

melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri

penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern


(puskesmas, mantra, dokter praktek, RS dan sebagainya), maupun kefasilitas

kesehatan tradisional (dukun, sinshe).

d. Perilaku pemulihan kesehatan (Health rehabilitations), yaitu perilaku yang

berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu

penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam

rangka pemulihan kesehatannya.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap

sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun

tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara

pelayanan, petugas kesehatan dan obatobatannya.

3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yaitu respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, yang meliputi

pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur-unsur

yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan.

4. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan (environmental health behavior)

adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia. Perilaku ini meliputi :

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen,

manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi

higiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.


c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.

Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dari air limbah yang sehat,

serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi,

pencahayaan, lantai dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor) dan

sebagainya.

2.2.4 Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan

Menurut Lawrene Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku ditentukan 3

faktor yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisforsing Factors)

Faktor yang dapat memudahkan atau memprodisposisi terjadinya perilaku pada

diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau

masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana dan

prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau

masyarakat.

3. Faktor Penguat (Reinforsing Factors)

Tokoh masyarakat merupakan faktor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang

atau masyarakat peraturan perundang-undangan, Surat Keputusan dari para

pejabat pemerintah daerah atau pusat juga termasuk faktor penguat perilaku.

2.2.5 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support)

dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-

cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan

masyarakat (Dinkes, 2006).

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan

masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk

swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal

(Dinkes, 2006).

aktifitas PHBS dalam tatanan rumah tangga, adalah (Dinkes, 2006):

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

2. Memberikan bayi ASI eksklusif

3. Menimbang bayi dan balita

4. Menggunakan Air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik nyamuk dirumah

8. Makan buah dan sayur tiap hari

9. Melakukan aktifitas fisik tiap hari

10. Tidak merokok didalam rumah.


Pemberantasan jentik nyamuk dirumah sangat perlu dilakukan agar rumah bebas

jentik nyamuk yang menularkan atau vector pembawa penyakit seperti chikunguya,

demam berdarah, malaria dll. Manfaat rumah bebas jentik adalah populasi nyamuk

menjadi terkendali sehingga penularan penyakit perantara nyamuk dapat dicegah dan

kemungkinan terhindar dari gigitan nyamuk pembawa virus chikunguya dan lingkungan

rumahmenjadi bersih dan sehat.

Pemberantasan jentik nyamuk pembawa vector penyakit dilakukan dengan

pemberantasan sarang nyamuk, dengan cara 3 M plus yaitu:

1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,

tatakan kulkas, tatakan vas bunga dan tempat air lainnya.

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air.

4. Plus menghindari gigitan nyamuk, dengan cara

• Menggunakan kelambu ketika tidur

• Mencapai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya

obat nyamuk bakar, semprot

• Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar

• Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai

• Menaburkan lavarsida di tempat penampungan air

2.3 Chikunguya

2.3.1 pengertian chikunguya

Chikungunya berasal dari bahasa Swahill berdasarkan gejala pada penderita, yang

berarti ( posisi tubuh ) meliuk atau melengkung, mengacu pada postur tubuh
penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat ( arthralgia ). Chikungunya

merupakan penyakit yang mirip demam degue. Istilah lain penyakit ini adalah

degue, dyenga, abu rokab, dan demam tiga hari.

Penyakit ini tidak sampai menyebabkan kematian. Nyeri pada persendian tidak

akan menyebabkan kelumpuhan. Setelah lewat lima hari, demam akan berangsur-

angsur reda, rasa ngilu maupun nyeri pada persendian dan otot berkurang, dan

penderitanya akan sembuh seperti semula. Penderita dalam beberapa waktu

kemudian bisa menggerakkan tubuhnya seperti sedia kala. Meskipun beberapa

kasus kasus kadang rasa nyeri masih tertinggal selama berhari-hari sampai

berbulan-bulan. Biasanya kondisi demikian terjadi pada penderita yang

sebelumnya mempunyai riwayat sering nyeri tulang dan otot.

2.3.2 Penyebab

Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya ( CHIKV ) dan ditularkan oleh

nyamuk aedes aegypty. Virus Chikungunya termasuk keluarga togaviridae, genus

alphavirus. Karena vector pembawanya adalah nyamuk, Chikungunya tergolong

arthropod-borne disease yaitu penyakit yang disebarkan oleh arthropoda.

2.3.3 Epidemiologi

Lokasi penyebaran penyakit ini tidak berbeda jauh dengan DBD karena vector

utamanya sama, yaitu nyamuk aedes aegypty. Di daerah endemis DBD

kemungkinan juga merupakan endemis Chikungunya

2.3.4 Penularan dan penyebaran penyakit


Penyebaran virus Chikungunya dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk

dapat menjadi berpotensi menularkan penyakit bila pernah menggigit penderita

demam Chikungunya. Kera dan juga beberapa binatang buas lainnya juga diduga

sebagai perantara penyakit ini. Nyamuk yang terinfeksi akan menularkan penyakit

bila menggigit manusia yang sehatAedes aegypty adalah vector utama pembawa

virus Chikungunya. Aedes albopictus mungkin juga berperan dalam penyebaran

penyakit ini dikawasan asia. Dan beberapa jenis spesies nyamuk tertentu di daerah

afrika juga ternyata dapat menyebarkan penyakit chikunguya Virus yang

ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam tubuh

manusia. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah

endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima

hari, sehingga dikenal pula istilah demam lima hari.

2.3.5 Manifestasi klinik

Masa inkubasi Chikungunya adalah 1-6hari. Tanda dan gejala

Chikungunya meliputi :

a. Demam

b. Sakit persendian

c. Nyeri otot

d. Bercak kemerahan pada kulit

e. Sakit kepala

f. Kejang dan penurunan kesadaran

2.3.6 Pengobatan
Demam Chikungunya termasuk “ self limiting disease ” atau

penyakit yang sembuh dengan sendirinya. Tidak ada vaksin atau obat

khusus untuk penyakit ini. Pengobatan yang diberikan adalah terapi

simtomatis atau menghilangkan gejala penyakitnya seperti obat

penghilang rasa sakit atau demam misalnya golongan paracetamol,

sebaiknya dihindarkan penggunaan obat sejenis asetosal. Antibiotic tidak

diperlukan pada kasus ini.

Pemberian vitamin meningkatkan daya tahan tubuh mungkin

bermanfaat untuk penanganan penyakit. Selain vitamin makanan yang

cukup mengandung banyak protein dan karbohidrat juga meningkatkan

daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat yang cukup

bisa mempercepat penyembuhan penyakit.

2.3.7 Pencegahan

Satu-satunya cara menghindari penyakit ini adalah membasmi

nyamuk pembawa virusnya. Nyamuk ini, senang hidup dan berkembang

biak di genangan air bersih seperti bak mandi, vas bunga, dan juga kaleng

atau botol bekas yang menampung air bersih.

Nyamuk bercorak hitam putih ini juga senang hidup di benda-

benda yang menggantung seperti baju-baju yang ada di belakang pintu

kamar. Selain itu, nyamuk ini juga menyenangi tempat yang gelap dan

pengap.

Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti

maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan


memberantas nyamuk tersebut, sebagaimana sering disarankan dalam

pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.

Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah

dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-

jentiknya. Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan

menyemprotkan ke dinding. Hal ini karena Aedes aegypti tidak suka

hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.

Namun, pencegahan yang murah dan efektif untuk memberantas

nyamuk ini adalah dengan cara :

a) Menguras tempat penampungan air bersih, bak mandi, vas bunga dan

sebagainya, paling tidak seminggu sekali, mengingat nyamuk tersebut

berkembang biak dari telur sampai menjadi dewasa dalam kurun waktu 7-

10 hari.

b) Mengubur barang bekas yang menyebabkan timbunan air

c) Menutup tempat penampungan air

d) Halaman atau kebun di sekitar rumah harus bersih dari benda-benda yang

memungkinkan menampung air bersih, terutama pada musim hujan seperti

e) Pintu dan jendela rumah sebaiknya dibuka setiap hari, mulai pagi hari

sampai sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga

terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat.

f) Memakai lotion anti nyamuk atau menggunakan obat nyamuk saat tidur.

1 Dengan demikian, tercipta lingkungan yang tidak ideal bagi nyamuk

tersebut.
2

2.4 kerangka konsep dan hepotesis

 Kerangka konsep

 Hipotesis

a. H0 = terdapat Hubungan yang sisnifikan antara pengetahuan warga

tentang perilaku hidup bersih sehat dengan kasus kejadian

chikunguya di Dusun Kejobo Desa Blandongna Kecamatan Bugul

Kidul Pasuruan

b. HI = tidak ada Hubungan yang signifikan antara pengetahuan

warga tentang perilaku hidup bersih sehat dengan kasus kejadian

chikunguya di Dusun Kejobo Desa Blandongna Kecamatan Bugul

Kidul Pasuruan
BAB III

Metodelogi Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik dengan rancangan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan cross sectional karena variabel bebas dan variabel terikat diambil

dalam waktu bersamaan sekaligus pada saat itu

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan data yang menjadi perhatian

peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah warga Dusun

Kejobo Desa Blandongna Kecamatan Bugul Kidul Pasuruan

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti.Karena jumlah sampel begitu besar, maka Teknik

pengambilan sampel dilakukan secara simple random

sampling.

Besarnya sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan

rumus :

N
n=
1 + N (d )
2

keterangan :
N : jumlah populasi

n : jumlah sampel

d : selang kepercayaan (Nursalam, 2003)

Diketahui N : 682

d : 0,05

682
n=
1 + 682 ( 0,05 )
2

n = responden

Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

3.3 Varibel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala yang digunakan sebagai ciri, sifat atau

ukuran yang menjadi fokus penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri

dari variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas

Pengetahuan dan perilaku hidup bersih sehat

2. Variabel terikat

Demam chikunguya

3.4 Definisi Operasional Variabel

1. Pengetahuan tentang chikunguya : tingkat pengetahuan yang dimiliki

responden meliputi definisi, penyebab, tanda dan gejala, cara penularan,

serta pencegahan terhadap chikunguya, yang diukur dengan wawancara

dalam lembar kuesioner.


2. Perilaku hidup bersih sehat : sikap dan tindakan responden yang diukur

dalam lembar kuesioner, meliputi:

Sikap terhadap chikunguya : kesediaan responden untuk bertindak

terhadap chikunguya dilingkungan sekitarnya. Sikap yang dinilai

meliputi tanggapan terhadap informasi chikunguya dan pencegahan

penularan chikunguya, yang diukur dengan wawancara dalam lembar

kuesioner.

Tindakan (practice) terhadap chikunguya : suatu perbuatan/tindakan

responden terhadap chikunguya. Tindakan yang dinilai meliputi

pencegahan dan upaya pengobatan chikunguya , serta tindakan yang

beresiko terhadap penularan chikunguya, yang diukur dengan

wawancara dalam lembar kuesioner.

3. Chikunguya : Suatu penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya,

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, Aedes albapictus

dengan gejala utama demam mendadak, bintik-bintik kemerahan, nyeri

sendi terutama sendi lutut dan pergelangan kaki sehingga orang tersebut

tidak dapat berjalan untuk sementara waktu

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Instrument Penelitian

Instrument adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu

metode ( sudjana, 1989 ). Dalam penelitian ini, instrument yang

digunakan adalah:
a. Angket

Menurut ari kuntoro (1993 ) angket adalah sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi

tertulis dari subyek penelitian yaitu pengetahuan warga tentang

perilaku hidup bersih sehat

b. Observasi

Menurut surakhman ( 1994 ), observasi adalah teknik

pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan

secara langsung terhadap gejala-gejala yang dihadapi. Instrument

ini dilakukan dengan terjun langsung kelapangan yang dilakukan

dengan jalan mengamati perilaku atau sikap dan tindakan warga

dusun kejobo tengah dalam mencegah chikunguya.

3.5.2 Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data

primer dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner atau

angket terstruktur untuk mengukur variabel-variabe yang diteliti

yang dilakukan secara langsung pada subjek penelitian.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi

terkait untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.

3.6 Prosedur Penelitian


Metode yang digunakan adalh metode observasi langsung dengan

angket dan wawancara

3.6.1 Tahap Persiapan

Dalam tahap ini, peneliti merancang untuk melaksanakan penelitian,

seperti membuat angket dan menetapkan waktu yang tepat untuk

melaksanakan observasi kapan dan bagaimana melakukannya.

3.6.2 Tahap Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada tanggal11 sampai 19 oktober 2010. Pada

tahap pelaksanaan dilakukan wawancara dengan menggunakan

kuesioner yang terstruktur. Wawancara dilakukan dengan mendatangi

tiap tempat tinggal subjek penelitian.

3.7 Teknis Analisis Data

3.7.1 Analisis Data Gambaran Tingkat Pengetahuan Warga

Pengetahuan dapat diukur dari jawaban responden pada lembar

kuesioner. Jawaban yang termasuk kategori benar nilainya 1, kategori

salah/tidak tahu nilainya 0. Untuk perhitungannya digunakan rumus

sebagai berikut :

P = Sp x 100 %

Sm

Keterangan :

P : Prosentase data responden yang diperoleh dari kuesioner


Sp : Skor responden

Sm : Skor maksimal (Soekidjo Notoadmodjo, 2002)

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan terhadap penyakit scabies

diinterpretasikan menjadi 2 kategori nominal yaitu:

50 - 100% = tingkat pengetahuan baik

< 50 % = tingkat pengetahuan kurang baik

3.7.2 Analisis Data Gambaran Perilaku Warga

Setelah data tentang perilaku warga terkumpul melalui kuesioner, maka lengkah

selanjutnya adalah analisa data yaitu melakukan tabulasi atau pengelompokan

data. Skala penelitian yang digunakan adalah skala likert, yaitu :

Skala untuk pertanyaan positif:

1. Sangat setuju (4)

2. Setuju (3)

3. Tidak setuju (2)

1. Sangat tidak setuju (1)

Skala untuk pertanyaan negatif:

1. Sangat setuju (1)

2. Setuju (2)

3. Tidak setuju (3)

1. Sangat tidak setuju (4)

Variabel perilaku dianalisis dengan rumus perilaku :

X − X 
T = 50 + 10  
 s 
Keterangan :

T = total skor

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

X = mean skor kelompok

S = deviasi standar skor kelompok

Untuk menginterprestasikan hasil tabulasi dicari nilai mean. Jika T diatas

nilai mean maka T diinterpretasikan sebagai perilaku positif (favorable). Jika T di

bawah nilai mean sebagai perilaku negatif (Unfavorable (Aswar, 2003).

3.7.3 Analisis Hubungan Antar Variabel

Untuk menguji hubungan antara variabel variabel bebas dengan

variabel terikat digunakan analisis statistik dengan uji chi square.

Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat

signifikansi (nilai p), yaitu:

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

3
33

You might also like