Professional Documents
Culture Documents
A. TEKS AYAT
B. TERJEMAH
1. Alif laam miin.
2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; sebagai petunjuk bagi
mereka yang bertakwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.
6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman.
7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang
yang beriman.
1
9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, namun
mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar.
10. Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah penyakit
mereka. Bagi mereka siksa yang menyakitkan, disebabkan mereka
berdusta.
C. PENDAHULUAN
ayat. Nama al-Baqarah (sapi betina) sendiri diambil dari cerita yang terdapat
dalam surat tersebut tentang sapi betina pada masa Nabi Musa. Surah Al-
hukum yang tidak terdapat di dalam surat yang lain. Karena itulah, Khalid bin
Qur’an).Di dalam riwayat lain, Al-Baqarah juga disebut dengan nama Sanam
hadis, Nabi SAW bersabda, “Janganlah kalian jadikan rumah kalian seperti
kuburan. Sungguh, setan akan lari dari suatu rumah yang di dalamnya
terdapat ayat al-Kursi yang memiliki banyak keutamaan. Tentang ayat al-
Kursi ini, Nabi Muhammad bersabda dalam salah satu hadisnya, “Pemimpin
ayat Al-Qur’an adalah ayat Kursi.”3 Selain ayat Kursi, kedua ayat terakhir di
dalam al-Baqarah juga memiliki banyak keutamaan. Dalam hal ini, Nabi
1
Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (Mesir: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li
al-Kitab, 1974), juz 1, hal. 191.
2
Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi, al-Jami’ ash-Shahih (Shahih
Muslim), (Beirut: Dar al-Aufaq al-Jadidah, tt),hadis no 1860, juz, hal. 188.
3
Muhammad bin Abdullah Abu Abdillah al-Hakim an-Naisaburi, al-Mustadrak ‘ala ash-
Shahihain, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1990), hadis 3030, juz 1, hal. 286.
2
SAW bersabda, “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari Surah
al-Baqarah di dalam hari, maka kedua ayat itu akan mencukupkan dirinya.”4
D. TAFSIR
1. Alif laam miin.
Ayat ini terdiri dari tiga huruf, yaitu alif, lam, dan mim yang dibaca
secara terpisah meski tertulis dalam bentuk satu kata. Ayat yang terletak di
awal surah seperti ini disebut pula dengan huruf at-tahajji (huruf abjad).
Model ayat seperti ini terdapat di terdapat 19 surah,5 seperti, alif laam raa,
alif laam miim shaad dan sebagainya. Para ahli tafsir berbeda pendapat
tentang ayat-ayat seperti ini. Menurut as-Suyuthi, pendapat yang tepat adalah
berpendapat bahwa ayat ( )املdan ayat lain yang sejenis merupakan singkatan
dari kalimat tertentu. Ayat ( )املmisalnya dimaknai sebagai singkatan dari أنا
Qur’an. Sedangkan menurut Mujahid dan Ibnu Zaid, huruf-huruf itu adalah
membaca sebuah surat yang dibuka dengan املص. Dalam kesempatan lain, Ibnu
4
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ja’fi al-Bukhari, Al-Jami’
al-Musnad ash-Shahih al-Mukhtashar, (Beirut: Dar ath-Thauq an-Najah, 1422 H), juz 12, hal. 498.
5
Muhammad bin Bahadur bin Abdullah az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar
al-Ma’rifah, 1391 H), juz 1, hal. 165.
6
Jalaludin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, (Mesir: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li
al-Kitab, 1974), juz 1, hal. 190
7
Ibid.
3
Abbas mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah sumpah. Lebih lanjut al-
nama Allah yang mengandung berbagai makna dan sifat-Nya. Jika ayat
Sedangkan huruf lam berarti ( ُلْطفُُه ْا َلق ِدْيُمkelembutan-Nya yang abadi). Huruf
mim berarti ج ُدُه ْالعَِظْيُم
ْ َ( مkedermawanan-Nya yang agung). Ayat-ayat
demikian juga jika digabungkan dengan satu sama lain akan menjadi kata
yang bermakna nama Allah, seperti ayat حم,الر, dan ن, akan menjadi الرمحن
(ar-Rahman) yang berarti Maha Pengasih.9
tersebut menunjuk kepada salah satu nama dari nama-nama Allah serta
menunjuk kepada suatu sifat dari berbagai sifat-Nya. Hal itu sesuai dengan
Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari
Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf. Jika mereka tidak
8
Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi, Ma’alim at-Tanzil, (Riyadh: Dar ath-
Thayyibah li an-Nasy wa at-Tauzi’, 1997), juz 1, hal. 59.
9
At-Tustari, Tafsir at-Tustari, Juz 1, hal. 5.
10
Ismail bin Umar bin Katsir al-Qarsyi ad-Damsyiqi, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1994), juz 1, hal. 158.
4
percaya bahwa Al-Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad
Alquran yang merupakan kitab yang agung. Tak ada keraguan bahwa ia
berasal dari Allah. Tak satu pun dari orang bertakwa yang boleh meragukan
baik berupa ilmu yang bermanfaat dan amal saleh. Mereka itulah orang-orang
petunjuk (huda) bagi orang-orang yang bertakwa dalam menjalani hidup ini.
Namun bagi orang-orang yang tidak bertakwa, Alquran bisa jadi diragukan
kebenaran dan keasliannya. Hal inilah yang terjadi pada sebagian orang Islam
lagi meyakini Alquran sebagai kitab suci dari Allah yang pasti benar. Mereka
bahkan menganggap Alquran hanya sebagai naskah kitab suci biasanya yang
11
Ibid., juz 1, hal. 160.
12
Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki, et.al, at-Tafsir al-Muyassar, hal. 16.
5
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
yang dimaksud dengan orang yang bertakwa. Ayat ini lantas menjelaskan
dengan iman? Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan
Yang ghaib ialah sesuatu yang tak dapat ditangkap oleh pancaindra.
Percaya kepada yang gaib yaitu, meyakini adanya sesuatu yang maujud yang
tidak dapat ditangkap oleh pancaindra, karena ada dalil yang menunjukkan
sebagainya.
shalat adalah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan
adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusyuk, memperhatikan
telah diberikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang ditentukan oleh agama,
6
seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak
bertakwa, ayat ini menyebutkan dua ciri berikutnya, yaitu (4) meyakini
semua kitab lainnya; (5) dan meyakini kehidupan akhirat yang mengakhiri
Allah tidak terdiri dari huruf dan suara seperti yang dikenal manusia. Dalam
7
menghafalkannya. Ketiga, Allah menciptakan suara-suara terpisah yang
Dengan demikian, jika hari akhirat yang dijanjikan Tuhan itu tidak
ada, maka berarti Tuhan tidak adil, padahal Allah tidak mungkin berbuat
tidak adil. Hal itu karena orang-orang yang membangkang terhadap aturan
sebagai orang-orang yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan sebagai
orang-orang yang beruntung. Dengan kata lain, ayat ini merupakan penegasan
16
Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, Tafsir asy-Sya’rawi, hal. 8.
8
tentang ganjaran yang akan diperoleh orang-orang bertakwa, yaitu petunjuk
mendapat hadiah tanpa usaha dan kerja keras. Namun keberuntungan itu
harus diperoleh dengan kerja keras. Karena itulah kata dasar yang digunakan
dalam ayat di atas adalah al-falh ()الفلح, yang berarti membelah dan
memotong. Dalam bahasa Arab, petani disebut fallaah ()فَالََّح, karena seorang
inilah yang paling sedikit. Kedua, orang yang tidak mengetahui kebenaran,
9
Mereka bersikap masa bodoh dan tidak peduli dengan kebenaran. Ketiga,
orang yang telah sakit jiwa dan hatinya. Ia tidak merasakan nikmatnya
kafir seperti itulah yang hasilnya sama saja. Diberi dakwah atau tidak, mereka
sama hasilnya: diberi peringatan atau tidak, mereka tetap tak jua beriman. Hal
itu karena kekafiran mereka sudah betul-betul kuat dan kokoh. Saking kuat
dan kokohnya sehingga seolah Allah menutup hati mereka. Karena itulah,
hidayah pun tak jua sampai ke dalam hati sanubari mereka. Allah seolah
Karena itulah mereka pun terus saja berada dalam kekafiran. Dengan
kekafiran itu pula, mereka diganjar dengan siksaan yang dahsyat dari Allah.19
18
Muhammad bin Rasyid bin Ali Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim (Tafsir al-Manaar), (Mesir:
al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1990), juz 1, hal. 119.
19
As’ad Humaid, Aysar at-Tafasir, juz 1, hal. 14.
10
Menurut Ibnu Abbas, orang-orang kafir yang telah tertutup hati,
telinga, dan mata mereka itu adalah orang-orang Yahudi, seperti Ka’ab bin al-
Asyraf, Huyay bin Akhthab, dan Juday bin Akhthab. Namun ada juga yang
telah tertutup mata hati, telinga, dan matanya. Apapun nasihat dan anjuran
sadar dan kembali ke jalan yang benar. Hal itu terjadi saat seseorang
hati nuraninya jadi tertutup. Ia tak lagi merasa berdosa dan gundah saat
8. Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah
dan hari kemudian.” Namun mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang
yang beriman.
beriman dan kafir, ayat ini menyebutkan tentang golongan ketiga manusia,
yaitu golongan orang munafik. Hal itu selaras dengan penjelasan Imam al-
seperti Abdullah bin Ubay bin Salul, Ma’tab bin Qusyair, Jad bin Qais, dan
selamat dari Nabi Muhammad dan para sahabat. Namun sebenarnya mereka
20
Ibnu Abbas, Tanwir al-Miqbas fi Tafsir Ibn Abbas, juz 1, hal 3.
11
Yahudi. Sifat orang munafik bisa dikenali dari sikap mereka yang tidak
Pagi hari mereka menyatakan suatu sikap tertentu, tapi di sore hari mereka
dari Mekkah ke Madinah. Setelah hijrah dan kemenangan umat Islam dalam
non Muslim di Madinah menjadi merasa gentar. Mereka pun memilih untuk
menampakkan keislaman karena merasa takut dan sekedar pura-pura. Hal itu
mereka lakukan agar keselamatan nyawa dan harta mereka tetap terjamin. 22
dan Abu Hayat membacanya dengan خَي ْ َدعُ ْو َن اهلل, tanpa diberi huruf alif pada
huruf kha.23 Sedangkan kata وما خيدعون إال أنفس همjuga memiliki dua cara
dengan خَِي ْ َدعُ ْو َنtanpa huruf alif pada huruf kha. Sementara yang lain
ِ ُيخtambahan huruf alif pada huruf kha. Meski
membacanya dengan ادعُ ْو َن َ
21
‘Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi (al-Khazin), Lubab at-Ta’wil fi Ma’ani
at-Tanzil, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), juz 1, hal. 32.
22
Abdurrahman bin Nashir bin as-Sa’di, Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam ar-Mannan,
(tk: Muassasah ar-Risalah, 2000), hal. 10.
23
Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir al-Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), juz 1 , hal. 51.
12
terdapat sedikit perbedaan cara membaca, kata tersebut relatif memiliki
orang munafik. Ungkapan “mereka hendak menipu Allah” tentu saja bukan
makna yang sebenarnya, karena Allah pasti Maha Mengetahui dan Kuasa.
Allah tidak akan bisa ditipu oleh siapapun. Di dalam tafsir al-Qurthubi,
sendiri.”
10. Dalam hati mereka, terdapat penyakit, lantas Allah menambah penyakit
mereka. Bagi mereka siksa yang menyakitkan, disebabkan mereka berdusta.
munafik. Hal itu karena di dalam hati mereka terdapat penyakit, syak
wasangka dan iri hati. Sakit terbagi dua macam, sakit fisik dan sakit psikis.
24
Abu al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi, Bahr al-Ulum, (Beirut: Dar al-
Fikr, tt), juz 1, hal. 52.
25
Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, (Riyadh: Dar Alam al-Kutub,
2003), juz 1, hal. 195.
13
kehidupan hakiki yang abadi. Ayat di atas mengandung pengertian sakit, baik
kebenaran ayat tersebut. Pada saat itu, semakin bertambah pula rasa syak
wasangka dan kedengkian dalam diri mereka. Dengan demikian, rasa sakit
ulah orang munafik itu sendiri, namun ayat tersebut menggunakan ungkapan
“Allah menambah sakit mereka.” Hal itu karena memang Allah yang
menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini. Allah pula yang menciptakan
26
Muhammad bin Ahmad asy-Syarbini, Tafsir as-Siraj al-Munir, (Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, tt), juz 1, hal. 26.
27
Ibid.
28
Ibid.
14
BIBLIOGRAFI
‘Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi (al-Khazin), Lubab at-
Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979).
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ja’fi al-
Bukhari, Al-Jami’ al-Musnad ash-Shahih al-Mukhtashar, (Beirut: Dar ath-
Thauq an-Najah, 1422 H).
Abu al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi, Bahr al-Ulum,
(Beirut: Dar al-Fikr, tt).
Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir al-Bahr al-Muhith, (Beirut: Dar al-Fikr, tt).
Ismail bin Umar bin Katsir al-Qarsyi ad-Damsyiqi, Tafsir al-Qur’an al-Azhim,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1994).
15
Muhammad bin Ahmad asy-Syarbini, Tafsir as-Siraj al-Munir, (Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, tt).
Muhammad bin Rasyid bin Ali Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim (Tafsir al-
Manaar), (Mesir: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1990).
16