You are on page 1of 3

Peritonitis pada Pasien post trauma Tumpul Abdomen

Abstrak
Pasien datang ke IGD RSUD dengan keluhan sakit pada seluruh perut, tidak bisa
buang air besar, tidak bisa buang angin sejak kemarin. Sebelumnya pasien tertabrak gerobak
yang bermuatan kayu sehingga pada bagian perutnya terdorong oleh kayu muatan. Pasien
juga mengeluh badan panas, perut kembung, nafas terasa sesak dan tidak nafsu makan dan
minum. Pasien tampak kesakitan. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan nyeri tekan di seluruh
lapang abdomen dan penurunan suara peristaltik. Untuk menegakkan diagnosis dilakukan
pemeriksaan radiologi foto polos abdomen dan diperoleh gambaran air fluid level,
pneumoperitoneum dengan perforasi usus dan gambaran peritonitis ileus paralitik. Kemudian
pasien di diagnosis sebagai peritonitis generalisata e.c. perforasi usus e.c trauma tumpul
abdomen.

Katakunci : peritonitis, trauma tumpul abdomen

Isi
History
Pasien laki – laki berusia 71 tahun, dengan keluhan sakit pada seluruh perut, tidak
bisa buang air besar, tidak bisa buang angin sejak kemarin. Sebelumnya pasien tertabrak
gerobak yang bermuatan kayu sehingga pada bagian perutnya terdorong oleh kayu muatan.
Pasien juga mengeluh badan panas, perut kembung, nafas terasa sesak dan tidak nafsu makan
dan minum. Pasien tidak mual dan tidak muntah.
Pemeriksaan fisik diperoleh TD : 110/70 mmHg , N : 128 x/menit , R:32 x/menit, S:
38,5 °C. Tidak terdapat kelainan paru atau jantung, pada pemeriksaan abdomen di dapatkan
nyeri tekan di selurung lapang abdomen, dan terdapat penurunan suara peristaltik. Dari
pemeriksaan darah rutin diperoleh nilai hemoglobin 16, 3 g/dL dan angka leukosit 7.500 /
µ l, semuanya masih dalam batas normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan radiologi foto
polos abdomen dan diperoleh hasil gambaran air fluid level, pneumoperitoneum dengan
perforasi usus dan gambaran peritonitis ileus paralitik.
Diagnosis
Peritonitis generalisata e.c. perforasi usus e.c trauma tumpul abdomen.
Terapi
Laparotomi
Diskusi
Dalam kasus ini pasien berusia 71 tahun yang terkena trauma tumpul di abdomen,
pasien tidak langsung di bawa ke RS karena belum merasakan gejala apapun, namun pada
hari berikutnya pasien merasakan nyeri yang hebat di seluruh perut dan merasakan tidak bisa
flatus dan Buang Air Besar. Pasien tidak merasakan mual dan muntah. Pasien di diagnosis
sebagai Peritonitis. Peritonitis merupakan peradangan pada peritonium yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Pada pasien ini Peritonitis disebabkan karena adanya
perdarahan oleh karenan perforasi organ berongga karena trauma abdomen. Peritonitis dapat
juga disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan penyulitnya misalnya
perforasi appendisitis, perforasi tukak lambung, perforasi tifus abdominalis.
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda – tanda
rangsangan peritonium. Rangsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans
muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di bawah diafragma. Peristaltik
usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus.
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran
cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus septik (apendiks,
dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakan-
tindakan menghilangkan nyeri.
Non Medikamentosa
Balance cairan : Cateter + urin bag
Atasi distensi : pasang Nasogastric Tube
Puasa
Medikamentosa
Rehidrasi
Infus RL 500 cc guyur, selanjutnya 60 tetes/menit
Antibiotik
Ampicillin 3 x 1 gr i.v (skin test)
3. Operatif
Laparotomi jika tidak terrehidrasi (produksi urin 40-50 cc/jam)
Kesimpulan
Diagnosa peritonitis dapat ditegakkan dengan adanya gambaran klinis, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit, pemberian antibiotika yang
sesuai, dekompresi saluran cerna, pembuangan fokus septik, bila mungkin mengalirkan nanah
keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.

Referensi
Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta
Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Dahlan. M., Jusi. D., Sjamsuhidajat. R., 2000, Gawat Abdomen dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Schrock. T. R., 2000, Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7, alih
bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta.

Way. L. W., 1998, Peritoneal Cavity in Current Surgical Diagnosis & Treatment, 7th Ed.,
Maruzen, USA.

Wilson. L. M., Lester. L .B., 1995, Usus kecil dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Ed.4, alih bahasa dr. Peter Anugrah, EGC, Jakarta.
Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, 1997, Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu Bedah;
221-239, EGC, Jakarta.

Penulis
Maya Syarief, Bagian Ilmu penyakit Bedah RSUD Kota Yogyakarta

You might also like