Professional Documents
Culture Documents
APLIKASI ANDRAGOGY
DALAM PELATIHAN
__________________________________
Proses pelatihan
merupakan kontak sosial antara pelatih (Widyaiswara) dengan peserta latih dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Disini dimaksudkan bukan hanya pihak Widyaiswara yang aktif, melainkan
justru para peserta latih yang harus lebih aktif. Ini berarti dalam proses
latih-berlatih terjadi adanya kontak antara pribadi yang satu dengan yang lain,
baik antara pribadi Widyaiswara dan peserta latih, maupun pribadi peserta yang
satu dengan yang lainnya.
Pada
saat ini masih banyak dijumpai bahwa dalam
dunia pendidikan kita termasuk kediklatan, masih banyak dijiwai oleh
tradisi-tradisi lama. Salah satu yang menonjol adalah Widyaiswara benar-benar
dominan dan main kuasa terhadap para peserta latihnya. Memang harus dipahami
bahwa hal tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
(1) Self-Concept. Konsep diri dari seorang anak adalah insan yang
memiliki ketergantungan. Sebagai seorang yang tumbuh jadi dewasa, mereka
berkembang kesadarannya untuk memperoleh kemampuannya dalam mengambil suatu
keputusan sendiri. Pada saat yang bersamaan, mereka merasakan kebutuhan
mendalam untuk lebih mampu bergerak sendiri. Perobahan konsep diri dari
ketergantungan kepada ke tidak
tergantungan ini, berari seseorang mengalami perobahan kedewasaan jiwanya (psychological maturity) memasuki masa
dewasa (adulthood). Hal inilah yang menyebabkan insan dewasa berontak
jiwanya terhadap tindakan-tindakan yang dianggap dirinya seperti seorang
anak kecil dan dianggap tolol.
(4) Time
Perspective and Orientation to Learning. Dalam pendidikan cara pedagogi,
siswa dipersiapkan terutama untuk pemecahan masalah dimasa yang akan datang.
Sebaliknya pendekatan Andragogy, belajar/berlatih itu adalah merupakan “problem centered” bukan
“ subject centered” seperti yang dianut
pada pendekatan Pedagogy.
Sedangkan
pendekatan Andragogi menurut Suganda adalah: A jak berpartisipasi aktif; N
arasi teks diskusi dapat kompleks; D
emokratis; R ole playing dan case
study; A wasi secara longgar; G abungkan ke dalam kelompok; OG erakkan semangat belajarnya dengan
sabar; I rama penyajian sesuaikan
dengan kondisi. rientasikan pelajaran pada praktek;
(1)
Kemampuan Widyaiswara yang bersangkutan dalam menggunakan
metode tertentu.
(2)
Tujuan pelatihan yang akan dicapai.
(3)
Bahan pelatihan yang perlu dipelajari oleh peserta-latih.
(4)
Perbedaan individual dalam memanfaatkan inderanya.
(5)
Sarana dan prasarana yang ada atau yang dapat disediakan.
Berdasarkan hal-hal
tersebut di atas diharapkan bahwa Widyaiswara dapat menentukan ketepatan dan
efektipitas metode pengajaran yang digunakan dalam proses pelatihan yang
menerapkan pendekatan cara belajar orang dewasa (Andragogi). Jika metode
mengajar mampu membangkitkan aktivitas peserta-latih dalam pengajaran maka hal
ini menunjukkan bahwa metode pelatihan tersebut merupakan metode yang efektif.
Metode yang baik adalah metode yang (1)
memperhatikan prinsip-prinsip belajar, (2) mengutamakan aktivitas
peserta-latih, (3) mempertimbangkan perbedaan individual peserta-latih, (4)
merangsang peserta-latih berpikir dan bernalar, dan (5) memungkinkan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan diri peserta-latih.
1.
Sejauh mana Widyaiswara memberikan dorongan kepada
peserta-latih untuk bekerjasama dalam belajar?
2.
Sejauh mana Widyaiswara memberikan dorongan kepada
peserta-latih untuk menggunakan hasil pengamatan dan pengalaman mereka sendiri
sebagai bahan diskusi dikelas?
_________________________