You are on page 1of 28

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AL-QUR’AN SNQS 2010

KONSEP DIRI PERSPEKTIF AL-QUR’AN


TERKAIT PEMBENTUKAN MORAL REMAJA
………………………………………………………………………………

Jenis Kegiatan:
PKM - GT

Disusun Oleh :

Nama : Sudrajat
NIM : 9. 334. 021. 07
Angkatan : 2007

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)


KEDIRI
2010
HALAMAN PENGESAHAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an Terkait


Pembentukan Moral Remaja

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI ( X ) PKM-GT


(Pilih salah satu)

3. Penulis
a. Nama Lengkap : SUDRAJAT
b. NIM : 9. 334. 021. 07
c. Program Studi : Psikologi Islam
d. Jurusan :Ushuluddin dan Ilmu Sosial
e. Universitas/Institut/Politeknik : STAIN Kediri
f. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Ds. Panguragan Lor Blok V No. 12
Kec. Panguragan
Kab. Cirebon 45163
085 235 835 700
g. Alamat email : ajatbrain@gmail.com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : - orang

5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Moh. Asror Yusuf, M. Ag
b. NIP : 150 327 295
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : 081 594 967 45

Kediri,15 Februari 2010


Menyetujui
Program Studi Penulis

(M. Shofiyul Huda MF, M. Ag) ( Sudrajat )


NIP. 150 327 297 NIM. 9. 334. 021. 07

Pembantu Ketua Sekolah Tinggi Dosen Pendamping


Agama Islam Negeri Kediri

( Drs. H. Syamsul Huda, M. Ag) ( Moh. Asror Yusuf, M. Ag )


NIP. 150 259 589 NIP. 150 327 295

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sangat besar nikmat Allah,
sangat besar kasih sayang-Nya kepada kita semua. Demikian pula sholawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu’ alaihi
wasallam, beserta keluarga beliau, sahabat dan para tabi’in.
Bagaimanakah moral penerus agama dan bangsa kita? Mampukah
pendidikan formal membentuk remaja yang bermoral? Kata itulah yang membuat
penulis bergegas menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah yang sedang dihadapkan pada pembaca ini merupakan suatu
usaha untuk menawarkan sebuah wacana tentang realitas masyarakat dan sebagai
kreativitas pemuda muslm dan anak bangsa yang diharapkan mampu memberikan
sumbangsih terhadap dunia akademis. Karya ilmiah dengan judul "Konsep Diri
Perspektif Al-Qur’an terkait Pembentukan Moral Remaja" merupakan suatu
wacana yang ditawarkan penulis kepada pembaca dan diharapkan mampu menjadi
tolok ukur tentang permasalahan moral remaja muslim pada khusunya dan semua
remaja di bangsa kita yang tercinta ini pada umumnya supaya tercapai kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara yang harmonis dan sejahtera .
Tentunya sebagai karya sederhana yang masih terdapat banyak
kekurangan dan masih membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar tercipta
dialektika pengetahuan dan lebih memotivasi penulis untuk lebih kritis terhadap
realitas masyarakat. Tidak lupa penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada bapak-ibu dosen Psikologi STAIN Kediri yang telah membantu penulis
dalam memahami kajian-kajian Psikologi dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan penuh, baik secara material, maupun spiritual dalam
menyelesaikan pembuatan karya ilmiah yang sangat terbatas akan keilmuan ini.

Kediri, 15 Februari 2010

Sudrajat t
ii
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ......................................................…….……….…..….……i


Kata Pengantar ……………………………………………………….......….……ii
Daftar Isi …………………………………………………………...……….........iii
Ringkasan ................................................................................................................v

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah …………………......……………………….….….1
Rumusan Masalah ……………......………………………………………....2
Gagasan pemikiram.........................................................................................2
Tujuan Penulisan ..……………………….......……………………………...2
Manfaat Penulisan ………………………......……………………………....2

TELAAH PUSTAKA
Definisi Konsep Diri……….………….......……..……….……...........….....3
Macam-Macam Konsep Diri……………….…………..…………........…....3
Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an……………… …………......……….......4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri dalam Al-Qur’an...............5
Moral Remaja..................................................................................................8
Teori Perkembangan Moral.............................................................................9
Aspek Pendorong Terbentuknya Moral........................................................11

METODE PENULISAN
Pengumpulan Data/Sumber Data .................................................................11
Metode Pengolahan Data .............................................................................12
Metode Pembahasan Data ............................................................................12

ANALISIS DAN SINTESIS


Analisis.........................................................................................................12
Sintesis..........................................................................................................14

iii
PENUTUP
Kesimpulan ………………….........……………………………………….14
Saran …………………………….......……………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI PENULIS
LAMPIRAN

iv
RINGKASAN

Karya ilmiah ini merupakan suatu usaha yang ingin untuk menawarkan
sebuah wacana tentang realitas masyarakat mengenai pembentukan moral remaja
yang ditinjau dari konsep diri yang tersirat dalam Al-Qur’an.
Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep
diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi
dengan lingkungan.
Dalam kajian ini terdapat dua masalah yang akan dijawab, yaitu
bagaimanakah pandangan Al-Qur’an tentang konsep diri? Dan bagaimanakah
konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukkan moral remaja?
Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Konsep terbagi menjadi
dua, yakni konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif akan
membawa kepribadian yang mantap, penerimaan diri sebagai seseorang yang
sama berharganya dengan orang lain, memberi kepuasan dalam kehidupannya
dengan dunia sekitarnya tanpa harus menimbulkan gangguan mentalnya.
Sedangkan konsep diri negatif akan cenderung membuat individu bersikap tidak
efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan
lingkungan dalam masyarakat.
Remaja harus menyesuaikan diri terhadap tuntutan dirinya dan harapan
lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan pada kepribadiannya oleh
karena itu remaja terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang baru dan
norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang
menghambat remaja di dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi remaja
yang seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan
pencapaian konsep diri positif.
Al-Qur’an dan hadist sangat menentukan dalam membentuk konsep diri
seseorang. Karena konsep diri berperan dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam masyarakat
dalam pembentukkan moral remaja.

v
Moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang
berhubungan dengan baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Seseorang
dikatakan bermoral, bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan
norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Perkembangan dan pembentukan
moral yang paling penting terletak pada masa remaja. Hal ini dikarenakan di satu
sisi remaja dituntut dalam pencapaian moral guna persiapan pada masa dewasa, di
sisi lain perkembangan moral remaja biasanya terletak pada tahap 3 yakni norma
interpersonal yang mana remaja pada tahap ini masih menganggap rasa percaya,
sayang dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dalam melakukan
penilaian moral.
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini
terdapat tiga tahap, yakni pengumpulsn data yang mana terdapat data primer dan
data skunder, pengolahan data yang menggunakan metode tematik dan
pembahasan data yang menggunakan metode deduksi dan metode induksi.
Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep
diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso
tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral
remaja.
Ririen Agustin dalam penelitiannya tentang pembinaan moral di Panti
Pamardi Putra Mandiri Sendangguo Kecamatan Tembalang Kota Semarang
terdapat faktor penghambat dalam pembinaan moral remaja, yakni pembina
merasa kesulitan dalam proses pembinaan khususnya membina anak jalanan,
karena latar belakang anak jalanan yang terbiasa hidup di jalan tanpa ada aturan.
Dari pernyataan Ririen Agustin di atas menjelaskan bahwa penentu
pertama pembinaan moral adalah latar belakang orang yang dibina itu sendiri.
Sedangkan latar belakang individu sangat terkait dengan konsep diri.
Dalam mbagian penutup penulis memberikan saran kepada pihak-pihak
terkail dengan oembahasan karya ilmiah ini, yakni remaja, keluarga dan
masyarakat sekitar.

vi
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain sebagai
teman hidup, karena manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam menjalani
kehidupannya manusia menempati lingkungan tertentu, sehingga manusia tersebut
dapat melakukan peranannya dan dapat memenuhi kebutuhannya. Manusia dalam
kehidupannya selalu membutuhkan pergaulan dengan orang lain, agar mencapai
taraf tingkah laku yang baik dalam hidupnya.
Dalam kehidupan remaja selalu datang kebudayaan yang belum tentu
positif pengaruhnya bagi kehidupannya. Remaja yang selektif akan mempelajari
dan menerima kebudayaan yang baru untuk menambah wawasan bagi dirinya, dan
sebaliknya remaja yang tidak selektif akan mudah terbawa arus sehingga akan
terjerumus dalam kebudayaan yang merusak kepribadian dan moralnya.
Remaja harus menyesuaikan diri terhadap tuntutan dirinya dan harapan
lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan pada kepribadiannya. Oleh
karena itu remaja terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang baru dan
norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang
menghambat remaja dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi remaja yang
seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan pencapaian
konsep diri positif.
Sikap dan pandangan individu terhadap seluruh keadaan dirinya
merupakan pengertian konsep diri. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan
mampu menghadapi tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya
remaja yang memiliki konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri,
merasa kurang yakin dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan
opini dari orang lain dalam memutuskan sesuatu.
Al-Qur’an dan hadist sangat menentukan dalam membentuk konsep diri
seseorang. Karena konsep diri berperan dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam masyarakat.
Dalam kondisi seperti ini, remaja butuh suatu pegangan dalam dirinya
yaitu suatu kejelasan konsep yang dapat dijadikan sarana untuk bertingkah laku
dalam menghadapi segala masalah hidupnya dan menjadikan dirinya sebagai
remaja yang bermoral.

Rumusan Masalah
− Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang konsep diri?
− Bagaimanakah konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukan
moral remaja?

Gagasan Pemikiran
Dalam karya ilmiah yang singkat ini penulis mempunyai suatu tujuan yang
tidak dapat diukur secara meteriil. Tujuan tersebut adalah dalam karya ilmiah ini
penulis berusaha menawarkan wacana keilmuan yang bersumber dari nilai-nilai
ajaran Islam. Penulis berusaha menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan konsep diri yang berfungsi sebagai pembentuk moral manusia pada
umumnya, dan moral remaja pada khususnya.

Tujuan Penulisan
− Untuk mengetahui konsep diri dalam pandangan Al-Qur’an.
− Untuk mengetahui konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukan
moral remaja

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini ada dua macam, yakni:
Kegunaan Teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an, khususnya
dalam hal bimbingan remaja yang berkonsep diri negatif.

Kegunaan Praktis
Dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan bagi para
pendidik dan orang tua dalam pembentukan moral remaja.

2
TELAAH PUSTAKA

Definisi Konsep Diri


Secara umum konsep diri (self-concept) merupakan cara keseluruhan
informasi yang kompleks, yang secara keseluruhan membentuk diri seseorang
(Mokoginta, 200:536).
William H. Fitt (1991) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan
aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan
kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan
(Agustiani, 2006:138).
Menurut Carl Rogers diri atau konsep diri merupakan keseluruhan
konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi
tentang sifat-sifat diri subjek dan persepsi-persepsi tentang hubungan antara
subjek dengan orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai
yang melekat pada persepsi-perepsi ini (Hall, 1993:134).
Hurlock menerangkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan konsep diri. Faktor-faktor tersebut adalah:
− Usia Kematangan.
− Penampilan Diri.
− Kepatutan Seks.
− Nama dan Julukan.
− Hubungan Keluarga.
− Teman Sebaya.
− Kreativitas.
− Cita- Cita (Hurlock, 1999:235).

Macam-Macam Konsep Diri


Setiap individu pasti memiliki konsep diri. Dalam kenyataannya tidak ada
individu yang sepenuhnya memiliki konsep diri yang positif atau sepenuhnya
negatif. Walaupun demikian konsep diri dapat digolongkan menjadi dua, yakni:
Konsep Diri Positif
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert individu yang
memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu :
− Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.
− Ia merasa setara dengan orang lain.
− Ia menerima pujian tanpa rasa malu.
− Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak sepenuhnya disetujui masyarakat.
− Ia mampu memperbaiki dirinya sendiri (Rakhmat, 2005:105).
Konsep Diri Negatif
Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda
individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu :
− Ia peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang
diterimanya, mudah marah dan naik pitam.
− Responsif sekali terhadap pujian, ia tidak dapat menyembunyikan
antusiasmenya pada waktu menerima pujian.
− Memiliki sikap hiperkritis terhadap orang lain. Ia selalu mengeluh,
mencela atau meremehkan apapun dan siapapun.
− Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. (Rakhmat, 2005:105).

Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an


Al-Qur'an telah mendorong kepada manusia untuk memperhatikan dirinya
sendiri, keistimewaannya dari makhluk lain dan proses penciptaan dirinya. Ayat-
ayat di bawah ini dapat dijadikan sebagai renungan tentang siapa diri manusia.

‫ن‬
َ ‫ "ُ!ْ ُِو‬#
َ َ‫ْ َأ‬%ُ&ِ'ُ(ْ)‫( َوِ َأ‬٢٠)
َ ُِِ ْ ِ ٌ‫ض ءَاَت‬
ِ ْ‫ر‬
َ ‫َوِ ا‬
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang yakin, (20) dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka
apakah kamu tiada memperhatikan? (QS. Adz-Dzariyat:20-21)
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah bahwa di
dunia ini telah terdapat tanda-tanda yang semuanya itu menunjukkan keagungan
Sang Maha Pencipta dan kekuasaannya yang sangat luas, seperti bermacam-
masam tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, padang-padang, gunung-gunung,

4
gurun-gurun, dan sungai-sungai, dan perbedaan bahasa dan ras atau warna kulit
pada manusia dan apa-apa yang terdapat dalam diri manusia yaitu akal,
pemahaman, harkat, dan kebahagiaan (Katsir, Jilid IV:281-282).
Adanya perbedaan dalam diri manusia inilah seharusnya membuat setiap
manusia harus memperhatikan dirinya sendiri baik itu dari segi fisik maupun
psikolgis. Karena perbedaan dalam diri manusia tersebut sangat penting kiranya
manusia untuk memiliki konsep diri yang jelas. Dengan mengetahui konsep diri
yang jelas setiap individu akan mengetahui secara terfokus apa yang dapat mereka
kontribusikan, baik dalam hubungan sesama manusia yang mencakup moral,
maupun hubungan dengan sang Kholik.

*+ َ'ُ, .
ٍ َ/‫ َوَأ‬1
0 َ2ْ ِ3 5
4 ‫ُ َ ِإ‬7ََْ3 َ,‫رْضَ َو‬
َ ‫ت وَا‬
ِ ‫ ََا‬4' ‫ُ ا‬84 ‫ ا‬1
َ َ َ9 َ, ْ%ِ7ِ'ُ(ْ)‫ُوا ِ َأ‬4&َ(َ:َ ْ%َ ‫َأ َو‬
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri
mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan
waktu yang ditentukan. (QS. Ar-Rum:8)
Ayat di atas memiliki makna bahwa Allah menciptakan seluruh
ciptaaanya dengan tujuan yang benar dan waktu yang telah ditentukan yang
menurut Ibnu Katsir adalah hari kiamat (Katsir, Jilid III:517-518).
Berdasarkan ini, manusia seharusnya memikirkan dan merenungkan
penciptaan diri mereka sendiri. Sehingga dapat mengetahui siapa dirinya
dan apa yang harus ia perbuat semasa hidupnya karena seluruh hidup akan
kembali kepada Sang Pencipta.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep dalam Al-Qur’an
Berpikir Positif
%ُ ِ َ;ْ ‫ ِ ُ< ا‬4' ‫َ ِ;ً هُ َ ا‬/ ِ84 ِ ‫@ َة‬4 ِ;ْ ‫ن ا‬
4 ‫ْ ِإ‬%ُ7ُ َْ A
َ ْ)@ُ ْ2َ 5
َ ‫َو‬
Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya
kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Yunus: 65)
Allah menegaskan kepada Rasulullah SAW agar tidak bersedih hati
mendengar perkataan orang-orang musyrikin dan mohon pertolongan dan
tawakallah hanya kepada Allah semata karena seluruh kekuasaan adalah
milik Allah (Katsir, Jilid II: 516). Kritik yang dilontarkan seseorang
terhadap orang lain atau diri sendiri bisa saja sebagai keuntungan jika

5
diperhatikan dengan objektif, dengan menerimanya apabila jika kritik itu
sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi atau diabaikan karena tidak
sesuai dengan keinginan tanpa harus merasa lemah atas ketidakmampuan
diri. Yang diperlukan adalah bagaimana seseorang dapat memfokuskan pada
tindakannya yang positif, sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah
yang menjadi dasar keyakinannya.
Ayat di atas merupakan anjuran untuk yakin dengan diri sendiri dan
berpikir positif tanpa menghiraukan perkataan orang lain dan sikap orang
lain terhadap dirinya. Kehidupan akan bisa dibina dengan baik melalui cara
berpikir yang benar, keyakinan yang teguh, dan tindakan yang tepat.

Keyakinan dan Tindakan


Jika iman dan amal bergabung dengan ketakwaan maka pengetahuan
pun akan diperoleh. Pengetahuan yang mengantar manusia dekat kepada
Allah bukan hanya pengetahuan teoritis. Kebahagiaan dicapai hanya
manakala pengetahuan dan amal berpadu (Amstrong, 1996:28).
Ayat al-Qur'an yang mengaitkan antara iman dan amal sangat
banyak, yang berarti tidak cukup hanya keimanan atau keyakinan tanpa
adanya tindakan yang membuktikan bahwa ia benar-benar beriman.
ْ%B ُ‫ ه‬5
َ ‫ْ َو‬%ِ7ْB َ َC ٌ‫ْف‬B َ9 #
َ B َ E
َ َ B ْF‫ َوَأ‬
َ B َ,‫ْ ءَا‬B َ َ 
َ ِ‫ر‬Gِ B ُْ,‫ َو‬
َ ِ0HB َ!ُ, 5
4 ‫ ِإ‬
َ ِ B َIُْ ْ ‫ ا‬.
ُ B ِIُْ) BBَ,‫َو‬
‫ن‬
َ ُ)@َ ْ2َ
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk
memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang
beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS.Al-
An'am: 48)
Ayat di atas dapat dipahamai bahwa dengan adanya iman dan amal
akan menimbulkan ketenangan. Banyak manusia yang memiliki gagasan dan
keyakinan untuk menggapai kesuksesan yang diimpikan akan tetapi
kebanyakan mereka mengubur gagasan dan keyakinan itu dengan menunda
karena kemalasan atau ketakutan untuk melaksanakannya.

Berserah Diri (Tawakal)

6
Menurut Yusuf Qardhawi, menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah. Orang yang tawakal akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Ia
senantiasa merasa mantap dan optimis dalam bertindak. Di samping itu juga
akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa, yang
dapat mengalahkan segala kekuatan yang material (Muhammad, 2002:45-
46). Perumpamaan tentang orang yang tawakal digambarkan oleh Buya
Hamka bahwa bukanlah orang yang tawakal itu orang yang tidur dibawah
pohon yang lebat buahnya seumpama buah durian. Karena kalau buah itu
jatuh digoyang angin, dan orang yang tidur tersebut ditimpanya, itu adalah
kesia-sian belaka (Hamka, 1990:185).
ِ84 ‫َ َ* ا‬C‫ِ َو‬84 ‫ن ا‬
ِ ْ‫ذ‬Nِ ِ3 4 ‫ً ِإ‬OَْP ْ%ِ‫ه‬0‫َر‬Qِ3 R
َ َْ ‫َُا َو‬,‫ ءَا‬
َ ِG4 ‫ن ا‬
َ @ُ ْ2َِ ‫ن‬
ِ َJْ4H ‫ ا‬
َ ِ, ‫َْى‬L4 ‫ َ ا‬4)‫ِإ‬
‫ن‬
َ ُِ,ْSُ ْ ‫ ا‬.
ِ 4‫َ َآ‬:َْ َ
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya
orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu
tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali
dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang
yang beriman bertawakkal.(QS. Al-Mujadalah: 10)

Berserah diri hendaknya hanya kepada Allah. Dalam ayat ini


ditegaskan tentang larangan berbisik-bisik dihadapan orang lain karena
akan menimbulkan kesedihan bagi orang mukmin yang lain. Orang-orang
yang beriman adalah orang yang bertawakal kepada Allah, dan meminta
semua urusannya melalui pertolongan Allah, mohon perlindungan dari
syetan dan kejahatan.

Bersyukur
Setelah bertawakal kepada Allah dalam arti menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah dengan usaha yang maksimal. Untuk membentuk
konsep diri positif perlu adanya rasa syukur untuk menimbulkan sikap
positif dan perasaan menerima apa yang telah didapatkan dari tindakan
yang dikerjakan kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat yang ia
berikan.
ْ%ُ&4)Uَ ِ‫ز‬
َ َ ْ%ُ"َْ&َP ِْOَ ْ%ُ&W3‫ن َر‬
َ ‫ذ‬4 Xَ َ" ْ‫َوِإذ‬

7
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(ni`mat) kepadamu,(QS.Ibrahim: 7)

Para ahlul jannah nantinya akan mengucapkan syukur kepada Allah


yang telah menghilangkan kesedihan mereka dan mereka mengakui akan ke-
Maha Pengampunan dan Maha mensyukuri Allah. Jika umat Islam ingin
menjadi ahlul jannah tentunya saat ini umat Islam harus mensyukuri segala
nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka.

Evaluasi Diri (Muhasabah)


Evaluasi Diri adalah salah satu ajaran yang dianjurkan Islam kepada
umatnya dalam setiap hari untuk selalu mengevaluasi diri agar hari esok
lebih baik dari hari ini.
‫ن‬
َ ُ َ ْ;َ" َ ِ3 ٌِ!َ9 َ84 ‫ن ا‬
4 ‫َ ِإ‬84 ‫ُا ا‬Y4"‫ وَا‬Uٍ َZِ ْ[َ,U4 َ َ, ٌRْ(َ) ُْ\َْ:ْ ‫َ َو‬84 ‫ُا ا‬Y4"‫َُا ا‬,‫ ءَا‬
َ ِG4 ‫َ ا‬7W‫ََأ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(QS.Al-Hasyr:18)
Dengan Muhasabah seseorang akan dapat lebih memahami kondisi
dirinya. Jika anda mati minggu depan, apa yang ingin anda bisa katakan
mengenai hal-hal yang telah anda capai atau sumbangkan pada kehidupan?
Jika anda diberi waktu setahun lagi, apa yang akan anda lakukan dengan
waktu tersebut (Zohar, 2002:232).

Moral Remaja
Pengertian Moral
Moral dalam kamus bahasa indonesia diartikan sebagai ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya, atau kondisi mental yang membuat orang selalu
berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya, atau isi hati atau
keadaan perasaan sebagaimana terungakap dalam perbuatan (Pusat
Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 1997: 665).

8
Moral adalah sesuatu yang menyinggung tentang akhlak, moril,
tingkah laku yang susila, atau ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok
orang dengan perilaku pantas dan baik, atau menyinggung hukum atau adat
kebiasaan yang mengaatur tingkah laku (Chaplin, 2006:309).

Sugeng Hariyadi mendefinisikan bahwa moral merupakan


serangkaian nilai-nilai yang didalamnya memuat kaidah, norma. Tata cara
kehidupan, adat istiadat, dan pranata yang standart baik buruknya perilaku
individu atau kelompok yang dipengaruhi oleh nilai-nilai sosial budaya dan
religi dari individu atau kelompok masyarakat. Perilaku moral yang baik
diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan,
ketertiban, keharmonisan, dan kesejahteraan (Hariyadi, 2003:88).

Pengertian Remaja
Dalam kamus psikologi, remaja diartikan sebagai periode antara
pubertas dan kedewasaan, usia yang diperkirakan antara 12 tahun sampai 21
tahun bagi anak perempuan dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi anak laki-
laki (Chaplin, 2006:12).
Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama.
Pada masa ini juga terjadi transformasi intelektual yang memungkinkan
untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa (Hurlock,
1999:206).

Teori Perkembangan Moral


Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan,
yakni:
Moralitas Heteronom, tahap yang terjadi pada usia 4 sampai 7 tahun. Pada
tahap ini kesdilan dan peraturan dipahami sebagai suatu properti dunia yang
tidak dapat diubah, dalam arti di luar kendali manusia.

9
Transisi Moralitas, yakni tahap transisi dari tahap moralitas heteronom
menuju tahap moralitas otonom yang berada pada usia 4 sampai 7 tahun.
Pada tahap ini anak menunjukkan karakteristik dari kedua tahap tersebut.
Moralitas Otonom, tahap ini muncul pada usia sekitar 10 tahun ke atas.
Pada tahap ini anak menyadari bahwa peraturan dan hukuman dibuat oleh
manusia dan menilai sesuatu tindakan seseorang harus memperhatikan
intensi pelaku dan memikirkan konsekuensinya (Santrock, 2003:439).

Teori Perkembangan Moral Kohlberg


Kohlberg mengembangkan teori Piaget, yakni ia membagi
perkembangan moral menjadi tiga tingkatan yang masing-masing tingkatan
terdiri dari dua tahap, yakni:
Penalaran Prakonvensional, pada tingkatan ini individu tidak
menunjukkan internalisasi moral, dalam arti penalaran moral dikendalikan
oleh hadiah dan hukuman dari luar.
Tahap 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman.
Tahap 2. Individualisme dan tujuan.
Penalaran Konvensional, pada tingkatan ini individu mematuhi sebagian
standar internal tertentu yang berasal dari luar.
Tahap 3. Norma interpersonal.
Tahap 4. Moralitas sistem sosial.
Penalaran Postkonvensional, pada tingkatan ini individu mampu
menginternalisasikan moralitas sepenuhnya dan tidak didasarkan pada
standar dari luar.
Tahap 5. Hak komunitas dan hak individu.
Tahap 6. Prinsip etis universal (Santrock, 2003:441-442).

Menurut Kohlberg penalaran moral remaja biasanya terletak pada tahap 3,


yakni remaja menganggap rasa percaya diri, sayang dan kesetiaan pada orang lain
sebagai dasar melakukan penilaian moral (Santrock, 2003:441-442).
Dalam pandangan fenomenologisnya, Furter (1965) mengemukakan tiga
macam dalil yang berkaitan dengan remaja dan moral, yakni (Monks, 2002:315):

10
− Tingkah laku moral yang sesungguhnya baru muncul pada masa remaja.
− Masa remaja sebagai periode masa muda harus dihayati beetul-betul agar
mencapai tingkah laku moral yang otonom.
− Eksistensi muda sebagai keseluruhan merupakan masalah moral dan hal
ini harus dilihat sebagai hal yang bersangkutan dengan nilai-nilai.

Aspek Pendorong Terbentuknya Moral


Menurut Bambang Daroeso baik secara individual maupun secara
kelompok, moral didorong oleh tiga unsur, yaitu:
− Kehendak yaitu pendorong pada jiwa manusia yang memberi alasan pada
manusia untuk melakukan perbuatan.
− Perwujudan dari kehendak yang berbentuk cara melakukan perbuatan
dalam segala situasi dan kondisi.
− Perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar dan kesadaran inilah yang
memberikan corak dan warna perbuatan tersebut (Agustiningsih, 2005:12).

METODE PENULISAN

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis menggunakan kajian pustaka


dengan pendekatan kualitatif dan menampilkan argumentasi penalaran keilmuan.
Langkah-langkah dalam penyusunan karya ilmiah ini sebagai berikut :

Pengumpulan Data/Sumber Data


Sumber data dalam kajian ini terbagi menjadi dua, yakni:

Data primer
Data primer adalah sejumlah data yang berisi buku-buku atau kitab-
kitab pokok yang membahas masalah yang sesuai dengan topik. Terdiri dari
mushaf Al-Qur’an Utsmani, Tafsir Ibn Katsir, buku Adolescence karya J. W.
Santrock dan buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat.
Data sekunder
Data sekunder disini adalah sejumlah data yang berasal dari buku,
buletin, jurnal atau artikel penunjang, sebagai pelengkap dalam membahas
masalah yang sedang dikaji.

Metode Pengolahan Data


Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah pendekatan tafsir
maudlu’i (metode tematik).
Metode tematik berasal dari disiplin ilmu tafsir, kerja operasionalnya
adalah dengan membahas ayat-ayat suci al-Qur'an sesuai dengan tema. Semua
ayat yang berkaitan dihimpun kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari
berbagai aspek yang terkait dengannya. Aspek-aspek ini dijelaskan dengan rinci
dan tuntas serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen itu berasal dari Al-Qur'an,
hadits maupun pemikiran rasional (Baidan, 1998: 151).

Metode Pembahasan Data


Metode Deduksi
Ialah pembahasan data yang berangkat dari pengetahuan yang
sifatnya umum untuk menilai suatu kejadian yang khusus (Sutriano,
1984:42).
Metode Induksi
Adalah pembahasan data yang berangkat dari fakta-fakta khusus
untuk dikembangkan kepada fakta umum Sutriano, 1984:42).

ANALISIS DAN SINTESIS

Analisis
Berdasarrkan uraian di atas menunjukkan bahwa konsep diri adalah
gambaran seseorang tentang dirinya sendiri secara keseluruhan, yang merupakan
hasil pengenalan diri yang diperoleh melalui serangkaian proses pemikiran,
perasaan, persepsi, dan evaluasi tentang dirinya sendiri.
Konsep diri positif akan membawa kepribadian yang mantap, penerimaan
diri sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain, memberi
kepuasan dalam kehidupannya dengan dunia sekitarnya. Sedangkan konsep diri
negatif akan cenderung membuat individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat
dari kemampuan interpersonal dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.
Konsep diri perspektif Al-Qur’an terdiri dari pola pikir, keyakinan dan
tindakan, tawakkal, syukur dan evaluasi diri. Ayat 20-21 surat Adz-Dzariyat dan
ayat 8 surat Ar-Rum merupakan suatu anjuran untuk memiliki konsep diri yang
jelas berkenaan dengan pengetahuan tentang dirinya. Bagaimana hakikat diri
menurut dirinya sendiri (aku diri), peran dan tuntutan yang ada dalam masyarakat
kepada dirinya (aku sosial). Dan bagaimana seharusnya aku muncul sesuai dalam
keidealannya (aku ideal). Dengan demikian menjadi penting untuk mengetahui
konsep diri yang jelas agar dapat mengetahui secara terfokus sejauh mana
seseorang memiliki arah dan tujuan. Menurut penulis, konsep diri merupakan
komponen dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia terutama umat Islam
dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini, karena konsep diri merupakan
landasan bagi manusia untuk berperilaku.
Dari beberapa pengertian moral di atas, dapat dilihat bahwa moral
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan
baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Seseorang dikatakan bermoral,
bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang
terdapat dalam masyarakat. Dengan demikian moral atau kesusilaan adalah
keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk
melaksanakan perbuatan baik dan benar.
Perkembangan dan pembentukan moral yang paling penting terletak pada
masa remaja. Hal ini dikarenakan di satu sisi remaja dituntut dalam pencapaian
moral guna persiapan pada masa dewasa, di sisi lain perkembangan moral remaja
biasanya terletak pada tahap 3 yakni norma interpersonal yang mana remaja pada

13
tahap ini masih menganggap rasa percaya, sayang dan kesetiaan terhadap orang
lain sebagai dasar dalam melakukan penilaian moral.
Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep
diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso
tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral
remaja.

Sintesis
Ririen Agustin dalam penelitiannya tentang pembinaan moral di Panti
Pamardi Putra Mandiri Sendangguo Kecamatan Tembalang Kota Semarang
terdapat faktor penghambat dalam pembinaan moral remaja, yakni pembina
merasa kesulitan dalam proses pembinaan khususnya membina anak jalanan,
karena latar belakang anak jalanan yang terbiasa hidup di jalan tanpa ada aturan
(Agustin, 2005:78).
Dari pernyataan Ririen Agustin di atas menjelaskan bahwa penentu
pertama pembinaan moral adalah latar belakang orang yang dibina itu sendiri.
Sedangkan latar belakang individu sangat terkait dengan konsep diri.
Menurut hemat penulis, faktor yang paling mendominasi pembentukan
moral remaja adalah konsep diri. Oleh karena itu dalam pembentukkan atau
pembinaan moral remaja hendaknya pihak-pihak terkait memperhatikan konsep
diri remaja terlebih dahulu. Setelah konsep diri remaja sudah terfokus pada
konsep diri yang positif, menurut asumsi penulis pembentukkan moral remaja
akan berjalan dengan mudah.

PENUTUP

Kesimpulan
Al-Qur’an memandang bahwa konsep diri terdiri dari pola pikir,
keyakinan dan tindakan, tawakkal, syukur dan evaluasi diri. Konsep diri adalah
segala hal yang berkenaan dengan pengetahuan tentang dirinya. Bagaimana
hakikat diri menurut dirinya sendiri (aku diri), peran dan tuntutan yang ada dalam
masyarakat kepada dirinya (aku sosial). Dan bagaimana seharusnya aku muncul
sesuai dalam keidealannya (aku ideal).
Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep
diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso
tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral
remaja.

Saran
Bagi Remaja
Dengan adanya konsep diri yang sedang ataupun rendah diharapkan
para remaja untuk lebih meningkatkan konsep dirinya agar tercapailah
remaja yang bermoral. Remaja diharapkan selalu berfikir positif, menerima
segala kekurangannya.
Orang Tua
Orang tua diharapkan dapat ikut lebih meningkatkan pengawasan
terhadap anaknya supaya konsep diri remaja menjadi lebih baik dan menjadi
anak yang bermoral.
Masyarakat
Masyarakat agar senantiasa menciptakan dan mempertahankan
suasana lingkungan yang sehat, harmonis dan mendukung pembentukan
konsep diri yang positif. Dan memberikan aturan yang jelas sebagai norma
dan nilai-nilai yang harus dipatuhi, senantiasa menampakkan suasana
kehidupan yang religius.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung; PT. Refika


Aditama.

Agustiningsih, Ririen. 2005. Pembinaan Moral Anak Di Panti Pamardi Putra


Mandiri Sendangguo Kecamatantembalang Kota Semarang. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Amstrong, Amatullah. 1996. Khazanah Istilah Sufi, Kunci Memasuki Dunia


Tasawuf ; Bandung. Mizan.

Baidan, Nashruddin. 1998. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Yogyakarta;


Pustaka Pelajar.

Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Kartini kartono, Penerjemah.


Jakarta: Rajagrafindo Persada. Terjemahan dari: Dictionary of
Psychology.

Depag RI. 1989. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Toha Putra. Semarang.

Hall, Callvin S. 1993. Psikologi Kepribadian 2 “Teori-Teori Holistik


(Organismik-Fenomenologis)”. A. Supratiknya, Penerjemah.
Yogyakarta: Kanisius. Terjemahan dari: Theories of Personality.

Hamka. 1990. Tasawuf Modern. Jakarta; Pustaka Panjimas.

Hariyadi, Sugeng. 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang; UNNES Press.

Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan ”Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Istiwidayanti dan Soedjarwo,
Penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Development
Psychology “A Life-Span Approach.

Katsir, Ibnu. tt. Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim. Beirut; Dar El-Fikr.

Mokoginta, Urip. 2001. Pengembangan Kualitas SDM Dari Perspektif PIO.


Depok; Bagian PIO Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Monks, F. J., A. M. P. Knoers, dan Siti Rahayu Haditono. 2002. Psikologi


Perkembangan “Pengantar dalam berbagai Bagiannya”. Yogyakarta;
Gadjah Mada University Press.
Muhammad, Hasyim. 2002. Dialog Antara Tasawuf dan Psikologi ”Telaah atas
Pemikiran Psikologi Humanistik Abraham Maslow”. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar.

Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan. 1997. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung; PT Remaja


Rosdakarya.
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Shinto B. Adelar,
Penerjemah. Jakarta:Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence.

Sutriano, Hadi. 1984. Metodologi Research. Yogyakarta; Fak. Psiko UGM.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Sudrajat

Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 13 Februari 1985

Alamat : Ds. Panguraganlor Blok V No. 12 Rt/Rw. 12/05


Kec. Panguragan Kab. Cirebon 45163

No. HP : 085 235 835 700

Email : ajatbrain@gmail.com

Blog : ajatbrain.blogspot.com

Riwayat Pendidikan : Awal pendidikan formal penulis di mulai di SDN


Panguragan Lor 1 (1991-1997). Kemudian
melanjutkan di MTs YASALMA Krapyak
Yogyakarta (1997-2000). Setelah itu melanjutkan di
MA HM. Tri Bhakti Kediri (2001–2004). Dan
karena terbentur biaya maka penulis baru
melenjutkan ke jenjang perkuliahan pada tahun
2007, yakni penulis masuk di STAIN Kediri di
Program Studi Psikologi Islam pada tahun 2007
sampai sekarang.
SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI PENULIS

‫ام  ور ا وآ‬


Salam silaturahim kami haturkan, teriring do’a semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari. Amin.
Sehubungan dengan diadakannya Lomba Karya Tulis Ilmiah Al-Qur’an
Seminar Nasional Al-Qur’an Dan Sains (SNQS) 2010 LDK AL-HURRIYYAH
IPB, maka kami menyatakan bahwa karya ilmiah yang sedang dihadapkan
pembaca ini merupakan hasil karya pribadi penulis dan belum dipublikasikan
sebelumnya, yakni:

Nama : Sudrajat
Judul Karya ilmiah :Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an Terkait
Pembentukan Moral Remaja
Nim : 9. 334. 021. 07
Prodi : Psikologi Islam
Jurusan : Ushuluddin dan Ilmu Sosial
Perguruan tinggi : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri

Demikian surat pernyataan ini penulis buat, semoga dapat digunakan


sebagaimana mestinya.
‫وام  ور ا وآ‬
Kediri, 15 Februari 2010
Hormat kami,
Penulis

Sudrajat

Lampiran 1
Tabel 1. Teori perkembangan moralitas
No. Tingkatan / Tahap Piaget Kohlberg
Moralitas Penalaran
Heteronom Prakonvensional
Tahap1. Orientasi
kepatuhan dan
01. Tingkatan / Tahap
hukuman
Tahap2. Individualisme
dan tujuan
Transisi Moralitas Penalaran
Konvensional
Tahap 3. Norma
02. Tingkatan / Tahap interpersonal
Tahap 4. Moralitas
sistem sosial
Moralitas Otonom Penalaran
Postkonvensional
Tahap 5. Hak
03. Tingkatan / Tahap komunitas dan hak
individu
Tahap 6. Prinsip etis
universal

Lampiran 2
Tabel 2. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Konsep Diri

No. Ayat Surat Kandungan


01 20-21 Adz-Dzariyat Konsep Diri
02 8 Ar Rum Konsep Diri
03 65 Yunus Berpikir
04 48 Al-An'am Keyakinan dan Tindakan
05 10 Al-Mujadilah Berserah Diri (Tawakal)
06 7 Ibrahim Bersyukur
07 18 Al-Hasyr Evaluasi Diri (Muhasabah)

You might also like