Professional Documents
Culture Documents
Jenis Kegiatan:
PKM - GT
Disusun Oleh :
Nama : Sudrajat
NIM : 9. 334. 021. 07
Angkatan : 2007
3. Penulis
a. Nama Lengkap : SUDRAJAT
b. NIM : 9. 334. 021. 07
c. Program Studi : Psikologi Islam
d. Jurusan :Ushuluddin dan Ilmu Sosial
e. Universitas/Institut/Politeknik : STAIN Kediri
f. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Ds. Panguragan Lor Blok V No. 12
Kec. Panguragan
Kab. Cirebon 45163
085 235 835 700
g. Alamat email : ajatbrain@gmail.com
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Moh. Asror Yusuf, M. Ag
b. NIP : 150 327 295
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : 081 594 967 45
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sangat besar nikmat Allah,
sangat besar kasih sayang-Nya kepada kita semua. Demikian pula sholawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu’ alaihi
wasallam, beserta keluarga beliau, sahabat dan para tabi’in.
Bagaimanakah moral penerus agama dan bangsa kita? Mampukah
pendidikan formal membentuk remaja yang bermoral? Kata itulah yang membuat
penulis bergegas menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah yang sedang dihadapkan pada pembaca ini merupakan suatu
usaha untuk menawarkan sebuah wacana tentang realitas masyarakat dan sebagai
kreativitas pemuda muslm dan anak bangsa yang diharapkan mampu memberikan
sumbangsih terhadap dunia akademis. Karya ilmiah dengan judul "Konsep Diri
Perspektif Al-Qur’an terkait Pembentukan Moral Remaja" merupakan suatu
wacana yang ditawarkan penulis kepada pembaca dan diharapkan mampu menjadi
tolok ukur tentang permasalahan moral remaja muslim pada khusunya dan semua
remaja di bangsa kita yang tercinta ini pada umumnya supaya tercapai kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara yang harmonis dan sejahtera .
Tentunya sebagai karya sederhana yang masih terdapat banyak
kekurangan dan masih membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar tercipta
dialektika pengetahuan dan lebih memotivasi penulis untuk lebih kritis terhadap
realitas masyarakat. Tidak lupa penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada bapak-ibu dosen Psikologi STAIN Kediri yang telah membantu penulis
dalam memahami kajian-kajian Psikologi dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan penuh, baik secara material, maupun spiritual dalam
menyelesaikan pembuatan karya ilmiah yang sangat terbatas akan keilmuan ini.
Sudrajat t
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah …………………......……………………….….….1
Rumusan Masalah ……………......………………………………………....2
Gagasan pemikiram.........................................................................................2
Tujuan Penulisan ..……………………….......……………………………...2
Manfaat Penulisan ………………………......……………………………....2
TELAAH PUSTAKA
Definisi Konsep Diri……….………….......……..……….……...........….....3
Macam-Macam Konsep Diri……………….…………..…………........…....3
Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an……………… …………......……….......4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri dalam Al-Qur’an...............5
Moral Remaja..................................................................................................8
Teori Perkembangan Moral.............................................................................9
Aspek Pendorong Terbentuknya Moral........................................................11
METODE PENULISAN
Pengumpulan Data/Sumber Data .................................................................11
Metode Pengolahan Data .............................................................................12
Metode Pembahasan Data ............................................................................12
iii
PENUTUP
Kesimpulan ………………….........……………………………………….14
Saran …………………………….......……………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI PENULIS
LAMPIRAN
iv
RINGKASAN
Karya ilmiah ini merupakan suatu usaha yang ingin untuk menawarkan
sebuah wacana tentang realitas masyarakat mengenai pembentukan moral remaja
yang ditinjau dari konsep diri yang tersirat dalam Al-Qur’an.
Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep
diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi
dengan lingkungan.
Dalam kajian ini terdapat dua masalah yang akan dijawab, yaitu
bagaimanakah pandangan Al-Qur’an tentang konsep diri? Dan bagaimanakah
konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukkan moral remaja?
Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Konsep terbagi menjadi
dua, yakni konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif akan
membawa kepribadian yang mantap, penerimaan diri sebagai seseorang yang
sama berharganya dengan orang lain, memberi kepuasan dalam kehidupannya
dengan dunia sekitarnya tanpa harus menimbulkan gangguan mentalnya.
Sedangkan konsep diri negatif akan cenderung membuat individu bersikap tidak
efektif, ini akan terlihat dari kemampuan interpersonal dan penguasaan
lingkungan dalam masyarakat.
Remaja harus menyesuaikan diri terhadap tuntutan dirinya dan harapan
lingkungan yang mengakibatkan adanya perubahan pada kepribadiannya oleh
karena itu remaja terkadang merasa gelisah dan cemas. Lingkungan yang baru dan
norma yang ada pada lingkungan sering dirasa sebagai suatu keadaan yang
menghambat remaja di dalam menyatakan dirinya secara wajar. Kondisi remaja
yang seperti ini mengakibatkan kegagalan dalam menyesuaikan diri dan
pencapaian konsep diri positif.
Al-Qur’an dan hadist sangat menentukan dalam membentuk konsep diri
seseorang. Karena konsep diri berperan dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan remaja serta sangat mempengaruhi kepribadiannya dalam masyarakat
dalam pembentukkan moral remaja.
v
Moral memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang
berhubungan dengan baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Seseorang
dikatakan bermoral, bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan
norma-norma yang terdapat dalam masyarakat. Perkembangan dan pembentukan
moral yang paling penting terletak pada masa remaja. Hal ini dikarenakan di satu
sisi remaja dituntut dalam pencapaian moral guna persiapan pada masa dewasa, di
sisi lain perkembangan moral remaja biasanya terletak pada tahap 3 yakni norma
interpersonal yang mana remaja pada tahap ini masih menganggap rasa percaya,
sayang dan kesetiaan terhadap orang lain sebagai dasar dalam melakukan
penilaian moral.
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini
terdapat tiga tahap, yakni pengumpulsn data yang mana terdapat data primer dan
data skunder, pengolahan data yang menggunakan metode tematik dan
pembahasan data yang menggunakan metode deduksi dan metode induksi.
Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep
diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso
tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral
remaja.
Ririen Agustin dalam penelitiannya tentang pembinaan moral di Panti
Pamardi Putra Mandiri Sendangguo Kecamatan Tembalang Kota Semarang
terdapat faktor penghambat dalam pembinaan moral remaja, yakni pembina
merasa kesulitan dalam proses pembinaan khususnya membina anak jalanan,
karena latar belakang anak jalanan yang terbiasa hidup di jalan tanpa ada aturan.
Dari pernyataan Ririen Agustin di atas menjelaskan bahwa penentu
pertama pembinaan moral adalah latar belakang orang yang dibina itu sendiri.
Sedangkan latar belakang individu sangat terkait dengan konsep diri.
Dalam mbagian penutup penulis memberikan saran kepada pihak-pihak
terkail dengan oembahasan karya ilmiah ini, yakni remaja, keluarga dan
masyarakat sekitar.
vi
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
− Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang konsep diri?
− Bagaimanakah konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukan
moral remaja?
Gagasan Pemikiran
Dalam karya ilmiah yang singkat ini penulis mempunyai suatu tujuan yang
tidak dapat diukur secara meteriil. Tujuan tersebut adalah dalam karya ilmiah ini
penulis berusaha menawarkan wacana keilmuan yang bersumber dari nilai-nilai
ajaran Islam. Penulis berusaha menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan konsep diri yang berfungsi sebagai pembentuk moral manusia pada
umumnya, dan moral remaja pada khususnya.
Tujuan Penulisan
− Untuk mengetahui konsep diri dalam pandangan Al-Qur’an.
− Untuk mengetahui konsep diri perspektif Al-Qur’an terkait pembentukan
moral remaja
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini ada dua macam, yakni:
Kegunaan Teoritis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu-ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an, khususnya
dalam hal bimbingan remaja yang berkonsep diri negatif.
Kegunaan Praktis
Dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan bagi para
pendidik dan orang tua dalam pembentukan moral remaja.
2
TELAAH PUSTAKA
ن
َ "ُ!ْ ُِو#
َ َْ َأ%ُ&ِ'ُ(ْ)( َوِ َأ٢٠)
َ ُِِ ِْ ٌض ءَاَت
ِ ْر
َ َوِ ا
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang yakin, (20) dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka
apakah kamu tiada memperhatikan? (QS. Adz-Dzariyat:20-21)
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah bahwa di
dunia ini telah terdapat tanda-tanda yang semuanya itu menunjukkan keagungan
Sang Maha Pencipta dan kekuasaannya yang sangat luas, seperti bermacam-
masam tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, padang-padang, gunung-gunung,
4
gurun-gurun, dan sungai-sungai, dan perbedaan bahasa dan ras atau warna kulit
pada manusia dan apa-apa yang terdapat dalam diri manusia yaitu akal,
pemahaman, harkat, dan kebahagiaan (Katsir, Jilid IV:281-282).
Adanya perbedaan dalam diri manusia inilah seharusnya membuat setiap
manusia harus memperhatikan dirinya sendiri baik itu dari segi fisik maupun
psikolgis. Karena perbedaan dalam diri manusia tersebut sangat penting kiranya
manusia untuk memiliki konsep diri yang jelas. Dengan mengetahui konsep diri
yang jelas setiap individu akan mengetahui secara terfokus apa yang dapat mereka
kontribusikan, baik dalam hubungan sesama manusia yang mencakup moral,
maupun hubungan dengan sang Kholik.
*+ َ'ُ, .
ٍ َ/ َوَأ1
0 َ2ِْ3 5
4 ُ َ ِإ7ََْ3 َ,رْضَ َو
َ ت وَا
ِ ََا4'ُ ا84 ا1
َ ََ9 َ, ْ%ِ7ِ'ُ(ْ)ُوا ِ َأ4&َ(َ:َ ْ%ََأ َو
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri
mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan
waktu yang ditentukan. (QS. Ar-Rum:8)
Ayat di atas memiliki makna bahwa Allah menciptakan seluruh
ciptaaanya dengan tujuan yang benar dan waktu yang telah ditentukan yang
menurut Ibnu Katsir adalah hari kiamat (Katsir, Jilid III:517-518).
Berdasarkan ini, manusia seharusnya memikirkan dan merenungkan
penciptaan diri mereka sendiri. Sehingga dapat mengetahui siapa dirinya
dan apa yang harus ia perbuat semasa hidupnya karena seluruh hidup akan
kembali kepada Sang Pencipta.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep dalam Al-Qur’an
Berpikir Positif
%ُ َِ;ْ ِ ُ< ا4'َ ِ;ً هُ َ ا/ ِ84ِ @ َة4 ِ;ْن ا
4 ْ ِإ%ُ7َُْ A
َ ْ)@ُ ْ2َ 5
َ َو
Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya
kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Yunus: 65)
Allah menegaskan kepada Rasulullah SAW agar tidak bersedih hati
mendengar perkataan orang-orang musyrikin dan mohon pertolongan dan
tawakallah hanya kepada Allah semata karena seluruh kekuasaan adalah
milik Allah (Katsir, Jilid II: 516). Kritik yang dilontarkan seseorang
terhadap orang lain atau diri sendiri bisa saja sebagai keuntungan jika
5
diperhatikan dengan objektif, dengan menerimanya apabila jika kritik itu
sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi atau diabaikan karena tidak
sesuai dengan keinginan tanpa harus merasa lemah atas ketidakmampuan
diri. Yang diperlukan adalah bagaimana seseorang dapat memfokuskan pada
tindakannya yang positif, sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah
yang menjadi dasar keyakinannya.
Ayat di atas merupakan anjuran untuk yakin dengan diri sendiri dan
berpikir positif tanpa menghiraukan perkataan orang lain dan sikap orang
lain terhadap dirinya. Kehidupan akan bisa dibina dengan baik melalui cara
berpikir yang benar, keyakinan yang teguh, dan tindakan yang tepat.
6
Menurut Yusuf Qardhawi, menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah. Orang yang tawakal akan merasakan ketenangan dan ketentraman. Ia
senantiasa merasa mantap dan optimis dalam bertindak. Di samping itu juga
akan mendapatkan kekuatan spiritual, serta keperkasaan luar biasa, yang
dapat mengalahkan segala kekuatan yang material (Muhammad, 2002:45-
46). Perumpamaan tentang orang yang tawakal digambarkan oleh Buya
Hamka bahwa bukanlah orang yang tawakal itu orang yang tidur dibawah
pohon yang lebat buahnya seumpama buah durian. Karena kalau buah itu
jatuh digoyang angin, dan orang yang tidur tersebut ditimpanya, itu adalah
kesia-sian belaka (Hamka, 1990:185).
ِ84ََ* اCِ َو84ن ا
ِ ْذNِ ِ3 4ً ِإOَْP ْ%ِه0َرQِ3 R
َ ََُْا َو, ءَا
َ ِG4ن ا
َ @ُ ْ2َِ ن
ِ َJْ4H ا
َ ِ, َْىL4 َ ا4)ِإ
ن
َ ُِ,ْSُ ْ ا.
ِ 4َ َآ:ََْ
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya
orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu
tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali
dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang
yang beriman bertawakkal.(QS. Al-Mujadalah: 10)
Bersyukur
Setelah bertawakal kepada Allah dalam arti menyerahkan
sepenuhnya kepada Allah dengan usaha yang maksimal. Untuk membentuk
konsep diri positif perlu adanya rasa syukur untuk menimbulkan sikap
positif dan perasaan menerima apa yang telah didapatkan dari tindakan
yang dikerjakan kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat yang ia
berikan.
ْ%ُ&4)Uَ ِز
َ َ ْ%ُ"َْ&َP ِْOَ ْ%ُ&W3ن َر
َ ذ4 Xَ َ" َْوِإذ
7
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(ni`mat) kepadamu,(QS.Ibrahim: 7)
Moral Remaja
Pengertian Moral
Moral dalam kamus bahasa indonesia diartikan sebagai ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya, atau kondisi mental yang membuat orang selalu
berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya, atau isi hati atau
keadaan perasaan sebagaimana terungakap dalam perbuatan (Pusat
Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, 1997: 665).
8
Moral adalah sesuatu yang menyinggung tentang akhlak, moril,
tingkah laku yang susila, atau ciri-ciri khas seseorang atau sekelompok
orang dengan perilaku pantas dan baik, atau menyinggung hukum atau adat
kebiasaan yang mengaatur tingkah laku (Chaplin, 2006:309).
Pengertian Remaja
Dalam kamus psikologi, remaja diartikan sebagai periode antara
pubertas dan kedewasaan, usia yang diperkirakan antara 12 tahun sampai 21
tahun bagi anak perempuan dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi anak laki-
laki (Chaplin, 2006:12).
Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama.
Pada masa ini juga terjadi transformasi intelektual yang memungkinkan
untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa (Hurlock,
1999:206).
9
Transisi Moralitas, yakni tahap transisi dari tahap moralitas heteronom
menuju tahap moralitas otonom yang berada pada usia 4 sampai 7 tahun.
Pada tahap ini anak menunjukkan karakteristik dari kedua tahap tersebut.
Moralitas Otonom, tahap ini muncul pada usia sekitar 10 tahun ke atas.
Pada tahap ini anak menyadari bahwa peraturan dan hukuman dibuat oleh
manusia dan menilai sesuatu tindakan seseorang harus memperhatikan
intensi pelaku dan memikirkan konsekuensinya (Santrock, 2003:439).
10
− Tingkah laku moral yang sesungguhnya baru muncul pada masa remaja.
− Masa remaja sebagai periode masa muda harus dihayati beetul-betul agar
mencapai tingkah laku moral yang otonom.
− Eksistensi muda sebagai keseluruhan merupakan masalah moral dan hal
ini harus dilihat sebagai hal yang bersangkutan dengan nilai-nilai.
METODE PENULISAN
Data primer
Data primer adalah sejumlah data yang berisi buku-buku atau kitab-
kitab pokok yang membahas masalah yang sesuai dengan topik. Terdiri dari
mushaf Al-Qur’an Utsmani, Tafsir Ibn Katsir, buku Adolescence karya J. W.
Santrock dan buku Psikologi Komunikasi karya Jalaluddin Rakhmat.
Data sekunder
Data sekunder disini adalah sejumlah data yang berasal dari buku,
buletin, jurnal atau artikel penunjang, sebagai pelengkap dalam membahas
masalah yang sedang dikaji.
Analisis
Berdasarrkan uraian di atas menunjukkan bahwa konsep diri adalah
gambaran seseorang tentang dirinya sendiri secara keseluruhan, yang merupakan
hasil pengenalan diri yang diperoleh melalui serangkaian proses pemikiran,
perasaan, persepsi, dan evaluasi tentang dirinya sendiri.
Konsep diri positif akan membawa kepribadian yang mantap, penerimaan
diri sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain, memberi
kepuasan dalam kehidupannya dengan dunia sekitarnya. Sedangkan konsep diri
negatif akan cenderung membuat individu bersikap tidak efektif, ini akan terlihat
dari kemampuan interpersonal dan penguasaan lingkungan dalam masyarakat.
Konsep diri perspektif Al-Qur’an terdiri dari pola pikir, keyakinan dan
tindakan, tawakkal, syukur dan evaluasi diri. Ayat 20-21 surat Adz-Dzariyat dan
ayat 8 surat Ar-Rum merupakan suatu anjuran untuk memiliki konsep diri yang
jelas berkenaan dengan pengetahuan tentang dirinya. Bagaimana hakikat diri
menurut dirinya sendiri (aku diri), peran dan tuntutan yang ada dalam masyarakat
kepada dirinya (aku sosial). Dan bagaimana seharusnya aku muncul sesuai dalam
keidealannya (aku ideal). Dengan demikian menjadi penting untuk mengetahui
konsep diri yang jelas agar dapat mengetahui secara terfokus sejauh mana
seseorang memiliki arah dan tujuan. Menurut penulis, konsep diri merupakan
komponen dasar yang harus dimiliki oleh setiap manusia terutama umat Islam
dalam mengarungi kehidupannya di dunia ini, karena konsep diri merupakan
landasan bagi manusia untuk berperilaku.
Dari beberapa pengertian moral di atas, dapat dilihat bahwa moral
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan dengan
baik buruknya terhadap tingkah laku manusia. Seseorang dikatakan bermoral,
bilamana orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang
terdapat dalam masyarakat. Dengan demikian moral atau kesusilaan adalah
keseluruhan norma yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk
melaksanakan perbuatan baik dan benar.
Perkembangan dan pembentukan moral yang paling penting terletak pada
masa remaja. Hal ini dikarenakan di satu sisi remaja dituntut dalam pencapaian
moral guna persiapan pada masa dewasa, di sisi lain perkembangan moral remaja
biasanya terletak pada tahap 3 yakni norma interpersonal yang mana remaja pada
13
tahap ini masih menganggap rasa percaya, sayang dan kesetiaan terhadap orang
lain sebagai dasar dalam melakukan penilaian moral.
Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep
diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso
tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral
remaja.
Sintesis
Ririen Agustin dalam penelitiannya tentang pembinaan moral di Panti
Pamardi Putra Mandiri Sendangguo Kecamatan Tembalang Kota Semarang
terdapat faktor penghambat dalam pembinaan moral remaja, yakni pembina
merasa kesulitan dalam proses pembinaan khususnya membina anak jalanan,
karena latar belakang anak jalanan yang terbiasa hidup di jalan tanpa ada aturan
(Agustin, 2005:78).
Dari pernyataan Ririen Agustin di atas menjelaskan bahwa penentu
pertama pembinaan moral adalah latar belakang orang yang dibina itu sendiri.
Sedangkan latar belakang individu sangat terkait dengan konsep diri.
Menurut hemat penulis, faktor yang paling mendominasi pembentukan
moral remaja adalah konsep diri. Oleh karena itu dalam pembentukkan atau
pembinaan moral remaja hendaknya pihak-pihak terkait memperhatikan konsep
diri remaja terlebih dahulu. Setelah konsep diri remaja sudah terfokus pada
konsep diri yang positif, menurut asumsi penulis pembentukkan moral remaja
akan berjalan dengan mudah.
PENUTUP
Kesimpulan
Al-Qur’an memandang bahwa konsep diri terdiri dari pola pikir,
keyakinan dan tindakan, tawakkal, syukur dan evaluasi diri. Konsep diri adalah
segala hal yang berkenaan dengan pengetahuan tentang dirinya. Bagaimana
hakikat diri menurut dirinya sendiri (aku diri), peran dan tuntutan yang ada dalam
masyarakat kepada dirinya (aku sosial). Dan bagaimana seharusnya aku muncul
sesuai dalam keidealannya (aku ideal).
Jika kita mengaitkan pendapat William D. Brooks tentang ciri-ciri konsep
diri, ayat-ayat Al-Qur’an tentang konsep diri dan pendapat Bambang Daroeso
tentang aspek pendorong pembentukan moral, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri perspektif Al-Qur’an merupakan dasar bagi terbentuknya moral
remaja.
Saran
Bagi Remaja
Dengan adanya konsep diri yang sedang ataupun rendah diharapkan
para remaja untuk lebih meningkatkan konsep dirinya agar tercapailah
remaja yang bermoral. Remaja diharapkan selalu berfikir positif, menerima
segala kekurangannya.
Orang Tua
Orang tua diharapkan dapat ikut lebih meningkatkan pengawasan
terhadap anaknya supaya konsep diri remaja menjadi lebih baik dan menjadi
anak yang bermoral.
Masyarakat
Masyarakat agar senantiasa menciptakan dan mempertahankan
suasana lingkungan yang sehat, harmonis dan mendukung pembentukan
konsep diri yang positif. Dan memberikan aturan yang jelas sebagai norma
dan nilai-nilai yang harus dipatuhi, senantiasa menampakkan suasana
kehidupan yang religius.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nama : Sudrajat
Email : ajatbrain@gmail.com
Blog : ajatbrain.blogspot.com
Nama : Sudrajat
Judul Karya ilmiah :Konsep Diri Perspektif Al-Qur’an Terkait
Pembentukan Moral Remaja
Nim : 9. 334. 021. 07
Prodi : Psikologi Islam
Jurusan : Ushuluddin dan Ilmu Sosial
Perguruan tinggi : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri
Sudrajat
Lampiran 1
Tabel 1. Teori perkembangan moralitas
No. Tingkatan / Tahap Piaget Kohlberg
Moralitas Penalaran
Heteronom Prakonvensional
Tahap1. Orientasi
kepatuhan dan
01. Tingkatan / Tahap
hukuman
Tahap2. Individualisme
dan tujuan
Transisi Moralitas Penalaran
Konvensional
Tahap 3. Norma
02. Tingkatan / Tahap interpersonal
Tahap 4. Moralitas
sistem sosial
Moralitas Otonom Penalaran
Postkonvensional
Tahap 5. Hak
03. Tingkatan / Tahap komunitas dan hak
individu
Tahap 6. Prinsip etis
universal
Lampiran 2
Tabel 2. Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Berkaitan dengan Konsep Diri