Professional Documents
Culture Documents
TESIS
Soedarjatmi
E4C006118
Disusun oleh
SOEDARJATMI
E4C006118
Menyetujui
Dewan Penguji
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui
Ketua Program Studi
Magister Promosi Kesehatan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Nama : Soedarjatmi
Nim : E4C006118
Oleh karena itu pertanggung jawaban tesis ini sepenuhnya berada pada diri
saya.
Soedarjatmi
NIM : E4C006118
RIWAYAT HIDUP
1. Tahun 1986 sampai dengan tahun 1993 bekerja dibagian Fisioterapi RS.
Bethesda Yogyakarta.
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas karunia yang
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat
bantuan dan dorongan berbagai pihak. untuk itu pada kesempatan ini penulis
bimbingan, nasehat dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis menjadi
amal kebaikan dan mendapat ganti yang lebih baik dari Allah SWT. Terimakasih
2. Ibu Dra. VG. Tinuk Istiarti, MKes, selaku pembimbing utama, yang
8. Putra penulis, Fajar Pradipta dan Wikan Isthika Murti, yang dengan
selesainya tesis ini. You and I, our love will never die.
kekurangan, dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi baiknya tesis ini. Akhirnya
semoga tesis ini bisa bermanfaat, utamanya pada diri penulis dan bagi siapa saja
yang membacanya.
Penulis
Soedarjatmi
NIM. E4C006118
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk anak-anakku Fajar Pradipta dan Wikan Isthika Murti atas do’a ,
pengertian dan bantuan kalian. You and I our love will never die. Semoga
Karena itu, bila engkau telah selesai dari satu urusan, kerjakanlah urusan lain
dengan tekun
( QS : Al Insyirah : 5 dan 7 )
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iii
HALAMAN RIWAYAT HIDUP ........................................................................ iv
HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... vii
MOTTO........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiv
ABSTRAK....................................................................................................... xv
BAB V PEMBAHASAN............................................................................ 86
A. Pembahasan ........................................................................... 86
1. Karakteristik responden .................................................... 86
2. Faktor-faktor yang melatar belakangi persepsi responden 87
a. Stigma penyakit kusta ................................................... 87
b. Persepsi terhadap kemudahan kemungkinan terkena
penyakit kusta ................................................................ 88
c. Persepsi terhadap kegawatan penyakit ........................ 89
d. Persepsi terhadap manfaat berperilaku positip............. 89
e. Persepsi terhadap risiko berperilaku negatip ................ 90
f. faktor Internal yang melatar belakangi persepsi penderita
kusta terhadap stigma penyakit kusta............................ 91
g. Faktor Ekternal yang melatar belakangi persepsi penderita
kusta terhadap stigma penyakit kusta............................ 92
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 95
A. Kesimpulan ............................................................................ 95
B. Saran ..................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Di Jawa Tengah pada tahun 2006 ditemukan 4.171 orang penderita kusta
terdaftar, penderita yang sudah dalam keadaan cacat berjumlah 241, penderita
usia anak 163 dan penderita yang sedang diobati 1.989 orang. Kurangnya
pengetahuan penderita kusta tentang penyakit ini menyebabkan timbulnya
persepsi negatif yaitu stigma tentang penyakit kusta. Tujuan penelitian untuk
mendiskripsikan faktor-faktor yang melatar belakangi persepsi penderita kusta
terhadap stigma penyakit kusta.
Penelitian ini dilakukan dengan metode diskriptif kualitatif yang menggunakan
rancangan studi kasus. Responden dipilih secara porposif terdiri dari penderita
kusta yang berobat ke RSUD Tugurejo sebanyak 8 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara mendalam, selanjutnya data di analisis dengan
content analysis (diskripsi isi).
Hasil penelitian menunjukkan, Penderita kusta berpersepsi bahwa, penyakit
kusta merupakan penyakit menular, dapat menimpa semua orang, terutama
orang yang tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan
sebagian besar resonden tidak mengetahui cara penularan penyakit kusta.
Penderita kusta berpersepsi bahwa, penyakit kusta merupakan penyakit yang
berbahaya dan serius, bisa menimbulkan kematian atau kecacatan seumur
hidupnya. Penderita kusta berpersepsi, berperilaku positip ditunjukkan dengan
berobat secara rutin, melakukan perawatan diri dengan rajin dan mau
berinteraksi dengan lingkungan. Penderita kusta berpersepsi, berperilaku negatip
yaitu tidak mau berobat karena malu, mengucilkan/mengisolasikan diri dan putus
asa. Semua responden berpersepsi bahwa masyarakat disekitar tempat tinggal
dan teman-temannya tidak mengetahui bahwa responden menderita kusta dan
responden berpersepsi sikap membatasi diri, menutupi
kekurangannya/kecacatannya merupakan tindakan untuk mengurangi stigma.
Disarankan bagi Puskesmas untuk memberikan promosi kesehatan penyakit
kusta yang mampu membentuk pengertian yang benar dan positip serta untuk
melaksanakan pengobatan secara rutin.
Bagi RSUD Tugurejo, agar mengoptimalkan pelayanan Rehabilitasi Medik, Perlu
adanya suatu kelompok penderita kusta dengan program kegiatan untuk
meningkatkan motivasi dan upaya pencegahan kecacatan.
Perlunya program monitoring dan evaluasi bagi pasien yang sudah dinyatakan
sembuh dari penyakit kusta. Bagi Penderita Kusta dan Keluarga agar berobat
secara teratur, melakukan perawatan diri dan melaksanakan PHBS.
Kata kunci : Persepsi, Stigma, Kusta
Daftar Pustaka : 45 ( 1975 – 2007 )
Post-Graduate Programme
Magister Of Health Promotion
Diponegoro University of Semarang
2008
Abstracts
SOEDARJATMI (E4006118)
" THE LEPROSY PATIENT BACKGROUND'S FACTORS CONCERNING
LEPROSY DISEASE STIGMA "
xvi + 97 + 5 tables + 7 picture + 45 appendix
In year 2006 detected 4.171 leprosy patient registered in Central of Java, out of
those 241 leprosy patient had been physical defected condition, 163 child age
patient , 1989 patient had being cured. The lack knowledge of such a disease by
leprosy patient bringing on negative perception arising out that is the leprosy
disease stigma. The objective of research is to discribe the Leprosy patient
background's factors concerning leprosy disease stigma .
The reasearch had been done in qualitative descriptive method which use the
study case program.The respondent were chosed propotion from the leprosy
patient who were being in medical treatment at Tugurejo Hospital to the number
of 8 patient. The data collection were being done indepth-interview , furthermore
the data were being analysed with content analysis.
The result of Research indicate that leprosy patient have perception that leprosy
is contagion to everybody ,particularly for those who not having clean dan
healthy live behavior and much of
the respondent did not know how the leprosy desease spreading. The Leprosy
patient have persception that leprosy desease is a dangerous and serious
desease which is may caused death and physical defect along life. The leprosy
patient have perception that postive behavior refer to routine check up ,
frequently self care and want to interact with their neighborhood. The leprosy
patient have perception that negative behavior refer to not to get nursery because
of ashame,self isolation and desperate.
All of the respondent have the same perception that the neighborhood and their
friends did not know that the respondent having leprosy disease so they have
perception introvert behavior, cover their deformity are the action to reduce
stigma.
Suggestion: The "Puskesmas" to give leprosy disease health promotion which is
enable to form the right understanding and positive as well as conducting routine
medicinal treatment.
For the Tugurejo Hospital in order to optimize Medical Rehabilitation Service, The
need for the leprosy patient group existence by means of such activity program
to improve the motivation and preventing physical defect effort. The need for
leprosy patient and family evaluation and monitoring program in order to get
medicinal treatment consecutively, conducting self treatment and carry on having
clean dan healthy live behavior.
Keyword : Perception, Stigma and Leprosy.
Bibliography : 43 (1975 - 2007)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh kuman kusta (mycobacterium leprae) menyerang saraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Tanda utama penyakit ini
adalah adanya bercak putih atau kemerahan yang mati rasa (anaestesi).
kadang bisa lebih. Penularan terjadi dari seorang penderita yang tidak diobati ke
orang lain melalui pernafasan atau kontak langsung yang lama dan terus -
menerus (1).
bisnis sampai kehadiran mereka pada acara –acara keagamaan serta acara di
Penyakit kusta juga menimbulkan masalah yang sangat kompleks, masalah yang
dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,
(1)
ekonomi, psikologis, budaya, keamanan dan ketahanan nasional . Kecacatan
yang berlanjut dan tidak mendapatkan perhatian serta penanganan yang tidak
normal serta kehilangan status sosial secara progresif, terisolasi dari masyarakat,
(7)
keluarga dan teman-temannya . Sedangkan secara psikologis bercak,
kusta berasal dari golongan ekonomi lemah keadaan tersebut turut memperburuk
keadaan (1).
masih banyak ditemukan. Tiga besar provinsi dengan penemuan penderita baru
tertinggi tahun 2006 adalah Jawa Timur 5.068 penderita, Jawa Barat 2.188
penderita dan Jawa Tengah 1.788 penderita. Jumlah penduduk di Jawa Tengah
masyarakat menjauhi karena merasa jijik dan takut hal ini disebabkan karena
Diera modern ini muncul istilah “stigmatisasi” yang lebih mencerminkan “kelas”
daripada fisik. Proses inilah yang pada akhirnya membuat para penderita terkucil
dari masyarakat, dianggap menjijikan dan harus dijauhi. Sebenarnya stigma ini
timbul karena adanya suatu persepsi tentang penyakit kusta yang keliru.
kusta adalah menghilangkan stigma sosial (ciri negatip yang menempel pada
mendorong perilaku masyarakat dalam menerima penderita kusta. Hal ini sangat
Rumah Sakit kelas B milik Provinsi Jawa Tengah. Terletak di Semarang bagian
barat, sebelum menjadi rumah sakit umum merupakan Rumah Sakit Khusus
penderita kusta, sampai saat ini RSUD Tugurejo masih memberikan pelayanan
penyakit kusta dan menjadi pusat rujukan serta pendidikan penyakit kusta di
Jawa Tengah.
Data kunjungan rawat jalan penderita kusta setiap tahun meningkat, tahun 2005
adalah 3.839 pasien, tahun 2006 berjumlah 3.975 dan tahun 2007 sebanyak
(5)
4.127 kunjungan. Tahun 2007 poli klinik khusus penderita kusta menemukan
192 kasus penderita baru. Jumlah penderita rawat inap kkusus kusta tahun 2005
adalah 190 pasien, tahun 2006 sebanyak145 penderita dan tahun 2007 terdapat
belakang atau di sudut ruang saat menunggu giliran diperiksa. Sebagian besar
diajak bicara mereka tidak menatap lawan bicaranya dan sebagian besar
memakai baju lengan panjang. Survey awal yang dilakukan peneliti pada bulan
masih ada persepsi negatif (stigma) penderita kusta terhadap penyakit kusta
Atas dasar hal tersebut diatas maka perlu diteliti mengenai faktor-faktor
Penderita kusta semakin hari semakin bertambah, data di poli klinik khusus
penderita kusta RSUD Tugurejo Semarang sejak tahun 2005 bukannya menurun
tahun 2007 rata-rata kunjungan pasien baru (penderita baru yang belum pernah
minum obat) berjumlah 16 orang per bulan. Di Jawa Tengah pada tahun 2006
proses stigma terhadap para penderita kusta, pada saat itu beberapa negara
masyarakat luas, maka perlu pembelajaran yang benar kepada masyarakat luas
mengisolasikan diri dari lingkungannya. Mereka tidak akan berobat karena harus
pergi kesarana kesehatan yang dengan sendirinya harus keluar rumah, bertemu
diketahui orang lain. Hal ini merupakan masalah besar bagi diri sendiri karena
rentan terjadi kecacatan dan bagi lingkungannya karena penderita ini merupakan
hal ini dapat membantu penderita untuk lebih percaya diri dan mempunyai
motivasi juga dorongan untuk berobat agar cepat sembuh dan tidak terjadi
kecacatan.
Dari uraian tersebut diatas maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : “Faktor – faktor apa saja yang melatar belakangi
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
responden.
positip.
negatip.
2. Lingkup Sasaran
3. Lingkup Keilmuan
4. Lingkup Metode
E. Manfaat Penelitian
F. Originalitas Penelitian
secara kualitatif belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian tentang
peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan tentang : A. Penyakit kusta, B.
A. Penyakit Kusta
Penyakit Kusta juga dikenal sebagai lepra atau Morbus Hansen adalah
lepra) yang terutama menyerang saraf tepi dan organ tubuh kecuali susunan
saraf pusat.
a. Penyebab.
Hansen dalam tahun 1873. kuman kusta ini berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1 – 8 mic, lebar 0,2 – 0,5 mic, biasanya berkelompok dan ada yang
tersebar satu – satu, hidup dalam sel dan bersifat tahan asam. Waktu
b. Sumber penularan
Sampai saat ini hanya manusia yang dianggap sebagai sumber penularan
walaupun kuman kusta dapat hidup pada Armandillo, Simpanse dan pada
Telah terbukti bahwa saluran nafas bagian atas dari penderita lepramatous (tipe
MB, yang jumlah bakterinya banyak) merupakan sumber kuman yang terpenting
di dalam lingkungan.
d. Cara Penularan
Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe Multi Basiler
Penularan terjadi apabila M.Lepra yang solid (hidup) keluar dari tubuh penderita
dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum diketahui secara pasti bagaimana
cara penularan penyakit kusta, secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan
cara kontak yang erat dan lama dengan penderita, penderita yang sudah minum
obat sesuai dengan regimen WHO tidak menjadi sumber penularan kepada
orang lain. Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah dan tidak perlu
ditakuti, semua itu tergantung dari beberapa faktor antara lain : 1) faktor sumber
apabila berobat teratur. 2) Faktor kuman kusta, kuman kusta dapat hidup diluar
tubuh manusia antara 1 – 9 hari tergantung pada suhu atau cuaca dan diketahui
hanya kuman kusta yang utuh (solid) saja yang dapat menimbulkan penularan. 3)
faktor daya tahan tubuh, sebagian besar manusia kebal terhadap penyakit kusta
Dari 100 orang yang terpapar 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh
sendiri tanpa diobati dan 2 orang menjadi sakit, hal ini belum lagi
Tempat masuk kuman kusta kedalam tubuh sampai saat ini belum dapat
bagian atas.
f. Tuan rumah
Hanya sedikit orang yang akan terjangkit penyakit kusta setelah kontak
dengan penderita, hal ini disebabkan karena adanya immunitas seseorang dalam
lingkungan tertentu akan termasuk dalam salah satu dari tiga kelompok berikut
ini yaitu :
1). Bila orang tersebut mempunyai kekebalan tubuh yang tinggi merupakan
kelompok terbesar yang telah atau akan menjadi resisten / kebal terhadap
kuman kusta.
3). Bila orang tersebut tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman kusta
merupakan kelompok terkecil dan mudah menderita kusta yang stabil dan
terhadap kusta hanya sebagian kecil yang dapat ditulari (5%). Dari
sebagian kecil ini 70% dapat sembuh dan hanya 30% yang dapat menjadi
sakit.
Seseorang dalam lingkungan tertentu akan termasuk dalam salah satu dari tiga
terbesar yang telah atau akan menjadi resisten terhadap kuman kusta.
3). Penjamu yang tidak mempunyai kekebalan terhadap kuman kusta yang
2). Isolasi terhadap penderita kusta namun hal ini tidak dianjurkan karena
lain.
tidak diketahui, kondisi perumahan, jumlah jiwa dalam satu rumah tangga dan
(paralise).
dan lain-lain.
neuritis).
Bahan pemeriksaan BTA diambil dari kerokan kulit (skin smear) asal
cuping telinga (rutin) dan bagian aktif suatu lesi kulit. Untuk tujuan tertentu
tanda-tanda utama diatas. Apabila hanya ditemukan cardinal sign ke-2 dan
petugas ragu orang tersebut dianggap sebagai kasus yang dicurigai (suspek)
1). Kelainan kulit berupa bercak merah atau putih atau benjolan
berambut
1). Rasa kesemutan tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau
muka.
kusta.
5. Klasifikasi
a. Manifestasi klinik yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang terganggu
dan sebagainya.
diagnosa meragukan.
Tanda Utama PB MB
Penebalan saraf tepi yang disertai Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf
dengan gangguan fungsi
(gangguan fungsi bisa berupa
kurang/mati rasa atau kelemahan
otot yang dipersarafi oleh yang
bersangkutan.
6. Reaksi kusta
a. Pengertian
penyakit kusta yang merupakan suatu kekebalan (seluler respon) atau reaksi
padasyaraf tepi yang menyebabkan gangguan fungsi (cacat) . Reaksi ini bisa
pengobatan, kasus yang sering terjadi penderita mengalami reaksi pada 6 bulan
sampai beberapa bulan, bila reaksi ini tidak di tangani dengan cepat dan tepat
maka kecacatan permanen bisa terjadi (misal Claw hand, Drop foot dan lain-lain).
b. Jenis Reaksi
pada 6 bulan pertama pengobatan, hal ini terjadi karena meningkatnya respon
kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman kusta dikulit dan saraf penderita
a) Gejala reaksi dapat dilihat pada perubahan kulit, neuritis (nyeri pada
saraf), gangguan fungsi saraf tepi dan kadang-kadang gangguan keadaan umum
penderita.
b) Menurut keadaan reaksi maka reaksi tipe I ini dapat dibedakan yaitu
Tabel 2.2 Beda reaksi berat dan ringan pada reaksi tipe I
immunokompleks)
a. Gejala
Gejala dapat dilihat pada perubahan lesi, neuritis (nyeri tekan) dan
gangguan fungsi saraf tepi, gangguan konstitusi dan komplikasi pada organ
tubuh.
b. Perjalanan reaksi
1. Lesi Kulit Nodul yang nyeri tekan, jumlah Nodulnyeri tekan, ada
sedikit biasanya hilang sendiri dalam yang sampai pecah
2-3 hari (ulseratif), jumlah
banyak, berlangsung
lama.
2. Keadaan Tidak ada demam atau ringan saja Demam ringan sampai
Umum berat
3. Syaraf tepi Tidak ada nyeri tekan, gangguan Ada nyeri tekan,
fungsi gangguan fungsi
4. Organ Tidak ada gangguan organ-organ Terjadi peradangan pada
Tubuh tubuh mata : liridocyslitis
Testis: Epididimoorchitis
Ginjal : Nephritis
Kelenjar Limfe :
Limfadenitis
Gangguan pada tulang
hidung dan tenggororan.
7. Pengobatan
Pada tipe MB lama pengobatan :12-18 bulan dan tipe PB lama pengobatan : 6 -
9 bulan
Lamprene tergantung dari tipe penyakitnya. Untuk tipe PB terdiri dari 2 macam
obat 2 kapsul Rifampicin 300 mg dan 1 tablet DDS 100 mg untuk hari pertama,
hari kedua dan seterusnya 1 tablet DDS 100 mg selama satu bulan, untuk tipe
1 tablet DDS 100 mg untuk hari pertama, hari kedua dan seterusnya minum
3). Kerusakan syaraf tepi (semakin dekat dengan kulit / superfisial makin
makin mudah serabut syaraf menderita trauma makin mudah rusak oleh
mikobakterium leprae)
b. Pembagian Kecacatan
cacat ini terbentuk selama fase aktif dari penyakitnya. Kecacatan primer ini
terjadi pada :
a). Wajah ( cuping telinga yang memanjang, hilangnya rambut alis, cacat
fasialis )
b). Anggota gerak ( kithing pada tangan / “clow hand “ dan “claw
thumb”, kithing jari-jari kaki/ “ clow toes” dan semper / “ drop foot” )
tetapi disebabkan oleh adanya anaestesi / mati rasa dan paralysis motoris /
kelumpuhan . Cacat ini terbentuk akibat salah dalam aktifitas / ”misuse” atau
tidak pernah digunakan “disuse” sebagai akibat adanya hilangnya perasaan kulit
a). Tangan (luka pada ujung jari dan ruas jari hal ini disebabkan oleh cara
kaku / kontraktur)
b). Kaki (luka akibat tumpuan berat badan,”osteolisis dan absorbsi” tulang
B. Persepsi
Persepsi
terhadap informasi yang ditangkap oleh panca indra, sesuatu yang bersifat
pengalaman panca indera tersebut. Salah satu aspek penting yang berperan
untuk membentuk suatu kesan dari ciri-ciri personal yang tak terlihat dan
kekuatan lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia karena orang yang
mempersepsi tidak berada didalam lingkungan sosial yang kosong. Kesan akhir,
sebagai produk dari persepsi ini merupakan kombinasi dari apa yang ada
senyatanya dengan apa yang diharapkan dari orang yang dihadapinya, kelas
dan tipe orang yang terlibat, serta situasi tertentu yang sedang mempengaruhi
berasal dari komponen kognitif yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman proses
Persepsi merupakan salah satu mata rantai perubahan sikap. Faktor yang
persepsi antara satu individu dengan individu lainnya terdiri dari faktor internal
dan ekternal.
1. Keturunan (heriditer)
3. Kecerdasan / pendidikan
4. Proyeksi diri (asumsi tentang perilaku orang lain yang dikaitkan dengan
lengkap
1. Norma masyarakat.
2. Adat istiadat.
tekanan sosial).
Persepsi tidak hanya sekedar mendengar, melihat dan merasakan sesuatu yang
dan eksternal. Faktor pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan,
Jenis
kelamin
Umur Tingkat
Pendidikan
Pekerjaan Persepsi Sosial
Ekonomi
Lingkungan
Fisik
C. Stigma
Stigma berasal dari zaman Yunani kuno, kata ini menunjukkan “tanda”
yaitu tanda yang diberikan dalam bentuk cap pada tubuh orang-orang yang
“stigmatisasi“ yang lebih mencerminkan kelas dari pada fisik, proses inilah yang
Stigma dalam kamus P.Salim adalah hal yang membawa aib, hal yang
memalukan, noda aib atau sesuatu dimana seseorang menjadi rendah diri, malu
kebanyakan orang. Ada banyak bukti yang mendukung bahwa orang yang
Efek dari stigmatisasi dapat berlangsung lama tetapi efek ini dapat dibatasi
beragam agar orang lain tidak mempelajari atau mengetahui stigma mereka
penipuan lainnya.
mereka beranggapan bahwa penderita kusta tidak lagi berguna karena pada
keadaan cacat penderita tidak produktif lagi, ini merupakan sikap negatip yang
tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok atau individu. Brehm dan
sekelompok orang dengan ciri-ciri tertentu dan stereotype adalah prakonsepsi ide
mengenai kelompok dan suatu image yang pada umumnya sangat sederhana,
kaku dan klise serta tidak akurat, ketidak akuratan ini timbul dari proses
(9)
overgeneralisasi (perluasan karakteristik) . Penderita kusta sering mendapat
prasangka (9) :
untuk menerima tentang hal yang membawa aib, hal yang memalukan, noda aib
atau sesuatu dimana penderita menjadi rendah diri, malu atau takut karena
Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan kita akan masa
lalu, oleh apa yang sedang kita hadapi saat ini . Menurut Wrightsman dan
Banyak faktor yang menimbulkan stigma kusta dan ini sangat bervariasi,
dalam setiap masyarakat ada masalah yang komplek mengapa kusta ditakuti dan
menjadikan penyakit yang memalukan. Beberapa alasan yang sifatnya umum
diantaranya (3) :
Percaya tentang akibat kusta telah berbeda sepanjang waktu dan dimana
kutukan dewa karena berbuat salah, penderita dijauhkan dianggap berdosa dan
disantet dan penyakit akibat sexual, sampai akhirnya masyarakat percaya bahwa
2. Hukuman Mati
Faktor lain adalah sampai tahun 1940 an penyakit kusta belum ada obat
yang bisa mengobati secara efektif ini berarti penderita kusta seakan-akan telah
divonis hukuman mati karena penyakitnya tidak bisa diobati, hal ini menambah
3. Takut Ketularan
Alasan lain untuk stigma adalah kecacatan dan ketidak mampuan yang
wajahnya dimana kulit menjadi keriput, tebal, hidung melebar ini bararti sepintas
5. Bau
Beberapa pasien kusta mempunyai bau badan yang sangat jelas / khas
disebabkan oleh luka – luka yang terinfeksi, bau ini dapat menjijikan dan
mereka.
Hal ini sangat nyata, orang dengan kusta dapat menjadi malu mungkin
karena sikapnya juga kecacatannya dan sikap ini dapat mengisolasikan mereka
memalukan harus ditutupi akan menjadi stigma yang nyata pada penderita,
kusta telah terobati akan tetapi stigma kusta masih sangat nyata dan perlu
ditangani.
2. Mencegah stigmatisasi orang lain, hal ini akan lebih efektif dan efisien
diantaranya (18)
1. Dikenalinya atau dirasakannya gejala-gejala yang menyimpang dari
keadaan biasa.
bahaya.
5. Nilai ambang dari mereka yang terkena gejala itu (susceptibility atau
sakit khusus (RSK) penderita kusta. Pada tanggal 13 Januari 1994 dengan
Peraturan Daerah tentang stuktur organisasi tata kerja Rumah Sakit Kusta
Provinsi Jawa Tengah sebagai Rumah Sakit Khusus kelas C. Tahun 2000
mengalami perubahan status dari Rumah Sakit khusus menjadi Rumah Sakit
Umum. Tahun 2004 RSUD Tugurejo telah terjadi peningkatan kelas menjadi
RSU kelas B non pendidikan, tahun 2006 RSUD Tugurejo telah terakreditasi dan
lulus ISO 9000. Sampai saat ini RSUD Tugurejo masih memberikan pelayanan
unggulan penyakit kusta dan menjadi pusat rujukan serta pendidikan penyakit
RSUD Tugurejo melayani pasien kusta rawat jalan dan rawat inap, tujuan
pelayanan ini adalah mengobati dan memutus rantai penularan penyakit kusta.
pasien.
pasien.
kondisi pasien.
g. Informed consent dilakukan apabila perlu untuk tindakan, misal operasi.
PASIEN DATANG
ANAMNESIS
PEMERIK.
FISIK
PENATA PEM.
LAKSA PENUN
NAAN JANG
PENATA
LAKSA EVALUASI 1 BULAN
NAAN
EDUKASI
PASIEN PULANG RAWAT INAP
F. Landasan Teori
(11)
Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan
sosial yang secara rinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan
dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial
budaya masyarakat.
perilaku manusia sulit untuk dibatasi, karena perilaku merupakan resultansi dari
perilaku. Perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : faktor predisposisi,
Dalam arti umum, kita dapat mengatakan faktor predisposisi sebagai preferensi
belajar. Hal ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat dalam
seperti status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga.
seseorang cenderung untuk berkiblat pada perilaku yang berlaku dalam keluarga
individu tersebut. Lingkungan keluarga yang ideal dalam arti suatu keadaan yang
perilaku yang terarah dan cenderung untuk bersikap terbuka terhadap nilai-nilai
anggota keluarganya.(11)
Predisposing factors
Knowledge
Attitudes
Beliefs
Values
Perseption
Reinforsing Factors
Attitudes and behavior Behavior (action)
of health other of individuals,
personnel peers, groups or
parents or employers, communities
etc
Enabling factors
Availability of
resources
Accessibility
Referrals Environmental
Ruler orlaws Factors
Skills
menekankan pada kognisi individu, model ini sering kali dipertimbangkan sebagai
kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia (20)
Secara umum HBM diyakini bahwa individu akan mengambil tindakan untuk
mereka memandang rentan terhadap kondisi itu, jika mereka percaya bahwa
kerentanan atau keparahan kondisi, dan jika mereka percaya bahwa hambatan
Dalam konsep HBM dijelaskan bahwa perilaku adalah sebuah hasil dari
perilaku tersebut.
tersebut
Susceptibility
Benefits
Cost
atau penilaian kesehatan (health beliefs) yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit
akan muncul, hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berfikir tentang
dirinya, dia percaya bahwa penyakitnya akan berakibat serius pada anggota
sehingga tidak memeriksakan diri, akan tetapi penderita dengan persepsi positif
melakukan pengobatan secara rutin adalah suatu keuntungan yang tinggi dan
biaya yang rendah dibandingkan apabila sudah terjadi kelainan atau kecacatan.
dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu variabel demografi (usia, latar belakang
bersumber dari teori Lawren W Green dan teori Health Belief Model (HBM)
sebagai berikut :
Susceptibility
Demografik
Variable Severity Perceived
stigma
Reinforsing Benefits
Factor
- Internal factor
- External factor
Cost
Gambar 2.6. Kerangka Teori : modifikasi teori L.W. Green dan teori HBM
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka konsep.
Variabel Bebas
Persepsi penderita
terhadap kemudahan
kemungkinan terkena
Umur penyakit
Jenis Kelamin
Pendidikan Variabel Terikat
Pekerjaan Persepsi penderita
Pendapatan terhadap kegawatan
Lama sakit penyakit
Penderita
Persepsi penderita kusta merasa
terhadap manfaat terstigma
Keluarga berperilaku
Tetangga positif
Teman
Persepsi penderita
terhadap risiko
berperilaku
negatif
kusta?
kualitatif, alasan yang mendasari penelitian jenis ini karena dapat menggali atau
dan perilaku dalam setting atau lingkungan yang alami (bukan percobaan /
perilakunya dan penalaran yang tersirat pada metode kualitatif bersifat induktif
hipotesis/deduktif).(23)
ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan
(30)
. Kedua : berhubungan langsung dengan sasaran (responden). Tehnik
karena peneliti tidak memaksa diri untuk hanya membatasi penelitian pada upaya
bersifat holistik, perspektif yakni memahami secara menyeluruh dan utuh tentang
1. Populasi
Data kunjungan pasien rawat jalan di poli khusus penderita kusta rata-
2. Sampel
sosial yang bersifat unik dan kompleks, padanya terdapat pola tertentu
Informasi dan tanggapan lain dalam penelitian yang digunakan sebagai cross
check adalah keluarga dan lingkungan ( tetangga dan teman penderita) yang
1. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas.
terstigma.
2. Definisi Operasional
a. Variabel Bebas.
tahun terakhir
sehingga sembuh.
b. Variabel terikat
penderita merasa malu, rendah diri, dan merasa disingkirkan oleh lingkungannya
1. Sumber Data
Ada dua jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data
a. Data Primer
penelitian.
b. Data Sekunder
dari responden dengan cara memutar ulang rekaman kaset hasil percakapan
didokumentasikan dan tidak ada informasi penting yang hilang. Hal ini dilakukan
b. Reduksi data
transformasi data kasar yang muncul dari hasil wawancara mendalam dan
yang lebih luas. Apabila terdapat pemaknaan yang tidak dapat dimasukkan
dalam kategori yang sudah ada maka dibuat kategori yang baru. Untuk
oleh penulis.
sesuatu yang akan diteliti melalui uji coba dapat diketahui adanya pertanyaan-
pertanyaan yang benar-benar mengukur dari yang hendak diukur. Uji validitas
penderita kusta.
data dari individu dan latar belakang dengan menggunakan berbagai metode.
Cara ini baik untuk mengurangi bias yang melekat pada satu metode dan
melakukan auditing data, hal ini dapat dilaksanakan dengan cara data hasil
I. Keterbatasan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2008
di RSUD Tugurejo Semarang. Penelitian ini tidak terlepas dari kelemahan dan
berikut :
dengan melakukan cros chek pada suami, ayah, paman, tetangga dan
HASIL PENELITIAN
Tugurejo.
dan 138 tenaga non medis. Produk unggulan RSUD Tugurejo adalah sebagai
pusat diagnostik, poliklinik kecantikan, pelayanan kusta dan sebagai pusat
jumlah kunjungan penderita kusta pada tahun 2007 ada sebanyak 4.380 pasien.
Adapun jenis kelamin dan asal penderita yang berobat ke poliklinik kusta tersebut
1.260 (29%). Adapun tempat tinggal penderita 2.952 (67%) berasal dari luar
Weleri, Pekalongan, Tegal dan daerah lain sekitar Semarang kemudian 1.428
B. Karakteristik Responden
(delapan) orang penderita kusta dan 5 (orang) yang terdiri dari suami, ayah,
2. Pendidikan responden
bekerja, adapun sebagai Pegawai Swasta ada sebanyak dua orang dan
penghasilan rata-rata perbulan responden tidak sama, dari tiga orang yang
bekerja, satu responden berpenghasilan kurang dari Rp.500.000,- per bulan dan
perbulan.
menderita selama lima bulan sebanyak satu orang, selama kurang lebih dua
tahun sebanyak empat orang dan masing-masing satu orang telah menderita
kurang lebih tiga tahun, enam tahun dan lebih sepuluh tahun.
berikut : Informan berjumlah lima orang, empat orang berjenis kelamin laki-laki.
proses penderita untuk menerima tentang hal yang membawa aib, hal yang
memalukan, noda aib atau sesuatu dimana penderita menjadi rendah diri, malu
atau takut karena penyakit kusta yang dideritanya melalui panca indra penderita.
yang melatar belakangi persepsi penderita kusta terhadap stigma penyakit kusta,
Kotak 1
.....Saya merasa bersalah, tidak bisa bekerja, saya takut ketahuan
tetangga nanti pasti dikucilkan, was-was jika tubuh saya jadi cacat
pasti tetangga menjauhi saya,keluarga nggak mau datang ke rumah.
(responden menangis sampai lama).
.....Saya tidak pernah bilang kalau saya kena kusta, dikira saya
kencing manis tidak bisa sembuh dan sekampung saya sendiri yang
kena begini, tetangga bilang kena sengkolo.
.....Biasa saja,masyarakat juga biasa saja nggak tau kalau saya kena
lepra.
..... Biasa saja, tetangga tidak tau, kulo kenging lepra kering dados
mboten ketingal.
R 1,2,3,4,5,6,7,8
Keterangan : R = Responden
mengetahui lebih lanjut dapat dilihat dari beberapa tanggapan berikut ini :
Kotak 2
... Tidak tau kalau istri saya kena kusta, taunya sakit saraf karena
kami berobat ke dokter saraf sampai habis-habisan, rumah dan
isinya habis untuk biaya berobat tapi tidak sembuh, sekarang ini
kami kontrak bu tapi saya bersyukur pengobatan di sini gratis dan
istri saya sudah sembuh walau belum seratus persen.
... Teman sekolahnya tidak ada yang tau dan saya meling tidak usah
diberi tau.
... Dia itu pendiam, tidak pernah cerita, tidak pernah keluar rumah.
Teman-temannya taunya ya sakitnya itu karena salah obat, seperti
alergi seluruh badannya.
... Selama ini biasa saja mungkin karena tidak tau dia kena kusta.
I. 1,2,3 4
Keterangan : I = Informan
yang baik dengan siapa saja dan mulai bertanya-tanya tentang penyakit
Kotak 3
... Dia orangnya enthengan bu, di kerjaan dia baik, jadi kalau
mondok begini kasihan istri dan anaknya. Sebetulnya sakit apa
bu?
I. 5
penderita dan penulis tidak mengharapkan terjadi hal-hal di luar penelitian ini.
mengetahui kalau menderita kusta maka tidak ada perubahan apapun terhadap
Kotak 4
... Masyarakat tidak tau kalau sakit kusta, taunya salah obat,sebetulnya
masyarakat tidak apa-apa,hanya dia tidak mau keluar rumah, dia tidak
mau kuliah lagi, mungkin malu karena wajahnya jadi seperti itu.
... Waktu itu kan belum tau, jadi biasa saja, nggak tau kalau sekarang
sudah tersebar, kasihan ya kalau pada tau.
R 1,2,3, 4
Untuk mengetahui apakah stigma ini muncul dari masyarakat ataukah dari
tindakan apa yang masyarakat lakukan terhadap penderita dan dari ungkapan
Kotak 5
... Tetangga sering bertanya : sudah sembuh belum, apa masih kontrol
ke dokter saraf ?
... Biasa saja, dia juga sering ikut kegiatan masjid di kampung, tapi ya
beda seperti saat belum kena dulu, sekarang agak pendiam dan agak
malas-malasan kalau ada kegiatan.
... Sering rewang-rewang, disuruh bantu- bantu, karena belum tau bu.
I. 1,2,3,4
satu responden dengan membatasi diri dan responden lain dengan diam saja
responden yang masih bersekolah selalu memakai baju lengan panjang. Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai cara responden mengatasi cap buruk karena
menderita kusta dapat dilihat dari beberapa tanggapan responden berikut ini :
Kotak 6
... saya agak membatasi diri biar tetangga tidak tau, kalau omong-
omong dengan tetangga saya seperlunya saja, arisan biasanya saya
titip saja.
.... Kulo mendel mawon, jarang ngrumpi kalih tonggo, ada kegiatan
yen purun nggih dateng, selesai langsung pulang.
... Kesekolah saya selalu pakai seragam panjang, saya sering pakai
jaket karena dilengan saya ada fleknya, saya malu bu, seperti ini bu.
R,1,2,3,7
Kotak 7
... Saya tetap bekerja walaupun kadang-kadang saya tidak PeDe, tapi
tetap saya jalankan, biar saya tidak kelihatan kalau sakit kusta.
... ikut kegiatan dikampung, ada kerja bakti, ada kumpulan kampung
saya tetap datang, kalau tidak datang justru jadi omongan orang.
R 4,5
penyakit.
Penyakit kusta adalah penyakit menular. Penyakit ini dapat ditularkan dari
Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang erat dan lama
dengan penderita. Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah semua
tergantung dari beberapa faktor, antara lain : faktor sumber penularan yaitu
penderita, faktor kuman kusta dan faktor daya tahan tubuh (1).
penyakit kusta dapat menular ke semua orang terlihat bahwa sebagian besar
menjawab ”bisa” menularkan dan sebagian lagi menjawab ”tidak” menular dan
Kotak 8
... Bisa, ibu saya juga kena, gejalanya persis seperti saya dan saat ini
ibu tangannya sudah cacat.
... Mboten, sak kampung mung kula thok,kata orang-orang saya kena
sengkolo, sudah dislameti ya tidak sembuh-sembuh.
pertanyaan apa yang anda ketahui tentang penyakit kusta sebagian besar
menyatakan, penyakit kusta adalah penyakit kulit dan satu orang menjawab
penyakit kusta adalah penyakit yang bisa membuat cacat. Berikut kutipan
Kotak 9
mungkin terkena penyakit kusta, dari hasil jawaban ternyata sebagian responden
tidak mengetahui tentang ciri atau kriteria orang yang mungkin terkena penyakit
kusta, dua responden menyatakan bahwa orang yang kebersihannya kurang dan
golongan darahnya sama dengan penderita yang bisa tertular penyakit kusta.
Kotak 10
... Tidak tau bu,sekampung hanya saya saja yang sakit kados niki.
menimpa semua orang / orang lain didapat jawaban bahwa, sebagian besar
menjawab penyakit kusta bisa menular ke semua orang dan hanya tetangga
penderita menjawab penyakit kusta tidak bisa menular seperti berikut ini :
Kotak 11
I. 4
triangulasi mengenai orang yang bagaimana yang bisa tertimpa penyakit kusta,
dua orang menjawab, orang yang kondisi kesehatannya menurun dan kurang
Kotak 12
responden menjawab penyakit kusta menular melalui udara dan terdapat satu
Kotak 13
kusta bisa melalui udara dan lainnya mengatakan kontak langsung dengan
penderita bisa tertular penyakit kusta seperti tanggapan ayah penderita berikut
ini :
Kotak 14
I. 2
kelainan kulit berupa bercak yang tidak terasa/mati rasa berwarna merah atau
putih, benjolan di kulit, adanya bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak
badan atau muka, gangguan gerak anggota atau bagian muka, adanya
kecacatan, adanya luka yang tidak terasa sakit dan juga terjadinya reaksi akibat
penyakit kusta.
Kotak 15
... Sangat berbahaya, kusta menakutkan, itu cina ada yang sampai
mrotholi, mambu.
... Tidak, karena kalau minum obat akan sembuh, penyakitnya akan
hilang.
... Ya, kata ibu saya kalau kumat badan sakit semua, panas dingin,
telat minum obat kumat, ibu saya sering sampai nangis kalau
kumat.
penyakit yang berbahaya karena penyakit kusta menimbulkan gejala yang berat,
mengetahui lebih lanjut mengenai kegawatan penyakit kusta dapat dilihat dari
Kotak 16
... Ya, karena gejala yang muncul sangat berat, badannya sakit
semua, tidak bisa bangun, tidak bisa aktifitas.
... Ya, karena bisa menular ke orang lain, kan bahaya bu, keluarga
bisa kena semua.
yang berlanjut dan apabila tidak mendapatkan perhatian serta penanganan yang
yang normal serta kehilangan status sosial secara progresif, terisolasi dari
(7)
masyarakat, keluarga dan teman-temannya . Mencermati jawaban responden
merusak fisik, mental dan menyiksa lahir batin. Kemudian responden lain
lemas, panas dingin badan sakit semua akan muncul lagi dan satu responden
tidak mengetahui tentang seberapa besar bahaya yang timbul karena penyakit
bawah ini :
Kotak 17
... Wah..ya bahaya bu, kalau saya lihat yang periksa bareng saya
tangannya putus-putus, mrotholi, kulitnya mlepuh – mlepuh seperti
kena api.
... Saya takut mati, kusta berbahaya makanya saya periksa terus,
kalau minum obat badan enak, tidak berobat badan sakit semua.
... Penyakit kusta merusak fisik, merusak mental, terus terang saya
sangat depresi
... Kusta basah bisa sampai mrotholi, kusta kering rasanya senut-
senut sakit sekali bu.
R 1,2,3,4,5,8
bisa membuat cacat dan satu orang mengungkapkan kalau kambuh badannya
Kotak 18
... Saya takut kalau istri saya cacat, anak-anak ketularan, anak
saya banyak bu, empat semua dekat dengan ibunya, jadi saya
kawatir kalau mereka tertular penyakit ini.
... Wah, ya berat bu. Ibunya kalau kumat badannya sakit semua.
I. 1,5, 2
dan sebagian kecil responden mengemukaan pendapat, penyakit kusta tidak bisa
Kotak 19
... Bisa, bagaimana ya bu, rasanya sepeti itu, waktu itu saya sudah
mutung berobat kemana-mana tidak sembuh sampai habis-
habisan, rumah dijual untuk berobat, saya mikir apa saya mau mati
soalnya jantung keder terus, kalau gak ke Tugu (RSUD.Tugurejo)
mungkin saya sudah meninggal.
... Bisa, menurut kula wong sehat mawon bisa mati nggih, kematian
ditangan tuhan.
R 1,3,4,5,8
Kotak 20
... Kalau kematian InsyaAllah tidak, bisa sembuh kalau berobat.
lain :
Faktor yang berhubungan dengan penderita sendiri (umur, jenis kelamin), faktor
yang berhubungan dengan penyakitnya (lama menderita dan tipe dari penyakit),
kerusakan syaraf tepi (semakin dekat dengan kulit / superfisial makin besar
sempurna dalam waktu lama dan faktor pekerjaan (penderita yang mempunyai
anaestesi / mati rasa dan kelumpuhan. Cacat ini terbentuk akibat salah
dalam aktifitas atau tidak pernah digunakan (disuse) bisa juga karena
Kotak 21
... Bisa, kaki saya luka, ini (menunjuk sepanjang tungkai kanan) tidak
terasa lho bu, kata pasien yang barengan kontrol, kakinya cacat
awal-awalnya luka seperti ini (menunjuk luka dikaki)
... Ya, itu orang cina yangbarengan periksa dengan saya, tangan dan
kakinya mrotholi semua, semua badannya cacat.
... Ya, saya sampai saat ini ada rasa takut cacat, tangan saya sudah
mati rasa, kemarin kena air panas tidak terasa, saya takut cacat.
... Ya, ini wajah saya sudah mulai cacat, tangan saya kithing tidak
terasa, kuping saya memanjang karena penyakit ini.
... Ya, kaki saya cacat, luka tidak sembuh-sembuh terus diamputasi
berikut ini :
Kotak 22
... Bisa, keponakan saya ini tangannya sudah tidak nornal lagi,
cacat. Dulu kena air panas gak terasa sekarang jadi cacat.
I. 1,2, 3
sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh dan tanda-tanda penyakit jadi
kurang aktif sampai akhirnya hilang. Dengan matinya kuman maka sumber
penularan dari penderita ke orang lain terputus. Penderita yang sudah dalam
lanjut.
Bila penderita kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman kusta dapat
menjadi aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit dan saraf
yang dapat memperburuk keadaan. Penyakit kusta dapat diobati, bukan penyakit
turunan/kutukan.
penderita kusta diharuskan berobat secara rutin dalam waktu yang lama dan
harus minum obat setiap hari? Apa alasan dari jawaban tersebut? Semua
responden menyatakan penderita kusta harus berobat secara rutin karena kalau
sebagai berikut :
Kotak 23
... Setuju, setelah minum obat saya tenang bu, pernah telat kontrol
timbul lagi gejala seperti dulu, capek, keluar benthol-benthol.
... Baik apabila berobat, karena kalau tidak berobat bisa kumat
(kambuh)
... Baik, kadang-kadang jenuh, kalau obatnya telat sering reaksi
lagi, keluar benjolan-benjolan.
... Perlu berobat rutin, ibu saya kalau obat nya telat badannya sakit
semua.
Kotak 24
... Harus berobat ke RSUD Tugurejo karena ahlinya ada di
Tugurejo.
kesulitan karena teman penderita belum mengetahui kalau teman yang diantar
teman anda sakit kusta, bagaimana pendapat anda setelah mengetahui teman
anda menderita kusta? Berikut kutipan jawaban dari teman penderita kusta :
Kotak 25
positip, hal-hal apa yang perlu dilakukan oleh seorang penderita kusta dan
pertanyaan dengan jawaban ”berobat” biar sembuh, tidak cacat, sedangkan dua
responden menjawab dengan berfikiran tenang, tidak stres dan satu responden
Kotak 26
... Perlu terapi psikologi, tidak hanya fisik yang diobati, terapi
mental sangat diperlukan. Karena penderita kusta seperti saya ini
sebetulnya masalah yang paling berat ”saya down sekali”.
R 1,3
pengobatan kusta sudah / akan membunuh bakteri kusta tetapi kecacatan yang
terlanjur terjadi akan menetap seumur hidupnya, sehingga penderita harus bisa
melakukan perawatan diri dengan rajin agar cacatnya tidak bertambah berat.
kelapa, vaslin atau hand body lotion) yang berfungsi untuk menjaga kelembaban
kulit. Dalam hal perawatan diri didapat beberapa jawaban responden, sebagian
basar responden menjawab dengan harus mengoles pelembab di tangan dan
kaki agar kulit tidak kering, dari RSUD Tugurejo diberi vaslin sebagai pelembab
dan satu responden menjawab, tidak perlu menggunakan pelembab kalau tidak
Kotak 27
... Harus pakai, karena kulit kering kadang sampai pecah, dari RS
Tugu saya diberi vaslin.
Selain itu untuk tangan yang mati rasa, bisa terluka oleh : benda panas,
benda-benda tajam, gesekan dari alat kerja dan pegangan yang terlalu kuat pada
Perlu melindungi tangan dari benda yang panas, kasar ataupun tajam
Seringlah berhenti dan periksa tangan dengan teliti apakah ada luka atau
Jika ada luka, memar atau lecet sekecil apapun, rawatlah dan istirahatkan
Adapun untuk kaki yang mati rasa, kaki bisa terluka oleh : Benda panas, benda
tajam, gesekan dari sepatu/sandal yang terlalu besar ataupun kecil, batu dalam
sepatu dan lain-lain. Tekanan tinggi ataupun lama berdiri terlalu lama tanpa
gerak, berjalan terlalu jauh atau cepat, jongkok yang lama dan sebagainya.
Sering berhenti dan memeriksa kaki dengan teliti apakah ada luka atau
Kalau ada luka, memar atau lecet kecil, langsung rawat dan istirahatkan
kaki (jangan sekali-sekali diinjakkan). Hal ini penulis tanyakan dengan melakukan
Kotak 28
... Ya, setiap hari saya periksa badan saya, saya takut luka-luka itu
menulari anak-anak saya.
... Ya, korengnya harus dilihat setiap hari, diobati, biar tidak putus-
putus.
.... Ya,karena kulit saya mati rasa kalau ada luka saya sering tidak
tau karena tidak sakit.
.... Ya, setiap hari, ada luka ya langsung diobati, biar tidak
”mbabrak-mbabrak”
... Ya, pasien bapak-bapak tadi lukanya sampai bau mungkin nggak
pernah diperiksa.
apabila terjadi luka baru tidak terasa sakit, responden merasa takut lukanya bisa
lukanya tidak menimbulkan cacat dan responden mengetahui kalau ada luka
Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki.
Sayangnya, orang yang cacat akibat kusta ” dicap” seumur hidup sebagai
Proses terjadinya cacat kusta tergantung dari fungsi saraf, ada tiga
macam fungsi saraf 1) fungsi motorik memberikan kekuatan pada otot (otot
gerak), 2) fungsi sensorik memberi rasa raba dan 3) fungsi otonom mengurus
Kecacatan pada kusta dapat terjadi lewat dua proses yaitu infiltrasi langsung
kuman kusta ke susunan saraf tepi dan organ (misalnya mata) dan melalui reaksi
kusta.
Tingkai cacat 1 : jika ada cacat pada mata, tangan atau kaki akibat
kerusakan saraf karena penyakit kusta, tetapi cacat itu tidak kelihatan.
Tingkat cacat 2 : jika kalau ada cacat akibat kerusakan saraf dan cacat
itu kelihatan (borok luka, jari kithing, lunglai, pemendekan, mata tidak bisa
Kotak 29
... Iya bu, saya takut seperti orang kusta yang lain tangan dan
kakinya cacat, ”semper ” jalannya pincang.
... Nggih, nek kula mboten onten cacat, ning cina niku harus diperiksa
setiap hari, keset nggih mambu.
... Iya, Karena badan saya seperti orang beri-beri saya takut kalau
sewaktu-waktu terjadi cacat.
... Iya, ini kaki saya cacat , luka tak sembuh-sembuh terus
diamputasi.
... Iya,cerita pasien yang bareng saya antri tangannya cacat, kakinya
cacat karena tidak pernah merasa tau-tau cacat.
berobat sehingga akan menjadi parah, cacat dan sebagai sumber penularan
Stigmatisasi diri sendiri pada penderita kusta sangat nyata, orang dengan kusta
dapat menjadi malu mungkin karena sikapnya juga kecacatannya dan sikap ini
bahwa kusta itu menjijikan, memalukan, harus ditutupi akan menjadi stigma yang
mengucilkan diri karena malu dan penderita yang tidak mau berobat.
Dari hasil jawaban mengenai hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan oleh
makanan tertentu tidak boleh dimakan dan keadaan stres, capek harus dihindari,
Kotak 30
R1,5
selalu mengucilkan diri karena malu didapat jawaban, satu responden menjawab
lebih baik mengucilkan diri dan satu responden lain sebenarnya mengetahui
bahwa tindakan mengucilkan diri itu adalah salah, tetapi respoden sendiri
Kotak 31
... Lebih baik mengucilkan diri dari pada dirasani orang / tetangga.
... Saya tau tidak baik tapi kadang-kadang saya juga malu dan down
bu, sehingga saya juga sering tidak percaya diri, saya sering
melakukan itu, mengurung diri.
R
2,3
kusta harus selalu berobat kalau tidak berobat maka tidak akan sembuh dan satu
responden mengharapkan adanya terapi mental oleh psykolog karena selama ini
hanya mendapatkan terapi obat saja hal ini dikatakan oleh responden ke 4
Kotak 32
kusta, informasi tentang penyakit kusta justru didapat dari orang lain seperti
petugas kesehatan, saudara atau perangkat desa, dan saat pertama mengetahui
penderita merasa kaget, takut, tidak percaya, berkeinginan bunuh diri. Beberapa
berikut :
Kotak 34
... Takut sekali kalau tetangga tau, nanti saya dikucilkan (responden
menangis), takut menular keluarga, anak-anak saya, saya was-was bu
sampai sekarang.
... Syok, malu, takut luar biasa saya waktu itu berusaha bunuh diri.
dibawah ini :
Kotak 35
... Suami saat itu selalu berusaha mengobatkan saya
... Suami saya bilang ”wong kok gaweane lara”. Anak-anak dulu
sukanya marah
sekarang sudah tau suruh berobat terus.
... Bapak – ibu kaget selama ini taunya saya sakit karena salah obat.
... Takut sekali, orang tua saya takut kalau saya pada ”mrotholi”
merasa takut kalau tertularan penyakit ini dan merasa kasihan kalau penderita
Kotak 36
... Kecewa, wong keluarga lain tidak ada yang kena, kasihan, saya
gak tega.
I. 3
menunduk berkata :
Kotak 37
... Saya sangat kasihan pada anak perempuan saya ini, ibunya juga
kena katanya di badan sakit semua, saya kawatir kalau anak saya
jadi minder di sekolahnya
I.2
Kotak 38
terjadi pada saat mengetahui kalau istri, anak, keponakan, tetangga dan teman
penderita telah menderita kusta semua merasa takut, was-was, dan juga kaget
karena penyakitnya adalah kusta dan satu orang tidak mengetahui kalau
Kotak 39
ini :
Kotak 40
... Ya tidak apa-apa, bapak dan paman saya selalu ngantar saya
berobat ke RSU Tugurejo
... Orang tua takut dan kecewa karena saya sakit sudah diobatkan
kemana-mana katanya kena ”sengkolo” ternyata kena kusta.
mendorong untuk berobat walaupun ada perasaan kecewa, was-was dan takut,
dan responden ke 5 menilai sikap keluarga saat itu pasip saja, berikut kutipannya
Kotak 41
Adapun apa yang dilakukan keluarga setelah mengetahui kalau responden sakit
berobat hanya satu responden menjawab bahwa keluarga tidak peduli kalau
responden menderita penyakit kusta, seperti kita lihat pada kutipan berikut :
Kotak 42
Kotak 43
... Anak terbesar saya tau kalau ibunya sakit kusta baru-baru ini, dulu
ya belum tau dan sekarang dia sering Bantu ibunya untuk pekerjaan
rumah.
... Ibunya nangis saat saya beri tau kalau Afif juga kena kusta, dia
sering ”nuturi” untuk berobat terus. Adik-adiknya tidak tau, masih
kecil.
... Sepertinya biasa saja bu, mungkin karena dari keluarga kurang
mampu jadi mau berobat ya mikir biaya, kalau disini kan tidak bayar.
tempat tinggal responden, faktor ini berupa interaksi sosial di luar pribadi
tetangga tidak ada yang tau kalau responden sakit kusta, semuanya
Kotak 44
... Tetangga dan teman saya tidak tau bu, taunya saya sakit saraf.
... Kabeh mboten ngerti , katanya penyakit saya tidak bisa sembuh.
... Lingkungan tidak tau, teman tidak tau, taunya salah obat.
... Biasa saja, tidak tau kalau saya kena kusta, taunya kena gula dan
kaki saya dipotong karena penyakit diabetes.
... Teman kerja saya tidak ada yang tau kalau sakit, kalau ke
semarang ya dikira ke rumah saudara saya.
... Teman-teman disekolah tidak ada yang tau kalau saya sakit kusta,
tapi saya takut juga sewaktu-waktu mereka tau.
kabar dari kakak perempuan penderita yang juga menderita kusta, ayah
penderita mengetahui kalau putrinya menderita penyakit kusta karena istri/ ibu
penderita menderita penyakit yang sama yaitu kusta, paman penderita melihat
keponakannya sakit kusta saat menengok penderita mondok di ruang Kenanga
mengetahui kalau tetangganya sakit kusta pada saat bertemu dengan saudara
ruang kenanga RSUD Tugurejo dan teman penderita tidak tau kalau penderita
sedang sakit kusta, responden mengantar penderita karena luka dikaki yang
poli kulit, dibawah ini merupakan kutipan jawaban dari paman, tetangga dan
teman penderita :
Kotak 45
... Saya taunya saat keponakan saya ini mondok di ruang kenanga,
kata suster, sakitnya reaksi kusta.
... Teman saya, teman saya nggak sakit kusta kok bu, kakinya luka
ngga sembuh-sembuh sudah diobatkan ke puskesmas, tidak sembuh
terus saya bawa kesini, ke penyakit dalam, dirujuk ke penyakit kulit
lantai 2, dan ini mau mondok di ruang Kenanga.
I 3,4, 5
Cacat permanen yang terlihat nyata oleh lingkungan akan membatasi mereka
dengan kusta menjadi malu, hal ini mungkin karena sikapnya juga kecacatannya
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Karakteristik Responden
berumur antara 26 tahun sampai 35 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Pada
Sebagian besar responden telah menderita penyakit kusta antara 1 tahun sampai
dengan 5 tahun, dalam kurun waktu sekian lama responden harus selalu berobat
dan minum obat seraca rutin, apabila sampai terlambat dalam berobat responden
sesuatu dimana seseorang menjadi rendah diri, malu dan takut karena sesuatu
(14)
. Hasil wawancara mendalam didapatkan hasil , bahwa semua responden
penyakit kusta dan sebagian keluarga responden, merasa sangat takut dan was-
was saat mengetahui responden menderita kusta. Untuk mengatasi stigma ini,
beragam cara agar orang lain tidak mempelajari atau mengetahui tentang
temannya (12).
seperti berkerudung, memakai baju lengan panjang, rok panjang dan bagi
penderita laki-laki menggunakan jaket, memakai sepatu berkaos kaki dan bertopi
penyakit.
mengetahui adanya kerentanan pada dirinya, dia percaya bahwa penyakit akan
berakibat serius pada organ tubuh. Adanya gejala - gejala fisik mungkin
kuman kusta . Penyakit ini dapat ditularkan dari penderita kusta kepada orang
lain, secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang erat dan
lama dengan penderita. Timbulnya penyakit kusta bagi seseorang tidak mudah
semua tergantung dari beberapa faktor, antara lain : faktor sumber penularan
yaitu tipe penyakit kusta , faktor kuman kusta dan faktor daya tahan tubuh (1).
yang jorok dan kondisinya menurun yang dapat tertular penyakit kusta. Penyakit
kusta dapat ditularkan dari penderita kusta kepada orang lain. Sebagian besar
responden tidak mengetahui cara penularan penyakit kusta dan ada yang
mengatakan penyakit ini menular melalui udara dan satu responden menyatakan
bisa tertular penyakit kusta apabila golongan darahnya sama dengan penderita,
dan kecacatan dimana kecacatan ini bisa menetap seumur hidupnya. Sebagian
kematian hal ini dikemukakan bahwa gejala yang muncul saat terkena penyakit
ini sangat berat, dan saat pertama kali berobat tidak langsung diketahui
tepat, justru penyakitnya menjadi berat dalam arti lain terlambat berobat untuk
Tujuan pengobatan ini adalah untuk mematikan kuman kusta. Pada tipe MB lama
penderita kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman kusta dapat
menjadi aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit dan saraf
berobat secara rutin, karena kalau tidak rutin akan kambuh lagi, perasaan
frekuensi kekambuhan.
Kecacatan yang berlanjut dapat menimbulkan ketidak mampuan
melaksanakan fungsi sosial yang normal, serta kehilangan status sosial secara
Sebagian besar dari responden menyatakan, perawatan diri dengan rajin sangat
tangan dan kakinya akan mengurangi kekeringan pada kulit yang bisa membuat
memeriksa anggota badannya apakah terjadi luka atau tidak, karena anggota
badan penderita mengalami mati rasa sehingga kalau terjadi luka tidak terasa
mengurangi terjadinya kecacatan karena luka bisa cepat diobati sehingga tidak
bertambah berat/menjalar
umum risiko berperilaku negatip yaitu tentang hal-hal yang tidak boleh di lakukan,
yang menakutkan, hal ini menyebabkan penderita kusta merasa rendah diri,
(1)
depresi dan menyendiri Sebagian besar responden menanggapi bahwa
penderita kusta yang selalu mengucilkan diri karena malu itu tidak baik, karena
penderita kusta harus berobat, apabila tidak berobat secara rutin maka tidak
akan sembuh dan sebagian lagi menyatakan mengucilkan diri adalah tindakan
yang paling tepat agar tidak menjadi bahan pembicaraan tetangga. Responden
lain sebenarnya mengetahui bahwa tindakan mengucilkan diri adalah tidak baik,
akan tetapi responden tersebut melakukannya juga karena malu dan down
merupakan kesalahan besar karena penderita kusta jika tidak berobat selain
tidak sembuh akan mengalami reaksi dan bisa menjadi cacat dan sebagian
responden menyatakan perlu adanya terapi mental oleh psykolog karena selain
fisik yang sakit penderita kusta juga menderita sakit secara mentalnya.
informasi tentang penyakit kusta didapat dari orang lain seperti petugas
kaget, takut dan tidak percaya saat pertama kali mengetahui terserang penyakit
responden terserang penyakit kusta, sikap keluarga saat itu selalu mendorong
untuk berobat walaupun ada perasaan kecewa, was-was dan takut. Satu
kalau yang berbahaya itu adalah sakit lepra, hal ini karena keluarga tidak
mengetahui perbedaan antara kusta dan lepra, dan waktu pertama responden
menderita kusta keluarga mengatakan bahwa baru di beri cobaan dari Allah
harus diterima.
kusta dapat menjadi malu mungkin karena sikapnya juga kecacatannya dan
pendapat bahwa kusta itu menjijikan, memalukan harus ditutupi akan menjadi
stigma yang nyata pada penderita, penderita akan mengalami kesulitan untuk
berinteraksi, akan mengucilkan diri dan sikap ini akan menjadi permanen (3).
responden berpenyakit lain seperti penyakit saraf, diabetes, karena alergi obat
atau karena salah obat sehingga masyarakat dan teman responden tidak
masyarakat / orang lain untuk merubah persepsi dan perilaku mereka terhadap
individu yang dikenai stigma, dan pada umumnya menyebabkan orang yang
dikenai stigma untuk merubah persepsi tentang dirinya serta menjadikan mereka
keluarga dan teman penderita kusta tidak memberikan suatu tindakan yang
kuman kusta. Penyakit kusta dapat ditularkan dari penderita kusta tipe MB
kepada orang lain dengan cara penularan langsung. Secara teoritis penularan ini
dapat terjadi dengan cara kontak langsung yang erat dan lama dengan penderita
(1)
.
Dan cross chek yang dilakukan terhadap keluarga, tetangga dan teman penderita
kusta adalah penyakit menular, bisa menimpa semua orang dan orang yang
bisa tertular penyakit ini, dan tiga dari lima Informan mengatakan kontak
langsung yang lama adalah cara penularan penyakit kusta selain melalui udara.
karena penyakit kusta menimbulkan gejala yang berat, bisa menular ke orang
menderita penyakit kusta dari keluarganya yang juga menderita penyakit ini dan
sembuh dan sikapnya saat itu sangat kecewa, kawatir walau tetap membantu
BAB VI
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
lima orang dan enam orang berasal dari luar Semarang. Dilihat dari latar
sampai dengan lulus Sekolah Menengah Atas. Lima orang responden tidak
bekerja dan enam orang telah menderita penyakit kusta antara 1 tahun
syaraf atau penyakit alergi karena salah minum obat, penderita kusta
penyakit menular, dapat menimpa semua orang, terutama orang yang tidak
dengan :
3) Putus asa.
B. Saran
dan yang paling penting adalah pelayanan Psykologi untuk men support
mental penderita.
kecacatan.
rutin.
mungkin dan berobat secara teratur serta melakukan perawatan diri untuk
memotivasi penderita agar berobat secara teratur, dan yang lebih penting
hari.
DAFTAR PUSTAKA
12. Tri Dayakisni, Hudaniah, Psikology Sosial, Edisi Revisi, UMM-Press, 2003
22. Hari Kusnanto, Metode Kualitatif dalam Riset Kesehatan, Aditya Media,
yogyakarta.
24. Mery Debus, Buku Panduan Diskusi Kelompok Terarah, AED Healthcom.
25. HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press,
Surakarta, 2001
33. Becker MH. The Health Belief Model and Personal Health Behavior,
Charles B, Slack Inc, Thorofare, New Jersey, 1997.
38. http://her.oxfordjournals.org/cgi/content/full/cyll58v1