Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban
bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume air
ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3 liter, bahkan 5 liter.
Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadi sebelum umur kehamilan mencapai 22
minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion belum dipastikan secara benar, salah satu yang
dicurugai adanya proses infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak diketeahui sebabnya.
1
Kasus polihidramnion berkisar 0.5 - 1 % dari kehamilan. Multigravida (hamil >1) lebih
sering daripada primigravida (hamil pertama). Penyebabnya (1) Adanya kelainan pada bayi
seperti anencefali, spina bifida, Sumbatan saluran makanan bayi, tumor dileher bayi dll (2)
Kelainan plasenta: adanya tumor pada plasenta (3) Kehamilan kembar (4) Penyakit ibu seperti:
Diabetes, kelainan ginjal atau jantung.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Hidramnion.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami apa itu yang dimaksud hidramnion.
b. Dapat mengeti dan memahami apa itu penyebab hidramnion.
c. Mampu mengetahui tanda dan gejala hidramnion.
d. Dapat mengetahui frekuensi dari hidramnion.
e. Dapat mengetahui factor predisposisi , dan diagnose banding dari
hidramnion.
f. Dapat mengerti dan memahami bagaiman cara mengenali hidramnion.
g. Dapat mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana
penatalaksanaan maupun rencana asuhan yang dapat diberikan.
2
BAB II
ISI
A. Definisi
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal
atau lebih dari dua liter.
B. Etiologi
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori hidramnion
terjadi karena :
• Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam
ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.
• Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh
usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini
kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus
atau tumor-tumor placenta.
Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi
cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak
3
menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing
berlebihan.
Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli
mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan
oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion
lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.
C. Predisposisi
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:
1. Penyakit jantung
2. Nefritis
3. Edema umum (anasarka)
4. Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina
bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam
hal ini terjadi karena :
a. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
b. Exscressive urinary secration
c. Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
d. Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion
5. Simpul tali pusat
6. Diabetes melitus
7. Gemelli uniovulair
8. Mal nutrisi
9. Penyakit kelenjar hipofisis
10. Pada hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa
lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjasdi lebih banyak dan timbul hidromnion
D. Tanda
• Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
4
• DJJ sulit terdengar
E. Gejala
• Gangguan pencernaan
• Edema
• (Nyeri abdomen)
F. Diagnosis
1. Anamnesis
• Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan
yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak
(dispnoe), nyeri ulu hati, dan sianosis
• Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak
2. Inspeksi
• Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan
kadang-kadang umbilikus mendatar
5
• Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa
kandungannya
3. Palpasi
• Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan tungkai
• Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali
• Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin
4. Auskultasi
Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali
• Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi,
seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)
6. Pemeriksaan dalam
6
G. Perjalanan penyakit
1. Hidramnion kronis
2. Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa
hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi
dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang
normal.
H. Frekuensi
Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3 liter.
Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital
anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering
terjadi bersamaan dengan :
b. Hidrops foetalis
c. Diabetes mellitus
d. Toksemia gravidarum
f. Eritroblastosis foetalis
7
I. Diagnosa banding
Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya,
kemunginan:
a. Hidramnion
b. Gemelli
c. Asites
d. Kista ovarri
J. Prognosis
1. Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :
a. Kongenital anomali
b. Prematuritas
c. Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat
menumbung
d. Eritroblastosis
e. Diabetes melitus
2. Pada ibu:
a. Solutio placenta
b. Atonia uteri
d. Retentio placenta
8
e. Syok
K. Penatalaksanaan
1. Waktu hamil
• Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi
simptomatis
• Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit
untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah
sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah,
lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc
perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan
solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta,
maka pungsi harus dihentikan.
2. Waktu bersalin
• Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
9
• Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui
serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada
beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
• Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air
ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon
beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya
tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan
post partum karena atonia uteri.
3. Post partum
• Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika
• Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari
infeksi berikan antibiotika yang cukup
4. Peran Bidan
Kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi komplikasi lebih
lanjut.
10
11
KASUS
I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Istri : Ny “L” Nama Suami : Tn. “H”
Umur : 23 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku : Jawa
Alamat : Jl. Jend. Sudirman Alamat : Jl. Jend. Sudirman
No. 235 No. 235
c. Payudara
- Bentuk,ukuran,simetris : simetris
- Puting : menonjol
- Kolostrum/cairan lain : tidak ada
13
- Massa : tidak ada
d. Abdomen
- Luka bekas operasi : tidak ada
- TFU : 3 jari diatas pusat
- Leopold I : bagian atas teraba bokong
II : perut teraba tegang,bagian sukat
diraba
III : teraba keras,melenting (kepala)
IV : belum masuk PAP
- DJJ : 126x/menit, terdengar halus dan
tidak begitu jelas
e. Tangan dan kaki
- Oedem : tidak ada
- Pucat pada kuku jari : tidak ada
- Varises : tidak ada
- Refleks patella : kanan + , kiri +
f. Panggul dan genitalia eksterna
- Tukak/luka : tidak ada
- Varises : tidak ada
- Cairan : tidak ada
2. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 10gr%
III. ASSESMENT
1. Diagnosis
14
Ibu G1P0A0 dengan polihidramnion, 24 minggu hidup,tunggal,letak kepala, intra uterin.
TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan. Ibu merasakan sesak nafas, perut terasa tegang
dan lebih beras dari biasanya.
2. Masalah
a. Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya
3. Kebutuhan
a. Penjelasan tentang keadaan ibu saat ini
b. Penjelasan tentang hidramnion
c. Pemberian dukungan dan motivasi pada ibu
IV. PLANNING
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janin saat ini. Saat ini ibu dan
janin dalam keadaan baik-baik saja pembesaran perut ibu yang cepat dalam 1 minggu
terakhir disebabkan karena adanya peningkatan produksi air seni janin yang berlebihan.
Si jabang bayi minum air ketuban dalam jumlah seimbang dengan air seni yang
dihasilkan.
2. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas / pekerjaan yang
berat. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat cukup 8 jam sehari. Menganjurkan ibu
istirahat dalam keadaan setengah duduk. Untuk mengurangi gangguan rasa nyaman ibu
terhadap pembesaran perut yang cepat yang menyebabkan tekanan pada organ deperti
diaferagma sehingga mengakibatkan ibu sesak nafas.
3. Menganjuran ibu untuk diet rendah garam tetapi pemenuhan kebutuhan tetap terpenuhi,
seperti mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk-pauk, buah-buahan dalam porsi sedang, 3x
sehari. Menganjurkan ibu untuk minum 8-12 gelas tiap hari untuk menghindari terjadinya
konstipasi
4. Melibatkan suami dan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu. Karena ibu
membutuhkan pengertian emosional, konseling, serta perhatian lebih. Dukungan dari
suami dan keluarga sangat berpengaruh dalam proses mengembalikan kestabilan
emosional ibu atas kecemasan dan kekhawatiran terhadap kehamiannya.
15
5. Mengobservasi keadaan umum seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Karena
cairan ketuban yang berlebih menimbulkan keluhan-keluhan seperti gangguan pernafasan
yang berat, pertambahan berat badan yang berlebih. Keluhan tersebut akhirnya akan
memicu terjadinya hipertensi dalam kehamilan sehingga pemantauan tekanan darah
sangat penting.
6. Mengevaluasi perkembangan psikologis dan kejiwaan ibu dengan melakukan konseling
kepada ibu, meyakinkan ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan sehat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut Rustam Muchtar (1998) penjelasan mengenai hidramnion adalah sebagai berikut :
16
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau
lebih dari dua liter.
Tanda
• Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
Gejala
• Gangguan pencernaan
• Edema
• (Nyeri abdomen)
Saran
Diharapkan bidan dan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena hidramnion tersebut
memahami dan mengerti sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindari
terjadinya kegawatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Friedman. 1998. Seni Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta Barat : Binarupa
Aksara
Staf Pengajar LAB / UPF Obstetri dan Ginekologi. 1989. Osbetetri Patologi. Ekstar Offset:
Bandung
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0509/07/073621.ht
18