You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak mitos ditengah masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya mitos


tentang minum air es yang bisa mengakibatkan kembar air. Menjuluki suatu kehamilan dengan
air ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa air ketuban itu
bukan kembar sang bayi. Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel (endotel) yang
melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari, uri) dan peresapan cairan (eksudasi)
melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air
kencing janin. Dalam keadaan sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali
dalam bentuk kencing, sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaranatau siklus yang berulang. Itu
sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing. Dalam air ketuban juga
dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta butiran lemak yang bisa melapisi
permukaan kulit bayi (verniks kaseosa). Pada suatu keaadan tertentu, air ketuban didapatkan
dalam jumlah yang lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut
hidramnion saja.

Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi (1989), volume air ketuban
bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume air
ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Pada kasus polihidromnion bisa sampai 3 liter, bahkan 5 liter.
Produksi air ketuban yang abnormal baru biasa terjadi sebelum umur kehamilan mencapai 22
minggu atau 5 bulan. Penyebab polihidromnion belum dipastikan secara benar, salah satu yang
dicurugai adanya proses infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak diketeahui sebabnya.

Menurut Hanifa Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko kelahiran


prematur dan resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan
lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya kematian janin
didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi dibandingkan pada kehamilan biasa
karena lebih banyak yang tidak normal atau menurutnya kesejahteraan janin.

1
Kasus polihidramnion berkisar 0.5 - 1 % dari kehamilan. Multigravida (hamil >1) lebih
sering daripada primigravida (hamil pertama). Penyebabnya (1) Adanya kelainan pada bayi
seperti anencefali, spina bifida, Sumbatan saluran makanan bayi, tumor dileher bayi dll (2)
Kelainan plasenta: adanya tumor pada plasenta (3) Kehamilan kembar (4) Penyakit ibu seperti:
Diabetes, kelainan ginjal atau jantung.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Hidramnion.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami apa itu yang dimaksud hidramnion.
b. Dapat mengeti dan memahami apa itu penyebab hidramnion.
c. Mampu mengetahui tanda dan gejala hidramnion.
d. Dapat mengetahui frekuensi dari hidramnion.
e. Dapat mengetahui factor predisposisi , dan diagnose banding dari
hidramnion.
f. Dapat mengerti dan memahami bagaiman cara mengenali hidramnion.
g. Dapat mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana
penatalaksanaan maupun rencana asuhan yang dapat diberikan.

2
BAB II

ISI

A. Definisi

Menurut Rustam Muchtar (1998) penjelasan mengenai hidramnion adalah sebagai


berikut:

Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal
atau lebih dari dua liter.

Polihydramnion atau disingkat hidramnion saja didefinisikan sebagai suatu keadaan


dimana jumlah air ketuban melebihi 2 liter. Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan
ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.

B. Etiologi

Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Secara teori hidramnion
terjadi karena :

• Produksi air ketuban bertambah; yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam
ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus.

• Pengaliran air ketuban terganggu; air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti
dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh
usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Jalan ini
kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei, anencephalus
atau tumor-tumor placenta.

Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi
cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephal tidak

3
menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing
berlebihan.

Pada atresia oesophagei hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemelli
mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan
oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion
lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta besar.

C. Predisposisi
Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidromnion, antara lain:

1. Penyakit jantung
2. Nefritis
3. Edema umum (anasarka)
4. Anomali kongenintal (pada anak), seperti anensefali, spina
bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam
hal ini terjadi karena :
a. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina
b. Exscressive urinary secration
c. Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
d. Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion
5. Simpul tali pusat
6. Diabetes melitus
7. Gemelli uniovulair
8. Mal nutrisi
9. Penyakit kelenjar hipofisis
10. Pada hidromnion biasanya placenta lebih besar dan terasa
lebih berat dari biasa karena itu transudasi menjasdi lebih banyak dan timbul hidromnion
D. Tanda

• Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya

• Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan

4
• DJJ sulit terdengar

• Balotemen janin jelas

E. Gejala

• Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut

• Gangguan pencernaan

• Edema

• Varises dan hemoroid

• (Nyeri abdomen)

F. Diagnosis

1. Anamnesis

• Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa

• Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak

• Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan
yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak
(dispnoe), nyeri ulu hati, dan sianosis

• Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah

• Edema pada tungkai, vulva, dinding perut

• Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak

2. Inspeksi

• Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan
kadang-kadang umbilikus mendatar

5
• Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa
kandungannya

3. Palpasi

• Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan tungkai

• Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya

• Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan

• Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali

• Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi
kesalahan-kesalahan letak janin

4. Auskultasi

Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar sangat halus sekali

5. Rontgen foto abdomen

• Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang banyak


janin tidak jelas

• Foto rontgen pada hidromnion berguna untuk diagnosa dan untuk menentukan etiologi,
seperti anomali kongenital (anensefali atau gemelli)

6. Pemeriksaan dalam

Selaput ketuban teraba dan menonjol walaupun diluar his

6
G. Perjalanan penyakit

1. Hidramnion kronis

Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan dalam


beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut

2. Hidramnion akut

Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa
hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi
dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang
normal.

H. Frekuensi

Yang sering kita jumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2- 3 liter.
Yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital
anomali lebih sering kita dapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion sering
terjadi bersamaan dengan :

a. Gemelli atau hamil ganda (12,5%),

b. Hidrops foetalis

c. Diabetes mellitus

d. Toksemia gravidarum

e. Cacat janin terutama pada anencephalus dan atresia esophagei

f. Eritroblastosis foetalis

7
I. Diagnosa banding

Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya,
kemunginan:

a. Hidramnion

b. Gemelli

c. Asites

d. Kista ovarri

e. Kehamilan beserta tumor

J. Prognosis

1. Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :

a. Kongenital anomali

b. Prematuritas

c. Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat
menumbung

d. Eritroblastosis

e. Diabetes melitus

f. Solutio placenta jika ketuban pecah tiba-tiba

2. Pada ibu:

a. Solutio placenta

b. Atonia uteri

c. Perdarahan post partum

d. Retentio placenta
8
e. Syok

f. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar

K. Penatalaksanaan

Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:

1. Waktu hamil

• Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi
simptomatis

• Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit
untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah
sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah,
lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc
perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan
solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :

1) Timbul his

2) Trauma pada janin

3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan

4) Infeksi serta syok

bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta,
maka pungsi harus dihentikan.

2. Waktu bersalin

• Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu

9
• Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui
serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada
beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan

• Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air
ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon
beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya
tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan
post partum karena atonia uteri.

3. Post partum

• Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika

• Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum

• Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari
infeksi berikan antibiotika yang cukup

4. Peran Bidan

Kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi komplikasi lebih
lanjut.

10
11
KASUS

Tanggal 17 Oktober 2010 pukul 09.30 WIB

I. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Istri : Ny “L” Nama Suami : Tn. “H”
Umur : 23 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Guru
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku : Jawa
Alamat : Jl. Jend. Sudirman Alamat : Jl. Jend. Sudirman
No. 235 No. 235

2. Riwayat Kehamilan Sekarang


- HPHT : 02 mei 2010
- Usia Kehamilan : 24 minggu
- TP : 09 Februari 2011
- Gerakan janin : 20x/24 jam
- Tanda-tanda bahaya : -
- Keluhan umum : sesak nafas sejak 1 minggu yang
lalu, disertai keringat dingin,perut
terasa tegang dan lebih berat dari
biasanya.
- Obat yang dikonsumsi : -
- Kekhawatiran khusus : takut terjadi apa-apa dengan
kandungannya.
3. Riwayat kehamilan yang lalu
- Jumlah kehamilan : 1
4. Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dulu
12
- Tidak ada
7. Riwayat social ekonomi
- Status perkawinan : menikah
- Respon ibu dan keluarga : bahagia
- Riwayat KB : -
- Dukungan keluarga : member perhatian dan semangat
kepada ibu
- Pengambilan keputusan : suami
- Gizi yang dikonsumsi : nasi+lauk pauk+sayuran+buah+susu
- Kebiasaan hidup sehat : tidak merokok,tidak minum
minuman keras
- Beban kerja : mengerjakan pekerjaan rumah
II. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
- TD : 100/70mmHg
- N : 85x/menit
- S : 36ºC
- R : 30x/menit
b. Kepala dan Leher
- Oedem pada wajah : tidak ada
- Pucat pada konjungtiva : tidak
- Kuning pada sclera : tidak
- Rahang pucat dan gigi : rahang tidak pucat dan gigi bersih
- Pembesaran kel.tiroid : tidak ada
- Pembesaran pemb.limfe : tidak ada

c. Payudara
- Bentuk,ukuran,simetris : simetris
- Puting : menonjol
- Kolostrum/cairan lain : tidak ada

13
- Massa : tidak ada
d. Abdomen
- Luka bekas operasi : tidak ada
- TFU : 3 jari diatas pusat
- Leopold I : bagian atas teraba bokong
II : perut teraba tegang,bagian sukat
diraba
III : teraba keras,melenting (kepala)
IV : belum masuk PAP
- DJJ : 126x/menit, terdengar halus dan
tidak begitu jelas
e. Tangan dan kaki
- Oedem : tidak ada
- Pucat pada kuku jari : tidak ada
- Varises : tidak ada
- Refleks patella : kanan + , kiri +
f. Panggul dan genitalia eksterna
- Tukak/luka : tidak ada
- Varises : tidak ada
- Cairan : tidak ada
2. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 10gr%

III. ASSESMENT

1. Diagnosis

14
Ibu G1P0A0 dengan polihidramnion, 24 minggu hidup,tunggal,letak kepala, intra uterin.
TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan. Ibu merasakan sesak nafas, perut terasa tegang
dan lebih beras dari biasanya.
2. Masalah
a. Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya
3. Kebutuhan
a. Penjelasan tentang keadaan ibu saat ini
b. Penjelasan tentang hidramnion
c. Pemberian dukungan dan motivasi pada ibu

IV. PLANNING

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janin saat ini. Saat ini ibu dan
janin dalam keadaan baik-baik saja pembesaran perut ibu yang cepat dalam 1 minggu
terakhir disebabkan karena adanya peningkatan produksi air seni janin yang berlebihan.
Si jabang bayi minum air ketuban dalam jumlah seimbang dengan air seni yang
dihasilkan.
2. Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas / pekerjaan yang
berat. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat cukup 8 jam sehari. Menganjurkan ibu
istirahat dalam keadaan setengah duduk. Untuk mengurangi gangguan rasa nyaman ibu
terhadap pembesaran perut yang cepat yang menyebabkan tekanan pada organ deperti
diaferagma sehingga mengakibatkan ibu sesak nafas.
3. Menganjuran ibu untuk diet rendah garam tetapi pemenuhan kebutuhan tetap terpenuhi,
seperti mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk-pauk, buah-buahan dalam porsi sedang, 3x
sehari. Menganjurkan ibu untuk minum 8-12 gelas tiap hari untuk menghindari terjadinya
konstipasi
4. Melibatkan suami dan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu. Karena ibu
membutuhkan pengertian emosional, konseling, serta perhatian lebih. Dukungan dari
suami dan keluarga sangat berpengaruh dalam proses mengembalikan kestabilan
emosional ibu atas kecemasan dan kekhawatiran terhadap kehamiannya.

15
5. Mengobservasi keadaan umum seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Karena
cairan ketuban yang berlebih menimbulkan keluhan-keluhan seperti gangguan pernafasan
yang berat, pertambahan berat badan yang berlebih. Keluhan tersebut akhirnya akan
memicu terjadinya hipertensi dalam kehamilan sehingga pemantauan tekanan darah
sangat penting.
6. Mengevaluasi perkembangan psikologis dan kejiwaan ibu dengan melakukan konseling
kepada ibu, meyakinkan ibu bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik dan sehat.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Menurut Rustam Muchtar (1998) penjelasan mengenai hidramnion adalah sebagai berikut :
16
Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau
lebih dari dua liter.

Polihydramnion atau disingkat hidramnion saja didefinisikan sebagai suatu keadaan


dimana jumlah air ketuban melebihi 2 liter. Sedangkan secara klinik adalah penumpukan cairan
ketuban yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.

Tanda

• Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya

• Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan

• DJJ sulit terdengar

• Balotemen janin jelas

Gejala

• Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut

• Gangguan pencernaan

• Edema

• Varises dan hemoroid

• (Nyeri abdomen)

Saran

Diharapkan bidan dan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena hidramnion tersebut
memahami dan mengerti sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindari
terjadinya kegawatan.

Kebidanan harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka


kesakitan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Friedman. 1998. Seni Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta Barat : Binarupa
Aksara

Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC: Jakarta

Staf Pengajar LAB / UPF Obstetri dan Ginekologi. 1989. Osbetetri Patologi. Ekstar Offset:
Bandung

Varney. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta : EGC

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta

http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0509/07/073621.ht

18

You might also like