You are on page 1of 38

garapan Umat

di Sumatera Barat

Menyikapi perkembangan usaha dakwah di


Sumatera Barat dalam menggarap umat, menumbuhkan
rasa syukur kepada Illahi, karena terlihat adanya
perkembangan yang menggembirakan hati. Begitu
diantara yang dinukilkan dalam surat Pak Natsir kepada
Buya Datuk Palimo Kayo1
Tidak sia-sia segala jerih payah, tenaga dan
pikiran yang telah dicurahkan selama ini. Disamping
memang masih banyak belum memberi kepuasan kita,
tetapi beberapa perkembangan yang menonjol dapat kita
lihat dengan rasa syukur. Usaha dalam menggarap
masalah Mentawai dan Rumah Sakit Islam di
Bukittinggi selain selain memang ada kemajuannya
walaupun lambat.Tetapi juga, garapan dakwah ini telah
membukakan mata hati pembesar-pembesar dan
masyarakat terhadap masalah itu.
Sumbangan materil dari Gubernur Sumbar dan
Presiden Suharto sebagai penyalur zakat kepada Yarsi
Sumatera Barat dan Lembaga Pembangunan
Mentawai dan juga sumbangan Menteri Agama untuk
terakhir ini menjadi bukti dari kesadaran ini.

1
Surat Bapak Mohamad Natsir kepada Buya Datuk Palimo Kayo di
Bukittinggi. Surat tersebut bertanggal Jakarta, 5 September 1969,
No. 191/B/1969, memberikan pedoman dan rembuk saran untuk
langkah pembangunan umat di Sumatera Barat.
Dukungan DPRD, Ormas-ormas Islam dan KAMSI
(Komita Aksi Masjid Seluruh Indonesia.
Di Daerah Sumatera Barat KAMSI Muslimat telah
berdiri sejak tahun 1968-1969 itu dipimpin oleh Ibu
Hajjah Ratnasari, Hajjah Khadijah Idrus, Hajjah
Syamsidar, Hajjah Noerma Tajab, Hajjah Asma Malim
dan banyak ibu-ibu Muslimah Kota Padang.
Gerakan KAMSI Muslimat dengan jamaah yang
banyak itu dibuktikan dalam menghimpun infaq
shadaqah yang diarahkan terhadap jihad menghadapi
agresi Baptis di Bukittinggi. Amal ini menjadi bukti bahwa
apa yang disuarakan tidaklah menjadi siponggang yang
lenyap ditelan sawang saja.
Usaha-usaha mengkoordinir madrasah-madrasah
sebagai sebagai yang telah dirintiskan di Sumatera Barat
beberapa tahun yang lalu disambut dan dilaksanakan
teman-teman kita pula didaerah lain seperti Jatim dan
Jateng. Dan sekarang kegiatan menghadapi operasi
Katolik di Pasaman juga nampaknya dapat respon yang
menggembirakan pula dirantau-rantau.
Seperti terbaca dalam suara hati saudara-saudara
kita di Solo Jawa Tengah.
Surat dari PERANTAU WARGA SUMATERA TENGAH
SOLO (P. S. W. T. SOLO), diantara lainnya berisikan, 2

2
Surat Keluarga Perantau Minang di Solo yang beralamat di Jalan
Gebalen 8. Telp. 4931 Solo, bertanggal, 2 September 1969 ditjukan
kepada yth. Bp. M. Natsir, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Kp.
Bali I/53 Tanah Abang di Jakarta. Sungguhpun terlambat karena alas
an antara lain, Bahwa dengan membalas surat Bapak Mohamad
Natsir tertanggal 16 Agustus 1969 berikut lampiran-lampirannya
yang telah kami terima, sebelumnya kami minta maaf sebesar-
besarnya karena terlambatnya kami menanggapi dan membalas
Maka dengan ini kami membalasnya secara
ringkas, bahwa “ Maksud yang terkandung dalam surat
tsb, dapat dipahami dan dimengerti dengan kesadaran
oleh teman-teman masyarakat Sumatera Barat di Solo.
Mubaligh yang dimaksudkan sedang kami usaha-
kan, menurut pertimbangan dan pribadinya, disamping
tanggapannya dalam persoalan fur’ijah, supaya jangan
menyulitkan dalam Dakwah nanti.
Buku-buku pun sedang dihubungi pula oleh
teman-teman, sehingga dapat dikumpulkan jika mungkin
merupakan infak dari mereka. kami usahakan untuk
mengirimkan contohnya. Tidak pula menghendaki
penggantiannya Insya Allah.
Perhatian masyarakat Sumatera Barat tentang ini
nampaknya baik.
Akan kami usahakan dengan kemampuan yang
ada pada kami.
Disamping itu, kami mengusulkan jika mungkin untuk
mendapatkan materil sebutlah keuangan dalam menghadapi
zending ini, dimintakan perhatian yang menyeluruh dari
masyarakat Sumatera Barat perantauan terutama di Jawa.
Karena pertitik-tolakannya selain dari Agama juga,disamping
tercantum persoalan daerah, dimana bubungan atap rumah
mereka sedang dijilat api yang mungkin membakar keseluruhan
rumah itu.

surat tersebut, karena kami sendiri sejak tanggal 15 Agustus 1969


sedang di Jakarta untuk menghadiri parkawinan anak keluarga,
dimana Buya Duski Samad juga kami undang untuk memberikan
nasehatnya dalam pernikahan. Kami baru kembali ke-Solo pada
tanggal 31 Agustus 1969. Teman-teman di Solo tidak dapat
mengambil keputusan untuk membalas surat Bapak Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia.
Mudah-mudahan dengan jalan ini perlengkapan yang
diperlukan untuk membendung arus zending ini dapat
dibendung, setidak-tidaknya diperkecil arusnya.
Arus ini tentu semakin deras. Setiap anggota
masyarakat Sumatera Barat perantauan akan menginsyafi dan
bersedia menolong, asal mereka disadarkan dengan sungguh-
sungguh. Jika bapak dalam hal ini membuat coupon amal dan
dihadapkan pada mereka dengan penuh hikmah dan bijaksana,
Insya Allah usaha ini akan berhasil. Asal pengolahannya dengan
sungguh-sungguh dan memberi pengertian yang baik. Banyak
diantara perantauan Sumatera Barat yang kurang menyadari
keadaan ini.3

Program kerja Yayasan Kesejahteraan Sumatera


Barat dimana-mana telah menjadi sumber inspirasi
teman-teman dalam mengolah umat dewasa ini.
Semua perkembangan-perkembangan itu bukan
saja disambut dengan ucapan syukur alhamdulillah
bahkan memberikan pula tanggung jawab baru untuk
memelihara dan memupuknya.
Banyak pula perkembangan-perkembangan lain
seperti seminar-seminar sekitar masalah Minangkabau
dan follow-upnya nanti, akhirnya akan menjadi bahan
yang harus digarap pula.
Disamping itu, perlu dilakukan satu penilaian dan
seterusnya perencanaan baru sebagai kelanjutan semua
usaha itu.
Maka tentulah pula harus diwujudkan lagi satu
landasan yang lebih kokoh.

3
Demikian diantara usul, untuk dipertimbangkan oleh Dewan
Dakwah Pusat dengan bermohon kepada Allah ‘inajah dan hidayah,
Wassalam, Homat dan maaf, dto A. Manan Kadim
Untuk ini sudah tentu – antara lain – perlu
dipererat hubungan dalam kalangan alim ulama dan
cerdik pandai serta kontak yang lebih rapat dengan
masyarakat terutama didesa-desa.
Tidak kurang pula pentingnya melakukan kegiatan
research atau penjelajahan disegala bidang, politik,
sosial, kebudayaan dan ekonomi dan dalam hubungan
dengan ormas-ormas dan orpol-orpol yang ada di
Sumatera Barat.
Kedua soal diatas pada pokoknya mesti sudah di
laksanakan di Sumatera Barat selama ini, dan untuk
masa depanya memerlukan penyempurnaan saja.
Umpamanya dibidang pertama, menghidupkan
kembali Sekolah-sekolah dan Madrasah di Ranah
Minang serta mendorong pembangunan masyarakat di
Kepulauan Mentawai, yang telah menjadi garapan Majlis
Ulama dan Dewan Dakwah dibawah kepemimpinan Buya
Datuk Palimo Kayo bersama teman-teman seperjuangan
di Bukitinggi.
Sedang yang keduanya, Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina, sudah mulai digarap pula teman-teman di Padang
Saudara Ezeddin, Kak Ratana Sari, Mazni Salam,
Buya Noorman, saudara Lewi Seimi dan lain-lain.
Disamping kedua soal itu, sebagai telah
disinggung diatas tadi yaitu adanya kegiatan-kegiatan
lain yaitu seminar-seminar Masalah Minangkabau.
Di tahun 1969 dilaksanakan lagi Seminar Sejarah
Minangkabau di Batusangkar.
Tentulah sendirinya mesti pula mendalami soal
Minangkabau itu, baik dari segi sastranya, filsafatnya,
adat dan kebudayaanya pada umumnya.
Sehingga orang luar dan orang dalam mengerti
keadaan yang sebenarnya dengan bantuan hasil usaha
itu. Untuk hubungan dengan kalangan Perguruan Tinggi
– dosen atau mahasiswanya dan pembesar-pembesar
pemerintahan, nyata terlihat kekurangan tenaga. Jalan
yang paling mudah untuk mengatasi ini ialah penerbitan.
Menyadari beratnya tugas sedang tenaga-tenaga
sebenarnya kurang dan sulit berkumpul, dan keteledoran
dibidang alat komunikasi dan keuangan, maka satu-
satunya jalan yang hendak ditempuh ialah secara
rasionil, memberi pekerjaan dikalangan tenaga-tenaga
yang terpencar itu sehingga tiap-tiapnya dapat bekerja
dengan lancar ditempatnya masing-masing yang tidak
terlepas dari koordinasi dan kesatuan programma.
Dalam kekeluargaan di Sumatera Barat selama
ini, bidang usah penerbitan dan pengumpulan bahan-
bahan dibidang sastera, filsafat, dan kebudayaan
Minangkabau maka Buya Fachruddin Hs. Dt. Madjo Indo
dibebani tugas ini sepenuhnya, dalam lingkungan
DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA Perwakilan
Sumatera Barat, jika keadaannya mengizinkan4.
.
Garapan Umat di Sumatera Barat, termasuk
mencerdaskannya melalui komunikasi dan informasi.

4
Buya Fachruddin Hs. Datuk Majo Indo, berkunjung kekantor
DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA di Mesjid Al-
Munawwarah. Dalam kesempatan itu Bapak DR. Mohamad Natsir
mencoba meninjau-ninjau pikirannya. Namun nampaknya jawabnya
yang konkrit akan bisa keluar kalau Pak Datuk Palimo Kayo yang
selama ini lebih akrab dengan dia yang menawarkan hal ini.
Demikianlah persoalan ini diserahkan pada Pak Datuk Palimo Kayo,
bagaimana baiknya pelaksanaanya nanti di Sumatera Barat.
Demikian diantara program yang diketengahkan
Bapak DR. Mohamad Natsir untuk dijadikan pekerjaan
utama yang tidak boleh di lalaikan oleh Dewan Dakwah
Sumatera Barat. Tanggapan secepatnya tentang hasil
approach Pak Datuk Palimo Kayo nanti dengan Buya
Fachruddin Hs.Dt. Madjo Indo, akan menjadi langkah
utama memperkenalkan amaliyah kesehatan dari Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina di Bukittinggi selanjutnya.5

MENJALIN HUBUNGAN
DENGAN RANTAU

SURAT KEPADA DR. RASANUDDIN DI PEKANBARU.6

5
Sehubungan dengan ini, dikandung maksud untuk mengedarkan
sebuah seruan yang akan ditujukan kepada perantau-perantau
Minang diseluruh Indonesia. Untuk ini tolonglah Pak Datuk kirimi
kami sebuah Tinjauan Menyeluruh dari kegiatan-kegiatan missie dan
zending yang ada dan beroperasi di Sumatera Barat seperti di Panti,
Mentawai, di Lubuk Alung dan lain-lain. Pada kami baru yang ada
ialah :
- Batis Bukittinggi
- Keuskupan Katholik Padang
Apabila bahan-bahan ini telah kami terima dari Pak Datuk,
secepatnya akan kami bikin seruan itu.

6
Jakarta, 17 juni 1969, Bapak Mohamad Natsir sebagai Ketua
Dewan Dakwah Pusat mengirimkan surat kepada Perwakilan Dewan
Dakwah Islamiyah Riau dan Dr. Rasanuddin di
Pekanbaru
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bersama ini saya maklumkan bahwa persiapan
untuk Pusat Kesehatan Ibnu Sina di Bukittinggi
sedang berjalan menuju pembukaanya.
Kami sudah berkirim surat kepada Pak H.M.D.
Datuk Palimo Kayo Ketua Perwakilan Dewan Dakwah
Islamiyah Sumatera Barat meminta agar beliau
mengatur penjemputan V.W Ambulance dari Pekanbaru
untuk dibawa ke Bukittinggi.
Oleh karena itu apabila Pak Datuk Palimo Kayo
berhubungan dengan Dewan Dakwah Perwakilan Riau
Daratan berhubung dengan ini, maka haraplah
Perwakilan Menimbang-terimakan V.W Ambulance
tersebut.
Atas segala susah payah dari Perwakilan Riau
kami mengucapkan Jazakumullah khair al jaza.

GERAKAN
PENGUMPULAN DANA
DI SUMATERA BARAT

SAMBUTAN :
Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sum. Barat
Dalam Rangka Mensukseskan COUPON AMAL
Untuk Pembangunan RUMAH SAKIT ISLAM
“IBNU SINA” BUKITTINGGI

Engku-engku, Ninik mamak Pemangku Adat


Para Alim Ulama, Anak kemenakan dan seterusnya
kepada kaum Muslimin dan Muslimat yang berbahagia.

Assalamua’alaikum wr.wb.
Dalam kata sambutan saya yang sangat pendek ini,
ingin saya menegaskan kepada saudara kembali
ungkapan yang mengatakan bahwa tidak saru perjuangan
yang tidak menuntut pengobanan.
Baik pengorbanan lahir maupun bathin ataupun
pengorbanan harta benda. Karena pengorbanan itu adalah
manifestasi dari suatu bentuk perjuangan.
Dewasa ini derap langkah kita, kita arahkan kepada
orientasi pembangunan, baik pembangunan phisyik
maupun pembangunan sipirituil.
Badan Kontak Perjuangan Umat Islam(BKPUI)
dewasa ini dengan giat melaksanakan missionnya dalam
pembangunan phisyik dan sipirituil itu, dintakan
kesadaran saudara-saudara untuk memberikan partisipasi
yan positif dalam pembangunan kemanusiaan.
Karena BKPUI dan stafnya akan menemui saudara-
saudara dengan coupon-coupon amal dimana hasil bersih
dari sumbangan-sumbangan itu akan dimamfaatkan untuk
penyempurnaan pembangunan Rumah Sakit “IBNU SINA”
Bukittinggi yang setiap saat menantikan uluran tangan
saudara-saudara para dermawan.
Insya Allah setiap sumbangan yang saudara
berikan itu tidak akan sia-sia, mudah-mudahan akan
dibalas dengan berlipat ganda oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Wabillahi taufiq wal hidayah………Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wr.

GUBERNUR KEPALA DAERAH PROP. SUM.


BARAT

ttd

(HARUN ZAIN)

garapan Umat
di
Sumatera Barat

Menyikapi perkembangan usaha dakwah di


Sumatera Barat dalam menggarap umat, menumbuhkan
rasa syukur kepada Illahi, karena terlihat adanya
perkembangan yang menggembirakan hati. Begitu
diantara yang dinukilkan dalam surat Pak Natsir kepada
Buya Datuk Palimo Kayo7
Tidak sia-sia segala jerih payah, tenaga dan
pikiran yang telah dicurahkan selama ini. Disamping
memang masih banyak belum memberi kepuasan kita,
tetapi beberapa perkembangan yang menonjol dapat kita
lihat dengan rasa syukur.
Usaha dalam menggarap masalah Mentawai dan
Rumah Sakit Islam di Bukittinggi selain selain
memang ada kemajuannya walaupun lambat.Tetapi juga,
garapan dakwah ini telah membukakan mata hati
pembesar-pembesar dan masyarakat terhadap masalah
itu.
Sumbangan materil dari Gubernur Sumbar dan
Presiden Suharto sebagai penyalur zakat kepada Yarsi
Sumatera Barat dan Lembaga Pembangunan
Mentawai dan juga sumbangan Menteri Agama untuk
terakhir ini menjadi bukti dari kesadaran ini.
Dukungan DPRD, Ormas-ormas Islam dan KAMSI
(Komita Aksi Masjid Seluruh Indonesia.
Di Daerah Sumatera Barat KAMSI Muslimat telah
berdiri sejak tahun 1968-1969 itu dipimpin oleh Ibu
Hajjah Ratnasari, Hajjah Khadijah Idrus, Hajjah
Syamsidar, Hajjah Noerma Tajab, Hajjah Asma Malim
dan banyak ibu-ibu Muslimah Kota Padang.

7
Surat Bapak Mohamad Natsir kepada Buya Datuk Palimo Kayo di
Bukittinggi. Surat tersebut bertanggal Jakarta, 5 September 1969,
No. 191/B/1969, memberikan pedoman dan rembuk saran untuk
langkah pembangunan umat di Sumatera Barat.
Gerakan KAMSI Muslimat dengan jamaah yang
banyak itu dibuktikan dalam menghimpun infaq
shadaqah yang diarahkan terhadap jihad menghadapi
agresi Baptis di Bukittinggi. Amal ini menjadi bukti bahwa
apa yang disuarakan tidaklah menjadi siponggang yang
lenyap ditelan sawang saja.
Usaha-usaha mengkoordinir madrasah-madrasah
sebagai sebagai yang telah dirintiskan di Sumatera Barat
beberapa tahun yang lalu disambut dan dilaksanakan
teman-teman kita pula didaerah lain seperti Jatim dan
Jateng. Dan sekarang kegiatan menghadapi operasi
Katolik di Pasaman juga nampaknya dapat respon yang
menggembirakan pula dirantau-rantau.
Seperti terbaca dalam suara hati saudara-saudara
kita di Solo Jawa Tengah.
Surat dari PERANTAU WARGA SUMATERA TENGAH
SOLO (P. S. W. T. SOLO), diantara lainnya berisikan, 8
Maka dengan ini kami membalasnya secara
ringkas, bahwa “ Maksud yang terkandung dalam surat
8
Surat Keluarga Perantau Minang di Solo yang beralamat di Jalan
Gebalen 8. Telp. 4931 Solo, bertanggal, 2 September 1969 ditjukan
kepada yth. Bp. M. Natsir, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Kp.
Bali I/53 Tanah Abang di Jakarta. Sungguhpun terlambat karena alas
an antara lain, Bahwa dengan membalas surat Bapak Mohamad
Natsir tertanggal 16 Agustus 1969 berikut lampiran-lampirannya
yang telah kami terima, sebelumnya kami minta maaf sebesar-
besarnya karena terlambatnya kami menanggapi dan membalas
surat tersebut, karena kami sendiri sejak tanggal 15 Agustus 1969
sedang di Jakarta untuk menghadiri parkawinan anak keluarga,
dimana Buya Duski Samad juga kami undang untuk memberikan
nasehatnya dalam pernikahan. Kami baru kembali ke-Solo pada
tanggal 31 Agustus 1969. Teman-teman di Solo tidak dapat
mengambil keputusan untuk membalas surat Bapak Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia.
tsb, dapat dipahami dan dimengerti dengan kesadaran
oleh teman-teman masyarakat Sumatera Barat di Solo.
Mubaligh yang dimaksudkan sedang kami usaha-
kan, menurut pertimbangan dan pribadinya, disamping
tanggapannya dalam persoalan fur’ijah, supaya jangan
menyulitkan dalam Dakwah nanti.
Buku-buku pun sedang dihubungi pula oleh
teman-teman, sehingga dapat dikumpulkan jika mungkin
merupakan infak dari mereka. kami usahakan untuk
mengirimkan contohnya. Tidak pula menghendaki
penggantiannya Insya Allah.
Perhatian masyarakat Sumatera Barat tentang ini
nampaknya baik.
Akan kami usahakan dengan kemampuan yang
ada pada kami.
Disamping itu, kami mengusulkan jika mungkin untuk
mendapatkan materil sebutlah keuangan dalam menghadapi
zending ini, dimintakan perhatian yang menyeluruh dari
masyarakat Sumatera Barat perantauan terutama di Jawa.
Karena pertitik-tolakannya selain dari Agama juga,disamping
tercantum persoalan daerah, dimana bubungan atap rumah
mereka sedang dijilat api yang mungkin membakar keseluruhan
rumah itu.
Mudah-mudahan dengan jalan ini perlengkapan yang
diperlukan untuk membendung arus zending ini dapat
dibendung, setidak-tidaknya diperkecil arusnya.
Arus ini tentu semakin deras. Setiap anggota
masyarakat Sumatera Barat perantauan akan menginsyafi dan
bersedia menolong, asal mereka disadarkan dengan sungguh-
sungguh. Jika bapak dalam hal ini membuat coupon amal dan
dihadapkan pada mereka dengan penuh hikmah dan bijaksana,
Insya Allah usaha ini akan berhasil. Asal pengolahannya dengan
sungguh-sungguh dan memberi pengertian yang baik. Banyak
diantara perantauan Sumatera Barat yang kurang menyadari
keadaan ini.9

Program kerja Yayasan Kesejahteraan Sumatera


Barat dimana-mana telah menjadi sumber inspirasi
teman-teman dalam mengolah umat dewasa ini.
Semua perkembangan-perkembangan itu bukan
saja disambut dengan ucapan syukur alhamdulillah
bahkan memberikan pula tanggung jawab baru untuk
memelihara dan memupuknya.
Banyak pula perkembangan-perkembangan lain
seperti seminar-seminar sekitar masalah Minangkabau
dan follow-upnya nanti, akhirnya akan menjadi bahan
yang harus digarap pula. Disamping itu, perlu dilakukan
satu penilaian dan seterusnya perencanaan baru
sebagai kelanjutan semua usaha itu. Maka tentulah pula
harus diwujudkan lagi satu landasan yang lebih kokoh.
Untuk ini sudah tentu – antara lain – perlu dipererat
hubungan dalam kalangan alim ulama dan cerdik pandai
serta kontak yang lebih rapat dengan masyarakat
terutama didesa-desa.
Tidak kurang pula pentingnya melakukan kegiatan
research atau penjelajahan disegala bidang, politik,
sosial, kebudayaan dan ekonomi dan dalam hubungan
dengan ormas-ormas dan orpol-orpol yang ada di
Sumatera Barat.

9
Demikian diantara usul, untuk dipertimbangkan oleh Dewan
Dakwah Pusat dengan bermohon kepada Allah ‘inajah dan hidayah,
Wassalam, Homat dan maaf, dto A. Manan Kadim
Kedua soal diatas pada pokoknya mesti sudah di
laksanakan di Sumatera Barat selama ini, dan untuk
masa depanya memerlukan penyempurnaan saja.
Umpamanya dibidang pertama, menghidupkan
kembali Sekolah-sekolah dan Madrasah di Ranah
Minang serta mendorong pembangunan masyarakat di
Kepulauan Mentawai, yang telah menjadi garapan Majlis
Ulama dan Dewan Dakwah dibawah kepemimpinan Buya
Datuk Palimo Kayo bersama teman-teman seperjuangan
di Bukitinggi.
Sedang yang keduanya, Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina, sudah mulai digarap pula teman-teman di Padang
Saudara Ezeddin, Kak Ratana Sari, Mazni Salam,
Buya Noorman, saudara Lewi Seimi dan lain-lain.
Disamping itu, ada kegiatan seminar Masalah
Minangkabau. Di tahun 1969 dilaksanakan lagi Seminar
Sejarah Minangkabau di Batusangkar. Tentu sendirinya
mesti pula mendalami soal Minangkabau itu, baik dari
segi sastranya, filsafatnya, adat dan kebudayaanya pada
umumnya. Sehingga orang luar dan dalam mengerti
keadaan yang sebenarnya. Hubungan dengan kalangan
Perguruan Tinggi – dosen atau mahasiswanya dan
pemerintahan, nyata terlihat kekurangan tenaga. Jalan
yang paling mudah untuk mengatasi ini ialah penerbitan.
Menyadari beratnya tugas sedang tenaga-tenaga
sebenarnya kurang dan sulit berkumpul, dan keter-
belakangan dibidang alat komunikasi, maka jalan yang
hendak ditempuh secara rasionil, memberi pekerjaan
dikalangan tenaga terpencar agar bekerja dengan lancar
tidak terlepas dari koordinasi dan kesatuan programma.
Dalam kekeluargaan di Sumatera Barat bidang
usaha penerbitan bahan-bahan sastera, filsafat, dan
kebudayaan Minangkabau maka Buya Fachruddin Hs.
Dt. Madjo Indo dibebani tugas ini sepenuhnya, dalam
lingkungan DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA
Perwakilan Sumatera Barat, jika keadaannya
mengizinkan10.
.Garapan Umat di Sumatera Barat, termasuk
mencerdaskannya melalui komunikasi dan informasi.
Demikian diantara program yang diketengahkan
Bapak DR. Mohamad Natsir untuk dijadikan pekerjaan
utama yang tidak boleh di lalaikan oleh Dewan Dakwah
Sumatera Barat. Tanggapan secepatnya tentang hasil
approach Pak Datuk Palimo Kayo nanti dengan Buya
Fachruddin Hs.Dt. Madjo Indo, akan menjadi langkah
utama memperkenalkan amaliyah kesehatan dari Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina di Bukittinggi selanjutnya.11

10
Buya Fachruddin Hs. Datuk Majo Indo, berkunjung kekantor
DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA di Mesjid Al-
Munawwarah. Dalam kesempatan itu Bapak DR. Mohamad Natsir
mencoba meninjau-ninjau pikirannya. Namun nampaknya jawabnya
yang konkrit akan bisa keluar kalau Pak Datuk Palimo Kayo yang
selama ini lebih akrab dengan dia yang menawarkan hal ini.
Demikianlah persoalan ini diserahkan pada Pak Datuk Palimo Kayo,
bagaimana baiknya pelaksanaanya nanti di Sumatera Barat.
11
Sehubungan dengan ini, dikandung maksud untuk mengedarkan
sebuah seruan yang akan ditujukan kepada perantau-perantau
Minang diseluruh Indonesia. Untuk ini tolonglah Pak Datuk kirimi
kami sebuah Tinjauan Menyeluruh dari kegiatan-kegiatan missie dan
zending yang ada dan beroperasi di Sumatera Barat seperti di Panti,
Mentawai, di Lubuk Alung dan lain-lain. Pada kami baru yang ada
ialah :
- Batis Bukittinggi
- Keuskupan Katholik Padang
MENJALIN HUBUNGAN
DENGAN RANTAU

Mempercepat laju pembangunan Rumas Sakit


Islam Ibnu Sina di Bukittinggi, di upayakan pula menjalin
hubungan dengan para perantau, baik di Medan,
Lampung,Padangsidempuan dan Pekanbaru-Riau.
Diantaranya ditulis SURAT KEPADA DR. RASANUDDIN DI
PEKANBARU.12
Surat tersebut mempermaklumkan bahwa
persiapan untuk Pusat Kesehatan Ibnu Sina di
Bukittinggi sedang berjalan menuju pembukaanya.
Kemudian Bapak DR. Mohamad Natsir memberitahukan
bahwa Dewan Dakwah Islamiytah Indonesia Pusat sudah
berkirim surat kepada Pak H.M.D. Datuk Palimo Kayo
Ketua Perwakilan Dewan Dakwah Islamiyah
Sumatera Barat meminta agar beliau mengatur
penjemputan V.W Ambulance dari Pekanbaru untuk
dibawa ke Bukittinggi. Oleh karena itu apabila Pak Datuk
Palimo Kayo berhubungan dengan Dewan Dakwah
Perwakilan Riau Daratan berhubung dengan ini, maka
haraplah Perwakilan Menimbang-terimakan V.W
Ambulance tersebut.

Apabila bahan-bahan ini telah kami terima dari Pak Datuk,


secepatnya akan kami bikin seruan itu.

12
Jakarta, 17 juni 1969, Bapak Mohamad Natsir sebagai Ketua
Dewan Dakwah Pusat mengirimkan surat kepada Perwakilan Dewan
Dakwah Islamiyah Riau dan Dr. Rasanuddin di
Pekanbaru
Atas segala susah payah dari Perwakilan Riau
kami mengucapkan Jazakumullah khair al jaza.
GERAKAN
PENGUMPULAN DANA
DI SUMATERA BARAT

Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Barat


Prof Harun Zain, yang sebelum menjabat jabatan
Gubernur adalah Rektor Universitas Andalas, mengerti
sungguh tentang keadaan masyarakat Minang, dan apa
yang diharapkan oleh masyarakat ini. Ranah Minang
dengan falsafah budayanya “adat basandi syara’,
syara’ basandi Kitabullah”, merasa sangat terhina bila
ada anak kemenakannya yang dimurtadkan oleh pihak
agama lain. Seperti yang tengah dilakukan oleh pihak
Misi Baptis di Bukittingi ketika itu.
Sebagai pejabat tertinggi didaerah Sumatera
Barat yang memegang kendali masyarakat dan menjadi
perpanjangan tangan Pemerintah Pusat, memerlukan
sangat jalinan kekompakan dan kesatuan pendapat
untuk membangun daerah ini. Kondisi daerah Sumatera
Barat baru bangun dari penindasan pihak communist
yang telah memanfaatkan kekuasaan pemerintahan
Orde Lama. Selanjutnya, Pemerintah Orde Baru dalam
program pembangunan pertama sekali memerlukan
dukungan masyarakat. Sangat mustahil suatu program
pembangunan yang digerakkan pemerintah akan
mencapai sasarannya bila antara masyarakat dan
pemerintah terbentang jurang yang dalam.
Kesadaran ini menyebabkan Bapak Gubernur
melakakukan program hati nurani mengawali program
pembangunan fisik daerah, dengan kembali berurat
kehati umat. Pada pertengahan Juni 1968, Bapak
Gubernur Sumbar bersama Walikota Padang Kolonel
Maritim Akhirul Yahya mengundang Bapak DR.Mohamad
Natsir ke Ranah Minang untuk menghidupkan kembali
jiwa membangun daerah Sumatera Barat ini. Salah satu
program dari Bapak Mohamad Natsir adalah mendirikan
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina di Bukittinggi. Dalam upaya
mengumpulkan dana masyarakat, Panitia Pembangunan
bersama dengan Yarsi Sumbar dan BKPUI memulai
dengan mengedarkan Kupon Amal
Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Barat dalam
rangka Mensukseskan COUPON AMAL Untuk
Pembangunan RUMAH SAKIT ISLAM “IBNU SINA” DI
BUKITTINGGI, membuat SERUAN yang ditujukan
kepada seluruh Ninik mamak Pemangku Adat Para Alim
Ulama, Anak kemenakan dan seterusnya kepada kaum Muslimin
dan Muslimat , diantaranya berisi,
Dalam kata sambutan saya yang sangat pendek ini,
ingin saya menegaskan kepada saudara kembali ungkapan yang
mengatakan bahwa tidak saru perjuangan yang tidak menuntut
pengobanan.
Baik pengorbanan lahir maupun bathin ataupun
pengorbanan harta benda. Karena pengorbanan itu adalah
manifestasi dari suatu bentuk perjuangan.
Dewasa ini derap langkah kita, kita arahkan kepada
orientasi pembangunan, baik pembangunan phisyik maupun
pembangunan sipirituil.
Badan Kontak Perjuangan Umat Islam(BKPUI) dewasa
ini dengan giat melaksanakan missionnya dalam pembangunan
phisyik dan sipirituil itu, dintakan kesadaran saudara-saudara
untuk memberikan partisipasi yan positif dalam pembangunan
kemanusiaan.
Karena BKPUI dan stafnya akan menemui saudara-
saudara dengan coupon-coupon amal dimana hasil bersih dari
sumbangan-sumbangan itu akan dimamfaatkan untuk
penyempurnaan pembangunan Rumah Sakit “IBNU SINA”
Bukittinggi yang setiap saat menantikan uluran tangan
saudara-saudara para dermawan.
Insya Allah setiap sumbangan yang saudara berikan itu
tidak akan sia-sia, mudah-mudahan akan dibalas dengan
berlipat ganda oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Wabillahi taufiq wal hidayah………Amin.

Selain itu, seluruh Pegawai Negeri Sipil di


Sumatera Barat menyumbangkan secara sukarela satu
hari gaji mereka untuk membangun Rumah Sakit Islam
IBNU SINA Yarsi Sumatera Barat di Bukittinggi
Dalam setiap kegiatan pembangunan Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina di Bukittinggi, sejak dari perletakan
batu pertama hingga kepada peresmian gedung-
gedungnya dan perluasan sayap kedaerah-daerah,
seperti Padang Panjang, Padang, Payakumbuh dan
Pasaman, maka terlihat komitmen dari Pemerintah
Daerah Propinsi Sumatera Barat selalu aktif menopang
kelancaran pembangunannya dan dorongan kepada
masyarakat Sumatera Barat memelihara keberadaan
Rumah Sakit Islam ini.❖
Ajakan dari
Panglima Kodam III/17 Agustus

Panglima Komando Daerah Militer 17 Agustus,


Brigjen Soemantoro di Padang juga menghimbau
seluruh jajarannya untuk ikut bersama membangun
Rumah Sakit Islam Ibnu Sinadi Bukittinggi.

KAMI INGIN “IBNU SINA “ SEGERA TERBANGUN

Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan saya melihat


Badan Kontak Perjuangan Umat Islam melambaikan tangannya
mengajak kaum Muslimim Sumatera Barat dengan
mengingatkan legalitas yang tertulis dalam Al-Qur’an, bahwa
Tuhan tidak akan merobah nasib sesuatu kaum, kecuali jika
kaum itu sendiri mau merobahnya. Disamping legalitas yang
syah menurut hukum Islam, saya melihat pula legalitas yang
syah menurut peraturan-peraturan yang berlaku, ialah izin
Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Barat No. 54
tahun 1970 tertanggal 1 Mei 1970 yang berlaku sampai 10
Desember 1970. Legalitas duniawi ini erat hubungannya
dengan firman Allh yang mengatakan “Wakafkanlah sebagian
dari rezeki yang Kami berikan kepada kamu sekalian”.

Kami syukuri peristiwa ini karena beberapa sebab :

1. Dari pengalaman yang berpuluh-puluh tahun kita melihat


kenyataan yang ‘memelas” bahwa kaum Muslimin dimana
lebih banyak yang bertindak sebagai fihak yang menerima
atau meminta pertolongan.
Rasa tidak mampu ini mungkin diakibatkan oleh oprasi
mental yang dilancarkan oleh kaum penjajah pada masa
lampau. Tetapi tegaslah sudah, bahwa sejak tanggal 17
Agusrus 1945 kita sudah merdeka. Kaum Muslimin harus
kembali kepada posisinya yang kesatria, tidak lagi
menjadi penerima atau peminta belas kasihan orang lain,
melainkan adalah menjadi pemberi pertolongan kepada
sesamanya. dengan inisiatif BKPUI Sumbar ini, sifat-
sifat ketergantungan terhadap jasa-jasaaa orang lain
yang biasa atas nama orang Muslim hendaklah mulai
diberantas dan ditertibkan.

2. BKPUI Sumbar memprakarsai pengumpulan dana dengan


cara sistem open management. Suatu cara yang positif.
“Kopon Amal” dapatlah dijadikan bukti pertanggung
jawab, walaupun bagi yang beramal, membayarkan
sebagian rezekinya adalah kewajiban. Wajib pula kita
sadari, bahwa setiap usaha yang baik bagi kepentingan
umum apalagi rezeki yang bersifat materill sedang
terbatas, setidak-tidaknya kita harus ikhlas membantu
secara moril. Prakarsa BKPUI ini saya anggap sebagai
canang agar kita sebagai bangsa dan sabagai kaum,
melaksanakan seruan Fastabiqul Khairat.

3. Apabila “Kopon Amal” ini dapat berhasil sepenuhnya, maka


secara lahiriyah dapat diyakini bahwa Rumah Sakit Islam
IBNU SINA akan segera terselesaikan. Ini berarti satu
tahap bahwa masyarakat Islam diwilayah ini mulai dapat
membuktikan kemampuannya, membangun suatu proyek
perikemanusiaan yang tentu tidak terbatas untuk
kepentingan ummat Islam saja. Suatu sikap kesatria mulai
dapat diperlihatkan secara jentelmen.
Dan kami akan sangat bersyukur sekali apabila
tanggapan masyarakat terhadap didirikannya Rumah Sakit
Islam IBNU SINA ini positif, yaitu dalam rangka Fastabiqul
Khairat, tidak kalah positifnya dengan tanggapan Keluarga
Korps WIRASAKTI Kodam III/17 Agustus, yang dengan tulus
ikhlas telah menyumbangkan dana pembangunan untuk rumah
sakit tersebut sebesar Rp. 1.000.000.-

Kami doakan semoga rumah sakit ini segera selesai,


karena kami memang menginginkan agar “IBNU SINA” segera
terbangun dan berfaedah bagi manusia dan kemanusiaan.

Ajakan dan pernyataan dari Panglima Kodam III


17 Agustus ini berdampak positif dalam kehidupan social
kemasyarakatan di Sumatera Barat, mampu merekat
kembali hati masyarakat yang mulai menjauh dari pihak
tentara, karena berbagai ekses. Kecurigaan terhadap
tentara beralasan, dengan terjadinya tindakan dibagian
daerah paling bawah dan pinggiran, seakan penguasa
militer pemegang tirani kekuasaan. Perjudian,
perlindungan terhadap kesalahan yang dilakukan
sebahagian “urang bagak”, telah merusak citra tentara.
Banyak ulama yang ditangkap, ninik mamak dicurigai,
dan kebebasan sulit dicari. Kebijakan Kolonel Nazir
Asmara Danrem 32 di Bukittinggi dinilai masyarakat
membuka pintu berleluasanya Misi Baptis di Bukittinggi.
Kejadian ini melahirkan penilaian negatif pula. Maka
pernyataan Panglima Soemantoro telah mempertautkan
kembali kekuatan masyarakat dan tentara lebih baik.
Senyatanya proyek dakwah Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina ini, mampu menjadi perekat antara masyarakat
dan pemerintah. Amalanya dinilai sangat berhasil.
BADAN KONTAK PERJUANGAN UMMAT
ISLAM SUMATERA BARAT

Sebagai suatu wadah berhimpun organisasi Islam


di Sumatera Barat, dalam menyikapi perubahan cepat
yang tengah berjalan, dan sebagai penggerak kesatuan
Aksi Umat Islam di Sumatera Barat yang sangat anti
terhadap communist, maka BKPUI yang memiliki
komitmen jelas serta kesepahaman hati dengan tekad
untuk membangun daerah Sumatera Barat. BKPUI
berperan aktif dalam gerakan PENGUMPULAN DANA
UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT “IBNU SINA”
BUKITTINGGI.
Letnan Kolonel Haji Hasnawi Karim, yang
didaerah Sumatera Barat sudah terkenal perjuangannya
dalam jihad mempertahankan agama Islam sejak masa
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, diantara-
nya sebagai Panglima Lasykar Sabilillah ditahun 1945.
Pada tahun 1969 itu menjabat sebagai Ketua Badan
Kontak Perjuangan Umat Islam (BKPUI) Sumatera Barat.
Beliau menjadi motor penggerak pengumpulan dana
masyarakat untuk Pembangunan Rumah Sakit Islam
Ibnu Sina Yarsi Sumatera Barat ini.
“Kita merasa bangga bahwa masyarakat kita
mempunyai semangat jihad, semangat membangun
bergotong royong dan beramal ikhlas. Hal itu terbuti
dengan munculnya bangunan-bangunan baru seperti
masjid-masjid, mushalla-mushalla, balai-balai adat,
rumah-rumah sekolah dan sebagainya.
Tetapi….,dibalik kebanggaan itu sangat pula
terasa sesuatu yang kurang diindahkan, hingga
ditinggalkan akan dilupakan saja, padahal sepatutnya
harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.
Hal ini ialah pembangunan Rumah-rumah sakit
yang memenuhi syarat sesuai dengan kemajuan zaman
dewasa ini.
Rumah sakit yang merupakan proyek FARDHU
KIFAYAH bagi kita kaum Muslimin itu menuntut dan
meminta kesadaran kita bersama dan merupakan pula
tanggung jawab bersama untuk mewujudkannya.
Dorongan moril dan materil yang pernah diberikan
oleh Bapak Panglima Kodam III/17 Agustus dan Bapak
Gubernur Kepala Daerah Prop. Sumatera Barat dalam
membangun Rumah Sakita Islam “ IBNU SINA” di
Bukittinggi adalah merupakan ajakan dan seruan halus
mengetuk pintu hati setiap umat Islam didaerah ini yang
perlu kita sambut dan jawab dengan amal nyata dan hati
terbuka.
Dari karenanya Badan Kontak Perjuangan Umat
Isalam (BKPUI) yang merupakan wadah yang
menghimpun potensi ukhuwah Islamiyah di Sumatera
Barat ini, tampil memprakarsai pengumpulan dana untuk
pembangunan demi terlaksananya Rumah Sakit “Ibnu
Sina” tersebut dengan mengedarkan kopon Amal sesuai
dengan izin Gubernur No. Pemsj. 54/GSB/70 tgl. 1 Mei
1970.
Oleh karena itu bersama ini kami menyeru dan
mengajak seluruh lapisan masyarakat, baik pejabat-
pejabat pemerintah, swasta, pengusaha, LKAAM, Orpol
dan Ormas untuk ikut bersama mensukseskan
pengumpulan dana dengan kopon amal yang dimaksud.
Dan kepada para Alim Ulama, muballigh-muballigh
dan da’i-da’i, pengurus-pengurus masjid dan mushalla
didaerah Sumatera Barat ini kami harapkan agar kiranya
ikut menyebar luaskan dan aktif mengumpulakan dana
tersebut.
Akhirnya kami serukan kepada seluruh kaum
Muslimin dan Muslimat baik yang berada dikota ataupun
didesa yang terpencil dilereng-lereng gunung, apakah ia
pegawai negeri atau swasta, apakah dia pengusaha,
pedagang, petani, nelayan, karyawan, pendidik,
mahasiswa dan pelajar dan lain-lain sebagainya untuk
bersama membangun Rumah Sakit Islam “Ibnu Sina” itu
dengan mendermakan, menyumbangkan dan menafkah-
kan sebahagian rezki yang kita peroleh sesuai dengan
kesanggupan dan kemampuan yang ada pada kita
masing-masing.

Selanjutnya BKPUI menyerukan dengan sangat


menyentuh dan menggugah perasaan umat satu kalimat
yang menyentuh,
“Mari bersama kita angkat amal shaleh ini, Mari kita
buktikan bahwa dengan bersama tak ada yang tak
dapat diselesaikan.”

“Mari kita kobarkan semangat membangun proyek-


proyek Prikemanusiaan yang Agung.”

“Mari kita bina dunia kita dengan karya dan amal


shaleh”
Fastabiqul Khairat…………
Berpacu, berlombalah untuk kebaikan………
Ajakan PANGDAK III SUMBAR
Padang, 12 Oktober 1970, Brigjen Polisi Drs.
Soewardjiono, Panglima Daerah Kepolisian III Sumatera
Barat, menyampaikan ajakan sama yang ditujukan
kepada umat Islam Sumatera Barat, agar menyisihkan
sebahagian rezeki membangun Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina di Bukittinggi.
Berkenaan dengan diedarkannya kupon amal
sebesar Rp. 10.000.000.- (sepuluh ribu rupiah) senilai
harga satu meter tanah di Belakang Balok Bukittinggi
oleh BKPUI Sumbar Untuk pembangunan RSI “Ibnu
Sina” di Bukttinggi.
Adanya inisiatif dari pihak pengurus BKPUI
Sumbar ini, yang telah ikut secara aktif memberikan
dukungan dan bantuan terhadap usaha dari Panitia
Pembangunan RSI Ibnu Sina tersebut, pantas kita
sambut baik. Sebab akan sulitlah untuk panitia untuk
berjalan sendiri tanpa bantuan dari organisasi-organisasi
islam khususnya dan ummat islam pada umumnya.
Berbicara mengenai kepentingan Rumah Sakit
Islam dewasa ini, kita harus mengakui, bahwa ia
merupakan kebutuhan yang mutlak dalam kehidupan
sehari-hari, untuk memberikan jaminan kesehatan
jasmani.
Dimana-mana masyarakat mengharapkan adanya
rumah sakit, paling kurang poliklinik yang dapat
memberikan perawatan sehari-hari dalam penyakit-
penyakit yang enteng.
Pembangunan RSI menghendaki adanya bantuan
spontan dari segenap masyarakat terutama masayrakat
islam didaerah ini. Suksesnya pembangunan RSI Ibnu
Sina ini, adalah merupakan salah satu lambang
kepercayaan dan dukungan rakyat terhadap program
pemerintah yang telah dilaksanakan dalam bentuk
Pembangunan Lima Tahun sekarang ini.
Berlomba-lombanya masyarakat dalam kegiatan
pembangunan walaupun menurut rencana dan cara-cara
mereka sendiri, terutama dalam pembangunan yang
manfaatnya segera dapat dirasakan oleh masyarakat itu
sendiri, berarti mereka ikut mensukseskan terlaksananya
Pembangunan di negara Republik Indonesia.
Bahwa pembangunan RSI “IBNU SINA” di
Bukittinggi tersebut akan sukses, karena itu adalah
pertanda, bahwa hati nurani masyarakat Islam Sumatera
Barat benar-benar dijiwai oleh pancaran nur keimanan
dan rasa taqwa kepada Allah.
Masyarakat Islam dalam aktivitasnya sehari-hari
sudah ada pedoman yang sudah diberiakan oleh Allah
dan Rasul-Nya. Allah berfirman :
“Siapa yang beramal dan bekerja dengan amal yang
shaleh, baik ia dari kaum pria atau wanitta sedangkan ia
orang mukmin, maka Kami akan berikan penghidupan yang baik
pada mereka dan akan Kami beri balasan amal baik mereka
itu dengan sebaik-baiknya pembalasan”.
Selanjutnya Rasulullah S.A.W bersabda :
“Teman manusia itu ada tiga, yang satu akan
membelanya hingga sakratul maut, kedua akan membelanya
hingga sampai kekubur dan yang ketiga akan membela dan
mengikutinya sampai ke padang Masyar. Adapun yang
membelanya sampai sakratul maut ialah harta kekayaannya,
dan yang membelanya sampai ketepi kuburnya ialah keluarga
dan familinya, sedangakan yang membelanya sampai ke Masyar
ialah amalnya”.
Untuk datang menemui Tuhan dan berada dalam
rahmat dan kurnia di hari kemudian nanti, sudah pasti
tidak semudah kita bepergian dipermuklaan bumi ini
untuk suatu tujuan, yang asal ada uang tidak ada
halangan, melainkan menghendaki bekal yang cukup
dan meyakinkan, ialah amalnya yang shaleh.
Definisi dari amalan yang shaleh adalah setiap
perbuatan baik yang dilakukan oleh sesorang, yang
memberikan manfaat kepada orang lain, dan kepada
kepentingan-kepantingan tegaknya agama Islam di
tengah-tengah masyarakat.
Selama RSI Ibnu Sina ini masih diambil
manfaatnya oleh masyarakat dari tahun ketahun atau
dari masa ke masa, maka setiap orang yang yang
memberikan sumbangannya terhadap rumah sakit
tersebut akan selalu menerima pahala yang berganda,
walaupun tulang belulangnya telah hancur ditelan bumi.
Keterangan ini diperkuat lagi oleh sebuah hadist
Rasulullah yang artinya : “Apabila mati seseorang anak
Adam, terputuslah segala amalannya, kecuali ada tiga perkara
: pertama ilmu yang bermafaat bagi orang, kedua sedekah
jariah dan yang ketiga do’a dari anak yang shaleh.”
Oleh karena itu, maka seruan ikut serta
memberikan bantuan dalam pembangunan RSI Ibnu
Sina, lewat kupon amal yang telah mulai
diedarkan,adalah dalam rangkaian fastabiqul khairat.❖
Dokter Pertama
Bapak DR. Mohamad Natsir, selaku Ketua Dewan
Dakwah Pusat, memberikan kabar kepada Buya Datuk
Palimo Kayo, bahwa di Jakarta telah dapat diusahakan
untuk mendapatkan seorang dokter yang bersedia
menyumbangkan tenaganya bagi memulai gerak
operasional dari Balai Kesehatan Ibnu Sina di
Bukittinggi.13
Alhamdulillah sudah dapat dokter yang akan
bertanggung jawab pada Rumah Sakait Islam di
Bukittinggi. Insya Allah di akhir minggu ini akan
berangkat ke Padang yaitu Dr. Abbas Thalib dari
Jakarta. Oleh karena itu menurut hemat kami baiklah
diangsur-angsur mengusahakan penjemputan
Ambulance dari Pekanbaru.

Pada saat itu Panitia Persiapan Pembangunan


Balai Kesehatan Ibnu Sina Bukittinggi, yang diketuai oleh
Buya H.M.D. Datuk Palimo Kayo, tengah mempersiapkan
beroperasinya Balai Kesehatan Ibnu Sina yang sebulan
lagi akan diresmikan oleh Bapak DR. Mohammad Hatta.

Pesan Pak Hatta

13
Surat Bapak Mohammad Natsir Jakarta, 29 September 1969
kepada Pak Datuk Palimo Kayo, Jln. Jambu Air No.1, di Bukittinggi.
Dalam surat itu juga dibertahu tentang kebutuhan da’I di Pasaman
antara lain, kata Pak Natsir, Mengenai muballigh Pasaman kami
terus usahakan. Insya Allah mengenai ini kami segera kabarkan
hasilnya. Sekianlah semoga Allah S.W.T memberkati semua usaha
kita ini.
Orang tua kita Dr. Muhammad Hatta, bekas wakil
Presiden, ketika meresmikan Balai Kesehatan “Ibnu
Sina” di Bukittinggi mengatakan : “Saya harap agar
pengertian mendirikan Rumah Sakit Islam ini berkembang
dimana-mana. Kewajiban kita sebagai ummat Islam adalah
memelihara manusia. Oleh karena itu kalau ada suatu usaha
yang dibuka untuk membantu kesehatan rakyat, wajib kita
menolongnya”.
Bapak Mohamad Hatta selanjutnya mengharapkan
benar dari rakyat Sumatera Barat sejak mulai berdirinya
balai kesehatan itu, agar mengambil sebagai tugas untuk
memeliharanya dan membinanya.
Agar balai kesehatan ini tidak hanya berkembang
di Bukittinggi saja. Melainkan juga ditempat-tempat lain.
Gubernur Sumatera Barat Prof. Harun Zein
meminta dengan pembukaan balai kesehatan “Ibnu
Sina”, pada 10 Oktober 1969 itu, masyarakat Sumatera
Barat dapat memetik dua hikmah yang dilihatnya dari
segi Pemerintah.
Pertama, gembira karena dengan swadaya rakyat,
terbantu usaha Pemerintah.
Kedua, kerja membangun balai kesehatan Ibnu
Sina ini adalah merupakan perwujudan dari Persatuan
Ummat Islam.
Sejak darti awal berdirinya, baik penggagas
maupun para pemimpin umat, diantaranya Bapak
Mohammad Hatta mengingatkan sangat supaya semua
pengelola hendaknya teguh hati dan taat asas.
“Berbenar-benarlah dengan sudah dimulai ter-
wujudnya usaha seperti ini “, kata Bapak Gubernur
Prof. Harun Zain, tatkala peresmian Balai Kesehatan
Ibnu Sina di Bukittinggi. “Jangan melihat siapa yang
memulai dan yang melaksanakan. Keraguan yang
mungkin timbul disebabkan bukan dari Golongan
Saya, bukan Partai Saya. Itu semua kita hilangkan,
lebih-lebih di Sumatera Barat ini”, kata Gubernur.
Pada saat peresmian beroperasinya Balai
Kesehatan Ibnu Sina di Gedung Sitawa Sidingin, pada
tanggal 10 Oktober 1969, Gubernur Sumbar
memberikan sumbangan atas nama Pemerintah Daerah,
dan membuat surat edaran yang ditjukan kepada semua
Bupati/Walkota serta Kepala-Kepala Dinas di Sumbar,
agar pegawai-pegawai negeri menyumbangkan satu hari
gai mereka untuk pembangunan “Ibnu Sina”.
Sebenarnya gerakan ini sudah dilaksanakan, akan
tetapi belum merata pada semua pegawai negeri,
terutama dari sebagian pegawai jawatan-jawatan sentral.
Himbauan Gubernur dalam bentuk Surat Edaran
semacam itu dibuat untuk kedua kalinya, dan yang
terakhir ini sehari gaji pokok.

Peran dari Mr. Eziddin, tidak bisa dipisahkan


dalam sejarah berdirinya Rumah Sakit Islam Ibnu Sina,
baik dalam bentuk jerih payah tenaga dan pikiran.
Berulang kali MR.Eziddin harus pulang pergi Bukittinggi –
Padang dan Jakarta dalam mempersiapkan Rumah Sakit
Islam “Ibnu Sina” sampai akhir hayatnya. Sepenuh
tenaganya telah disumbangkan dalam mempersiapkan
RSI “Ibnu Sina”.
Beliau, sangat banyak mengajak para dokter, alim
ulama dan melakukan aproach secara tabah dengan
pemuka-pemuka masyarakat, guna terlaksananya idea
Rumah Sakit Islam ini.
Dalam perjalanan hidupnya Mr. Eziddin pernah
menjadi sekretaris pertama dari Universitas Andalas
disaat mula-mula perguruan tinggi itu didirikan.
Pada tahun 1968, beliau datang kembali ke
Sumatera Barat dari Jakarta sebagai utusan Yarsi
Indonesia untuk menjajaki kemungkinan pembentukan
cabang Yarsi Sumatera Barat.
Tetapi waktu pula sudah ada ide Lembaga Kesehatan
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, maka serta merta
Mr. Eziddin diberi mandat untuk mentackle permasalahan
dimaksud supaya ide tidak hanya terbenam dalam
pemikiran dan pembahasan. Yang diperlukan adalah
tindak lanjut dari idea tersebut.
Setelah melakukan pendekatan disana sini,
akhirnya Mr. Eziddin membawa kedalam forum yang
lebih luas yaitu Badan Kontak Perjuangan Ummat Islam
(BKPUI) Sumatera Barat, suatu badan tempat berhimpun
organisasi massa Islam didaerah ini, dan ketika itu
dipimpin oleh Letkol Haji Hasnawi Karim.
Badan Kontak Perjuangan Umat Islam (BKPUI)
kemudian aktif mengkampanyekan pengumpulan dana.
Hasil-hasil pembicaraan yang dilakukan dengan
berbagai kalangan itu diaktekanlah Yarsi Sumatera Barat
yang berdiri sendiri. Tapi dibuat piagam kerja sama
antara Yarsi Indonesia – Yarsi Sumatera Barat dan
Dewan Da’wah.
Panitia Pembangunan
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Yayasan Rumah Sakit Islam - Sumatera
Barat
Di Bukittinggi.

Berdasarkan isi Piagam Kerja Sama antara Yarsi Sumatera


Barat dengan Dewan Da’wah Islamyah Indonesia Pusat serta dengan
Yarsi Indonesia tanggal 7 April 1969.

SURAT KEPUTUSAN YAYASAN RUMAH SAKIT


ISLAM (YARSI) SUMATERA BARAT :
No. 1/A/ Yarsi/70. Tgl 1 September’ 70

Yayasan Rumah Sakit Islam (Yarsi) Sumatera Barat :


1. Mengingat : Bahwa Balai Kesehatan “ IBNU
SINA “ B. Tinggi satu proyek YARSI
Sumbar, sudah perlu ditingkatkan
usahanya jadi Rumah Sakit dan sudah
dirasakan pula pentingnya mempunyai
gedung sendiri yang permanen.
2. Memperhatikan : a. Anggaran Dasar Yarsi Sumbar
pasal 5
b. Kepusan Bersama Yarsi Sumbar, Dewan
Da’wah Islamiyah Indonesia Pusat dan
Yarsi Indonesia tanggal 27 April 1970 pasal
c ayat 3 dan 4.
3. Memperhatikan
Lagi :
1. Usul bersama mengenai susunan dan Formasi Panitia
Pembangunan Sakit Islam “ IBNU SINA “, dari :
Dr. ABBAS THALIB Pimp. B. Kes.” IBNU SINA “
EZIDDIN SH Ketu Yarsi Sumbar,
Dr. H. Ali Akbar Ketua Yarsi Sumbar,
DanMOHD.NATSIR Ketua Dewan DA’wah Islamyah
Indonesia Pusat
Dengan suratnya tanggal 20 Juni 1970.
2. Keputusan rapat bersama : Dewan Da”wah Islamiyah
Indonesia perwakilan Sumbar, Yarsi Sumbar, Badan
Penyantun Balai Kesahatan Ibnu Sina dan Pimpinan
Balai Kesehatan Ibnu Sina Bukitinggi, tanggal 22
Agustus 1970.
3 Menimbang : Perlu membentuk / menyusun panitia
pembangunan – Rumah Sakit Islam Ibnu Sina – Bukitinggi.
MEMUTUSKAN
a. Membentuk suatu Panitia Pembangunan Rumah
Saakit Islam Ibnu Sina Bukitinggi yang
bertanggung jawab kepada yarsi Sumbar
b. 1. Menetapkan susunan formasi panitia
pembangunan Rumah Sakit islam Ibnu Sina –
Bukitinggi , sebagai terlampir
3. Susunan panitia dapat di sempurnakan lagi,
bila dianggap perlu.

Surat keputusan ini dapat dirobah dan diperbaiki bila


terdapat kekilafan didalam.-

Padang 1 September 1970


YAYASAN RUMAH SAKIT
ISLAM SUMATERA BARAT.
Ketua II, Secretris II,

( MOHD,NOERMAN) ( DRS. AHAMAT RUSLAM )


Surat keputusan ini
Di kirim kepada Yth
1. Dewan Da’wah islamyah Indonesia
Pusat di Jakarta .
2. Yarsi Indonesia di Jakarta .-
3. Dewan Da’wah Indonesia Perwakilan di -
Bukitinggi .
4. Pimpinan Balai Kesehatan Ibnu Sina
di Bukitinggi.
5. Badan pengantun B.K Ibnu Sina
di Bukitinggi.
6. Seluruh anggota panitia pembangunan
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina di Bukitinggi.

LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN YAYASAN RUMAH


SAKIT ISLAM (YARSI) SUMBAR. No. 1/a/Yarsi/70. Tgl 1
September 1970

SUSUNAN PANITIA PEMBANGUNAN


RUMAH SAKIT IBNU SINA BUKITINGGI
SUMATERA BARAT

KETUA UMUM : M. NATSIR


SEKSI I PENERANGAN :
DI JAKARTA.
1. Dr. ALI AKBAR (Ketua)
2. Dr. JURNALIS UDIN
3. Dr. ABBAS THALIB
4. Ir. CHALIDAR

SEKSI II
PENGHUBUNG/:
DANA DI JAKARTA.
1. EZIDEN SH (Ketua)
2. BUCHARI TAMAN (Sektretaris)
3. Drs. M. KAMAL (Bendahara)
4. Dra. KARTINI ZULCHA
5. MAIMUNAH RAHMAN
6. CHALIDAR
SEKSI III PELAKSANA :
DANA / PENGHUBUNG
DI SUMATERA BARAT.-

Penasehat : MUSPIDA AGAM / KODYA BUKITINGGI.


Ketua I : HMD.DT.PALIMO KAJO
Ketua II : MOHD.NOERMAN
Ketua : Dr. RAFKI ISMAIL
Secretaris I : JUFRI SULTHANY
Secretaris II : BAIDI SAID
Bendahara I : H. ZAININ
Bendahara II : BAIDI SAID
Pemb. Umum : A. KAMAL SH
WADJIHAR HAKAM SH
Sub. Seksi Ba : Ir. JANUAR MUIN (Ketua)
Ngunan : Ir. USMAN HASJIM.
Dr. SJAHRUL HARUN
P. DARAMI
LEWI SAMI
Sub. Seksi Dana : H.A.K.DT.GUNUNG HIJAU (Ketua)
H. RUSLI WAT
Buya ISKANDAR ZULKARNAINI
Buya ZAINAL ABIDIN SJU’AIB
HASAN BYK DATUK. MARAJO
KATARNIDA SH
Drs. AHMAD RUSLAN
H. ANWAR
H. KAMILI
H. MUNIR
H. SAWI Z.A

BADAN PENGANTUN B.K “ IBNU SINA “

Sub. SEKSI : MAZNI SALAM (Ketua)


HUMAS M.S.TK. SULAIMAN (Aggt)
MARTHIAS D.PANDOE _
MAS’OED ABIDIN _
DJOESAR TAMIN _

* ANGGOTA BADAN PENGANTUN


BALAI KESEHATAN IBNU SINA
1.RATNA SARI
2 2.MIHRAMAH DAUD
3.RAKIAH SJOE’IB
5. NAEMAH 4. ASMA MALIM
5. ELLY

You might also like