Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Tujuan
1
PEMBAHASAN
Penyakit busuk lunak bakteri ini disebabkan oleh Erwinia carotovora sub
sp. Carotovora dapat ditemukan di seluruh dunia. Gejala Serangan ditandai
dengan adanya bercak berair yang menyebar ke seluruh buah. Buah yang
terserang menjadi rontok atau tergantung seperti kantong yang penuh air. Selama
masa panen, pembusukan biasanya dimulai pada batang dan diikuti oleh buah.
Penyakit ini ternyata tidak hanya menyerang cabai saja melainkan dapat terjadi
pada berbagai macam buah dan sayuran. Bakteri penyebab penyakit ini terdapat
pada seresah tanaman, serangga, bahkan di tanah. Bakteri ini masuk ke tanaman
melalui luka yang ditimbulkan oleh serangga taupun luka mekanis.
Kondisi hujan dan suhu yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan
bakteri ini. Buah yang telah dipanen pun bisa terkena penyakit ini dari air yang
digunakan untuk mencuci buah. Untuk mengendalikannya dapat dilakukan
pergiliran tanaman atau dengan dengan menanam tanaman yang tahan serta non-
sayur. Selain itu system darinase lahan pun harus diperbaiki sehingga lahan cepat
mengering dan mengurangi percikan air tanah. Kemudian pemanenan buah
dianjurkan dilakukan saat kondisi kering dan hati-hati untuk menghindari adanya
luka. Jika memungkinkan sebisa mungkin menghindari mencuci buah dengan air
sembarang sebelum disterilisai dengan klorin.
2
media buatan (Wirawan, 2001). Penularan penyakit CVPD dilakukan oleh
serangga vektor Diaphorina citri Kuw. (Homoptera : Psyllidae) (Tirtawidjaja &
Suharsojo, 1990; Wirawan, 2000). Penularan penyakit CVPD di alam bergantung
pada kepadatan populasi D. citri sebagai serangga vektor dan keberadaan sumber
inokulum (Chen, 1998). Nurhadi (1993) melaporkan bahwa patogen dapat
ditularkan oleh serangga vektor dari satu tanaman ke tanaman lain setelah melalui
1) periode makan akuisisi yaitu waktu yang diperlukan vektor untuk makan pada
tanaman sakit sampai mendapatkan patogen, 2) periode makan inokulasi yaitu
waktu yang diperlukan vektor untuk makan pada tanaman sehat sampai dapat
menularkan patogen dan 3) periode retensi yaitu selang waktu vektor masih dapat
menularkan patogen. Selanjutnya ditambahkan ketepatan vektor menusukkan
stiletnya pada bagian tanaman sakit dan proporsi vektor yang infektif
mempengaruhi laju penularan penyakit CVPD. Pada patogen yang bersifat
persisten terdapat periode laten yaitu waktu yang diperlukan patogen berada
dalam tubuh vektor sampai dapat ditularkan (Carter, 1973). Patogen persisten
bersifat sirkulatif dalam tubuh vektor yaitu patogen masuk melalui stilet menuju
saluran pencernaan, kemudian bersama protein, lemak dan unsur-unsur lainnya
masuk ke darah melalui dinding saluran pencernaan di mesenteron, selanjutnya
terbawa aliran darah menuju kelenjar ludah dan dikeluarkan kembali melalui stilet
(Carter, 1973).
3
Pengendalian yang disarankan adalah membuang bagian tanaman yang
terserang agar tidak menjadi sumber patogen penular, membersihkan alat
pertanian dengan alkohol 70% atau sodium hipoklorit 0.5%; menggunakan
bakterisida atau menggunakan pestisida berbahan aktif Tembaga (Cooper).
Penyebab buah burik sudah diketahui masing-masing cara pengendaliannya.
Penurunan persentase buah burik dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu
pemahaman pengelola tanaman terhadap penyebab-penyebab tersebut,
pelaksanaan pengendalian harus tepat waktu, tepat buah, tepat cara, dan tepat
dosis.
Selain itu, penyakit ini menjadi sangat penting karena menyerang tanaman
komoditi pangan utama khususnya di Indonesia yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi. Gejala penyakit ini berupa kematian jaringan ( nekrosis ) pada daun
yang dimulai dari tepi daun. Pada gejala awal terdapat titik-titik air pada daun
yang terserang, atau daun berwarna hijau kotor. Gejala selanjutnyabagian daun
akan berubah warna menjadi coklat yang kemudian menyebar ke seluruh
permukaan daun dan berakhir pada kematian daun. Hal tersebut tentu saja sangat
mempengaruhi fotosintesis dan akan berujung pada kegagalan panen secara besar-
basaran.
Penyakit layu bakteri pada pisang ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia
solanacearum. Gejala penyakit ini berupa timbulnya bercak-bercak coklat
4
kehitaman pada bagian batang pisang. Secara bertahap terjadi kelauan daun
dimulai dari daun bagian pucuk dan kemudian merambah ke daun lainnya.
Apabila dilakukan pengamatan dengan menyayat batang secara melintang maka
dapat di amati adanya cairan yang berbau tidak enak yang keluar dari jaringan
batang pisang tersebut.
Hal ini terjadi karena bakteri membentuk koloni di dalam jaringan batang
dan menyerang jaringan xilem batang tersebut. Serangan bakteri pada jaringan
xilem batang pisang akan merusak sel-sel dalam jaringan tersebut dan
mengganggu proses metabolisme tanaman pisang.
Penyakit puru atau galls pad jeruk ini disebabkan oleh bakteri
Agrobacterium tumefaciens. Gejala penyakit ini berupa timbulnya puru atau galls
pada batang tanaman jruk. Puru ini merupakan efek dari infeksi bakteri pada
jaringan tanaman yang menimbulkan gejala hyperplasia atau terbentuknya sel-sel
tumor pada jaringan tanaman. Timbulnya gejala ini akan mengakibatkan
terakumulasinya cadangan makanan tanaman ke sel-sel tumor tersebut. Kemudian
pembesaran sel-sel tersebut akan menjadikan pertumbuhan jaringan parenkim
yang berlebihan dan dapat menjepit jaringan xilem dan floem.
5
KESIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA
Carter, W. 1973. Insect in Relation to Plant Diseases.New York: John Willey &
Sons.
Chen, C. N. 1998. Ecology of the insect of citrus systemic diseases and their
control in Taiwan. Citrus Greening Control Project in Okinawa. Japan:
Extension Bulletin.
Sandrine, J., J.M. Bove, & M. Garnier. 1996. PCR detection of two candidates
Liberobacter spesies assosiated with greening disease of citrus. Moleculer
an Celluler Probes.