Professional Documents
Culture Documents
Kelas A
Kelompok 8
Anggota :
1. Alsep Yosendo
2. Satria Muhi Muliana
3. Daniel Bush Aritonang
BAB 5
FALSAFAH
Falasafah atau pandangan hidup adalah sitem nilai dan berbagai norma yang disetujui, baik oleh
individu maupun masyarakat suatu bangsa. Dari falsafah pendidikan, diperoleh gambaran ideal manusia
yang dicita-citakan oleh masyarakat dalam bangsa yang bersangkutan. Berdasarkan falasafah pendidikan,
ditentukan tujuan pendidikan nasional, yang selanjutnya mendasari tujuan institusional, tujuan kurikulum,
dan tujuan instruksional.
Tujuan pendidikan berfungsi bukan saja bersifat mengarahkan, tetapi juga menjadi dasar dalam
menentukan isi pelajaran, metode dan prosedur pengajaran maupun penilaian, bahkan mendasari motivasi
kerja murid dan guru di sekolah.
A. Falsafah Penidikan
Falsafah pendidikan memegang peranan penting karena mengandung keyakinan yang berupa
serangkaian cita-cita dan nilai-nilai luhur yang sangat baik menurut pandangan masyarakat. Selain itu
falsafah pendidikan menjadi semacam guiding principles bagi setiap orang , dalam hal memberikan
petunjuk dalam proses operasional untuk mencapai cita-cita tersebut.
Hopkins menggambarkan enam kriteria yang diguunakan dalam merumuskan falsafah
pendidikan :
1. Kejelasan
2. Konsisten dengan fakta
3. Konsisten dengan pengalaman
4. konsisten dengan kepercayaan yang lain
5. Berdaya guna
6. Kemudahan
1. Rekonstruksisme
Berdasarkan filsafat dewey, rekonstruksisme mengikuti sebuah alur, yang meyakini dan mengemukakan
bahwa keberadaan sekolah untuk perbaikan dalam suatu masyrakat. Beberapa pendidik setuju bahwa
pemuda harus memikirkan tantangan dan masalah sosial, ekonomi, dan politik, serta berusaha untuk
mencapai mufakat dalam mencari solusi.
Premis utama dari falsafah ini adalah untuk menjadikan sekolah sebagai agen utama dalam
perubahan sosial.
2. Perenialisme
Perenialisme sekuler menudukung kurikulum sebuah akademi tata bahasa, kepandaian berbicara, logika,
bahasa lama dan baru, matematika dan peradaban dunia. Menurt Robert M. Hutchins diajukan dari
kebutuhan-kebutuhan sekarang siswa, spesifikasi pendidikan, dan latihan kejujuran. Secara garis besar,
perenialisme tidak dapat membuktikan sebuah filsaft yang menarik untuk sistem pendidikan karena hanya
memenuhi kebutuhan masa kini tidak untuk masa depan.
3. Esensialisme
Menurut esensialis, pendidikan bertujuan untuk menyebarkan budaya. Apabila rekonstruksionis hendak
mengubah masyarakat secara aktif, sebaliknya esensialis menghindari hal itu.
Dlam falsafah ini terdapat prinsip behavioristik, yaitu esensialitas menemukan dasar-dasar tingkah
laku yang selaras dengan keyakinan filosofis. Kemampuan dasar menjadi prioritas bagi esensialis. Begitu
pula halnya dengan berbagai program pendidikn dan latihan, yang menjadi titik orientasi esensialis.
4. Progresivisme
Progresivisme lahir sebagi jawaban atas doktrin esensialis. Sikp progresivisme menyatakan bahwa anak
harus memahami pengalaman pedidikan ”di sini” dan ”sekarang”, mempunyai filosofi ”pendidikan adalah
hidup” dan ”belajar dengan melakukan”. Para progresivis mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran
bagi setiap individu yang berbeda, baik dalam mental, fisik, emosi, spiritual, dan perbedaan sosial.
Curriculum Study
Kelas A
Kelompok 8
Anggota :
1. Alsep Yosendo
2. Satria Muhi Muliana
3. Daniel Bush Aritonang
BAB 6
KEMASYARAKATAN
Anak-anak berasal dari masyarakat dan meraka belajar tentang cara hidup dalam masyarakat. Oleh karena
itu sekolah harus bekerja sama dengn masyarakat dan program sekolah harus disusun dan diarahkan oleh
masyarakat penunjang sekolah tersebut. Program pendidikan disusun dan dipengaruhi oleh nilai, masalah,
kebutuhan, dan tantangan dalam msyrkat sekitarnya.
Subsistem Kebutuhan
2. Susbsistem Nilai
Nilai adalah ukuran umum yang dipandang baik oleh masyarakat dan menjadi pedoman bagi tingkah laku
manusia tentang cara hidup sebaik-baiknya. Nilai-nilai merupakan pertimbangan dan memberikn arah
umumnya terhadap pendidikan khususnya terhadap kurikulum.
Sebagai kesimpulan, implikasi kemasyarakatan dalam pengembangan kurikulum dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Sekolah adalah sebuah institusi sosial yang diperuntukkan bagi masyarakat sehingga dalam
membuat kurikulum harus mempertimbangkan segi sosiologis
2. Pembuatan kurikulum harus relevan dengan setiap subsistem dalam masyarakat
3. Semua lembaga sosial dalam masyarakat harus dapat dipertimbangkan sehingga tercipta
kurikulum yang sejalan dengan sifat dinamis dalam masyarakat
4.