You are on page 1of 7

Kromatin adalah materi DNA yang diorganisasikan bersama protein histon.

Kromatin terdapat
pada inti sel dan hanya tampak sebagai materi kabur ketika sel tidak dalam fase mitosis
(Campbell dkk. 2002: 120). Kromatin dibagi menjadi dua jenis; eukromatin dan heterokromatin
(Campbell dkk. 2002: 369). Eukromatin merupakan kromatin yang kaya akan gen dan memiliki
warna yang lebih terang dibanding heterokromatin. Sedangkan heterokromatin adalah kromatin
yang miskin akan gen sehingga tidak ditranskripsi. Kromatin jenis ini berwarna lebih gelap
(King 1974: 104-136).
Kromosom politen adalah kromosom khusus yang mengandung banyak salinan DNA yang
terbentuk melalui proses endoreplikasi (Herskowitz 1977: 245). Endoreplikasi merupakan
peristiwa penggandaan kromosom yang terjadi pada interfase namun tidak mengalami sitokinesis
yang akan membagi kromosom baru ke sel-sel baru sehingga salinan DNA dalam suatu sel
banyak dan menumpuk. Semakin sering peristiwa ini terulang semakin besar kromosom politen
yang terbentuk dengan ikatan yang stabil. Pembentukan kromosom politen membentuk struktur
yang berselang-seling antara bagian terang dengan bagian gelap. Bagian terang (band) yang kaya
akan gen mengandung 90 % berat dari keseluruhan kromosom sedangkan bagian gelap
(interband) hanya 10 % dari berat kromosom karena bagian gelap tidak banyak memiliki gen
(Goodenough & Levine 1974 : 141-142).
Kromosom politen umumnya ditemukan pada beberapa jaringan tahap larva Diptera karena
organisme pada tahap larva membutuhkan banyak pasokan protein, karenanya organisme
tersebut memerlukan kromosom politen. Kromosom politen paling banyak terdapat pada kelenjar
saliva dibandingkan jaringan lainnya; badan malphigi, lemak dan usus. Kromosom politen
mengandung kopi DNA dalam jumlah besar yang akan menjadi cetakan pembentukan protein
(Herskowitz 1977: 245; Fairbanks & Anderson 1997: 309; Handerson 1998: 20; Summer 2003:
184) Secara umum, kromosom politen terbentuk dari 5 macam kromosom yang menyambung
pada sebuah sentromer, ini menyebabkan kromosom politen terlihat seperti gulungan kawat.
Kromosom X, Y dan 4 merupakan kromosom telosentrik dengan satu lengan, sedangkan
kromosom 2 dan 3 merupakan kromosom metasentrik dengan dua lengan (Brooker 2005: 211).
Aplikasi kromosom politen antara lain adalah untuk mengamati dan mengidentifikasi perubahan
gen pada kromosom, mengamati perubahan gen terhadap lingkungan, dan memberi pemahaman
mengenai mekanisme kerja gen (Gardner 1972: 213).
Penggunaan larutan asetokarmin pada praktikum bertujuan untuk memberi warna pada
kromosom politen sehingga mudah untuk diamati melalui mikroskop.

Daftar Pustaka
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Terj. dari Biology; oleh Lestari, R.
dkk. Erlangga, Jakarta: xxi + 438 hlm.

Herskowitz, Irwin H. 1977. Principles of Genetics. Ed. ke-2. Collier Macmillan Publishers,
London: xxiv + 245 hlm.

Brooker, Robert J. 2005. Genetics : Analysis & Principle. McGraw Hill, New York: xxii + 211
hlm.

Fairbanks, D.J., & W. Ralph Anderson. 1997. Genetics : The Continuity Of Life. Brooks / Cole
Publishing Company, United States of America: xix + 820 hlm.
Gardner, Eldon J. 1972. Principles of Genetics. Ed. ke-4. John Wiley & Sons, Inc, United States
of America : xi + 213 hlm.

Goodenough, U & Levine, R.P. 1974. Genetics. Holt, Rinehart and Winston, United States of
America: xiv + 141-142 hlm.

Handerson, Daryl S. 1998. Drosophila Cytogenetic Protocol. Humana Press, New Jersey: 459
hlm.

King, Robert C. 1974. A Dictionary of Genetics. Ed. ke-2.Oxford University Press,London: 104-
136.

Snustad, Peter D. & Michael J. Simmons. Principle of Genetics. Ed. ke-3. John Wiley & Sons,
Inc, United States of America: xix + 141.

Sumner, Adrian T. 2003. Chromosomes: Organization and Function. Blackwell, United


Kingdom: vii + 184.

http://pawzoa.wordpress.com/2010/03/11/kromosom-politen/

KROMOSOM POLITEN

Minggu, 06 Juni 2010 Label: Laporan Praktikum

I. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami struktur dan bagian dari kromosom politen
Drosophila melanogaster.
2. Mengetahui dan memahami proses pembentukan kromosom politen.
3. Mengetahui dan memahami perbedaan antara kromosom politen dan
kromosom biasa.

II. TEORI
Kemampuan organisme untuk memproduksi jenisnya merupakan salah satu karakteristik yang
paling bisa membedakan antara makhluk hidup dengan benda mati. Hal ini terjadi karena setiap
sel memiliki materi genetik yang mempengaruhi metabolisme dalam diri mereka. Materi genetik
tersebut merupakan kompleks protein-DNA, yang disebut kromatin, diorganisasikan menjadi
serat yang tipis dan panjang. Kromatin
dari setiap kromosom menempati area-area terbatas di dalam nukleus interfase, dan serat
kromatin yang berisi kromosom berbeda-beda tidak akan saling membelit antara satu sama lain.
Bahkan selama interfase, ada beberapa porsi (kadar) dari kromosom tertentu pada beberapa sel
yang hadir dalam keadaan yang sangat padat (pita gelap) disebut heterokromatin. Pembentukan
heterokromatin merupakan semacam penyesuaian kasar pada kontrol ekspresi gen, karena DNA
heterokromatin tidak ditranskripsi (Campbell dkk. 2002: 222, 369).
Eukromatin merupakan bagian kromosom yang hanya dapat dilihat setelah kromosom memadat
pada saat mitosis atau meiosis. Eukromatin hanya mengalami sedikit pemadatan dan berwarna
lebih terang bila diamati di bawah mikroskop. Eukromatin mengandung sedikit DNA tetapi
hampir semua dapat diekspresikan atau hampir semua adalah gen (Fairbanks & Andersen 1999:
307).
Perkembangan interfase pada setiap sel terkadang mengalami pembengkakkan dalam
memproduksi kromosom sehingga menjadikannya kromosom dalam jumlah besar disebut
kromosom politen. Kromosom politen memiliki ukuran lebih besar dari kromosom biasanya
yaitu dapat mencapai seratus kali. Struktur politen dibentuk dari pengulangan replikasi DNA
dalam satu lekat kromosom homolog yang bersinapsis tanpa mengulangi pemisahan kromatin
tersebut (Hartl. 2005:272).
Pembentukan kromosom politen awalnya hampir sama dengan pembentukan kromosom pada
umumnya. Hanya saja perbedaannya diketahui setelah melewati fase G1 atau fase pertumbuhan
dan fase S atau fase sintesis DNA, sel melewatkan fase G2 atau fase pengecekan dan fase M atau
fase mitotik. Saat fase G1, sel mengalami pertumbuhan seperti biasa, kemudian memasuki fase
S, DNA mulai bereplikasi, tetapi karena fase G2 dan fase M dilewatkan, maka siklus akan
kembali lagi ke fase G1. Hal tersebut terjadi berulang-ulang, sehingga DNA mengalami replikasi
terus-menerus tetapi tidak diikuti dengan pembelahan sel atau intinya. Replikasi DNA yang
berulang-ulang tanpa disertai pembelahan sel menyebabkan volume sel tersebut terus meningkat.
Peristiwa tersebut dinamakan endoreduplikasi. Endoreduplikasi juga menjadi salah satu
penyebab mengapa kromosom politen memiliki ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan ukuran kromosom biasa (Passarge 2007: 178).
Makhluk hidup membentuk kromosom politen disebabkan karena untuk pertumbuhannya
mahkluk hidup membutuhkan sejumlah protein-DNA yang banyak, dalam hal ini, umumnya
terjadi pada larva-larva, seperti kelompok serangga Diptera (nyamuk, lalat dan sebagainya). Hal
tersebut disebabkan pada fase larva sangat membutuhkan asupan protein untuk melanjutkan
pertumbuhannya menjadi bentuk dewasa (Suryo. 1995: 78).
Percobaan yang dilakukan oleh praktikan menggunakan larva (instar III) Drosophila
melanogaster. Hal ini disebabkan instar III memiliki ukuran panjang kira-kira 4,5 milimeter dan
pada fase ini larva sudah memiliki organ lengkap sebagai persiapan proses pembentukan pupa
hingga menjadi lalat dewasa sehingga larva larva tersebut sangat membutuhkan protein dalam
jumlah besar untuk pertumbuhannya dan kromosom politen dapat memberikan suplai protein
tersebut. Kelebihan rantai DNA pada kromosom politen menyebabkan kromosom tersebut
berukuran sangat besar dan membuat kromosom tersebut mudah dilihat di bawah mikroskop
(Fairbanks dan Andersen 1999: 307--308).
Proses pembuktian ini mengunakan beberapa organ pada lalat Drosophila melanogaster terutama
yang mengandung banyak kromosom politen, seperti kelenjar saliva, proventrikel, lambung
tengah, tubulus malphigi dan rektum. Jika diperhatikan dengan cermat organ–organ tersebut
merupakan organ sistem pencernaan makanan pada larva tersebut. Hal tersebut disebabkan sel-
sel penyusunan tidak membelah lagi, namun menjadi semakin besar mengikuti perkembangan
larva hingga membentuk pupa. Diantara contoh yang disebutkan kelenjar saliva mengandung
lebih banyak kromosom politen dengan mencapai ukuran kira-kira 100 kali panjangnya
kromosom tubuh lalat dewasa atau kira-kira 500 mikron (0,5 mm) (Suryo. 1995: 80).
Pada kelenjar saliva sel, kromosom bersinapsis satu sama lain dan melakukan pengulangan untuk
membentuk satu struktur politen. Struktur kromosom politen terdiri dari lima lengan yang keluar
dari kromosenter. Lengan tersebut mengandung kromonema dan gen. Oleh sebab itu, kromosom
2 dan 3 punya dua lengan tangan yang menyebar dari kromosenter sementara X dan Y dan
kromosom 4 punya pemroyeksian
lengan tunggal dari kromosenter (Brooker. 2005). Kromosom politen memiliki beberapa bagian
yang tiap-tiap bagiannya memiliki fungsi yang berbeda. Bagian pertama adalah kromosenter
berfungsi sebagai tempat melekatnya lima lengan panjang
kromosom (heterokromatin dan sentromer). Kedua adalah kromonemata merupakan sejumlah
benang-benang kromatin yang sangat banyak dan saling menyatu terorganisasi (Stansfield. 1991:
189). Ketiga adalah Band merupakan struktur yang lebih gelap karena bentuknya lebih padat,
tetapi mengandung sedikit gen. Keempat adalah Interband kebalikan dari Band merupakan
struktur yang terlihat lebih terang dan mengandung banyak gen-gen serta aktif dalam melakukan
transkripsi dan kelima adalah Puff merupakan bagian dari kromosom politen yang terlihat
transparan atau terang, tidak membentuk ikatan seperti band dan interband dan aktif melakukan
transkripsi gen (Goodenough dkk. 1974: 141--142).
Praktikum pengisolasian larva tersebut menggunakan larutan Ringer yang berfungsi sebagai
larutan fisiologis bagi larva instar III Drosophila melanogaster. Tubuh larva instar tidak akan
kekeringan selama berada dalam larutan, karena bersifat isotonis terhadap permukaan tubuh
larva instar (Ashburner 1989: 33--34).
Kromosom politen memiliki beberapa aplikasi terhadap makhluk hidup. Aplikasi pertama yaitu
kromosom politen dapat menyediakan visualisasi perisiwa transkripsi akibat transkripsi gen
(Voet D. & Voet J.G. 1990: 1041). Replikasi DNA yang berjalan terus menerus tanpa diikuti
dengan pembelahan sel atau intinya, menyebabkan volume sel terus meningkat. Hal tersebut
menyebabkan kromosom politen memiliki bentuk yang sangat besar bila dibandingkan dengan
kromosom lainnya.
(Passarge 2007: 178).
Aplikasi yang lain dari kromosom politen adalah untuk perbanyakan gen, dapat dilakukan karena
pada kromosom politen memiliki banyak sekali lengan-lengan yang kromosom yang
mengandung gen, sehingga untuk membuat perbanyakannya cukup dilihat kromosom politennya
saja; untuk menentukan lokasi gen dan perubahan struktur dalam kromosom, karena pada
kromosom politen memiliki kromosom X yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya
mutasi dan kerusakan-kerusakan atau keabnormalan yang terjadi pada kromosom (Watson dkk.
2004: 700).

III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA


A. ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum pengamatan kromosom politen pada kelenjar saliva
Drosophila melanogaster adalah mikroskop cahaya, mikroskop stereo, kaca objek, kaca penutup,
cawan petri dan jarum sonde.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pengamatan kromosom politen pada kelenjar
saliva Drosophila melanogaster adalah larva instar III Drosophila melanogaster (Gambar 2),
kertas penghisap, pewarna asetokarmin, dan larutan Ringer (larutan NaCl 0,9%).
C. CARA KERJA
1. Satu tetes larutan Ringer diteteskan pada kaca objek.
2. Seekor larva Drosophila melanogaster (instar III) diletakkan pada tetes larutan tersebut.
3. Kaca objek kemudian diletakkan di bawah mikroskop stereo, dan dilakukan isolasi kelenjar
ludah dengan cara:
a. larva ditusuk dengan jarum sonde,
b. jarum sonde lain ditusukkan di daerah mulut,
c. bagian mulut ditarik ke depan dengan hati-hati,
d. kelenjar ludah akan segera tampak, seperti sepasang kantung berwarna putih transparan
(bening),
e. kelenjar ludah kemudian dibersihkan dari lemak dan bagian-bagian lain yang masih melekat,
f. sisa tubuh yang tidak diperlukan dibuang.
4. Satu tetes zat warna asetokarmin diteteskan pada kelenjar ludah, pewarnaan dilakukan selama
10--15 menit.
5. Secara hati-hati, kaca penutup ditaruh di atas kaca objek.
6. Kaca objek diletakkan di antara lipatan kertas penghisap.
7. Ibu jari ditekan di atas kaca objek secara hati-hati.
8. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop cahaya dan struktur kromosom politen yang
diamati digambar.

IV. HASIL PENGAMATAN


Gambar :
Kromosom politen D. melanogaster
Preparat :
Kelenjar ludah D. melanogaster segar
Pewarnaan : Asetokarmin
Perbesaran : 10 x 10
Keterangan:
1. Kromosom politen

V. PEMBAHASAN
Praktikum genetika mengenai kromosom politen menggunakan kelenjar saliva atau kelenjar
ludah dari larva instar III Drosophila melanogaster. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
DNA mengalami replikasi yang terus-menerus tanpa diikuti oleh pembelahan sel, sehingga
volume sel semakin lama semakin meningkat (Passarge 2007: 178).
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum diantaranya mikroskop stereo untuk memudahkan
mengambil kelenjar saliva pada larva. Mengambil kelenjar saliva dibutuhkan ketelitian dan
kehati-hatian yang sangat tinggi karena kelenjar saliva sulit dibedakan antara satu dengan
lainnya. Mikroskop cahaya untuk mengamati letak kromosom politen yang ada di preparat baru.
Alat berikutnya yang digunakan adalah kaca objek dan penutup gelas untuk membuat preparat,
jarum sonde untuk membedah larva, dan cawan petri untuk wadah larutan Ringer dengan larva
secara sementara (pemberian tahap awal).
Bahan-bahan yang digunakan adalah larva instar III Drosophila melanogaster karena larva
tersebut sudah memiliki organ-organ pembantu pencernaan secara lengkap, seperti kelenjar
saliva yang mengandung enzim. Hal tersebut dilakukan karena enzim yang yang dikeluarkan
merupakan susunan polipeptida yang didalamnya mengandung gen atau DNA, sehingga dapat
diketahui kromosom politen yang ada di dalamnya. Selain mengetahui kromosom politen,
proteinnya juga sebagai membantu dalam pembentukan organ-organ pada larva sekaligus
mempersiapkan diri untuk membentuk pupa (Hartl.2005: 272).
Hal pertama yang praktikan lakukan adalah meneteskan larutan Ringer secukupnya ke dalam
cawan petri yang telah dibersihkan. Larutan Ringer adalah larutan NaCl 0,9 %. Maksudnya
adalah dalam 1 liter air dimasukkan natrium klorida sebanyak 0,9 gram. Fungsi larutan Ringer
adalah sebagai larutan fisiologis bagi larva instar III Drosophila melanogaster. Tubuh larva instar
tidak akan kekeringan selama berada dalam larutan, karena bersifat isotonis terhadap permukaan
tubuh larva instar (Ashburner 1989: 33--34).
Praktikan mengambil dan mengisolasi larva instar III Drosophila melanogaster dari media ke
dalam larutan setelah larutan Ringer siap. Praktikan mengambil larva instar sebanyak 3--5 ekor
untuk satu preparat. Praktikan mengamati larva instar yang telah dipindahkan ke dalam larutan
dengan menggunakan mikroskop. Mikroskop yang digunakan adalah jenis mikroskop stereo.
Penggunaan mikroskop stereo berfungsi agar spesimen yang diamati di bawah mikroskop dapat
terlihat lebih jelas bila dibandingkan dengan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya. Hal
tersebut karena mikroskop stereo memiliki medan kerja yang lebih besar, sedangkan mikroskop
cahaya memiliki medan kerja yang terlalu kecil (Vodopich & Moore 2005: 3--4).
Larva instar III diiosolasi kelenjar ludah nya dengan cara menusuk kepala dan badannya dengan
jarum sonde dan dengan perlahan ditarik kea rah yang berlawanan. Prosedur tersebut dilakukan
di bawah mikroskop untuk memudahkan praktikan karena ukuran larva yang cukup kecil. Bagian
kelenjar ludah larva dibersihkan dari lemak dan kotoran yang masih menempel setelah kepala
dan badannya terpisah. Kelenjar ludah yang telah dibersihkan diletakkan di atas kaca objek yang
telah dibersihkan. Satu kaca objek paling tidak diletakkan 3-5 kelenjar ludah larva. Larutan
asetokarmin diteteskan secukupnya di atas sediaan dan didiamkan selama 10--15 menit. Tujuan
pewarnaan menggunakan pewarna asetokarmin adalah untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas terhadap kelenjar ludah larva instar. Pewarnaan selama 15 menit bertujuan agar pewarnaan
berjalan dengan maksimal (Jones & Rickards 1991: 17).
Setelah 15 menit, kaca objek yang berisi preparat ditutup dengan kaca penutup. Kaca penutup
ditekan-tekan dengan perlahan dan hati-hati. Tujuannya adalah agar sel-sel menyebar dan
memisah sehingga memudahkan praktikan dalam pengamatan di bawah mikroskop. Sambil
ditekan, cairan asetokarmin yang keluar dari sisi-sisi gelas penutup dibersihkan dengan
menggunakan tisu. Pembuatan preparat selesai, kemudian dilanjutkan dengan pengamatan di
bawah mikroskop. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran rendah dan secara bertahap
diulangi dengan perbesaran yang lebih tinggi (Jones & Rickards 1991: 18).
Praktikan agak sulit dalam menemukan kromosom politen. Beberapa kali mengulang langkah
kerja secara hati-hati tetapi kromosom politen masih sulit juga untuk ditemukan. Tepatnya
praktikan hanya menemukan sepasang kelenjar ludah untuk setiap kepala larva. Setelah
percobaan kesekian kalinya, akhirnya mendapatkan kromosom politen, walaupun dengan
struktur dan bagian yang kurang jelas (Gambar 5). Hal tersebut dapat disebabkan karena preparat
yang dibuat terlalu banyak menggunakan pewarna asetokarmin dan kurang dalam penekanan..
Berdasakan dengan literatur yang ada bagian yang terlihat oleh kami adalah bentuk kromosom
politen yang belum membuka lengan-lengannya. Di preparat terlihat seperti bulatan-bulatan yang
besar, tetapi terlihat perbedaan antara band dan interband-nya. Namun, secara konsep yang ada
sudah sesuai bahwa dalam fase interfase seekor larva membuat kromosom politen dalam jumlah
besar karena hal tersebut dilakukan dengan bertujuan untuk pembentukan protein pada saat larva
akan berkembang menjadi dewasa.

IV. KESIMPULAN
1. Struktur kromosom politen Drosophila melanogaster terdiri dari lima lengan kromosom yang
dilekatkan oleh sebuah struktur di tengahnya yang disebut dengan kromosenter. Lima lengan
tersebut berturut-turut adalah kromosom-X, lengan kanan dan kiri masing-masing untuk
kromosom nomor 2 dan 3, serta kromosom nomor 4 yang sangat kecil sehingga secara
keseluruhan kromosom politen tampak hanya memiliki 5 lengan.
2. Bagian-bagian kromosom politen Drosophila melanogaster terdiri dari kromosenter,
kromonemata, pita band dan interband, dan puff.
3. Perbedaan kromosom politen dengan kromosom biasa adalah kromosom politen mempunyai
ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kromosom biasa, karena dalam siklusnya
kromosom politen hanya mengalami fase pertumbuhan (interfase) dan replikasi DNA tanpa
disertai dengan pembelahan sel atau intinya, sehingga mengalami penggandaan replikasi DNA
yang disebut dengan reduplikasi DNA.

V. DAFTAR ACUAN
Brooker, Robert J. 2005. Genetics : Analysis & Principle. McGraw Hill,
New York: xxii + 211 hlm.
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. Biologi. Edisi kelima-Jilid-1. Terj. dari
Biology oleh Lestari, R. Erlangga, Jakarta: xxi + 438 hlm.
Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The continuity of life. Brooks/cole Publishing
Company, Pacific Groove: xix + 820 hlm.
Goodenough, U & Levine, R.P. 1974. Genetics. Holt, Rinehart and
Winston, United States of America: xiv + 141--142 hlm.
Hartl, D.L. dan Elizabeth W. Jones. 2005. Genetics: Analysis of genes and
genomes. Ed. ke-6. Jones and Bartlett Publishers, Inc. Sudbury: xxv
+ 854 hlm.
Sadava, D. 2004. Life: The science of biology. 5th ed. Sinauer Associates, Inc., New York: 1243
hlm.
Stansfield,w.d . Theory and problem of genetics,second edition. Teori dan soal2 genetika,. Alih
bahasa Machidin Apandi & Lanny.T. Hardy,McGraw hill 1983, terj. Erlangga 1991,jakarta . Viii
+ 417 hlm.
Suryo, 1995. Sitogenetika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: xii + 531 hlm.
Vodopich & Moore. 2005. Biology: Laboratory manual. 7th ed. McGraw-Hill. New York: ix +
555 hlm.
Watson, Baker, Bell, Gann, Lavine & Losick. 2004. Molecular biology of the gene. Pearson
Education, New York: xxix + 732 hlm.

http://addanaupdate.blogspot.com/2010/06/kromosom-politen.html

You might also like