Professional Documents
Culture Documents
BAB I
VEKTOR
Pengertian
A
(a) (b)
Gambar 1.1
Pada gambar 1.1a, titik awal vector v adalah A da titik terminalnya adalah B,
−→
maka dituliskan v= AB
1
Pendahuluan
Vektor – vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama, seperti pada
gambar 3.1b disebut ekivalen.
Untuk menuliskan panjang vektor v digunakan notasi |v|
a. Penjumlahan Vektor
a+b
b
Gambar 1.2
b
a
a
a+b
a+b
Gambar 1.3
Pendahuluan
Catatan :
b. Perkalian Skalar
Jika k adalah suatu skalar bilangan riil, a suatu vektor, maka perkalian
skalar ka menghasilkan suatu vektor yang panjangnya |k| kali panjang a
dan arahnya sama dengan arah a bila k positif atau berlawanan arah bila k
negatif. Bila k = 0 maka ka =0 disebut vektor nol, yaitu vektor yang titik
awal dan titik ujungnya berimpit.
2a -2a
Gambar 1.4
Pendahuluan
Gambar 1.5
R
Titik O mewakili bilangan nol, titik E mewakili bilangan 1. Ditulis O(0),
Setiap pasangan bilangan riil (koordinat titik) dapat diwakili oleh sebuah
titik pada suatu bidang rata, yang membentuk susunan koordinat di
dalam ruang dimensi dua, ditulis R2.
X2
Gambar 1.6
D A(1,2)
Pendahuluan
X3
Gambar 1.7
Secara umum untuk Rn dimana n adalah bilangan bulat positif, suatu titik di
dalam Rn dinyatakan sebagai n-tupel bilangan riil. Misalnya titik X(x1,
x2, ...,xn)
Lebih dahulu kita pandang suatu susunan koordinat di R2. Suatu vektor
disebut satuan bila panjangnya = 1.
Pendahuluan
Sekarang pandang vektor a yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya
titik A(a1, a2). Vektor a disebut vektor posisi dari titik A.
a2e2
Gambar 1.8
Secara umum untuk vektor p yang titik awalnya P(p1, p2) dan titik
ujungnya di Q(q1, q2) :
e2
Pendahuluan
1. Vektor posisi dari titik A(a1, a2, …, an) adalah OA = [a1, a2, …, an]
2. Vektor bertitik awal di P(p1, p2, …, pn) dan bertitik ujung di Q(q1, q2, …,
qn) adalah PQ = [q1 – p1, q2 – p2, … , qn – pn ]
Jarak 2 titik P(p1, p2, …, pn) dan Q(q1, q2, …, qn) adalah panjang vektor
PQ yaitu :
|PQ| = ( q1 − p1 ) 2 +( p 2 − q 2 ) 2 + .... +( p n − q n ) 2
Latihan :
2. Carilah vektor yang bertitik awal P(2, -1, 4) yang mempunyai arah seperti
v = [7, 6, -3]
3. Carilah vektor yang bertitik terminal Q(2, 0, -7) yang mempunyai arah
berlawanan dengan v = [-2, 4, -1]
4. Misalkan P adalah titik (2, 3, -2) dan Q adalah titik (7, -4, 1)
a. Carilah titik tengah dari segmen garis yang menghubungkan P dan Q
b. Carilah titik pada segmen garis yang menghubungkan P dan Q yang
3
4 dari P ke Q.
Untuk setiap vektor a = [a1, a2, a3,. . ., an] , b = [b1, b2, b3, . . . , bn] , c=[c1, c2,
c3, . . ., cn] ∈ Rn, dan m, k adalah skalar – skalar, maka berlaku :
(1). a+b=b+a
(2). (a + b) + c = a + (b + c)
(3). k(a + b) = ka + kb
(4). a+0=a
(5). a + (-a) = 0
(6). (k + m)a = ka + ma
(7). (km)a = k(ma) = m(ka)
Definisi
Bila v dan w adalah vektor, dan θ adalah sudut antara v dan w (0 ≤ θ ≤ π )
Maka hasil kali titik (dot product) v. w didefinisikan dengan :
θ
θ Q(w1, w2, w3)
y
Pendahuluan
Gambar 1.9
Perhatikan gambar 1.9 di atas. Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah 2
vektor tak nol. Dan θ adalah sudut antara v dan w , maka hokum cosinus
menghasilkan :
−→
| PQ |2 = |v|2 + |w|2 – 2|v||w| cos θ …………………………………………..
(1.2)
−→
Karena PQ = w – v maka dapat (1.2) dapat dituliskan kembali sebagai :
1
|v||w| cos θ = (|v|2 + |w|2 - |w – v|2)
2
Atau
1
v.w = (|v|2 + |w|2 - |w – v|2)
2
Dengan mensubstitusikan
2 2 2 2 2 2
|v|2 = v1 + v 2 + v 3 dan |w|2 = w1 + w2 + w3
dan
|w – v|2 = ( w1 − v1 ) + ( w2 − v 2 ) + ( w3 − v3 )
2 2 2
Jika v dan w bukan vektor nol, maka persamaan (1.1) dapat ditulis dengan
v.w
Cos θ =
| v || w |
Pendahuluan
Contoh 1.1
Diketahui vektor v = (2, -1, 1) dan w=(1, 1, 2)
Carilah v.w dan tentukan sudut antara v dan w.
Jawab :
|v| = 4 +1 +1 = 6
|w| = 1 +1 + 4 = 6
3
Jadi Cos θ = = 1 , maka sudut antara v dan w adalah 60o
6 2
Dalam banyak penerapan vektor pada bidang geometri, fisika, dan teknik, kita
perlu membentuk vektor di ruang-3 yang tegak lurus dengan 2 vektor lain yang
diberikan.
Definisi
Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah vektor – vektor di Ruang-3,
maka hasil kali silang (cross product) v x w adalah vektor yang didefinisikan oleh
v2 v3 v v3 v1 v2
vxw =
w ,− 1 ,
2 w3 w1 w3 w1 w2
Pendahuluan
Contoh 1.2
Carilah u x v dimana u = (1, 2, -2) dan v=(3, 0, 1)
Jawab :
1 2 − 2
3 0 1
2 −2 1 −2 1 2
uxv =
0 ,− ,
1 3 1 3 0
= ( 2, −7, −6 )
Teorema
Jika v dan w adalah vector dalam Ruang-3, maka
1. v. (v x w) = 0
2. v. (v x w) = 0
3. |v x w|2 = |v|2 |w|2 – (v.w)2 (Identitas Lagrange)
Jika θ adalah sudut di antara v dan w , maka v.w = |v| |w| cos θ , sehingga
Identitas Lagrange dapat dituliskan kembali sebagai :
|w|
|w| sin θ
Pendahuluan
v
|v|
a. Garis Lurus
Gambar 1.6
−→ −→ −→
Jelas OX = OA + AX
Pendahuluan
−→ −→
= OA + λ AB
Atau
[x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] + λ [b1- a1, b2-a2, b3-a3] ……………………………………(1.3)
Persamaan (1.3) di atas disebut persamaan vektoris garis lurus yang melalui 2
titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3).
−→
Vektor (atau vektor lain yang terletak pada g, dengan kata lain, kelipatan
AB
−→
dari AB ) disebut vector arah garis lurus tersebut.
_
Jadi bila garis lurus melalui titik A(a 1, a2, a3) dengan vector arah a = [a, b, c],
maka persamaannya adalah :
x1 = a1 + λ b1
x2 = a2 + λ b2
x3 = a3 + λ b3
( x1 − a1 ) ( x2 − a2 ) ( x3 − a 3 )
λ = = =
a b c
Merupakan persamaan linier garis lurus melalui titik A(a 1, a2, a3) dengan vektor
arah [a, b, c].
Pendahuluan
b. Bidang Rata
P
R
Gambar 1.7
Misal diketahui 3 titik P(p1, p2, p3) , Q(q1, q2, q3) dan R(r1, r2, r3) pada sebuah
bidang rata seperti di atas.
−→
Maka PQ = [q1-p1, q2-p2, q3-p3]
−→
= [r1-p1, r2-p2, r3-p3]
PR
−→ −→ −→
Untuk setiap titik pada bidang, berlaku =λ PQ + µ PR
PX
−→ −→ −→
Jelas dari gambar OX = OP + PX
−→ −→ −→
= OP + λ PQ + µ PR
Atau
[x1, x2, x3] = [p1, p2, p3] + λ [q1-p1, q2-p2, q3-p3] + µ [r1-p1, r2-p2, r3-p3]
Pendahuluan
−→
Adalah persamaan vektoris bidang yang melalui 3 titik. Kedua vektor PQ dan
−→
adalah vektor arah bidang.
PR
Latihan :
1. Tentukan :
a. a . b bila a = [2, -3, 6] dan b = [8, 2, -3]
b. Jarak A(2, 4, 0) , B(-1, -2, 1)
c. Jarak vektor a = [ 1, 7] dan b = [6, -5]
3. Carilah u. v untuk
a. u = [-3, 1, 2] dan v = [4, 2, -5]
b. u = [ 1, 2] dan v = [6, -8]
BAB II
RUANG VEKTOR
Definisi
Misalkan V sebarang himpunan benda yang dua operasinya kita definisikan yaitu
penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil). Penjumlahan tersebut
kita pahami untuk mengasosiasikan sebuah aturan dengan setiap pasang benda
u dan v dalam V, yang mengandung elemen u + v, yang kita namakan jumlah
u dan v, dengan perkalian skalar kita artikan setiap benda u pada V yang
mengandung elemen ku, yang dinamakan perkalian skalar u oleh k. Jika semua
aksioma berikut dipenuhi oleh semua benda u, v, w pada V dan oleh semua
skalar k dan l, maka kita namakan V sebuah ruang vektor dan benda – benda
pada V kita namakan vektor :
(1). Jika u dan v adalah benda – benda pada V kita namakan vektor
(2). u+v=v+u
(3). u + (v + w) = (u + v) + w
(4). Ada vektor 0 di V sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk semua u di V
(5). Untuk setiap u di V, terdapat –u sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0
(6). Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang vektor di V, maka
ku berada di V
(7). k(u + v )= ku + kv
(8). (k + l)u = ku + lu
(9). k(lu) = l(ku)
(10). 1u = u
Pendahuluan
Definisi
Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V disebut sub ruang (subspace) V jika
W itu sendiri adalah ruang vektor di bawah penjumlahan dan perkalian skalar
yang didefinisikan pada V.
Definisi
Himpunan m buah vektor (u1, u2, … um) disebut tak bebas linier (linearly
dependent) bila terdapat skalar – skalar λ 1, λ 2, …, λ m yang tidak semuanya nol
sedemikian hingga (u1, u2, … um)
Sebaliknya himpunan (u1, u2, … um) disebut bebas linier (linearly independent)
jika λ 1 u1 + λ 2 u2 + …+ λ m um = 0 hanya dipenuhi oleh λ 1= λ 2 = …= λ m = 0.
Catatan :
1. Jika m=1, maka :
a. Bila u = 0 (vektor nol), akan tak bebas linier, karena λ u = 0
λ 0 = 0 terpenuhi juga untuk λ ≠ 0
b. Bila λ ≠ 0, akan bebas linier karena λ u=0 hanya dipenuhi oleh λ
=0
2. Jika dalam himpunan terdapat vektor 0, misalnya {u1, u2,…,0, … um)
maka himpunan itu tak bebas linier,
λ 1 u1 + λ 2 u2 + … + λ i 0+ … + λ m um = 0 dipenuhi juga oleh λ I ≠ 0
3. JIka u dan v adalah 2 vektor yang berkelipatan, u = α v, maka
mereka tak bebas linier. Sebab u = α v 1u - α v = 0, artinya
terdapat λ ≠ 0 pada λ 1 v+λ 2 u=0
Pendahuluan
Kombinasi Linier
Definisi
Suatu vektor v dikatakan kombinasi linier dari vektor – vektor (u1, u2, … um) bila
terdapat skalar – skalar λ 1, λ 2, …, λ m sedemikian hingga v = λ 1 u1 + λ 2 u2 + …
+λ m um.
Contoh 2.1
a = [2, 1, 2], b = [1, 0, 3], c = [3, 1, 5]
Kita hendak menyatakan a sebagai kombinasi linier dari b dan c
Kita hitung λ 1, dan λ 2 yang memenuhi [2, 1, 2] = λ 1 [1, 0, 3] + λ 2 [3, 1, 5]
2=λ 1 +3λ 2
1=λ 2
2=3λ 1 +5λ 2
(1). Kalau v kombinasi linier dari suatu vektor u, yaitu v = λ u yang mana v
adalah kelipatan dari u dengan garis pembawanya sama (atau sejajar), v
dan u disebut koliner (segaris).
(2). v kombinasi linier dari 2 vektor u1 dan u2, yaitu v = λ 1u1 + λ 2u2 maka
v adalah diagonal jajaran genjang yang sisi – sisinya λ 1u1 dan λ 2u 2 .
u1 dan u2 disebut koplanar (sebidang).
(3) v kombinasi linier dari 3 vektor u1 , u2 dan u3, yang tidak sebidang, yaitu
v = λ 1u1 + λ 2u2 + λ 3u3 maka v adalah diagonal paralelepipedum yang
sisi – sisinya λ 1u1, λ 2u2 dan λ 3u3.
Pendahuluan
Definisi
Jika V adalah sebarang ruang vektor dan S = {v1, v2, …, vr} merupakan
himpunan berhingga dari vektor – vektor pada S, maka S disebut basis untuk V
jika : (i). S bebas linier
(ii) S merentang V
Definisi
Dimensi sebuah ruang vektor V yang berdimensi berhingga didefinisikan sebagai
banyaknya vektor pada basis untuk V.
Contoh 2.2
Tentukan dimensi dari ruang vektor yang dibentuk oleh :
(i). p = [1, -2, 3, 1] dan q = [2, -4, 5, 2]
(ii). u = [5, 7, 11, 4] dan v = [10, 14, 22, 8]
Jawab :
(i). Kedua vektor pembentuk tidak berkelipatan, jadi sistem pembentuk bebas
linier. Berarti dimensi = 2
(ii). Kedua vektor berkelipatan. Vektor u maupun v ≠ 0, jadi keduanya
merupakan sistem pembentuk yang bebas linier. Berarti dimensi = 1
Pendahuluan
Latihan:
1. Tentukan dimensi dan basis dari ruang vektor yang dibentuk oleh :
(i). a = [1, 1, 2], b= [1, 2, 5] , c = [5, 3, 4]
(ii). p = [1, 2, 2], q = [2, 4, 4] , r = [1, 0, 1]
(iii) u = [1, 0, 1], v = [3, 0, 3] , w = [2, 0, 2]
BAB III
MATRIK
Pengertian
Matrik adalah himpunan skalar yang disusun secara empat persegi panjang
(menurut baris dan kolom)
Skalar – skalar itu disebut elemen matrik. Untuk batasnya biasanya digunakan: (
), [ ], || ||
Matrik diberi nama dengan huruf besar. Secara lengkap ditulis matrik
A=(aij), artinya suatu matrik A yang elemen – elemennya adalah a ij dimana
index i menunjukkan baris ke-i dan indeks ke–j menunjukkan kolom ke–j .
Sehingga bila matrik disusun secara A(mxn) = (aij), mxn disebut ordo
(ukuran) dari matrik A.
1. Penjumlahan matrik
3. Perkalian matrik
Definisi :
Pandang A = (aij) berukuran (p x q) dan B = (bij) berukuran (q x r). Maka
perkalian AB adalah suatu matrik C = (cij) berukuran (p x r) dimana :
cij = ai1 b1j + ai2 b2j + … + aiq bqj, untuk setiap i = 1,2,…,p dan j = 1,2, …
r
Pendahuluan
1. (A + B)T = AT + BT
2. (AT)T = A
3. λ (AT) = (λ A)T
4. (AB)T = BT AT
Pendahuluan
1. Matrik bujursangkar
adalah matrik dengan jumlah baris = jumlah kolom, sehingga
disebut berordo n.
Barisan elemen a11, a22, … ann disebut diagonal utama dari matrik
bujursangkar A
2. Matrik nol
adalah matrik yang semua elemennya adalah 0
3. Matrik diagonal
matrik bujursangkar yang semua elemen di luar diagonal
utamanya 0.
4. Matrik identitas
adalah matrik diagonal yang elemen – elemen diagonal utama
adalah 1.
5. Matrik skalar
adalah matrik diagonal dengan semua elemen diagonal
utamanyanya = k
8. Matrik simetris
adalah matrik yang transposenya sama dengan dirinya sendiri.
Pendahuluan
Yang dimaksud dengan transformasi elementer pada baris dan kolom suatu
matrik A adalah sebagai berikut :
( λ)
2a Mengalikan baris ke – i dengan skalar λ ≠ 0 , ditulis H i (A)
( λ)
b. Mengalikan kolom ke – j dengan skalar λ ≠ 0 , ditulis K i (A)
λ
3a. Menambah baris ke – i dengan λ kali baris ke – j ditulis Hij( )(A)
λ
b. Menambah kolom ke – i dengan λ kali kolom ke – j ditulis Kij( )(A)
Matrik ekivalen
Dua matrik A dan B dikatakan ekivalen (A~B) apabila salah satunya dapat
diperoleh dari yang lin dengan transformasi – transformasi elementer terhadap
baris dan atau kolom. Jika transformasi elementernya pada baris saja, maka
dikatakan ekivalen baris. Begitu juga dengan kolom.
Matrik Elementer
x1 =0
x2 =0
.
.
xn =0
Contoh 3.1:
1 2 3
3
Cari invers matrik A = 2 5
1 0 8
Jawab :
Pada akhir operasi , matrik dibentuk menjadi [I |A-1] dari bentuk asal [A | I]
1 2 3 1 0 0
2 5 3 0 1 0
1 0 8 0 0 1
( −2 ) ( −1)
dengan operasi elementer H 21 dan H 21 menjadi
Pendahuluan
1 2 3 1 0 0
0 1 −3 −2 1 0
0 −2 5 −1 0 1
( 2)
dengan operasi elementer H 32 menjadi
1 2 3 1 0 0
0 1 −3 −2 1 0
0
0 −1 −5 2
1
( −1)
dengan operasi elementer H 3 menjadi
1 2 3 1 0 0
0 1 −3 −2 1 0
0 0 1 5 −2 −1
( −3 ) ( 3)
dengan operasi elementer H 13 dan H 23 menjadi
1 2 0 −14 6 3
0 1 0 13 −5 −3
0 0 1 5 −2 −1
( −2 )
dengan operasi elementer H 12 menjadi
1 0 0 −40 16 9
0 1 0 13 −5 −3
0 0 1 5 −2 −1
− 40 16 9
−5 − 3
Jadi invers dari matrik A adalah 13
5 −2 −1
Pendahuluan
LATIHAN:
2 1
1. Carilah 3A2 + 2A – 3I2, bila A =
3 4
−1 3 5
−3 −5
2. Tunjukkan bahwa A adalah matrik idempoten, A = 1
−1 3 5
3 2
3. Carilah invers dari A =
4 3
3 1 2 1
4 1 0 2
4. Diketahui A = , matrik B dihasilkan dari sederetan
1 3 0 1
( −1) ( 2) (1) ( 2)
transformasi elementer H 31 ,H 2 , H 12 , K 41 , K3 terhadap A.
Carilah B tersebut.
2 + i i sin ix
Q=
3 + i x 2
π
x1 + 2x2 + 3x3 = 5
2x1 + 5x2 + 3x3 = 3
x1 + + 8x3 = 17
Pendahuluan
−1 0 1
1 2 0
a. X 1 1 0
= − 3
1 5
3 1 −1
1 −1 2 − 5 −1 0
b. X =
3 0 1 6 −3 7
Pendahuluan
BAB IV
DETERMINAN
Pengertian
a b
dahulu matrik A(2x2) sebagai berikut :
c
d
a b
Didefinisikan ; det(A) = = ad -bc
c d
Contoh :
1 3
A= maka det(A) = 1.5 – 3.5 = 5 – 15 = -10
5 5
PERMUTASI
Definisi :
Permutasi himpunan bilangan – bilangan bulat {1,2,3 …,n} adalah
susunan bilangan – bilangan bulat ini menurut suatu aturan tanpa
menghilangkan atau mengulangi bilangan – bilangan tersebut.
Pendahuluan
Contoh 4.1:
Ada 6 permutasi yang berbeda dari himpunan {1,2,3} yaitu {1,2,3}, {1,3,2},
{2,1,3}, {2,3,1}, {3,2,1}, {3,1,2}
Banyaknya permutasi dapat dihitung dengan factorial. Untuk contoh soal diatas
3! = 1.2.3 = 6
Definisi
Invers pada suatu permutasi (j1, j2, j3 …,jn) adalah adanya jk < ji (jk mendahului
ji) padahal ji < jk (I dan k = 1, 2, . . ., n)
Contoh 4.2:
DETERMINAN
Contoh 4.3:
2 3 1 2 3
2 1 2 2 1 = 2.1.2 + 3.2.3 + 1.2.1 – 1.1.3 – 2.2.1 – 3.2.2
3 1 2 3 1
= 4 + 18 + 2 – 3 – 4 – 12 = 5
Pendahuluan
1. det(A) = det(AT)
2. Tanda determinan berubah jika 2 baris atau kolom ditukar tempatnya.
3. Harga determinan menjadi λ kali, bila suatu baris / kolom dikalikan
dengan skalar λ
Metode ini penting untuk menghindari perhitungan panjang yang terlibat dalam
penerapan definisi determinan secara langsung.
Theorema :
Jika A adalah matrik segitiga n x n, maka det(A) adalah hasil kali elemen –
elemen pada diagonal utama, yaitu , det(A) = a11.a22.a33 .. ann
2 7 −3 8 3
0 −3 7 5 1
Contoh 4.4 : 0 0 6 7 6 = (2) (-3) (6) (9) (4) = -1296
0 0 0 9 8
0 0 0 0 4
Contoh 4.5 :
0 1 5
Hitung det(A) dimana A = 3 −6 9
2 6 1
Pendahuluan
Jawab :
3 −6 9
Baris I ditukar dengan baris II ( H21), sehingga menjadi = - 0 1 5
2 6 1
1 −2 3 1 −2 3
= -3 0 1 5 ⇒ H31 (-2)
⇒ =-3 0 1 5 ⇒ H32(-10)
2 6 1 0 10 −5
⇒
1 −2 3 1 −2 3
=-3 0 1 5 = (-3) (-55) 0 1 5 = (-3) (-55) (1) = 165
0 0 −55 0 0 1
Metode reduksi baris ini sangat sesuai untuk menghitung determinan dengan
menggunakan komputer karena metode tersebut sistematis dan mudah
diprogramkan.
Minor aij adalah determinan submatrik yang tetap setelah baris ke – i dan
kolom ke – j dicoret dari A . Dinyatakan dengan |Mij|.
i+j
Sedangkan bilangan (-1) |Mij|dinyatakan oleh Cij disebut Kofaktor
Contoh 4.6 :
2 3 4
2 3
A = 5 6 7
Minor dari elemen a23 = = 18 – 24 =
8 9
8 9 1
-6
Kofaktor dari elemen a23 = (-1) 5 (-6) = 6
Pendahuluan
Perhatikan bahwa kofaktor dan minor hanya berbeda pada tandanya, yaitu
Cij = ± Mij . Cara cepat untuk menentukan apakah penggunaantanda + atau
tanda – merupakan penggunaan tanda yang menghubungkan C ij dan Mij
berada dalam baris ke – i dan kolom ke – j dari susunan :
+ − + − + ..
− + − + − ..
+ − + − + ..
− + − + − ..
+ − + − + ..
.
.. .. .. .. ..
..
Theorema
Determinan matrik A yang berukuran n x n dapat dihitung dengan mengalikan
elemen – elemen dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor – kofaktornya
dan menambahkan hasil kali – hasil kali yang dihasilkan, yaitu setiap 1 ≤ i ≤ n
dan 1 ≤ j ≤ n , maka
Contoh 4.7 :
3 1 0
3
Det(A) bila A = − 2 −4 adalah
5 4 − 2
−4 3 −2 3 −2 −4
=3 -1 +0 = (3)(-4) – (1)(-11)
4 −2 5 −2 5 4
= -12 + 11
= -1
Definisi :
Jika A adalah sebarang matrik n x n dan Cij adalah kofaktor aij, maka matrik
−1 1
Jika A adalah matrik yang dapat dibalik, maka : A = det( A) adj(A)
Pendahuluan
ATURAN CRAMER
Theorema
Jika AX = B adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linier dalam n bilangan
tak diketahui sehingga det(A) ≠ 0, maka system tesebut mempunyai
pemecahan unik. Pemecahan ini adalah :
b
b
dalam kolom ke j dari A dengan elemen matrik B =
2
.
bn
Contoh 4.8:
Jawab :
1 0 2
6
A= −3 40 ,
−1 −2 3
6 0 2 1 6 2 1 0 6
6 −3 6 −3 30
A1= 30 4 , A 2= 30 , A3= 4
8
−2
3 −1
8
3 −1
−2 3
Maka
Pendahuluan
det( A1 ) − 40 −10
x1 = = = ,
det( A) 44 11
det( A2 ) 72 18
x2= = = ,
det( A) 44 11
det( A3 ) 152 38
x3 = = =
det( A) 44 11
Latihan
Latihan Soal :
1 6 −3
1
1. Cari semua minor dan kofaktor dari A = − 2 7
3
−1
4
1 2 3
4
2. Q = 2 3 , cari :
1 5 7
a. adj(A)
b. det(A)
c. A −1
BAB V
TRANSFORMASI LINIER
5.1 Pengantar
Definisi
Jika F:V W adalah sebuah fungsi dari ruang vektor V ke dalam ruang vektor W,
maka F disebut transformasi linier, jika :
(i). F(u+v) = F(u) + F(v), untuk semua vektor u dan v di V
(ii). F(ku) = kF(u) untuk semua vektor u di dalam V dan semua skalar k
Contoh 5.1
Misal F:R2 R3 adalah sebuah fungsi yang didefinisikan oleh :
F(v) = (x, x+y, x-y)
Jika u=(x1, y1) dan v=(x2, y2) maka u + v = (x1 + x2 , y1 + y2)
Sehingga ,
F(u + v) = (x1 + x2, [x1 + x2]+[ y1 + y2], [x1 + x2]-[ y1 + y2])
= (x1, x1 + y1, x1 - y1) + (x2, x2 + y2, x2 – y2)
= F(u) + F(v)
Demikian juga jika k adalah sebuah skalar, ku = (kx1, ky1) sehingga
F(ku) = (kx1, kx1 + ky1, kx1 - ky1)
= k(x1, x1 + y1, x1 - y1)
= k F(u)
Jadi F adalah sebuah transformasi linier
Latihan :
Tentukan apakah F linier untuk masing – masing latihan berikut :
1. F(x,y) = (2x, y)
2. F(x,y) = (2x+y, x-y)
3. F(x, y, z) = (2x+y, 3y-4z)
4. F(x,y,z) = (1, 1)
Pendahuluan
Misalkan e1, e2, . . . , en adalah basis baku untuk Rn dan misalkan A adalah
sebuah matrik m x n yang mempunyai T(e1), T(e2), . . . , T(en) sebagai vektor –
vektor kolomnya.
x1 x + 2 x2
T = 1
x2 x1 − x 2
Maka
1 2
Jadi A = adalah matrik baku untuk T di atas.
1 −1
1. Rotasi (Perputaran)
cos θ − sin θ
Matrik baku untuk T adalah :
sin θ cos θ
2. Refleksi
terhadap l
x − x
a. refleksi terhadap sumbu y ( yang mengubah menjadi )
y y
−1 0
adalah :
0 1
x x
b. refleksi terhadap sumbu x ( yang mengubah menjadi )
y − y
1 0
adalah :
0 −1
x y
c. refleksi terhadap garis y = x ( yang mengubah menjadi )
y x
0 1
adalah :
1 0
Jika koordinat x dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan
konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas
gambar bidang dalam arah x. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah
mengkompresi gambar bidang dalam arah x. Disebut dengan ekspansi
(kompresi) dalam arah x dengan faktor k
k 0
Matrik baku untuk transformasi ini adalah :
0 1
Demikian juga , jika koordinat y dari masing – masing titik pada bidang
dikalikan dengan konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya
adalah memperluas gambar bidang dalam arah y. Jika 0 < k < 1 maka
efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam arah y. Disebut
dengan ekspansi (kompresi) dalam arah y dengan faktor k
1 0
Matrik baku untuk transformasi ini adalah :
0 k
Pendahuluan
4. Geseran
1 k
Matrik baku untuk transformasi ini adalah :
0 1
1 0
Matrik baku untuk transformasi ini adalah :
k 1
Dari Rn ke Rm dilakukan berurutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan
transformasi matrik tunggal T(x) = Ax, dimana
A = Ak . . . A2 A1
Pendahuluan
Contoh 5.2
a. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula menggeser
dengan faktor sebesar 2 dalam arah x dan kemudian merefleksikannya
terhadap y = x
b. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula
merefleksikannya terhadap y = x dan kemudian menggeser dengan faktor
sebesar 2 dalam arah x
Jawab :
1 2
a). Matrik baku untuk geseran adalah A1 =
0 1
0 1
Dan untuk refleksi terhadap y = x adalah A2 =
1 0
Jadi matrik baku untuk geseran yang diikuti dengan refleksi adalah
0 1 1 2 0 1
A 2. A 1 = =
1 0
0
1 1 2
b). Matrik baku untuk refleksi yang diikuti dengan geseran adalah
1 2 0 1 2 1
A 1. A 2 = =
0 1
1
0 1 0
Jika T:R2 R2 adalah perkalian oleh sebuah matrik A yang punya invers, dan
misalkan T memetakan titik (x,y) ke titik (x’, y’), maka
x ' x
y ' = A y
Dan
x -1
x '
y = A y '
Contoh 5.3
Pendahuluan
3 1
matrik A =
2 1
Jawab :
x ' 3 1 x
y ' = 2 1
y
Dan
−1
x 3 1 x ' 1 −1 x '
y = y ' = − 2 3
2 1
y '
Sehingga
x= x’ – y’
y = -2x’ + 3y’
y’ = 4 x’ + 1
5 5
Pendahuluan
Latihan
1. Carilah matrik bakunya
x2
x1 − x1
a. T =
x 2 x1 + 3x 2
x1 − x 2
x1
7 x1 + 2 x 2 − x3 + x 4
x2
b. T = x 2 + x3
x
3 − x1
x
4
2. Carilah matrik baku untuk transformasi linier bidang T:R2 R2 yang
memetakan titik (x,y) ke dalam :
(a). Refleksi terhadap garis y = -x
(b). Refleksi melalui titk pusat
(c). Proyeksi ortogonal pada sumbu x
(d). Proyeksi ortogonal pada sumbu y
− 3 0
(1,0), (0,1), dan (1,1) di bawah perkalian oleh A=
0 1
4. Carilah persamaan bayangan garis y = -4x + 3 di bawah perkalian oleh A
4 − 3
=
3
− 2
Pendahuluan
BAB VI
NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN
Definisi
Jika A adalah matrik n x n, maka vektor tak nol x di dalam Rn dinamakan vektor
eigen dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yaitu,
Ax = λ x
untuk suatu skalar λ . Skalar λ disebut nilai eigen dari A dan x dikatakan
vektor eigen yang bersesuaian dengan λ .
Contoh 6.1
1 3 0
Vektor x = adalah vektor eigen dari A =
2 8 −1
Yang bersesuaian dengan nilai λ = 3 karena
3 0 1 3 1
Ax = = = 3
8 −1 2 6 2
Contoh 6.2
3 2
Carilah nilai – nilai eigen dari A =
−1 0
Jawab :
Karena
1 0 3 2 λ − 3 − 2
λ I–A =λ 0 - =
1
−1 0
1 λ
Det(λ I – A) = (λ -3) λ - (-2) = 0
2
=λ - 3λ + 2 = 0
λ 1 = 2, λ 2 =1
Latihan :
10 −9
1. Carilah persamaan karakteristik dari matrik A =
4 − 2
4 0 1
0
2. Carilah persamaan karakteristik dari matrik A = − 2 1
− 2 0 1
Pendahuluan
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48