You are on page 1of 57

PERTEMUAN I

PENGERTIAN FILSAFAT

Arti secara Etimologis


 Berdasar asal katanya, kata Filsafat berasal dari bahasa
Yunani PHILOSOPHYA. Kata ini merupakan gabungan dari
dua kelompok akar kata.
 Kelompok akar kata pertama adalah kata Philein dan
sophos. Philein berarti cinta dan sophos berarti
kebijaksanaan.
 Cinta bukan sbg noun, bukan sbg adjective, tetapi cinta =
verb
 Verb ?  kerja manusia untuk mengerjasamakan ketiga
unsur dlm jiwanya  bijaksana
 Kelompok akar kata kedua adalah kata phylo dan sophya.
Phylo = sahabat, dan sophya = kebijaksanaan. Maksud :
Manusia harus dapat berperan sbg sahabat kebijaksanaan
dalam kondisi apapun juga.
Arti filsafat secara historis
 Filsafat sebagai mother of scientiaum
- perlu diingat sejarah awal lahirnya filsafat sampai berkembangnya
faham Positivisme
 Filsafat sebagai interdisipliner ilmu
-perlu diingat berbagai fenomena dalam perkembangan ilmu
(arogansi ilmiah,vak idiot,persoalan humanistik)

Arti secara terminologis


 Filsafat sbg PANDANGAN HIDUP (FALSAFAH),
merupakan hasil pensikapan manusia thd alam sekitarnya,
kebenarannya masih bersifat subjektif, baik individual
maupun kolektif.
 Filsafat sbg ILMU (FILSAFAT), yg memenuhi syarat ilmu :
FILSAFAT SEBAGAI ILMU

 Berobjek Objek material = segala sst yang


ada , Objek Formal = dari segi hakikat
 Bermetode  Analisis Abstraksi
 Bersistem  adanya kesatuan dari unsur
ontologi, epistemologi, dan aksiologi
 Universal  kebenaran hasil pemikirannya
dpt diterima dimana saja, kapan saja, dan
oleh siapa saja, minimal bagi kelompok
ilmuwan yg sama.
CIRI DAN PRINSIP BERFILSAFAT
 CIRI-CIRI BERFIKIR FILOSOFIS
 Radikal  mendasar, mendalam
 Integral  kesatuan unsur-unsur intrinsic
 Komphrehensif  kesatuan dg unsur-unsur lain yg
relevan  menyeluruh
 Sistematik bertahap & bertanggungjawab
 PRINSIP-PRINSIP BERFIKIR FILOSOFIS
 Principium Identitatis  A = A
 Principium Contradictionis  A >< B
 Principium Exclusi tertii  A=A / A=B
 Principium Sufficient Reason  If A=B harus ada alasan
cukup
 Principium Exemplaris  Ada example, contoh/bukti
nyata.
PENGERTIAN HUKUM

 Menurut Von Savigny


 = Hokum tidak dibuat, tetapi hukum ada / lahir dan lenyap
bersama-sama masyarakat. Pengertian ini hanya dapat
diberlakukan untuk hukum kebiasaan / hukum tidak tertulis
 lahir pengertian hukum tidak tertulis
 Menurut Roscoe Pound
 = hukum is a tool for social engineering  hukum hanya
dapat diaplikasikan / berfungsi apabila masyarakat tidak
berlangsung seperti yang diidealkan pengertian ini
biasanya berupa hukum tertulis / hukum formal
 Pengertian hukum secara umum
 Hokum adalah himpunan peraturan-peraturan yg mengatur
keseluruhan kegiatan manusia yang disertai dengan sanksi
dan bersifat imperatif.
 Imperatif : Imp.hipotetis dan imp.kategoris
PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM
 ARTI FILSAFAT HUKUM

a. Menurut Van Apeldoorn


Fil.Hukum adl ilmu yg menjawab pertanyaan apakah hukum itu ?
Ilmu hukum tidak dapat memberi jawaban yg memuaskan,
krn jawabannya sebatas ada fenomenanya, gejala.
melahirkan hukum yg bersifat formalistic belaka
b. Menurut Utrecht
Filsafat hukum merupakan ilmu yg menjawab pertanyaan apakah
hukum itu, apa sebab orang mentaati hukum, keadilan
manakah yg dpt dijadikan sbg ukuran baik-buruknya hukum.
c. Secara Umum
Filsafat Hokum is ilmu yg mempelajari asas / pendirian yg paling
mendasar tentang hukum  ilmu yg mempelajari hakikat
terdalam dari hukum  ilmu yang mencari / menemukan
“ruh”-nya hukum .
PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM

2. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ADANYA FILSAFAT


HUKUM
 Adanya kebimbangan tentang kebenaran dan keadilan dr
hukum yg berlaku, dan adanya ketidakpuasan terhadap
aturan hukum yg berlaku, krn tidak sesuai dg keadaan
masy. Yg diatur hukum tsb.
 Adanya kesangsian terhadap nilai peraturan hukum yg
berlaku
 Adanya aliran yg berpendapat bahwa satu-satunya
sumber hukum adalah hukum positif (hukum yg berlaku
saat itu)
 Adanya pendirian bahwa hukum adalah suatu gejala
masyarakat yang harus meladeni kepentingan
masyarakat, shg landasan hukum adalah penghidupan
sendiri.
lanjutan

3. TUJUAN FILSAFAT HUKUM


 Menjelaskan nilai-nilai dan dasar-
dasar hukum sampai pada dasar
filosofisnya  ditemukan hakikat,
esensi, substansi, ruh-nya hukum 
shg hukum mampu hidup dalam
masyarakat,
(kejujuran,kemanusiaan,keadilan,equi
ty)
lanjutan

4. FUNGSI DAN PERAN FILSAFAT


HUKUM
 Menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya hukum dalam hidup bersama
 Menumbuhkan ketaatan pada hukum
 Menemukan ruhnya hukum
 Menghidupkan hukum dalam masyarakat
 Memacu penemuan hukum baru
lanjutan

8. KAJIAN FILOSOFIS TERHADAP HUKUM


 Agar ruh-nya hukum dapat ditemukan maka hukum
harus dikaji dengan menerapkan ciri-ciri berfikir
filosofis, dan dalam menyelesaikan setiap
persoalan hukum dengan menggunakan prinsip-
prinsip berfikir filosofis.
 MAHASISWA LATIHAN !
- diskusi kelompok penerapan ciri berfikir filosofis
dlm penyelesaian masalah hukum
- mencari dua masalah hukum yang sejenis dari
surat kabar (media masa), kemudian dianalisis
dengan menerapkan prinsip berfikir filosofis.
lanjutan

5. TERBENTUKNYA HUKUM
Menurut Glastra van Loon, terbentuknya hukum dikelompokkan
dalam tiga kategori :
a. Menurut Aliran Legisme (abad 15-19)
 Terbentuknya hukum melalui pembuatan undang-undang, shg
hukum identik dg undang-undang.
 Undang-undang merupakan satu-satunya sumber hukum, shg
kebiasaan dan hukum adat bukan peraturan hukum, kecuali
apabila undang-undang menentukannya.
 Pembentukan hukum di luar uu dianggap tidak dapat menjamin
kepastian hukum, shg dianggap bukan sbg hukum.
 Tokoh ; Paul Laband, Jellinek, Hans Nawiasky, Hans Kelsen,
John Austin
lanjutan
b. Menurut Freirechtslehre (abad 19-20)
 Terbentuknya hukum hanya di dalam
lingkungan peradilan, dan dilakukan di
peradilan  peranan hakim sangat
dominan, hakim sbg pembentuk hukum.
 Undang-undang dan kebiasaan bukan
sumber hukum, tetapi hanya sbg sarana
pembantu hakim dalam upaya untuk
menemukan hukum pada kasus yg konkrit.
lanjutan

c. Menurut Heersende Leer (abad 20)


 Hokum terbentuk melalui berbagai
cara:
 Lewat pembentukan UU
 Dengan interpretasi UU
 Penjabaran dan penyempurnaan UU oleh
hakim
 Melalui pergaulan hidup
 Lewat kasasi.
lanjutan

6. Sumber Hokum : sesuatu yg dapat


menimbulkan hukum
 Sumber Hokum :
 SH Ideal, yg meliputi Common Law dan
Authoritarian Law
 SH Faktual, meliputi; Authoritarian
law,common law,
Jurisprudenci,traktat,doktrin.
lanjutan

 Pendapat lain ttg sumber hukum:


 Sumber Hokum Material, sumber hukum
yg menentukan isi kaidah hukum
 Sumber Hokum Formal,sumber hukum yg
menentukan bentuk kaidah hukum. Materi
hukum butuh suatu form agar menjadi
kaidah hukum yg berlaku secara umum,
mengikat dan ditaati. Bentuknya antara
lain;UU, kebiasaan,adat,traktat
lanjutan

7. BENTUK HUKUM :
 Menurut J.F Glastra van Loon, ada 4
bentuk hukum :
 hukum tak tertulis
 hukum tercatat
 hukum tertulis
 hukum yg terkodifikasi
SISTEM FILSAFAT HUKUM

1. 0ntologi hukum
Sebagai hasil penerapan ciri berfikir filosofis
radikal.
Hal yang dibahas didalamnya adalah :
- Objek kajian ilmu hukum, termasuk objek
kajian sesungguhnya
- Asumsi dasar ilmu hukum
Objek yang dikaji ilmu hukum : produk-produk
hukum, asas hukum,sumber hukum,sistem
hukum,subjek hukum.
lanjutan

 Dalam objek hukum tersebut tidak akan ada berbagai


masalah apabila di dlmnya sudah ada kesadaran
hukum. Jadi objek sesungguhnya ilmu hukum adalah
kesadaran hukum masyarakat.
 Berbagai objek ilmu hukum tersebut agar berkembang
perlu kajian, kajian tersebut biasanya diawali dengan
meragukan kebenaran asumsi dasarnya . Asumsi dasar
dapat dipahami sebagai asas-asas hukum. Misal : Asas
praduga tak bersalah. Pengertian dr asas ini adl jika
seseorang belum terbukti bersalah tidak dapat
diperlakukan sbg tersangka. Tingkat pemahaman dan
perwujudan asas ini masih membutuhkan kajian, tidak
boleh diterima begitu saja. Kajian yg dilakukan akan
mengembangkan ilmu kita.
2. Dimensi Epistemologi

 Dimensi epistemologi ada sebagai konsekuensi


penerapan ciri berfikir filosofis ,integral.Setelah
ditemukan berbagai faktor / sebab dr suatu persoalan,
maka kemudian dpt ditentukan sumber
persoalan,metode mengatasinya, ukuran kebenaran
hasil pemikirannya / solusinya.
 Jd dimensi epistemologi ilmu hukum membahas ttg
sumber hukum, metodenya ilmu hukum, baik metode
menemukan maupun metode analisisnya,dan ukuran
kebenaran produk-produk hukum.
1. Sumber hukum is sst yg dpt menimbulkan hukum.
Terdapat bbrp pendapat ttg sumber hukum, sbb:
- Glastra Van Loon : s.h is keputusan-keputusan
pemerintah,jurisprudensi,kebiasaan.
Lanjutan

- Utrecht, s.h ditentukan dr aspek sejarah, sosiologi,


antropologi, dan filsafat.
- Muchsan : s.h material dan s.h formal, yg pertama
menentukan isi kaidah hukum,yg kedua menentukan
bentuk kaidah hukum
- scr substansial : s.h ideal dan s.h faktual.yg pertama
berupa cita-cita,nilai, yang dpt berasal dr masyarakat
dan penguasa. Yg kedua berupa ketentuan-ketentuan
konkrit untuk mewujudkan cita-cita tadi.
2. Metode perumusan hukum
Metode yang diambil biasanya disesuaikan dg sumber
kajian / objeknya. Sumber materi hukum yang ideal adl
hasil konfirmasi/ dialog antara rakyat dengan penguasa.
Lanjutan

Metode yang sesuai dengan sumber / objek kajian spt


tsb menurut Mudzakkir adalah metode interpretasi.
Dalam pelaksanaannya metode ini akan
mempertimbangkan empat aspek, yaitu aspek ideal (ke
atas), aspek kontekstual (ke bawah), aspek historis ( ke
belakang), dan aspek teleologis (ke depan).
Konsekuensinya setiap produk apapun pada saat
perumusannya harus dipertimbangkan dengan cita-cita
negara, cita-cita rakyat, latar belakang sejarah, dan
tujuan bersama yg bersifat progresif. Proses perumusan
hukum tidak boleh tergesa-gesa, gegabah.
Lanjutan

 Metode Pengumpulan data : Studi


pustaka,wawancara,angket,observasi,angket,studi
dokumen,interview
 Metode Analisis data :Analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Yang banyak dipakai adalah analisis kualitatif.
Jenis analisis kualitatif, a.l : deskriptif yuridis,
sosiologis,filosofis,historis, dan kualitatif komparatif
 Metode penemuan hukum : Interpretasi (interpretasi
gramatikal, sistematis,historis, teleologis / sosiologis,
komparatif, futuristis), Analogi, a contrario, penyempitan
hukum, eksposisi.
lanjutan

3. Ukuran kebenaran produk hukum


Ada empat teori kebenaran (dlm filsafat) :
a. Teori kebenaran koherensi  tdk boleh ada
contradictio interminis
b. Teori kebenaran korespondensi  sesuai
fakta dlm masy.
c. Teori kebenaran pragmatis  manfaat bg
masy
d. Teori kebenaran perfomatis  merubah
masy (cara berfikir, sikap,perilaku,motivasi)
3. Dimensi Aksiologi

Dimensi aksiologi diakibatkan dr penerapan ciri berfikir


komprehensif dan sistematik.
Apabila telah dihasilkan produk-produk hukum yang sudah
terukur tingkat kebenarannya, maka dapat diterapkan
dan dikembangkan dengan tetap mempertimbangkan
berbagai nilai yg melingkupinya, yaitu nilai
yuridis,etis,estetis, religius.
Konsekuensinya, setiap produk hukum akan dapat
mengangkat harkat martabat manusia dan bermanfaat
bagi kemaslahatan umat (sesuai dengan visi dan misi
diciptakan dan dikembangkannya ilmu)
SEJARAH PEMIKIRAN TTG HUKUM
I. Masa Yunani - Romawi
 Filsof-filsof I (Anaximander,Heraklitos,Permenides) ; Hokum tidak
terbatas pada masyarakat manusia, tetapi juga untuk semesta alam,
shg antara hukum alam dan hukum positif menjadi satu, sbg bagian
dari hukum Ilahi
 Kaum Sofis
 Negara disebut dengan Polis, dan pada abad V SM polis sudah
demokratis; sudah bukan polis yg res patricia, ttp polis yang res
publica.
Saat itu sudah ada aturan hukum yg jelas (UU), dan warga ikut aktif
dlm pembuatan UU, shg baik dan adil hukum berdasar pada
keputusan manusia, bukan pada aturan alam, shg tidak ada kebenaran
objektif, yg berakibat pada suatu anggapan manusia sbg ukuran
segala-galanya  kesewenang-wenangan  anarkhi nihilisme.
 Keadaan tersebut melahirkan pemikiran bagi para filsof, antara lain:
lanjutan
1. Socrates
 Kebenaran objektif  dilakukan dg
peningkatan pengetahuan  mll pendidikan,
shg tugas utama negara adalah mendidik
warga negara dlm keutamaan (arête). Arete is
taat pada hukum negara, yg didasarkan pd
pengetahuan intuitif ttg yang baik dan benar
(ada dlm setiap manusia), disebut theoria.
Cara : Refleksi atas diri sendiri, Gnooti
Seauton.
lanjutan
2. Plato
- Karya (ttg negara) : Politeia dan Nomoi
- Ajaran :
A. Dualisme, ada dunia ide, eidos, dan dunia fenomen, shg negara
juga ada negara ideal, dan negara fenomen. Dalam negara ideal
segalanya sangat teratur secara adil.
Bagaimana dapat teratur? dikaji dari keteraturan jiwa, yaitu ketiga
unsur jiwa (akal,rasa,karsa) akan memiliki keteraturan apabila ada
kesatuan harmonis apabila perasaan dan nafsu dikendalikan dan
ditundukkan oleh akal  Keadilan : terletak pada batas seimbang
antara ketiga bagian jiwa  aplikasi: negara harus diatur scr
seimbang sesuai dg bagian-bagiannya  keadilan. Bagian-bagian
negara menurut Plato:
a.kelas orang-orang yg memiliki kebijaksanaan
b.kelas orang yg memiliki keberanian  kelas tentara
c.kelas orang yg memiliki pengendalian diri
 Adil, if setiap golongan berbuat sesuai dg tempat dan fungsinya
(tugasnya).
Lanjutan Plato
B.Kitab UU  didahului dg preambul (motif
dan tujuan metaati UU)  w n taat tidak
karena takut, tetapi karena insaf akan
kegunaan UU tsb. Menurut Plato if ada
pelanggaran disebabkan karena
kekurangtahuan tentang keutamaan hidup,
shg diperlukan pendidikan, pendidikan ini
antara lain berupa hukuman, shg hukuman
bertujuan untuk memperbaiki sikap moral
si pelanggar, jika tidak dpt diperbaiki
moralnya, lebih baik dibunuh.
lanjutan
3. Aristoteles
Karya : Politika (8 jilid)
Pemikiran : pemisahan antara hukum alam dan
hukum positif  muncul masalah ketaatan.
Ketaatan cenderung imp. Hipotetis bukan
imp.kategoris.
JAMAN ROMAWI
 Ajaran Stoa sangat berpengaruh .
 Hubungan manusia dengan diri sendiri dan dg logos.
Hubungan dg logos ini melalui hukum universal (lex
universalis), terdapat pd segala yg ada, shg disebut pula lex
aeterna (hukum abadi) menjelma ke alam Lex naturalis, sbg
dasar bagi hukum positif.
 Keutamaan seseorang adalah taatnya pada hukum alam bukan
pada hukum positif, UU ditaati if sesuai dg hukum alam.
 Yg penting dlm perkembangan hukum jaman ini adalah
timbulnya ius gentium. Alur piker ; Budi ilahi hukum alam
berlaku di mana-mana bagi semua orang  bersifat abadi
berlaku bagi semua bangsa  ditampung dlm hukum positif
negara mjd hukum bangsa-bangsa. Jadi hukum bangsa-
bangsa adalah hukum alam yg menjelma mjd hukum positif
semua bangsa, jadi bukan hukum bangsa-bangsa dlm arti
modern yg mengatur hubungan antar bangsa.
MASA ABAD PERTENGAHAN
 Filsafat hukum tidak mengalami perkembangan,
agama Kristen maju pesat
 Terjadi peralihan Pemikiran-pemikiran filsafat
( termasuk fil.hukum) dipengaruhi agama
Kristen, shg bercorak religius  zaman Skolastik
 pemikiran, dari Yunani ke Kristiani
 Tokoh :
1.Augustinus : Allah pencipta segalanya 
hukum abadi (lex aeterna)  dlm jiwa manusia disebut
hukum alam (lex naturalis)
LANJUTAN
2. Thomas Aquinas
 Kebenaran wahyu mjd pedoman bagi kebenaran dari akal budi
 keduanya diakui ada
 Hokum :
a.dari wahyu : hukum ilahi positif (ius divinum
positivum )
b.dari akal budi manusia
- ius naturale (primer dan sekunder)
- ius gentium
- ius positivum humanus
c. keadilan: sesuatu yg sepatutnya bagi orang lain menurut
kesamaan proporsional
- iustitia distributive
- iustitia commutative
- iustitia legalis
MASA RENAISSANCE DAN MODERN

 Terjadi perubahan pola dasar pemikiran


manusia, dr terbelenggu mjd bebas berfikir 
segala aspek kehidupan manusia mengalami
perkembangan pesat (adanya ilmu-ilmu
cabang, penemuan daerah baru negara baru)
 Hal tsb juga berpengaruh pd pemikiran
hukum : rasio manusia yg berdiri sendiri sbg
satu-satunya sumber hukum. Dalam konstruksi
hukum ,logika manusia merupakan unsur
penting.
 Tokoh :
Lanjutan abad modern

1. Machiavelli  Il-Principle (Sang Raja)


Naturalisme belaka : raja mempertahankan
kekuasaan dg kekerasan, moral dan hukum
hrs sesuai dg tuntutan politik  absolut.
2. Locke
 ada tiga kekuasaan : legislative, eksekutif, federatif
 Negara hukum, negara mjd neg. hukum if prinsip-
prinsip dari hukum privat dan hukumpublik
diwujudkan  utk mengatasi kesewenang-wenangan.
lanjutan

3. Voltaire
 Feodalisme : bangsawan dan rakyat kedudukannya
dibedakan sekali  ketidakadilan muncul
slogan :Liberte, egalite, fraternite
4. Montesquieu, antara hukum alam dan situasi konkrit
bangsa erat hubungannya.
 Hokum alam , berlaku utk manusia sbg manusia
perealisasian dlm bentuk hukum dan negara
tergantung dr situasi, histories, psikis, cultural suatu
bangsa  shg UU berbeda-beda
 Tiga bentuk negara: monarchi, republik, despotisme
 Trias politica : legislative, eksekutif, federatif,
yudikatif
lanjutan

 Rousseau
 Contract Social: kebebasan asli dpt dipertahankan if setiap
orang dan harta bendanya menyerahkan diri pada
masyarakat. Sesudah kontrak, manusia bebas lagi, sebab
apa yg telah diserahkan tadi akan dikembalikan kpd orang-
orang utk perkembangan masing-masing. Dengan kontrak
social manusia mendapat pengesahan dari hak-haknya sbg
manusia, baik scr moral, yuridis. Kolektivitas akan menjamin
kesatuan yg sempurna antar orang  sederajat
 Perbedaan sebelum dan sesudah kontrak
 banyak jadi satu
 individu-individu  badan politik
 kebebasan dan kekuasan asli kebebasan sipil
 penyitaan barang dg kekerasan milik menurut hukum
 kehendak semua orang kehendak umum
 kepentingan individu  kep.umum
 nafsu  kebebasan moral
 ketidaksamaan  kesamaan
MASA MODERN

 Fil.Hukum bukan lagi produk filsof,


tetapi sbg produk para ahli hukum,
sebab pada saat ahli hukum sampai
pada dasar-dasar persoalan, spekulasi
terdalam pasti akan kembali ke filsafat
(hukum).
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM

1.ALIRAN HUKUM ALAM


Prinsip : Hokum itu berlaku scr universal dan bersifat pribadi
Jenis:
a.Hukum alam yg bersumber dr tuhan
b.Hukum alam yg bersumber dr rasio manusia
Tokoh : Thomas Aquinas, menurutnya hukum ada 4,
yaitu :
b.1. Lex aeterna: ratio tuhan, bukan indra manusia
b.2. Lex divina: bagian ratio tuhan = indra manusia
b.3. Lex naturalis; penjelmaan lex aeterna dlm ratio
manusia
b.4. Lex positivis: hukum yg berlaku, yg merupakan
pelaksanaan hukum alam,disesuaikan dengan
keadaan dunia
lanjutan
2. ALIRAN HUKUM POSITIF
 Didasari oleh pemikiran hukum legisme
 Tokoh :
a. John Austin , hukum adalah perintah dr penguasa untuk
mengatur makhluk berfikir hukum merupakan system yg logis,
tetap, tertutup. Hokum terpisah dari keadaan dan pertimbangan
nilai-nilai moral.
Menurutnya hukum dibagi mjd :
1. Hokum yg dicipta tuhan
2. Hokum dr manusia : hukum yg sesungguhnya dan hukum yg
semu
 Hokum yg sesungguhnya terdiri dr hukum yg dibuat penguasa
(UU0, dan hukum yg dibuat pribadi w.n utk mengatur hak-
haknya. Sedangkan hukum yg semu hanya mengikat bagi yg
berkepentingan.
 Hokum yg sesungguhnya terdr dr 4 unsur : adanya perintah,
adanya sanksi, adanya kewajiban, adanya kedaulatan.
lanjutan

b. Hans Kelsen
 Ajaran Hokum Murni, hukum harus
dibersihkan dari unsure-unsur yg tdk
yuridis (etis, sosiologis, politis) .
 Jadi menolak berlakunya huku alam dan
eksistensi hukum kebiasaan.
 Ajaran Stufen-theorie, system hukum
merupakan suatu hierarkhi hukum, suatu
ketentuan hukum bersumber dr ketentuan
hukum lain yg lebih tinggi.
lanjutan
3. ALIRAN MAZHAB SEJARAH
 Tokoh : Von Savigny , Hokum itu tidak
dibuat, tetapi tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat.
 Dasar pemikiran : bangsa  jiwa rakyat
perbedaan kebudayaan dan hukum yg
berlaku, shg tidak ada hukum yg universal.
Isi hukum ditentukan oleh pergaulan
bangsa yg bersangkutan dari masa ke
masa, shg hukum merupakan hasil
perjalanan sejarah suatu bangsa.
lanjutan

4. ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE


 Sintesa dr aliran hukum positif dan mazhab
sejarah.
 Hanya hukum yg sanggup menghadapi ujian akal
akan bertahan hidup. Unsur kekal dr hukum adalah
pernyataan akal yg berdasar pengalaman dan diuji
oleh pengalaman juga. Pengalaman dikembangkan
oleh akal, akal diuji oleh pengalaman. Shg hukum
is pengalaman yg diatur dan dikembangkan oleh
akal, kemudian diumumkan dg wibawa oleh badan
pebentuk UU dlm masy.yg berorganisasi politik
dan dibantu oleh kekuasaan masy.
 Inti ajarannya : Living law in live.
lanjutan

 ALIRAN PRAGMATIC LEGAL REALISM


 Tokoh :John Chipman Gray, Karl
Leewelly

 Inti ajaran ; Agar hukum (UU)


bermanfaat betul bagi masyarakat,
maka dalam pembuatannya harus
memperhatikan logika, kepribadian,
politik, prasangka, dan ekonomi.
PEMBUKAAN UUD1945
A. FUNGSI DAN KEDUDUKAN PEMB.UUD45
 Pembukaan UUD45 merupakan STAATSFUNDAMENTALNORM,
yaitu sebagai sumber hukum dasar, baik hukum dasar tertulis
maupun hukum dasar tidak tertulis. Konsekuensi : seluruh
peraturanperundang-undangan dari yang tertinggi sampai yang
terendah materinya tidak boleh kontradiksi dengan nilai-nilai yang
terdpt dlm Pemb.UUD45, karena pada hakikatnya seluruh peraturan
hukum merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai yg ada dlm
Pemb.UUD45.
 Pemb.UUD45 merupakan sumber bagi seluruh peraturan hukum
lainnya, tetapi mengapa dalam Tata urutan Peraturan Perundang-
undangan (1966 – 2004), Pemb.UUD45 tidak dicantumkan ?, sbg
antisipasi terhadap terjadinya amandemen, shg secara hierarkhis
formal kedudukan Pem.UUD45 dipisah dg peraturan hukum lain,
tetapi scr hierarkhis material memiliki hubungan causal organis,
tidak terpisah.
TATA URUTAN PER-UU-AN
a. Berdasarkan TAP MPR No.XX/MPRS/1966
 UUD45
 TAP MPR
 UU/PERPU
 PP
 Kep.Pres
 Peraturan-peraturan Pelaksanaan lain,spt
 Peraturan menteri
 Instruksi menteri
 Dll
b. Berdasar Tap MPR No.III/MPR/2000, ttg Sumber Hokum dan tata urutan per-uuan
 UUD45
 Ketetapan MPR
 UU
 PERPU
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Peraturan Daerah
lanjutan

c. Berdasar UU No.10 tahun 2004, tgl 22 juni 2004


 UUD45
 UU/PERPU
 Peraturan Pemerintah
 Peraturan Presiden
 Peraturan Daerah
a.Perda propinsi
b.Perda kabupaten / kota
c.Peraturan desa/peraturan yang singkat.
B.KONSTRUKSI DASAR TERTIB HUKUM
INDONESIA
 Teori Stuffen Theory Hans Kelsen ?  Grund Norm
Norma Umum Norma Khusus
 Atau Nilai dasar  Norma Umum  norma praktis
 Aplikasi : Pemb.UUD45  UUD45Norma hukum
lainnya.
 Pembukaan UUD45 sbg Staatsfundamentalnorm,
merupakan asas kerokhanian tertib hukum
Indonesia, di dalamnya terdapat pengakuan adanya
hukum kodrat (alinea I),hukum etis (alinea I,II,III),
hukum Tuhan (alinea III), dan hukum filosofis, yaitu
asas kerokhanian Pancasila yg mendasari hukum
positif Indonesia (alinea IV).
HUBUNGAN PEMB.UUD45 DG HUKUM POSITIF

 Hokum Tuhan, hukum etis, hukum kodrat,


dan hukum filosofis tersebut merupakan
sumber bahan dan sumber nilai bagi hukum
positif Indonesia. Dalam hal ini negara
merupakan pelaksana yg aktif dalam
pelaksanaan dan realisasi hukum positif dg
mengambil bahan dari hukum dan nilai yg
terdapat dlm pemb.UUD45 tadi, disesuaikan
dg situasi, kondisi, serta kebijakan tertentu.
KONSEKUENSI
 Konsekuensi bagi setiap realisasi dan pelaksanaan
hukum positif Indonesia harus senantiasa sesuai dg
hukum Tuhan, hukum etis, hukum kodrat, dan
hukum filosofis. Nilai-nilai hukum tersebut sekaligus
juga merupakan ukuran bagi setiap hukum positif
Indonesia, yaitu UUD dan seluruh peraturan
perundangan yg lain apakah telah sesuai dg aturan-
aturan yg berasal dr Tuhan (hukum Tuhan), dg
perikemanusiaan dan perikeadilan(hukum kodrat),
dg nilai-nilai kebaikan (hukum etis), dan dg nilai-nilai
Pancasila yg abstrak umum universal (hukum
filosofis).
KESIMPULAN
 Jadi,pertama: pelaksanaan hukum positif
Indonesia harus berlandaskan asas-asas
nilai kerokhanian Pancasila dan asas-asas
nilai lainnya spt tertuang dlm pemb.UUD45.
 Kedua; mrupakan suatu keharusan bagi
negara Indonesia untuk menjadikan nilai-nilai
dlm Pemb.UUD45 tadi sbg ukuran dlm
penyusunan, pengembangan, dan
interpretasi semua peraturan hukum yg
berlaku di Indonesia
PERMASALAHAN DLM FIL.HUKUM

1. HUBUNGAN HUKUM DENGAN KEKUASAAN


 Hokum bersifat imperatif, tetapi realitasnya tidak semua taat,
shg membutuhkan dukungan kekuasaan, besarnya
kekuasaan tergantung pada tingkat kesadaran hukum
masyarakat.
 Dalam praktek, kekuasaan sering bersifat negatif, yaitu
berbuat melampaui batas-batas kekuasaan, shg hukum
dibutuhkan sbg pembatas kekuasaan (selain kejujuran
,dedikasi dan kesadaran hukum).
 Betapa eratnya dan pentingnya relasi antara hukum dan
kekuasaan, hukum tanpa kekuasaan,angan-angan, tetapi
kekuasaan tanpa hukum akan dzalim. Bagaimana agar
hubungan keduanya selalu harmonis dan sinergis ?
a. keseimbangan power
b. dialog yg sehat ,efektif
c. sadar akan keterbatasan
2. HUKUM DAN NILAI SOSIAL BUDAYA

 Hokum yg baik adalah hukum yg materinya berasal


dr nilai social budaya masyarakat.
 Persoalan : terjadinya pergeseran nilai dan anomaly
dlm masyarakat.
 Sejauh mana pergeseran nilai boleh terjadi ? shg
masih layak dijadikan sbg materi hukum yg baik?
a. Pergeseran nilai tetap harus sesuai dg hierarkhi nilai yg
disepakati
b. Membutuhkan kajian lebih lanjut tentang materi hukum yg
berasal dr masyarakat , nilai dr masy. diolah tidak diterima
mentah, inilah fungsi dr penguasa atau para ilmuwan , sbg
mitranya masyarakat.
3.SEBAB NEGARA MENJATUHKAN HUKUMAN

 Terdapat tiga teori yg dpt dijadikan dasar pembenaran negara


memberi hukuman pada warganya:
 Teori Kedaulatan Tuhan,negara sbg badan yg mewakili Tuhan
di dunia ini untuk mewujudkan ketertiban hukum di dunia, shg
berhak menghukum bagi pelanggar hukum.
 Teori Perjanjian masyarakat, rakyat telah memberikan
kekuasaan pd negara untuk membentuk peraturan dan
menjatuhkan hukuman pd pelanggar demi ketertiban dan
kedamaian  konsekuensi: rakyat berjanji mentaati dan
bersedia dijatuhi hukuman.
 Teori Kedaulatan Negara, hanya negara yg berdaulat dan
berkuasa untuk membentuk hukum. Adanya dan berlakunya
hukum krn dikehendaki negara, shg negara berhak memberi
hukuman.
 Lili Rasjidi: negara memiliki tugas sangat berat, mewujudkan
cita-cita bangsa, shg negara akan memberi hukuman kpd
siapapun yg menghambat usaha mencapai cita-cita tadi.
4. SEBAB ORANG MENTAATI HUKUM

 Terdapat tiga alas an pembenaran :


 Teori Kedaulatan Tuhan, hukum dicipta oleh Tuhan, manusia
sbg makhluk wajib taat (scr langsung), dan adanya anggapan
raja adalah wakil Tuhan, shg manusia harus sll taat pada Tuhan
(scr tidak langsung).
 Teori Perjanjian masyarakat, hukum sbg hasil kesepakatan
bersama seluruh masyarakat, shg mereka harus taati bersama
juga.
 Teori Kedaulatan Negara, orang mentati hukum krn merasa
wajib utk mentaatinya, sebab hukum is kehendak negara
 Teori Kedaulatan Hokum, orang mentaati hukum krn hukum
merupakan perumusan kesadaran hukum rakyat.
5. MASALAH PERTANGGUNGJAWABAN

 Pertanggungjawaban is kewajiban utk


memikul segala akibat dr sikap dan perilaku
subjek hukum, yg dilakukan scr sadar,
bebas, dan nalar.
 Subjek hukum dibebaskan dr tanggjwb,
apabila:
 belum cukup umur
 sedang terganggu jiwa / ingatannya
 sedang dlm pengaruh hipnotis,sihir
 subjek hukum tidak dpt menentukan
kehendaknya scr bebas dan sadar
6. MASALAH HAK MILIK

 Hak milik merupakan salah satu hak asasi manusia


 Beberapa pandangan ttg hak milik :
 Individualisme – liberalisme ; hak milik merupakan
hak mutlak individu, dan boleh berbuat apapun
 Kolektivisme: pemilikan alat produksi harus pd masy
bukan individu.
 Fascisme; membatasi dan melenyapkan ha-hak
asasi
 Personalisme : manusia sbg persona social, hak
milik pribadi diselaraskan dengan kepentingan
masyarakat
LANJUTAN
7. MASALAH PERJANJIAN  yg penting tetap
terjaganya itikad baik dr masing-masing
pihak
8. MASALAH LINGKUNGAN  perlu dipikirkan
upaya menumbuhkembangkan kesadaran
berwawasan lingkungan, lingkungan sbg
mitra hidup, bukan semata-mata sbg
something yg boleh diperlakukan semau
sendiri manusia.

You might also like