You are on page 1of 3

Nama/NIM : Farhan Ihsan N / 0810210007

Sektor UMKM Berpotensial bagi Perbankan


Masih segar rasanya krisis dunia yang diawali oleh krisis ekonomi AS yang
akhirnya berimbas amat buruk pada perekonomian Global. Tiap negara didunia
berjuang untuk menghadapi akibat dari krisis yang terjadi ini. Dari sekian banyak
negara di dunia yang bekerja keras untuk memulihkan keadaanya dari krisis, China,
India dan Indonesia merupakan tiga negara yang berada di garis depan proses
pemulihan krisis tersebut. Resep mujarab yang dimiliki oleh ketiga negara ini ialah
keukatan ekonomi domestik yang tinggi. Seperti sudah diketahui, sejauh ini
perkembangan usaha khususnya UMKM di Indonesia masih terseok-seok. Padahal
telah terbukti dua kali menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi yaitu pada 1998
dan 2008
Dari kasus diatas, maka dapat disimpulkan begitu pentingnya kekuatan ekonomi
domestik sehingga muncul PR yang harus diselesaikan oleh negara kita yaitu bagaimana
menumbuhkan produktivitas sektor riil. Salah satunya dengan memaksimalkan dan
meningkatkan wirausahawan sehingga dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi di
masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan program-program yang mendorong
kemudahan kemudahan berbisnis (doing business) dan kemudahan memulai bisnis baru
(starting business).
Patut kita sadari bahwa Indonesia perlu meningkatkan jumlah wirausahawan
untuk mencapai predikat sebagai bangsa yang mandiri. Menurut beberapa penelitian,
salah satusyarat bangsa yang mandiri adalah mempunyai jumlah pengusaha
(entrepreneur) sebanyak minimal 2% dari total jumlah penduduk. Jadi jika jumlah
penduduk Indonesia sekarang mencapai 250 juta orang, minimal jumlah pengusaha
harus 5 juta orang. Kenyataannya, baru mencapai 0,18% atau hanya sekitar 450 ribu
orang.
Sebenarnya kebutahan bangsa ini hanyalah kamakmuran masyarakat secara
nyata, dan kemakmuran ini dapat diperoleh dengan cara mengentaskan kemiskinan.
Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata
rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas
terhadap sumber-sumber pembiayaan bagi Usaha Kecil dan Mikro (UKM) yang pada
dasarnya merupakan bagian dari masyarakat miskin yang mempunyai kemauan dan
kemampuan produktif.
Meskipun kontribusi UKM dalam PDB semakin besar, namun hambatan yang
dihadapinya ternyata cukup besar. Diantaranya kesulitan mengakses sumber-sumber
pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal. Beberapa bank nampaknya masih
merasa setengah hati untuk meminjamkan dana bagi rakyat kecil baik untuk pendanaan
modal bisnis baru maupun untuk pengembangan usaha dari UMKM.
Kebanyakan bank-bank didaerah misalnya hanya menjalankan fungsinya
sebagai penghimpun dana dari pihak yang memiliki surplus dana tetapi tetapi sangat
sulit untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat. Berbagai hambatan tersebut
misalnya seperti syarat-syarat yang sangat sulit, dan prosedur yang mungkin tidak
diketahui oleh rakyat kecil tersebut.Komitmen kebanyakan bank-bank umum tersebut
sebenarnya bisa di bilang kurang tepat, karena sebenarnya sektor UMKM ini sangat
tepat menjadi sektor yang dipermudah dalam hal pemrosesan dalam permintaan kredit.

Kualitas Kredit Usaha Mikro Baik


Bukti-bukti yang menunjukan bahwa kualitas kredit yang tergolong baik justru
terjadi di pasar mikro dengan rasio NPL berada pada level 1,69% sedikit meningkat dari
setahun sebelumnya 1,55%, sedangkan NPL di pasar usaha kecil komersial angkanya
tergolong tinggi mencapai 5,41% per Maret 2010 dari periode yang sama tahun lalu
4,16%. Bahkan, rasio kredit bermasalah yang paling tinggi terjadi di pasar usaha
menengah yang mencapai 14,06% per Maret lalu, melonjak dari posisi Maret 2009
sebesar 6,64%.
Dari data tersebut sebenarnya bank-bank umum di Indonesia sudah seharusnya
ikut membantu perkmbangan UMKM di Indonesia melalui kredit-kredit permodalan
bagi sektor ini. Namun bentuk kepedulian ini jangan hanya berupa kredit murni saja
yang benar-benar berbau “keuntungan bagi bank” , tetapi akan menjadi lebih baik bila
disertai dengan pembimbingan-pembimbingan usaha bagi UMKM tersebut sehingga
keberlangsungan usaha mereka juga akan tetap terjaga. Terjaganya keberlangsungan
usaha UMKM yang telah didanai ini juga akan mengurangi resiko gagal bayar yang
selama ini amat ditakutkan oleh pihak bank apabila memberikan kredit kepada pelaku
usaha kecil ini.
Dengan komitmen yang tinggi dalam pengembangan sektor UMKM maka akan
menguntungkan pihak perbankan juga. Apabila UMKM yang didanai ini berhasil,
dalam jangka panjang pelaku-pelaku usaha ini akan menjadi nasabah-nasabah loyal
yang akan mempercayakan dananya untuk disimpan di bank yang memberikan
keuntungan bagi mereka. Kepercayaan sudah terbentuk semenjak mereka melakukan
kredit untuk mengembangkan usaha mereka.
Lembaga keuangan formal sudah selayaknya tidak perlu ”ketakutan” untuk
menjamah sektor UMKM ini, buktinya Bank BRI dapat memanfaatkan sektor ini
sebagai sektor prioritas utama mereka yang minimal menyumbang 80% terhadap total
kredit mereka. Komitmen Bank BRI yang kuat terhadap pengembangan usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM). Dengan fokus dan komitmen pada pengembangan sektor
UMKM bahkan krisis yang terjadi pada tahun 2008 lalu seperti tak menggoyahkan
Bank BRI. Sepanjang 2008 lalu, Bank BRI malah tetap mencatat prestasi
menggembirakan. Kinerja keuangan Bank BRI tetap saja membumbung tinggi, bahkan
semakin membaik.
Pencapaian itu sekaligus menempatkan Bank BRI sebagai bank pencetak laba
terbesar di tanah air, tahun 2008. Tradisi prestasi yang dipertahankan sejak tahun 2005.
Lebih dari itu, total aset bank ini juga naik tajam. Nilainya naik 20,84 persen dari Rp
203,6 triliun pada Desember 2007 menjadi Rp 246,03 triliun pada Desember 2008. Itu,
menjadikan Bank BRI sebagai bank kedua terbesar di Indonesia pada tahun 2008.
Posisi Bank BRI pun sangat kuat di industri perbankan nasional. Jumlah kredit
dan simpanan Bank BRI sangat besar. Pada 2008, Bank BRI memiliki 23,65 juta
nasabah simpanan dan 6,08 juta nasabah kredit. Nilai total dana pihak ketiga yang
dimiliki Bank BRI hingga Desember 2008 mencapai 201,5 triliun, sementara total
kucuran kreditnya sebesar Rp 161,06 triliun.
Usaha UMKM kebanyakan berorientasi ke pasar domestik. Ini menyebabkan
mereka tak terpengaruh oleh gonjang-ganjing krisis global. Itu artinya, performa kredit
mereka tetap baik. Oleh karena itu, dengan segudang keuntungan yang dapat diperoleh
dari sektor ini sudah selayaknya setiap lembaga keungan bank di Indonsia ikut ”bahu
membahu” membangun UMKM Indonesia. Agar tercipta kekuatan ekonomi yang
sangat masiv di kemudian hari yang kebal terhadap krisis global.

You might also like