You are on page 1of 31

Laboratorium Kimia Fisika

Kecepatan Reaksi

ABSTRAK

Kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi yang terjadi per satuan waktu.
Percobaan ini bertujuan untuk mencari konstanta kecepatan reaksi penyabunan etil
asetat dengan natrium hidroksida. Sampel percobaan ini adalah etil asetat, natrium
hidroksida dan asam klorida sebagai pentiter. Peralatan yang digunakan antara lain
beaker glass, erlenmeyer, stirer, stopwatch, buret, statif dan klem. Percobaan ini
dilakukan dengan menuangkan etil asetat ke dalam beaker glass yang telah berisi
natrium hidroksida dan diaduk dengan stirer., sambil waktu dihitung dengan
stopwatch. Setelah 4 menit, sampel diambil sebanyak 7 ml untuk dititrasi dengan
asam klorida. Volume asam klorida yang digunakan dicatat. Percobaan ini dilakukan
dengan pengadukan dan tanpa pengadukan. Laju reaksi rata-rata dengan pengadukan
adalah 0,01034 M-1detik-1, sedangkan laju reaksi rata-rata tanpa pengadukan adalah
-4,204 . 10-6 M-1detik-1.

Kata kunci: kecepatan reaksi, laju reaksi, pengadukan.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga praktikan dapat melaksanakan praktikum dan pembuatan
laporan pada Praktikum Kimia Fisika di Laboratorium Kimia Fisika, Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan baik.
Laporan ini praktikan susun berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di
dalam Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera
Utara dan ditambahkan dengan teori-teori kimia fisika tentang Kecepatan Reaksi.
Dalam kesempatan ini praktikan ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Laboratorium Kimia Fisika : Dr. Zuhrina Masyithah, ST, MSc
2. Dosen pembimbing modul Kecepatan Reaksi : Dr. Zuhrina Masyithah, ST, MSc
3. Abang dan Kakak asisten Laboratorium Kimia Fisika
4. Orang tua yang telah memberikan bantuan baik materil dan spiritual
5. Teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat praktikan sebutkan namanya satu
persatu yang telah memberikan saran dan bantuannya kepada praktikan sehingga
dapat menyelesaikan laporan ini.
Namun demikian praktikan menyadari apa yang ada dalam laporan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat
membantu dalam penyempurnaan laporan. Akhirnya praktikan berharap semoga
laporan ini ada manfaatnya bagi praktikan dan yang membacanya.

Medan, 22 Februari 2010


Praktikan,

( Lilies Pratiwi )

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecepatan reaksi adalah kecepatan suatu reaksi terjadi. Jika reaksi
memiliki kecepatan reaksi rendah, ini berarti molekul-molekul bergabung
dengan kecepatan yang lebih rendah daripada kecepatan yang memiliki
kecepatan reaksi besar.
Dalam kecepatan reaksi dikenal suatu teori dengan sebutan collision
theory (teori tabrakan). Collision theory menyatakan bahwa semakin banyak
tabrakan yang terjadi di dalam sistem, maka akan terjadi semakin banyak
penggabungan molekul yang berhasil. Hal ini menyebabkan reaksi akan
berlangsung lebih cepat dan nilai kecepatan reaksi akan semakin tinggi
(Anonim, 2009b).
Dalam bidang teknik kimia pengetahuan akan kecepatan reaksi sangat
penting. Industri kimia yang menghasilkan suatu produk sudah tentu
memanfaatkan rekasi kimia. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum
mengenai kecepatan reaksi untuk mempelajari dan mengetahui dasar-dasar
pengetahuan tentang kecepatan reaksi.

1.2 Perumusan Masalah


Hal yang menjadi permasalahan dalam percobaan kecepatan reaksi ini
adalah pada menentukan konstanta kecepatan reaksi dan kecepatan reaksi
dengan pengadukan dan tanpa pengadukan. Dimana nilai konstanta kecepatan
reaksi dan nilai kecepatan reaksi tanpa pengadukan menyimpang dari teori.
Karena pada percobaan tanpa pengadukan, setelah kedua zat dicampurkan,
zat tersebut tidak diaduk sama sekali, sehingga zat tidak bercampur dan
terbentuk dua lapisan.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan Kecepatan Reaksi ini adalah
• untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi dari reaksi penyabunan
CH3COOC2H5 dan NaOH.
• Untuk menentukan nilai kecepatan reaksi dari reaksi penyabunan
CH3COOC2H5 dan NaOH
• Untuk mengamati pengaruh pengadukan terhadap nilai kecepatan reaksi
penyabunan CH3COOC2H5 dan NaOH

1.1 Manfaat Percobaan


Manfaat dari percobaan kecepatan reaksi adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui cara menentukan konstanta kecepatan reaksi
dari reaksi penyabunan antara etil asetat dan NaOH.
2. Pengetahuan akan kecepatan reaksi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya memungkinkan kita untuk mengendalikan suatu
reaksi sesuai dengan yang kita kehendaki.
3. Pengetahuan mengenai masalah kecepatan reaksi sangat penting dalam
menentukan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
reaksi secara tepat dan ekonomis dalam industri.

1.5 Ruang Lingkup Percobaan


Percobaan Kecepatan Reaksi ini dilakukan dalam ruang Laboratorium
Kimia Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan keadaan
ruang:
 Tekanan udara : 760 mmHg
 Temperatur : 300C
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaOH, etil
asetat, HCl, phenolptalein dan aquadest. Sedangkan peralatan yang digunakan
pada percobaan antara lain stirer, buret, beaker glass, erlenmeyer, gelas ukur,
pipet tetes, corong gelas, statif, klem dan stopwatch.
Analisa dilakukan setelah 4 menit pencampuran 2 gram NaOH dengan
konsentrasi 0,25 M dan CH3COOC2H5 0,3 M 150 ml, lalu dititrasi dengan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

HCl 0,18 M 250 ml sampai diperoleh volume pentiter (HCl) yang konstan.
Percobaan dilakukan dengan pengadukan dan tanpa pengadukan.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecepatan Reaksi


Kimia kinetik adalah studi mengenai kecepatan dimana reaksi kimia terjadi
dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan tersebut. Informasi ini berguna
untuk menentukan bagaimana suatu reaksi terjadi (Anonim, 2010a). Sedangkan
kecepatan reaksi atau laju reaksi menyatakan banyaknya reaksi yang berlangsung per
satuan waktu. Laju reaksi menyatakan konsentrasi zat terlarut dalam reaksi yang
dihasilkan tiap detik reaksi (Anonim, 2010d).
Perhatikan reaksi kimia di bawah ini:
aA + bB → pP + qQ
Huruf-huruf kecil (a, b, p, dan q) menunjukkan koefisien-koefisien stoikiometri zat
tersebut, dimana huruf-huruf besar menunjukkan reaktan (A dan B) dan produk (P
dan Q). Menurut “IUPAC’s Gold Book Definition” laju reaksi v (juga r atau R) untuk
suatu reaksi kimia yang terjadi pada sistem tertutup dengan volume konstan, tanpa
adanya reaksi antara, dapat didefinisikan sebagai berikut:

Kecepatan reaksi selalu bertanda positif. Tanda ‘-‘ pada laju reaksi reaktan
menunjukkan bahwa konsentrasi reaktan tersebut berkurang. IUPAC
merekomendasikan agar satuan waktu selalu detik. Kecepatan reaksi biasanya
bersatuan mol dm-3 s-1. Perlu diingat bahwa difinisi yang telah ada sebelumnya
berlaku untuk reaksi tunggal, pada sistem tertutup dan volume konstan.
Untuk semua sistem umum, kesetimbangan massa total dituliskan sebagai
berikut:
MASUK – KELUAR + PEMBENTUKAN = AKUMULASI

Ketika diaplikasikan pada suatu sistem sederhana, persamaan tersebut dapat

disederhanakan menjadi:

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Untuk suatu reaksi tunggal pada sistem tertutup dengan volume yang
bervariasi, digunakan istilah laju konversi, untuk menghindari keterlibatan
konsentrasi. Laju konversi didefinisikan sebagai turunan dari tingkat reaksi terhadap
waktu

Vi adalah koefisien stoikiometri untuk unsur i, V adalah volume reaksi, dan Ci


adalah konsentrasi dari unsur i (Anonim, 2010e).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


Laju reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
• Luas permukaan sentuh
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak,
sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil
luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar
partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang
direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin
cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi ; sedangkan semakin kasar kepingan
itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
• Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada
suatu rekasi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif
bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi
semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif,
sehingga laju reaksi semakin kecil.
• Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu
katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan
katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda
dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada
dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa
katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat)
untuk sementara terjerat. Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian
sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih
lemah, sehingga akhirnya terlepas.
Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk
membentuk suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk
akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan
skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan katalisnya.
A + C → AC .... (1)
B + AC → AB + C ..... (2)
Meskipun katalis C termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan
kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi:
A + B + C → AB + C
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis
Ziegler-Natta yang digunakan untuk produksi massa polietilen dan polipropilen.
Reaksi katalis yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak
menggunakan besi biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat
menghancurkan produk emisi kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina
dan rodium.
• Konsentrasi
Karena persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrsi reaktan
maka dengan naiknya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Artinya
semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia
denngan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga
kecepatan reaksi meningkat (Anonim, 2010e).

• Tekanan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi gas bertambah seiring dengan bertambahnya tekanan, yang


pada kenyataan, ekivalen dengan pertambahan konsentrasi gas. Untuk fase reaksi
terkondensasi, ketergantungan tekanan lemah (Anonim, 2010g).

2.3 Aplikasi Kecepatan Reaksi Dalam Operasi Fluid Catalytic Cracking


Salah satu aplikasi kecepatan reaksi dalam industri adalah dalam operasi
Catalytic Cracking dalam penyulingan minyak bumi. Konsep kecepatan reaksi dapat
digunakan untuk mencari suhu dan tekanan optimal dimana diperoleh hasil bensin
yang paling banyak. Berikut akan dijabarkan lebih terperinci mengenai proses
catalytic cracking.
Fluid Catalytic Cracking (Catalytic Cracking) adalah tahapan proses
konversi yang paling penting yang digunakan dalam penyulingan minyak bumni. Ini
banyak digunakan untuk mengubah fraksi hidrokarbon dari minyak bumi mentah
menjadi produk minyak lain yang lebih bernilai, seperti bensin, gas-gas olefin dan
lain-lain. Pemecahan hidrokarbon dari minyak bumi sebenarnya dilakukan denngan
pemecahan termal (thermal cracking) yang telah hampir sepenuhnya digantikan oleh
catalytic cracking. Hal ini disebabkan dalam catalytic cracking dihasilkan bensin
dengan nilai oktan yang lebih tinggi. Dalam proses ini juga dihasilkan gas-gas
sebagai produk sampingan yang bersifat lebih olefinik, dan juga lebih bernilai tinggi,
daripada produk-produk yang dihasilkan dengan thermal cracking.
Unit-unit dari Fluid Catalytic Cracking (FCC) semuanya adalah proses
kontinu yang beroperasi 24 jam sehari hingga 2 sampai 3 tahun ketika shutdown
untuk perawatan rutin. Ada banyak desain berbeda yang telah dikembangkan untuk
unit-unit FCC modern. Tapi pada dasarnya ada dua konfigurasi berbeda untuk sebuat
unit FCC: tipe “stacked” dimana reaktor dan regenerator katalis terkandung dalam
suatu wadah dengan reaktor di atas regenerator katalis dan tipe “side-by-side”
dimana reaktor dan regenerator katalis berada pada dua wadah yang terpisah.
Proses yang akan dijelaskan berikut adalah catalytic cracking dengan tipe
side-by-side. Umpan minyak bumi mentah yang bertitik didih tinggi (sekitar 315-
430oC) dan merupakan molekul hidrokarbon rantai panjang dicampurkan dengan
bubur minyak daur ulang yang berasal dari bagian bawah kolom distilasi dan
diinjeksikan ke dalam catalyst riser dimana disana minyak bumi mentah tersebut
diupkan dan dipecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan dicampurkan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

dengan bubuk katalis yang sangat panas. Semua reaksi pemecahan terjadi di dalam
catalyst riser. Uap hidrokarbon mencairkan bubuk katalis dan campuran uap
hidrokarbon dan katalis mengalir ke atas memasuki reaktor pada suhu 535oC dan
tekanan 1,72 barg.

Gambar 2.1 Flowsheet Unit-Unit Proses Fluid Catalytic Cracking yang Digunakan
dalam Penyulingan Minyak Bumi
(Anonim, 2010c).
Katalis panas yang meninggalkan regenerator mengalir ke dalam sumur
pemisahan katalis dimana gas-gas buangan hasi pembakaran dialirkan kembali ke
bagian atas dari regenerator. Aliran dari katalis yang telah diregenerasi ke titik
injeksi umpan di bawah catalyst riser dan diatur dengan sebuah slide valve.
Katalis FCC modern berbentuk bubuk dengan densitas 0,80 hingga 0,96 g/cc
dan memiliki ukuran partikel distribusi antara 10 sampai 150 μm dan ukuran partikel
rata-rata antara 60 sampai 100 μm. Desain dan pengoperasian dari unit FCC sangat

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

bergantung pada sifat-sifat fisika dan kimia dari katalis. Sifat-sifat yang terutama
diinginkan dari katalis FCC adalah sebagai berikut:
• Memiliki stabilitas yang tinggi pada suhu tinggi dan pada steam

• Aktivitas tinggi

• Ukuran pori-pori besar

• Tahan terhadap erosi

• Produksi senyawa karbonat rendah


(Anonim, 2010c).

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan dan Rangkaian Peralatan


3.1.1 Bahan Percobaan
1. Natrium Hidroksida ( NaOH )
A. Sifat Fisika
1. Berupa padatan berwarna putih
2. Massa molekul : 39,99711 g/mol
3. Densitas : 2,13 g/cm3
4. Titik leleh : 318oC
5. Titik didih : 1388oC
B. Sifat Kimia
1. Natrium hidroksida cair adalah basa kuat
2. Tidak larut dalam eter dan pelarut organik lainnya
3. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain
dan kertas
4. Bersifat sepenuhnya ionik, terdiri dari kation natriu dan anion
hidroksida
5. Natrium hidroksida dapat bereaksi dengan gelas membentuk natrium
silikat
(Anonim, 2010h).

2. Etil Asetat ( CH3COOC2H5 )


A. Sifat Fisika
1. Berupa cairan tidak berwarna
2. Massa molekul : 88,105 g/mol
3. Densitas : 0,897 g/cm3
4. Titik leleh : -83,6oC
5. Titik didih : 77,1oC
B. Sifat Kimia
1. Etil asetat merupakan ester dari etanol dan asam asetat

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

2. Etil asetat mudah terhidrolisis dan mengalami transesterifikasi


3. Bersifat sangat volatil
4. Dapat terhidrolisis dalam keadaan asam dan basa untuk mendapatkan
kembali asam asetat dan etanol
5. Etil asetat dapat bereaksi degan natrium hidroksida menghasilkan etanol
dan natrium asetat.
(Anonim, 2010b).

3. Aquadest ( H2O )
A. Sifat Fisika
1. Terdapat di alam dalam wujud padat, cair, dan gas
2. Massa molekul : 18,01528 g/mol
3. Densitas : 917 kg/m3
4. Titik leleh : 0oC
5. Titik didih : 100oC
A. Sifat Kimia
1. Air berdisosiasi (sangat sedikit) menjadi ion H3O+ dan ion OH-
2. Air dapat bercampur dengan semua cairan membentuk satu cairan
homogen
3. Pada fase gas, uap air bercampur sepenuhnya dengan udara
4. Air dapat dipecah menjadi hidrogen dan oksigen melalui elektrolisis
5. Air dapat menyerap sinar UV, infra merah dan gelombang mikro
(Anonim, 2010f).

4. Asam Klorida ( HCl )


A. Sifat Fisika
1. Berupa cairan jernih tidak berwarna atau berwarna kuning muda
2. Massa molekul : 36,46 g/mol
3. Densitas : 1,18 g/cm3
4. Titik leleh : -27,32oC
5. Titik didih : 110oC

B. Sifat Kimia

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

1. Bersifat sangat korosif


2. Merupakan asam mineral kuat
3. Larut dalam dietil eter, etanol dan metanol
4. Merupakan asam monoprotik, artinya HCl hanya dapat berdisosiasi satu
kali untuk memberikan ion H+
5. Dalam cairan, ion H+ asam klorida bergabung dengan molekul air
membentuk ion hidronium, H3O+
(Anonim, 2010f).

5. Phenolphtalein ((C6H5OH)2COC6H4CO )
A. Sifat Fisika
1. Berupa kristal putih atau kuning
2. Massa molekul : 318,33 g/mol
3. Densitas : 1,299 g/cm3
4. Titik leleh : 258 – 260oC
5. Tidak berbau
B. Sifat Kimia
1. Bersifat stabil
2. Dapat menyebabkan kanker
3. Debunya dapat menyebabkan bersin dan batuk
4. Larut sedikit dalam air
5. Jika dipanaskan, dapat terurai menjadi karbon dioksida dan karbon
monoksida
(Anonim, 2009a).

1.1.2 Gambar Rangkaian Alat

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Percobaan


Keterangan gambar :
1. Statif dan klem
Fungsi : tempat menggantung / menjepit buret
2. Corong gelas
Fungsi : sebagai alat bantu untuk menuang larutan ke buret
3. Buret
Fungsi : untuk menitrasi sampel
4. Timbangan
Fungsi : untuk menimbang massa sampel
5. Labu erlenmeyer
Fungsi : wadah larutan yang akan dititrasi
6. Gelas ukur
Fungsi : untuk mengukur volume larutan yang digunakan.
7. Pipet Tetes
Fungsi : untuk mengambil zat dalam jumlah kecil.
8. Mesin pengaduk
Fungsi : untuk mengaduk larutan sampel.
9. Beaker glass
Fungsi : wadah untuk menampung sampel.
3.2 Prosedur dan Flowchart Percobaan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

3.2.1 Prosedur Percobaan


3.2.1.1 Prosedur Percobaan dengan Pengadukan
1. Dibuat 150 ml larutan etil asetat 0,3 M, larutan 2 gram natrium hidroksida
0,25 M dan 250 ml larutan asam klorida 0,18 M.
2. Larutan natrium hidroksida dimasukkan dalam beaker gelas dan diaduk
dengan pengaduk.
3. Kemudian larutan etil asetat dituangkan ke dalam beaker gelas sambil
diaduk dengan pengaduk dan stopwatch dihidupkan.
4. Setelah 4 menit diambil sampel sebanyak 7 ml, tambahkan dengan 3 tetes
indikator phenolptalein, dan dititer dengan asam klorida 0,18 M sampai
diperoleh volume asam klorida yang konstan.
5. Volume asam klorida yang digunakan pada setiap titrasi dicatat.

3.2.1.2 Prosedur Percobaan Tanpa Pengadukan


1. Dibuat 150 ml larutan etil asetat 0,3 M, larutan 2 gram natrium hidroksida
0,25 M dan 250 ml larutan asam klorida 0,18 M.
2. Larutan natrium hidroksida dimasukkan dalam beaker gelas dan diaduk
dengan pengaduk.
3. Kemudian larutan etil asetat dituangkan ke dalam beaker gelas secara
perlahan-lahan dan stopwatch dihidupkan.
4. Setelah 4 menit diambil sampel sebanyak 7ml, tambahkan dengan 3 tetes
indikator fenolftalein, dan dititer dengan asam klorida 0,18 M sampai
diperoleh volume asam klorida yang konstan.
5. Volume asam klorida yang digunakan pada setiap titrasi dicatat.

3.3 Flowchart Percobaan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

3.3.1 Flowchart Percobaan Dengan Pengadukan


Larutan
Dicatat
YaDituang
Tambahkan
Dibuat
Mula
Selesa
Tida
Apakah
Diambil
Titrasi
Catat volume
NaOH
larutan
larutan
Stopwatch
Apakah
volume
dengan
volume
sampelfenolftalein
dimasukkan
HCl
C2gram
Hyang
larutan
HCl
larutanO2HCl
sebanyak
HCl
4 0,18
ke
NaOH
3dipakai
8sudah
M7dalam
ke
tetes
mldalam
0,25
hingga
beaker
konstan?
0,18
yang M,
setiap
M beaker
terpakai
4 menit
Cgelas
H O i 0,3
larutan
secaraM
k4 8 2dihidupkan
menjadi 150
menjadi
ml,glass
dan
perlahan-lahan
bening? merah
HCl rosa
0,18 M 250 ml
sambil diaduk

Gambar 3.2 Flowchart Percobaan Dengan Pengadukan


3.3.2 Flowchart Percobaan Tanpa Pengadukan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Larutan
Dicatat
Tambahkan
Dituang
Ya Dibuat
Mula
Selesa
Apakah
Tida
Diambil
Titrasi
Catat volume
NaOH
larutan
larutan
Apakah phenolftalein
volume
Stopwatch
volume
dengan
sampeldimasukkan
HCl
C24Hgram
larutan
HCl
HCl yang
O2HCl
ke
NaOH
dipakai
8sudah
larutan
sebanyak
0,18 M73ke
dalam
tetes
dalam
0,25
konstan?
yang
0,18
ml hingga
beaker
setiap
M M,
beaker
terpakai
4 menit
Ck4H8Oi2dihidupkan
0,3
larutan
M 150menjadi
ml,
gelas secara
menjadi glass
perlahan-lahan 250 ml
bening?danmerah
HCl rosa
0,18 M

Gambar 3.3 Flowchart Percobaan Tanpa Pengadukan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

4.1.1 Dengan Pengadukan


Tabel 4.1 Hasil Percobaan Kecepatan Reaksi dengan Pengadukan
Konsentrasi
No t Konversi K (M-1 menit-1) rA (-)
(mol / L)
1/t (CAO-CBO)ln M-XA/M(1-
(menit) CA CB XA XB (M / dt)
XA)

1. 4 0,1047 0,1035 0,6511 0,586 2,3360 0,0247

2. 8 0,1047 0,1035 0,6511 0,586 1,1680 0,0146

3. 12 0,0987 0,099 0,6711 0,604 0,8741 0,0085

4. 16 0,1107 0,108 0,6311 0,568 0,5236 0,0088

5. 20 0,1107 0,108 0,6311 0,568 0,4188 0,0050

6. 24 0,0987 0,099 0,6711 0,604 0,4370 0,0043

4.1.2 Tanpa Pengadukan


Tabel 4.2 Hasil Percobaan Kecepatan Reaksi tanpa Pengadukan
Konsentrasi
No t Konversi K (M-1 menit-1) rA (-)
(mol / L)
1/t (CAO-CBO)ln M-XA/M(1-
(menit) CA CB XA XB (M.menit-1)
XA)

1. 4 0,0267 0,045 0,9111 0,82 -0,2440 0,0003


2. 8 0,0267 0,045 0,9111 0,82 -0,1220 0,0001
3. 12 0,0267 0,045 0,9111 0,82 -0,0813 9,75803E-05
4. 16 0,0267 0,045 0,9111 0,82 -0,0610 7,31852E-05
5. 20 0,0327 0,0495 0,8911 0,802 0,4514 -0,0007
6. 24 0,0267 0,045 0,9111 0,82 -0,0407 4,87902E-05
7. 28 0,0267 0,045 0,9111 0,82 -0,0349 4,18201E-05

4.2 Pembahasan
4.2.1 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Waktu
4.2.1.A Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Waktu dengan
Pengadukan

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Gambar 4.1 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Waktu dengan


Pengadukan
Menurut teori, harga konstanta reaksi akan semakin kecil nilainya seiring
dengan bertambahnya waktu. Semakin lama waktu yang dibutuhkan reaksi itu untuk
memperoleh nilai konstan maka akan semakin kecil nilai konstanta kecepatan
reaksinya (Sukardjo, 2002).
Pada grafik hasil percobaan terlihat bahwa konstanta kecepatan reaksi (k) yang
diperoleh semakin menurun dengan bertambahnya waktu. Saat t = 4 menit konstanta
kecepatan reaksi (k) sekitar 2,3360 M-1menit-1, pada saat t = 8 menit, k sekitar 1,1680
M-1menit-1, pada saat t = 12 menit grafik terus memperlihatkan penurunan, yakni
sebesar 0,8741 M-1menit-1, pada saat t = 16 menit, k sekitar 0,5236 M-1menit-1, pada
saat t = 20 menit, k sekitar 0,4188 M-1menit-1, dan pada saat t = 24 menit, k sekitar
0,4370 M-1menit-1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan dengan
pengadukan telah sesuai dengan teori yang ada dimana semakin lama waktu, maka
semakin kecil nilai konstanta reaksinya.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

4.2.1.B Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Waktu tanpa


Pengadukan

Gambar 4.2 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi terhadap Waktu tanpa


Pengadukan
Menurut teori, harga konstanta reaksi akan semakin kecil nilainya seiring
dengan bertambahnya waktu. Semakin lama waktu yang dibutuhkan reaksi itu untuk
memperoleh nilai konstan maka akan semakin kecil nilai konstanta kecepatan
reaksinya (Sukardjo, 2002).
Pada grafik hasil percobaan terlihat bahwa konstanta kecepatan reaksi (k) yang
diperoleh ada yang semakin menurun dan ada yang semakin menaik seiring dengan
bertambahnya waktu. Saat t = 4 menit konstanta kecepatan reaksi (k) sekitar -0,2440
M-1menit-1, pada saat t = 8 menit, k sekitar -0,1220 M-1menit-1, pada saat t = 12 menit
grafik terus menaik, yakni sebesar -0,0813 M-1menit-1, pada saat t = 16 menit, k
sekitar -0,0610 M-1menit-1, pada saat t = 20 menit, k sekitar 0,4514 M-1menit-1, pada
saat t = 24 menit, k sekitar -0,0407 M-1menit-1 dan pada saat t = 28 menit, k sekitar
-0,0349 M-1menit-1.
Dari grafik percobaan terlihat bahwa hasil percobaan tanpa pengadukan telah
bertentangan dengan teori. Hal ini disebabkan saat melakukan percobaan tanpa
pengadukan, kami sama sekali tidak mengaduk campuran yang telah dicampurkan.
Padahal Pengadukan dalam reaksi dua zat adalah faktor yang sangat penting dalam
penentuan laju reaksi. Jika campuran tidak diaduk dengan baik, konsentrasi reaktan
dalam larutan menjadi terbagi. Sebagian reaktan di lapisan atas dan sebagian lagi di
lapisan bawah. Seperti pada gambar di bawah ini:

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Gambar 4.5 Perbandingan Campuran Senyawa dengan Pengadukan dan Tanpa


Pengadukan
(Brown, 2010).

4.2.2 Grafik Laju Reaksi terhadap Waktu


4.2.2.A Grafik Laju Reaksi terhadap Waktu dengan Pengadukan

Gambar 4.3 Grafik Laju Reaksi terhadap Waktu dengan Pengadukan


Pada dasarnya, dari hukum kecepatan reaksi dapat terlihat bahwa kecepatan
reaksi berbanding terbalik dengan waktu. Hal ini berhubungan dengan jumlah zat
pereaksi (reaktan). Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi maka jumlah zat
pereaksi akan makin sedikit, sedangkan jumlah zat sebagai produk semakin banyak.
Maka, dapat dikatakan laju reaksi adalah laju berkurangnya pereaksi atau laju
terbentuknya produk (Sukardjo, 2002).
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa semakin meningkatnya waktu untuk
bereaksi maka kecepatan reaksinya semakin menurun. Saat t = 4 menit kecepatan
reaksi sekitar 0,0247 M.menit-1, pada saat t = 8 menit sekitar 0,0146 M.menit-1, dan
pada saat t = 12 menit grafik semakin menurun, yakni sebesar 0,0085 M.menit-1, saat
t = 16 menit kecepatan reaksinya sekitar 0,0088 M.menit-1, saat t = 20 menit
kecepatan reaksinya sekitar 0,0050 M.menit-1, dan pada saat t = 24 menit kecepatan
reaksinya sekitar 0,0043 M.menit-1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
percobaan yang diperoleh telah sesuai dengan teori dimana kecepatan reaksi
berbanding terbalik dengan waktu.

4.2.2.B Grafik Laju Reaksi terhadap Waktu Tanpa Pengadukan

Gambar 4.4 Grafik Laju Reaksi terhadap Waktu Tanpa Pengadukan


Pada dasarnya, dari hukum kecepatan reaksi dapat terlihat bahwa kecepatan
reaksi berbanding terbalik dengan waktu. Hal ini berhubungan dengan jumlah zat
pereaksi (reaktan). Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi maka jumlah zat
pereaksi akan makin sedikit, sedangkan jumlah zat sebagai produk semakin banyak.
Maka, dapat dikatakan laju reaksi adalah laju berkurangnya pereaksi atau laju
terbentuknya produk (Sukardjo, 2002).

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa grafik semakin menurun dari t = 4
menit sampai t = 20 menit, tetapi dari t = 24 menit dan t = 28 menit grafik semakin
menaik. Saat t = 4 menit kecepatan reaksinya 0,0003 M.menit-1, saat t = 8 menit
kecepatan reaksinya 0,0001 M.menit-1, saat t = 12 menit kecepatan reaksinya 9,758 .
10-5 M.menit-1, saat t = 16 menit kecepatan reaksinya 7,318 . 10-5, saat t = 20 menit
kecepatan reaksinya -0,0007 M.menit-1 dan kemudian menaik kembali yaitu saat t =
24 menit kecepatan reaskinya 4,879 . 10-5 M.menit-1 dan saat t = 28 menit kecepatan
reaksinya 4,182 . 10-5 M.menit-1.
Dari grafik percobaan terlihat bahwa hasil percobaan tanpa pengadukan telah
bertentangan dengan teori. Hal ini disebabkan saat melakukan percobaan tanpa
pengadukan, kami sama sekali tidak mengaduk campuran yang telah dicampurkan.
Padahal Pengadukan dalam reaksi dua zat adalah faktor yang sangat penting dalam
penentuan laju reaksi. Jika campuran tidak diaduk dengan baik, konsentrasi reaktan
dalam larutan menjadi terbagi. Sebagian reaktan di lapisan atas dan sebagian lagi di
lapisan bawah. Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.5 Perbandingan Campuran Senyawa dengan Pengadukan dan Tanpa


Pengadukan
(Brown, 2010).

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Dari hasil pengamatan pada percobaan ini, konstanta reaksi dan laju reaksi baik
dengan pengadukan maupun tanpa pengadukan akan semakin berkurang dengan
pertambahan waktu. Pengurangan nilai ini akan mencapai suatu nilai konstan bila
kesetimbangan reaksi telah tercapai.
2. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh konstanta laju reaksi rata-rata dengan
pengadukan adalah sebesar 0,9596 M-1menit-1, sedangkan konstanta laju reaksi
rata-rata tanpa pengadukan adalah sebesar -0,0189 M-1menit-1.
3. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh laju reaksi rata-rata adalah sebesar
-0,0103 M.menit-1, sedangkan laju reaksi rata-rata tanpa pengadukan adalah
sebesar -4,20429.10-6 M.menit-1.

5.2 Saran
1. Pada pengamatan laju reaksi tanpa pengadukan, ketika mencampurkan etil asetat
dan NaOH hendaknya diaduk sejenak hingga kedua zat tercampur merata,
sehingga ketika pengamatan laju reaksi dilakukan, zat telah bereaksi.
2. Pada pengamatan laju reaksi, pakailah stopwatch dalam penentuan waktu,
sehingga hasil akan lebih akurat
3. Dalam menimbang zat, sebaiknya digunakan neraca analitik agar diperoleh hasil
yang lebih akurat.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

A.1 Data Percobaan dengan Pengadukan


Tabel A.1 Data Percobaan dengan Pengadukan

Waktu (menit) Volume HCl (ml)

4 2,3

8 2,3

12 2,2

16 2,4

20 2,4

24 2,2

A.2 Data Percobaan Tanpa Pengadukan


Tabel A.2 Data Percobaan Tanpa Pengadukan

Waktu (menit) Volume HCl (ml)

4 1

8 1

12 1

16 1

20 1,1

24 1

28 1

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1. Pembuatan Larutan yang Dipakai


B.1.1 Etil Asetat
Pembuatan larutan 150 ml CH3COOC2H5 0,3 M.
Konsentrasi etil asetat yang disediakan:
ρ etil asetat = 0,897 gr/ml
Mr = 88,1 gr/mol
% Etil asetat = 99,5 %
Dari rumus :
mlaru tan
ρ=
Vlaru tan

mlaru tan = ρ .Vlaru tan

G 1000
M = .
Mr Vlaru tan
%.ρ .10
M =
Mr

ρ . %.10
M1 =
Mr
0,897 × 99,5 × 10
=
88,1
= 10,1307M

M2 (konsentrasi yang diinginkan) = 0,3 M


V2 (volume yang diinginkan) = 150 ml
V1 (volume yang disediakan) = ?
M1 . V1 = M2 . V2
10,1307. V1 = 0,3 . 150
V1 = 4,44 ml

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

Jadi, volume etil asetat yang diambil adalah 4,44 ml kemudian


ditambahkan air sampai volume larutan 150 ml.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

B.1.2 Natrium Hidroksida


Pembuatan 2 gram NaOH 0,25 M
Mr = 40 gr/mol
M=GMr.1000V(ml)
0,25=240.1000V
V=200 ml
Jadi, ditimbang NaOH sebanyak 2 gram kemudian dilarutkan dalam air
sampai 200 ml.

B.1.3 Asam Klorida


Pembuatan 250 ml HCl 0,18 M
Konsentrasi HCl yang disediakan:
ρ HCl = 1,18 gr/ml
Mr = 36,5 gr/mol
% HCl = 37 %

ρ . %.10
M1 =
Mr
1,18.37.10
=
36,5
= 11,96 M

M2 (konsentrasi yang diinginkan) = 0,18 M


V2 (volume yang diinginkan) = 250 ml
V1 (volume yang disediakan) = ?
M1 . V1 = M2 . V2
11,96. V1 = 0,18 . 250
V1 = 3,8 ml
Jadi, volume HCl yang diambil adalah 3,8 ml, kemudian ditambahkan air
sampai volume larutan 250 ml.

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

B.2. Penentuan Konversi Reaktan yang Bereaksi


Dengan Pengadukan (Saat t = 4 menit)
Volume etil asetat (0,3 M) yang digunakan = 150 ml
Volume NaOH (0,25 M) awal = 200 ml
Volume titrasi HCl 0,18 M = 2,3 ml
Mol NaOH (0,25 M) awal = 200 . 0,25 = 50 mmol
Mol awal etil asetat = 150 . 0,3 = 45 mmol
Mol HCl = 0,18 . 2,3 = 0,414
mmol
∑ mol HCl = ∑ mol NaOH sisa = 0,414 mmol
VNaOH + Etil Asetat : VSampel =  molNaOH – Etil Asetat :  mol NaOH sisa
350 : 7 = ( 50-x ) : 0,414
50 = 50-x0,414
50 - x = 20,7
x = 29,3 mmol

CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH


Mula-mula 45 50 - -
Reaksi 29,3 29,3 29,3 29,3
Setimbang 15,7 20,7 29,3 29,3

N AO − N A N BO − N B
XA = XB =
N AO N BO
45 − 15,7 50 − 20,7
= =
45 50
= 0,651 = 0,586

B.3. Penentuan Konsentrasi (CA dan CB)


Dengan Pengadukan (Saat t = 5 menit)

Lilies Pratiwi/ 080405042


Laboratorium Kimia Fisika
Kecepatan Reaksi

CA CB C Bo
XA =1− XB =1− M =
C AO C BO C AO
CA CB 0,25
0,651 = 1 − 0,586 = 1 − M =
0,414 0,25 0,414
C A = 0,1445 C B = 0,1035 M = 0,604

B.4. Penentuan Harga Kecepatan Reaksi


Dengan Pengadukan (Saat t = 5 menit)

1 M - XA
k= ln
t (C AO - C BO ) M (1 - X A )
1 0,604 − 0,651
= ln
4 (0,414 − 0,25) 0,604 (1 − 0,651)
= −2,288

B.5. Penentuan Kecepatan Reaksi


Dengan Pengadukan (Saat t = 5 menit)
rA = - k. CA. CB
= (-2,288) (0,1445) (0,1035)
=0,034 _

Lilies Pratiwi/ 080405042


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009a. Phenolphtalein. http://www.jtbaker.com/msds/englishhtml/p2015.htm.


Diakses pada: 15 April 2010.
Anonim. 2009b. Rates of Reactions. http://chem4kids.com. Diakses pada: 23 Februari
2010.
Anonim. 2010a. Chemical Kinetics. http://en.wikipedia.org/wiki/chemical_kinetics.
Diakses pada: 23 Februari 2010.
Anonim. 2010b. Ethyl Acetate. http://en.wikipedia.org/wiki/Ethl_acetate. Diakses pada:
15 April 2010.
Anonim. 2010c. Fluid Catalytic Cracking. http://en.wikipedia.org/wiki/catalytic
_cracking. Diakses pada: 23 Februari 2010
Anonim. 2010d. Hydrochloric Acid. http://en.wikipedia.org/wiki/Hydrochloric_acid.
Diakses pada: 15 April 2010.
Anonim. 2010e. Laju Reaksi. http://id.wikipedia.org/wiki/laju_reaksi. Diakses pada:
23 Februari 2010
Anonim. 2010f. Properties of Water. http://en.wikipedia.org/wiki/Properties_of_water.
Diakses pada: 15 April 2010.
Anonim. 2010g. Reaction Rate. http://en. wikipedia. org/ wiki/Reaction_rate. Diakses
pada: 23 Februari 2010
Anonim. 2010h. Sodium Hydroxide. http://en.wikipedia.org/wiki/sodium_hydroxide.
Diakses pada: 15 April 2010.
Brown, W.P. 2010. What Do We Mean by Rate and How Is It measured?.
http://www.docbrown.info/page03/3_31rates.htm. Diakses pada 16 April 2009.
Clark, Jim.2002. Orders of Reaction and Rate Equation. http://www.chemguide.co.uk/
physical/basicrates/orders.html#top. Diakses pada: 16 April 2009.

Lilies Pratiwi/ 080405042

You might also like