You are on page 1of 76

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA)

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PADA POKOK BAHASAN CAHAYA SISWA KELAS V SEMESTER II

SEKOLAH DASAR NEGERI KEDUNGMUNDU 01 SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I untuk mencapai gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Diah Nugraheni


NIM : 4201403010
Program Studi : Pendidikan Fisika

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006/2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Skripsi.

Hari :

Tanggal :

Semarang,
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Hadi Susanto, M.Si Drs. Mirwan, M.Si


NIP.130819142 NIP.131125643

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang,

Yang menyatakan

Diah Nugraheni
NIM.4201403010

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 29 Agustus 2007

Panitia Ujian

Semarang, Agustus 2007


Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M.S Drs. M. Sukisno, M.Si.


NIP.131781011 NIP 130529522

Anggota Penguji,
Pembimbing I Penguji I

Drs. Hadi Susanto, M.Si Dra. Siti Khanafiyah, M.Si


NIP.130819142 NIP.130529516

Penguji II
Pembimbing II

Drs. Hadi Susanto, M.Si


NIP.130819142
Drs. Mirwan, M.Si
NIP.131125643 Penguji III

Drs. Mirwan, M.Si


NIP.131125643

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

☺ Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja

keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan

kesiapan (Thomas A. Edison).

☺ Jadilah diri sendiri. Siapa lagi yang bisa melakukannya lebih baik ketimbang diri sendiri?

(Frank Giblin, Ii)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada:

1. Bunda dan ayahku yang senantiasa tak henti-hentinya mendoakanku dalam mencapai

kesuksesan dan keberhasilan.

2. Mas Wahyu dan dik Tika yang selalu menyayangiku dan menghiburku.

3. Sahabatku Yuli, Hanik, dan Henik yang selalu ada setiap saat untuk membantuku.

4. Teman-temanku angkatan ’03 yang aku sayangi. Pertahankan rasa kekeluargaan yang

selama ini sudah terjalin.

5. Guru-guru dan dosen-dosen yang sudah mengajarkan aku ilmu dan pengetahuan sehingga

aku menjadi pandai.

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “MENINGKATKAN MINAT BELAJAR

SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA POKOK BAHASAN

CAHAYA SISWA KELAS V SEMESTER II SEKOLAH DASAR NEGERI

KEDUNGMUNDU 01 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007” sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri

Semarang.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak dalam penyelesaian skripsi ini, di antara adalah sebagai berikut :

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES),

2. Bapak Drs. Hadi Susanto, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan,

3. Bapak Drs. Mirwan, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan,

4. Ibu Dra. Siti Khanafiyah, M.Si., selaku dosen penguji ujian skripsi,

5. Ibu Dra. Latifah, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kedungmundu 01 yang

telah memberi kemudahan dalam pelaksanaan penelitian,

6. Bapak Ramin, S.Pd, selaku guru kelas V SD Negeri Kedungmundu 01 yang

telah membantu selama pelaksanaan penelitian,

vi
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Karyawan TU, yang telah membantu,

8. Bapak Isa Akhlis, M.Si., selaku Koordinator Lab. Fisika Komputasi yang

telah bersedia menyiapkan ruang ujian,

9. Rekan-rekan mahasiswa Fisika yang telah memberikan dukungan, bantuan

dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan

yang ada. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan skripsi ini. Demikian laporan ini disusun dan

mudah-mudahan bermanfaat bagi mahasiswa Fisika maupun pembaca yang lain.

Semarang,
Penulis

Diah Nugraheni
NIM.4201403010

vii
ABSTRAKSI

Nugraheni, Diah. 2007. Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) dengan


Menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) pada Pokok Bahasan Cahaya Siswa Kelas V Semester II
Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 01 Semarang Tahun Pelajaran
2006/2007. Jurusan Fisika, FMIPA, UNNES.

Kata kunci : Minat, Belajar, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning), Cahaya

Selama ini, guru SD Negeri Kedungmundu 01 cenderung melakukan


pengajaran yang bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari
guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Selain itu, minat belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA)
masih kurang. Untuk itu, diperlukan strategi pembelajaran yang berguna untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa secara optimal yaitu dengan
menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Atas pertimbangan di atas, perlu dilakukan penelitian yang berjudul
“Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) dengan Menggunakan Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) pada Pokok Bahasan Cahaya
Siswa Kelas V Semester II Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 01 Semarang
Tahun Pelajaran 2006/2007“ untuk mengetahui peningkatan minat belajar Sains
(IPA) pada pokok bahasan cahaya.
Untuk membahas permasalahan pada paragraf satu, perlu dilakukan
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus
dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil
belajar kognitif diperoleh melalui tes, data hasil belajar afektif, dan psikomotorik
dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan minat belajar siswa diperoleh
melalui lembar kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan, nilai rata-rata hasil belajar kognitif pada
siklus 1 diperoleh 75,50 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 77,69. Nilai rata-
rata hasil belajar afektif minat pada siklus 1 diperoleh 85,10 dan pada siklus 2
meningkat menjadi 91,83. Nilai rata-rata hasil belajar afektif sikap pada siklus 1
diperoleh 85,38 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 90,19. Nilai rata-rata hasil
belajar afektif nilai pada siklus 1 diperoleh 84,42 dan pada siklus 2 meningkat
menjadi 89,04. Nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik pada siklus 1 83,85
meningkat menjadi 92,40 pada siklus 2. Sedangkan kriteria minat belajar siswa
pada siklus 1 adalah berminat dengan skor 64,83 dan meningkat menjadi sangat
berminat dengan skor 70,67.
Dari hasil yang diperoleh, penelitian dengan menggunakan Pendekatan
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa Sekolah Dasar
Negeri Kedungmundu 01 dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa secara
optimal.

viii
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

PERNYATAAN............................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

ABSTRAKSI ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR GRAFIK.......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1

B. Permasalahan ..................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 3

E. Penegasan Istilah................................................................ 4

F. Sistematika Skripsi............................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Belajar .................................................... 7

ix
B. Tinjauan tentang Minat ...................................................... 9

C. Tinjauan tentang Pendekatan Kontekstual (CTL).............. 12

D. Tinjauan Pokok Bahasan Cahaya....................................... 17

E. Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam

Pembelajaran Pokok Bahasan Cahaya untuk

Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA).......................... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian ............................................. 24

B. Pokok Bahasan Acuan ....................................................... 24

C. Desain Penelitian................................................................ 24

D. Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 25

E. Metode Pengumpulan Data ................................................ 32

F. Metode Analisis Data......................................................... 32

G. Indikator Keberhasilan ....................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian................................................................... 36

B. Pembahasan........................................................................ 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 57

B. Saran................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 61

x
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Pemantulan Teratur .................................................................... 18

Gambar 2.2 Pemantulan Baur ........................................................................ 18

Gambar 2.3 Hukum Snellius tentang Pemantulan Cahaya ............................ 19

Gambar 2.4 Hukum Snellius tentang Pembiasan Cahaya ............................. 19

Gambar 3.1 Skema Kegiatan Inti Pembelajaran ............................................ 24

xi
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.1 Kriteria Indeks Kesukaran Soal Tes.............................................. 28

Tabel 3.2 Kriteria Daya Pembeda Soal Tes .................................................. 29

Tabel 3.3 Kriteria Minat Siswa ..................................................................... 32

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuesioner Siswa Siklus 1 ...................................... 36

Tabel 4.2 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus 1........................................... 37

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kuesioner Siswa Siklus 2 ...................................... 39

Tabel 4.4 Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus 2........................................... 40

Tabel 4.5 Hasil Belajar Afektif Minat Siswa ................................................ 41

Tabel 4.6 Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa ................................................ 43

Tabel 4.7 Hasil Belajar Afektif Nilai Siswa.................................................. 45

Tabel 4.8 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa................................................. 46

xii
DAFTAR GRAFIK

Hal.

Grafik 4.1 Hasil Analisis Kuesioner Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan

pada Siklus 1 ................................................................................ 37

Grafik 4.2 Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan

pada Siklus 1 ............................................................................... 38

Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa Sebelum dan Sesudah

Tindakan pada Siklus 1 ................................................................ 38

Grafik 4.4 Hasil Analisis Kuesioner Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2 ....... 40

Grafik 4.5 Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2............ 41

Grafik 4.6 Ketuntasan Belajar Klasikal Kognitif Siswa pada Siklus 1 dan

Siklus 2......................................................................................... 41

Grafik 4.7 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Afektif Minat Siswa pada

Siklus 1 dan Siklus 2.................................................................... 42

Grafik 4.8 Hasil Belajar Afektif Minat Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2 ... 42

Grafik 4.9 Ketuntasan Belajar Klasikal Afektif Minat Siswa pada Siklus 1

dan Siklus 2.................................................................................. 43

Grafik 4.10 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa pada

Siklus 1 dan Siklus 2.................................................................... 44

Grafik 4.11 Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2.... 44

Grafik 4.12 Ketuntasan Belajar Klasikal Afektif Sikap Siswa pada Siklus 1

dan Siklus 2.................................................................................. 44

Grafik 4.13 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Afektif Nilai Siswa pada

xiii
Siklus 1 dan Siklus 2................................................................... 45

Grafik 4.14 Hasil Belajar Afektif Nilai Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2..... 45

Grafik 4.15 Ketuntasan Belajar Klasikal Afektif Nilai Siswa pada Siklus 1

dan Siklus 2.................................................................................. 46

Grafik 4.16 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik Siswa pada

Siklus 1 dan Siklus 2.................................................................... 47

Grafik 4.17 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2.... 47

Grafik 4.18 Ketuntasan Belajar Klasikal Psikomotorik Siswa pada Siklus 1

dan Siklus 2.................................................................................. 47

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1 Kisi-Kisi Uji Coba Kuesioner................................................... 61

Lampiran 2 Soal Instrumen Uji Coba Kuesioner......................................... 62

Lampiran 3 Lembar Kuesioner Awal........................................................... 65

Lampiran 4 Lembar Kuesioner Akhir .......................................................... 67

Lampiran 5 Hasil Kategori Minat Siswa...................................................... 69

Lampiran 6 Silabus dan Sistem Penilaian.................................................... 71

Lampiran 7 Kisi-Kisi Penulisan Soal Uji Coba Instrumen .......................... 75

Lampiran 8 Soal Uji Coba Instrumen .......................................................... 77

Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen................................. 81

Lampiran 10 Kisi-Kisi Penulisan Soal Evaluasi Siklus 1 .............................. 82

Lampiran 11 Soal Evaluasi Siklus 1 .............................................................. 83

Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 1..................................... 85

Lampiran 13 Kisi-Kisi Penulisan Soal Evaluasi Siklus 2 .............................. 86

Lampiran 14 Soal Evaluasi Siklus 2 .............................................................. 87

Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus 2..................................... 89

Lampiran 16 Daftar Nilai Siswa .................................................................... 90

Lampiran 17 Rencana Pembelajaran (RP) 1 .................................................. 92

Lampiran 18 Rencana Pembelajaran (RP) 2 .................................................. 97

Lampiran 19 Rencana Pembelajaran (RP) 3 .................................................. 102

Lampiran 20 Rencana Pembelajaran (RP) 4 .................................................. 106

Lampiran 21 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Siklus 1................................... 111

xv
Lampiran 22 Kunci Jawaban Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Siklus 1 ......... 116

Lampiran 23 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Siklus 2................................... 118

Lampiran 24 Kunci Jawaban Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Siklus 2 ......... 122

Lampiran 25 Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus 1................................ 124

Lampiran 26 Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Siklus 1...................... 133

Lampiran 27 Lembar Observasi Afektif Siswa Siklus 2................................ 136

Lampiran 28 Lembar Observasi Psikomotorik Siswa Siklus 2...................... 145

Lampiran 29 Kriteria Penskoran .................................................................... 148

Lampiran 30 Analisis Uji Coba Kuesioner .................................................... 151

Lampiran 31 Analisis Uji Coba Soal Tes....................................................... 154

Lampiran 32 Contoh Perhitungan Analisis Uji Coba Kuesioner ................... 157

Lampiran 33 Contoh Perhitungan Analisis Uji Coba Soal Tes...................... 159

Lampiran 35 Surat Penetapan Pembimbing................................................... 163

Lampiran 36 Surat Ijin Penelitian .................................................................. 164

Lampiran 37 Surat Ijin Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang................ 165

Lampiran 38 Surat Keterangan Sudah Melakukan Observasi ....................... 166

Lampiran 39 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ....................... 167

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejauh ini, pendidikan masih memegang peranan yang sangat penting.

Dengan adanya pendidikan, sumber daya manusia dapat berkembang menuju

ke arah yang lebih baik. Salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang

telah dicapai oleh siswa. Dalam perkembangannya, guru harus memiliki

keahlian untuk memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai

dengan mata pelajaran Sains (IPA) serta mengetahui kondisi siswa di samping

penguasaan ketrampilan yang lain.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti,

ternyata guru kelas di Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 01 dalam

mengajar cenderung bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan

dari guru ke siswa sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran. Siswa juga belum sepenuhnya menyukai pelajaran Sains (IPA)

yang disebabkan oleh kurangnya minat belajar maupun kreativitas yang

dimiliki oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2004: 82), yang

menyatakan: pelajaran berjalan lancar bila ada minat dan apabila anak-anak

malas belajar, mereka akan gagal karena tidak adanya minat. Selain itu, alat

peraga di Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 01 khususnya untuk mata

pelajaran Sains (IPA) juga terbatas sehingga mengakibatkan minat siswa

terhadap mata pelajaran Sains (IPA) berkurang. Tidak adanya sarana dan

1
prasarana belajar yang menunjang seperti perpustakaan maupun laboratorium

juga menjadi faktor yang mempengaruhi minat siswa maupun hasil belajar

yang diperoleh siswa. Ruang kelas terlalu sempit dan tidak sesuai dengan

jumlah siswa yang mencapai 52 siswa juga sangat berpengaruh pada proses

pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan strategi

pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa

secara optimal yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual atau

Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan strategi ini, diharapkan

proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa

bekerja dan mengalami bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa

(Nurhadi, 2002: 1).

Dengan melihat kondisi yang ada, memungkinkan jika pendekatan

kontekstual (CTL) diterapkan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu

01 yang merupakan kelas besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi

(2002: 27) yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual (CTL) dapat

diterapkan di kelas besar. Pendekatan kontekstual (CTL) juga melibatkan

tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, inkuiri,

bertanya, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian yang sebenarnya.

Sehingga, melalui pendekatan kontekstual (CTL) ini, diharapkan siswa

memiliki minat belajar yang tinggi terhadap Sains (IPA) agar memperoleh

hasil belajar yang optimal.

2
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti perlu

untuk mengadakan penelitian dengan judul: “MENINGKATKAN MINAT

BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA

POKOK BAHASAN CAHAYA SISWA KELAS V SEMESTER II

SEKOLAH DASAR NEGERI KEDUNGMUNDU 01 SEMARANG TAHUN

PELAJARAN 2006/2007“.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

yang timbul adalah: “Apakah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual (CTL) pada pokok bahasan cahaya dapat meningkatkan minat

belajar Sains (IPA)?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap Sains (IPA) pada pokok

bahasan cahaya dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti, berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang

strategi pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual (CTL).

3
2. Bagi Guru, diharapkan dapat mengetahui strategi pembelajaran yang

sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan.

3. Bagi Sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan mutu

pembelajaran Sains (IPA).

E. PENEGASAN ISTILAH

Untuk menghindari timbulnya kesalahpahaman dalam penafsiran dari

judul skripsi ini, maka perlu dibuat penegasan istilah sebagai berikut:

1. Belajar

Belajar (learning) adalah mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi

sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif,

afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina, 2004: 3).

2. Minat

Menurut Doyles Fryer dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229),

menyatakan bahwa minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan

objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.

3. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru

dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

4
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran

efektif (Nurhadi, 2002: 5).

4. Cahaya

Cahaya merupakan salah satu pokok bahasan Sains (IPA) yang diajarkan

pada siswa kelas V semester II tahun pelajaran 2006/2007.

F. SISTEMATIKA SKRIPSI

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Bagian Awal

Pada bagian ini memuat beberapa halaman yang terdiri dari halaman judul,

lembar persetujuan, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata

pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Pada bagian ini memuat 5 bab yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan

Mengemukakan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan

skripsi.

Bab II Landasan Teori

Berisi tentang teori-teori yang mendasari permasalahan dalam penulisan

skripsi ini dan yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian.

5
Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang subjek dan lokasi penelitian, faktor yang diteliti,

desain penelitian, pelaksanaan penelitian, metode pengumpulan data,

metode analisis data, dan indikator keberhasilan.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini mengemukakan tentang hasil penelitian, dan pembahasan terhadap

hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Berisi tentang simpulan hasil penelitian dan saran-saran berdasarkan

simpulan

3. Bagian Akhir

Bagian ini memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran yang melengkapi

uraian pada bagian isi, dan tabel-tabel yang digunakan.

6
7
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Belajar

Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para

pakar psikologi, antara lain:

1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina

(2004: 2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah

perilakunya karena hasil dari pengalaman.

2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2)

belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil

dari praktik atau pengalaman.

3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar

merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

4. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar

merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang

berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu

tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Dari keempat konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar

mengandung tiga unsur utama, yaitu:

a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

b. Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen.

7
Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi

sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan

perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun

psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3).

Benyamin S. Bloom (Gay, 1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-

60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang

disebut dengan ranah belajar, yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori:

pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis,

dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh

Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan

pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori

tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentangan dari

keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya

kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi

objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat

sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.

8
Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu

diperhatikan karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan

pembelajaran.

B. Tinjauan Tentang Minat

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat

seperti halnya. Jersild dan Tasch dalam Nurkancana, W. & Sunartana (1986:

229) menekankan bahwa minat/interest menyangkut aktivitas-aktivitas yang

dipilih secara bebas oleh individu. Sedangkan menurut Doyles Fryer dalam

Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 229) minat adalah gejala psikis yang

berkaitan dengan objek/aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada

individu.

Walaupun minat/interest didefinisikan secara berbeda-beda, tetapi

minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, objek, aktivitas

dan situasi. Selain itu, minat sangat erat hubungannya dengan kebutuhan.

Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor

pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya.

Jadi, dapat dilihat bahwa minat sangat penting dalam pendidikan,

sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapatkan

dorongan dari luar, apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik

minatnya.

Indrafachrudi, Soekarto (1970: 96) dalam bukunya menyatakan bahwa

prinsip umum dari minat ialah bahwa minat seorang anak itu berpusat pada

9
aktivitas yang menimbulkan kepuasan yang mengurangi ketegangan (tension).

Sehingga, apabila aktivitas yang dilakukan oleh anak menarik perhatiannya,

maka akan timbul minat pada anak tersebut dan mendapat suatu kepuasan.

Aspek-aspek minat dalam belajar adalah kesenangan, kemauan,

kesadaran, dan perhatian. Tanpa adanya aspek-aspek tersebut, hasil belajar

siswa tidak akan optimal. Namun, dalam pengukuran minat, aspek kesenangan

tidak disertakan. Adapun peranan dan fungsi minat dalam belajar adalah:

1. Minat sebagai pendorong yang mengarahkan perbuatan seseorang dalam

beraktivitas.

2. Minat dapat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap masalah

yang dihadapi.

3. Minat sebagai pembantu dalam pertumbuhan dan perkembangan seseorang

dalam mencapai suatu kematangan dan kedewasaan serta cita-cita.

Selain itu, ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu

mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak, antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Untuk meningkatkan minat anak-anak.

b. Untuk memelihara minat yang baru timbul.

c. Untuk mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik.

d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang

lanjutan studi/pekerjaan yang cocok baginya.

Menurut Nurkancana, W. & Sunartana (1986: 233), salah satu metode

pengukuran minat adalah dengan menggunakan kuesioner yang di dalamnya

10
berisi tentang pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan keadaan siswa

yang harus dipilih dan kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu.

Dari pilihan tersebut dalam tiap pernyataan akan menghasilkan skor yang

mencerminkan minat.

Minat termasuk ranah afektif yang menentukan keberhasilan belajar

seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit

untuk mencapai keberhasilan studi yang optimal. Seseorang yang berminat

dalam suatu pelajaran diharapkan akan mencapai hasil belajar yang optimal.

Oleh karena itu setiap guru harus mampu membangkitkan minat semua

siswanya terhadap mata pelajaran yang diajarkan guru

(http://72.14.235.104/search?q=cache:Fh1MOW1tYjIJ:www.puskur.net/down

load/naskahakademik/bidangketrampilan/lifeskills/modelsmk/matematika/mo

delpembelajaran.doc+pedoman+penilaian+afektif&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=

id). Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:

1. Membangkitkan suatu kebutuhan siswa (kebutuhan untuk menghargai

keindahan, memperoleh penghargaan, dsb).

2. Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman yang lampau.

3. Memberi kesempatan siswa untuk mendapat hasil yang baik.

4. Menggunakan pelbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok,

demonstrasi, dsb).

Dari penjelasan di atas, maka supaya minat siswa dapat dibangkitkan

untuk memperoleh hasil yang baik, guru perlu mengusahakan cara-cara

tersebut di atas.

11
C. Tinjauan Tentang Pendekatan Kontekstual ( CTL )

Dalam proses belajar mengajar diperlukan strategi pembelajaran yang

dilakukan oleh guru supaya siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap

mata pelajaran yang diajarkan khususnya pelajaran Sains (IPA). Dengan

adanya minat belajar yang tinggi, diharapkan siswa memperoleh hasil belajar

yang optimal.

Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah dengan menggunakan

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL

adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok

bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya

dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran efektif, yakni:

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan CTL,

yaitu bahwa pengetahuan manusia dibangun sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sehingga, siswa harus

mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata maupun keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih

diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan

mengingat pengetahuan. Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui

12
pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat

apabila selalu diuji dengan pengalaman baru (Nurhadi, 2002: 10).

2. Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis

CTL. Menurut Nasution (2004: 161), bertanya dalam pembelajaran

dipandang sebagai kegiatan guru untuk:

a. Mendorong anak berfikir untuk memecahkan suatu soal.

b. Membangkitkan pengertian yang lama maupun yang baru.

c. Menyelidiki dan menilai penguasaan murid tentang bahan pelajaran.

d. Membangkitkan minat untuk sesuatu, sehingga timbul keinginan untuk

mempelajarinya.

e. Mendorong anak untuk menginterpretasi dan mengorganisasi

pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip/generalisasi

yang lebih luas.

f. Menyelidiki kepandaian, minat, kematangan, dan latar belakang anak-

anak.

g. Menarik perhatian anak atau kelas.

Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri. Adapun penerapannya

dalam kelas, hampir semua aktivitas belajar, kegiatan bertanya dapat

diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara

siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke

kelas, dsb.

13
3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis CTL (Nurhadi, 2002: 12). Pengetahuan dan ketrampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-

fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan

yang merujuk pada kegiatan menemukan.

Adapun siklus dalam kegiatan inkuiri adalah observasi, bertanya,

mengajukan dugaan, mengumpulkan data dan menyimpulkan. Adapun

langkah-langkah dalam kegiatan inkuiri adalah:

a. Rumusan masalah → hipotesis

b. Mengamati atau melakukan observasi → pengumpulan data

c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dll.

d. Mengkomunikasikan/menyajikan hasil karya kepada pembaca, teman

sekelas, guru, atau audien yang lain.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Metode pembelajaran dengan

teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran di

kelas. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan

pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam

kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen yaitu ada yang pandai

14
dan ada yang kurang pandai supaya dapat terjadi komunikasi dua arah

(Nurhadi, 2002: 15).

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah suatu kegiatan pembelajaran ketrampilan atau

pengetahuan tertentu yang dalam pelaksanaannya terdapat model yang

bisa ditiru. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model.

Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat

ditunjuk untuk memberi contoh temannya tentang kegiatan yang akan

dilakukan. Ada kalanya siswa lebih paham apabila diberi contoh oleh

temannya (Nurhadi, 2002: 16).

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau

berfikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Selain

itu, refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau

pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang dimiliki oleh siswa

diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit

demi sedikit. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu

mengendap di benak siswa. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan

waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi (Nurhadi, 2002: 18).

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data yang

dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah mencari informasi

15
tentang belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu

diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses

pembelajaran yang benar. Pembelajaran yang benar memang seharusnya

ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari bukan

ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir

periode pembelajaran (Nurhadi, 2002: 19).

Menurut Nurhadi (2002: 10), sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan CTL jika menerapkan komponen-komponen tersebut di atas

dalam pembelajarannya. Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah.

Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

d. Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dari penjelasan di atas, maka pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL dapat meningkatkan minat belajar Sains (IPA), karena

ilmu dan pengalaman yang diperoleh siswa dari menemukan sendiri, siswa

dapat bertanya maupun mengajukan pendapat tentang materi yang

16
diajarkan, siswa dapat melakukan kerja kelompok melalui masyarakat

belajar, guru dapat melakukan pemodelan, dan dilakukan penilaian yang

sebenarnya dari kegiatan yang sudah dilakukan siswa.

D. Tinjauan Pokok Bahasan Cahaya

Secara awam, cahaya dapat dinyatakan sebagai penyebab kita dapat

melihat benda. Cahaya merupakan bentuk dari energi (tenaga). Benda-benda

yang dapat memancarkan cahayanya sendiri disebut sumber cahaya,

contohnya adalah sinar matahari. Sedangkan benda-benda yang tidak dapat

memancarkan cahayanya sendiri disebut benda gelap. Adapun sifat-sifat

cahaya antara lain:

1. Cahaya dapat Merambat Lurus

Artinya adalah cahaya yang keluar dari sumbernya akan bergerak

lurus seperti garis dan tidak berkelok-kelok. Menurut Nurhayati, Nunung

(2006: 83) cahaya dapat merambat melalui ruang hampa udara, udara, air

jernih, kaca atau benda yang disebut tembus cahaya.

2. Cahaya dapat Menembus Benda Bening

Menurut Nurhayati, Nunung (2006: 83) menyatakan bahwa dalam

kehidupan sehari-hari kita melihat bahwa cahaya dapat menembus benda

bening. Benda bening adalah benda yang dapat meneruskan sebagian besar

cahaya yang diterimanya. Air jernih, kaca, plastik merupakan benda

bening sehingga cahaya (sinar matahari) dapat menembusnya. Sedangkan

17
kayu, tembok, triplek bukan merupakan benda bening atau termasuk benda

gelap sehingga cahaya tidak bisa melewatinya.

3. Cahaya dapat Dipantulkan

Seringkali kita melihat pantulan cahaya yang disebabkan oleh

permukaan air atau permukaan benda-benda lainnya yang mengkilap

maupun permukaannya yang sangat halus. Oleh sebab itu, dapat

dinyatakan bahwa suatu cahaya yang datang pada suatu permukaan benda,

cahaya tersebut akan dipantulkan oleh permukaan itu.

Kondisi cahaya yang dipantulkan akan sangat bergantung pada

kondisi permukaan benda dan bentuk dari permukaan itu. Pemantulan

cahaya ada dua macam, yaitu:

a. Pemantulan secara Teratur

Gambar 2.1 Pemantulan Teratur (Nurhayati, Nunung (2006: 83)


Adalah pemantulan yang terjadi apabila berkas-berkas cahaya

mengenai permukaan benda yang licin atau mengkilap sehingga

berkas-berkas cahaya tersebut akan dipantulkan secara teratur.

b. Pemantulan secara Terhambur

Gambar 2.2 Pemantulan Baur (Nurhayati, Nunung (2006: 83)


Adalah pemantulan yang terjadi apabila berkas-berkas cahaya

mengenai permukaan benda yang kasar sehingga berkas-berkas cahaya

tersebut akan dipantulkan dengan arah sembarang atau tidak teratur.

18
Dalam peristiwa pemantulan cahaya, menurut Sarjan (2004: 53)

berlaku hukum Snellius tentang pemantulan yang berbunyi:

a. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada sebuah

bidang datar.

b. Besarnya sudut datang sama dengan sudut pantul.


garis normal Keterangan :
α = sudut da tan g
sinar pantul
sinar datang β = sudut pantul
α β

bidang datar

Gambar 2.3 Hukum Snellius tentang Pemantulan Cahaya (Sarjan, 2004: 53)

4. Cahaya dapat Dibiaskan

Bila cahaya merambat melalui dua medium atau zat perantara yang

berlainan kerapatannya, maka cahaya tersebut akan dibiaskan dan terjadi

penyimpangan arah cahaya (Nurhayati, Nunung, 2006: 84).


a. garis normal b. garis normal

udara udara
air a
air

Gambar 2.4 Hukum Snellius tentang Pembiasan Cahaya (Sarjan, 2004: 56)

Menurut Sarjan (2004: 56) bunyi Hukum Snellius mengenai

pembiasan adalah:

a. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang dan

berpotongan di satu titik.

19
b. Sinar datang dari zat yang kurang rapat menuju zat yang rapat akan

dibiaskan mendekati garis normal (dari udara ke air (gb. b)).

c. Sinar datang dari zat yang lebih rapat menuju zat yang kurang rapat

akan dibiaskan menjauhi garis normal (dari air ke udara (gb. a)).

Contoh-contoh peristiwa pembiasan cahaya di dalam kehidupan

sehari-hari menurut pendapat Nurhayati, Nunung (2006: 84), yaitu:

a. Pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air akan kelihatan patah

atau bengkok seolah-olah pensil itu tidak lurus.

b. Dasar kolam renang kelihatan lebih dangkal dari yang sebenarnya.

c. Bintang di langit akan tampak lebih tinggi dari yang sebenarnya.

5. Cahaya terdiri dari Beberapa Warna

Cahaya matahari atau cahaya senter merupakan cahaya putih atau

disebut juga dengan cahaya polikromatis. Cahaya putih dapat diuraikan

menjadi susunan warna-warna. Susunan warna-warna tersebut disebut

dengan spektrum warna. Warna-warna cahaya yang dibentuk oleh cahaya

putih yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Ketujuh

warna-warna tersebut disebut dengan cahaya monokromatis karena tidak

dapat diuraikan lagi menjadi warna yang lain (cahaya tunggal).

Penguraian dan pemantulan cahaya dapat terjadi di sekitar kita.

Peristiwa itu muncul bersama dengan peristiwa yang lain. Ketika terjadi

hujan maka beberapa saat akan muncul pelangi karena cahaya matahari

mengenai butir-butir air di udara (Sarjan, 2004: 58).

20
E. Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam Pembelajaran Pokok

Bahasan Cahaya Untuk Meningkatkan Minat Belajar Sains

Sesuai dengan silabus untuk kelas V semester II, kompetensi dasar

yang ingin dicapai dalam pembelajaran Sains (IPA) tentang cahaya adalah

siswa dapat mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, hasil yang diharapkan adalah

siswa dapat memahami dan menghubungkan konsep tentang cahaya serta

mampu mengimplementasikannya dalam suatu karya atau model yang

bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Keberhasilan pembelajaran ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil

belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan

pembelajaran pada aspek kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh

kondisi afektif siswa yaitu minat. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap

positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran

tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang

optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini akan tetapi di sekolah belum

banyak tindakan dari para guru untuk meningkatkan minat siswa. Oleh

karenanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru perlu merancang

program pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian hasil belajar yang

memperhatikan karakteristik aspek afektif siswa. Oleh karena itu, perlu

diterapkan pendekatan secara kontekstual (CTL) pada pokok bahasan cahaya

yang proses pembelajarannya akan dilaksanakan sebagai berikut:

21
1. Pendahuluan yaitu memberi apersepsi maupun tanya jawab tentang

pokok bahasan yang akan dipelajari maupun pokok bahasan sebelumnya.

2. Pembagian kelompok secara heterogen.

3. Observasi, yaitu masing-masing kelompok melakukan percobaan dan

mengamati dengan seksama. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu

menemukan sendiri pengetahuan/konsep berdasarkan pengalaman dan

pengetahuan awalnya.

4. Presentasi, yaitu memberi kesempatan setiap kelompok untuk

menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukan.

5. Diskusi secara klasikal.

6. Refleksi, yaitu siswa merefleksikan kembali apa yang telah dipelajari

untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap pokok bahasan

tersebut.

Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan mampu membuat

siswa belajar secara aktif dan berfikir secara kreatif sehingga mampu

menemukan suatu pengetahuan maupun konsep yang baru berdasarkan hasil

pengamatan langsung terhadap suatu objek. Jadi, fungsi guru di sini hanya

sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.

b. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya

sendiri.

c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri.

(Nurhadi, 2002: 11).

22
Jadi, pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru (teacher’s centered)

tetapi juga dipusatkan pada siswa (student’s centered), sehingga siswa terlibat

secara aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan aktif siswa, hasil

belajar dapat tercapai secara optimal dan mengalami peningkatan minat

terhadap mata pelajaran Sains (IPA).

23
24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri

Kedungmundu 01 Semarang. Sedangkan lokasi penelitian ini terletak di Jalan

Ampo Sari Raya No. 3 Semarang.

B. Pokok Bahasan Acuan

Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang

cahaya yang meliputi sifat-sifat cahaya yaitu cahaya dapat merambat lurus,

cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat dipantulkan, cahaya

dapat dibiaskan, dan cahaya terdiri dari beberapa warna.

C. Desain Penelitian

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan I Tindakan I

Terselesaikan
Siklus I Refleksi Pengamatan
Tindakan I Tindakan I

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


baru hasil refleksi Tindakan II Tindakan II
Terselesaikan

Siklus II Refleksi Pengamatan


Tindakan II Tindakan II

Permasalahan belum Siklus


terselesaikan Berikutnya

Gambar 3.1. Skema Kegiatan Inti Pembelajaran (Arikunto, S, 2006: 74)

24
D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan antara lain:

a. Observasi awal dan identifikasi masalah

b. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu silabus dan sistem penilaian,

rencana pembelajaran (RP), lembar kerja siswa (LKS) serta alat dan

bahan yang terkait dengan pokok bahasan yang diajarkan.

c. Menyusun lembar kuesioner untuk mengetahui seberapa besar minat

siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA).

d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil

kognitif siswa dan lembar observasi untuk penilaian afektif dan

psikomotorik siswa.

e. Menyusun kisi-kisi lembar kuesioner.

f. Menguji coba lembar kuesioner yang dilakukan pada siswa di luar

sampel untuk mendapatkan perangkat kuesioner yang valid dan

reliabel.

g. Menganalisis hasil uji coba lembar kuesioner.

Rumus yang digunakan adalah:

1. Analisis Validitas Kuesioner

Untuk menghitung validitas uji coba kuesioner digunakan rumus

product moment, yaitu:

25
N ∑ xy − (∑ x)(∑ y )
rxy =
{N ∑ x 2
− (∑ x) 2 }{N ∑ y 2 − (∑ y ) 2 }

(Arikunto S, 2002: 72)

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

N = banyaknya siswa

x = skor item tiap soal yang diperoleh tiap siswa

y = skor total yang diperoleh tiap siswa

∑ x = jumlah skor item tiap soal dari seluruh siswa

∑ y = jumlah skor total dari seluruh siswa

∑ xy = jumlah perkalian antara x dan y


Harga rxy yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel product

moment. Apabila rxy > rtabel maka kuesioner dikatakan valid. Pada

hasil uji coba kuesioner didapat item kuesioner yang tidak valid,

adalah soal nomor 3, 9, 10, 11, 19, 23, dan 24.

2. Analisis Reliabilitas Kuesioner

Untuk menentukan reliabilitas kuesioner digunakan rumus Alpha,

yaitu:

⎛ n ⎞⎜⎛ ∑ σi ⎞
2
⎟ (Arikunto S, 2002: 109)
r11 = ⎜ ⎟ 1−
⎝ n − 1 ⎠⎜⎝ σt2 ⎟

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir soal

26
∑σ = jumlah varians skor tiap-tiap item
i
2

σt 2 = varians total

Harga r11 yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Apabila r11 >

rtabel maka kuesioner dikatakan reliabel. Hasil uji coba kuesioner

diperoleh reliabilitas item kuesioner sebesar 0,852 yang berarti

reliabilitas butir kuesioner tinggi.

h. Menyusun kisi-kisi instrumen uji coba soal tes.

i. Menyusun soal tes.

j. Menguji coba instrumen soal tes yang dilakukan pada siswa di luar

sampel untuk mendapatkan perangkat soal tes yang valid dan reliabel.

k. Menganalisis hasil uji coba soal tes.

Rumus yang digunakan adalah:

1. Analisis Validitas Butir Soal Tes

Untuk menghitung validitas uji coba butir soal tes digunakan

rumus korelasi biserial, yaitu:

M p − Mt p
rpbis =
St q (Arikunto S, 2002: 79)

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi biserial

Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

Mt = rata-rata skor total

St = standar deviasi skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

27
q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

Hasil perhitungan rpbis yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel.

Apabila rpbis > rtabel maka item soal dikatakan valid. Pada hasil uji

coba instrumen soal tes diperoleh item soal tes yang tidak valid

adalah soal nomor 3, 12, 14, 18, 23, 25, 32, dan 38.

2. Analisis Reliabilitas Butir Soal Tes

Untuk menentukan reliabilitas butir soal tes digunakan rumus K–

R.21, yaitu:

⎛ n ⎞⎛⎜ M (n − M ) ⎞⎟
r11 = ⎜ ⎟⎜ 1 − ⎟
⎝ n − 1 ⎠⎝
2
nS t ⎠ (Arikunto S, 2002: 103)

Keterangan:

r11 = reliabilitas yang dicari

n = banyaknya soal

M = rata-rata skor total

St
2
= standar deviasi total

Harga r11 yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Apabila r11 >

rtabel maka item soal tes dikatakan reliabel. Pada hasil uji coba soal

tes diperoleh reliabilitas item soal tes sebesar 0,884 yang berarti

reliabilitas butir soal tes tinggi.

3. Indeks Kesukaran Butir Soal Tes

Untuk menentukan besarnya indeks kesukaran dapat dicari dengan

rumus:

28
B
IK =
Js
(Arikunto S, 2002: 208)

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

Js = jumlah seluruh siswa

Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.1.Kriteria Indeks Kesukaran Soal Tes

Interval IK Kriteria
0,00 > IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,31 > IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,71 > IK ≤ 1,00 Soal mudah
(Arikunto S, 2002: 210)

Dari hasil uji coba instrumen soal tes yang dikategorikan mudah

adalah soal tes nomor 1, 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 15, 17, 22, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 35, 37, dan 40. Soal yang dikategorikan

sedang adalah soal tes nomor 3, 6, 12, 13, 14, 18, 20, 21, 23, 32,

34, 36, dan 38. Soal yang dikategorikan sukar adalah soal tes

nomor 16, 19, dan 39.

4. Daya Pembeda

Untuk menentukan besarnya daya pembeda, dapat dicari dengan

rumus:
Ba Bb
D= − (Arikunto S, 2002: 213)
Ja Jb
Keterangan:

Ja = banyaknya peserta kelompok atas

29
Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar


B

Bb = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar


B

Daya pembeda dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2.Kriteria Daya Pembeda Soal Tes

Interval Daya Pembeda Kriteria


D ≤ 0,00 Soal jelek sekali
0,00 > D ≤ 0,20 Soal jelek
0,21 > D ≤ 0,40 Soal cukup
0,41 > D ≤ 0,70 Soal baik
0,71 > D ≤ 1,00 Soal baik sekali
(Arikunto S, 2002: 218)

Dari hasil uji coba instrumen soal tes, daya pembeda yang

dikategorikan jelek adalah soal tes nomor 3, 12, 14, 18, 23, 25, 27,

29, 32, 35, 37, 38, dan 40. Daya pembeda yang dikategorikan

cukup adalah soal tes nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 17, 19, 20,

21, 22, 23, 24, 26, 28, 30, 33, 34, dan 36. Daya pembeda yang

dikategorikan baik adalah soal tes nomor 11, 13, 16, 31, dan 39.

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan lembar

kuesioner awal sebelum dilakukan tindakan untuk mengetahui

seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA).

Setelah itu dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

(CTL) pada pokok bahasan cahaya.

30
Langkah terakhir setelah dilaksanakan pembelajaran yaitu

memberikan lembar kuesioner akhir untuk mengetahui seberapa

besar kenaikan minat siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA).

Selain itu, siswa juga diberikan tes tertulis yang berupa tes pilihan

ganda untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah

dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan

Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

pokok bahasan cahaya.

3. Pengamatan

Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan yang

dilakukan siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching

and Learning (CTL) pada pokok bahasan cahaya, kemudian

peneliti mengisi dan kemudian menganalisis lembar observasi

afektif dan psikomotorik untuk mengetahui kemampuan afektif dan

psikomotorik siswa.

4. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan adalah merefleksikan kegiatan

yang telah dilakukan siswa selama pelaksanaan pembelajaran

apakah siswa mampu berperan secara aktif dalam pembelajaran,

apakah siswa mampu memahami materi yang berikan oleh guru,

apakah terjadi kenaikan minat belajar siswa terhadap pelajaran

Sains (IPA) dengan menggunakan Pendekatan Kontekstual atau

31
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok bahasan

cahaya. Hal ini dimaksudkan agar hasil refleksi ini dapat berguna

bagi siswa maupun guru di masa yang akan datang.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan daftar nama dan

nilai hasil ulangan harian siswa.

2. Metode Kuesioner, digunakan untuk mengetahui peningkatan minat

belajar siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA) pada pokok bahasan

cahaya.

3. Metode Tes, digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pokok

bahasan cahaya setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual (CTL).

4. Metode Observasi, digunakan untuk mengetahui hasil belajar afektif

maupun psikomotorik siswa selama pelaksanaan pembelajaran.

F. Metode Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode

deskriptif. Data hasil penelitian yang sudah terkumpul kemudian dianalisis

sebagai berikut:

1. Data hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah tindakan dihitung

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

32
a. Membaca setiap jawaban yang dipilih oleh siswa pada lembar

kuesioner baik sebelum tindakan maupun sesudah tindakan.

b. Memberikan skor pada lembar kuesioner yang sudah diisi oleh siswa.

Sistem penskoran menggunakan skala Likert. Untuk pernyataan positif

(favourable), sangat setuju (SS) diberi skor 4 secara berturut-turut

sampai sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sebaliknya untuk

pernyataan negatif (unfavourable) sangat setuju (SS) diberi skor 1

secara berturut-turut sampai sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4

(Subino, 1987: 125).

c. Merekapitulasi skor hasil pengisian kuesioner sebelum dan sesudah

tindakan untuk mengetahui peningkatan minat siswa kemudian

dimasukkan dalam kategori minat siswa, yaitu:


Tabel 3.3.Kriteria Minat Siswa
Skor Siswa Kriteria Minat
20 – 35 Tidak berminat
36 – 50 Kurang berminat
51 – 65 Berminat
66 – 80 Sangat berminat
(Suyitno, Amin, 2004: 73)

2. Data hasil belajar kognitif siswa dihitung dengan menggunakan rumus:

a. Merekapitulasi nilai hasil belajar kognitif siswa setiap akhir siklus

yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah jawaban yang benar


Nilai = x100
Jumlah soal

(Sumardi, Y, 2004: 1.27)

33
b. Menghitung rata-rata nilai hasil belajar kognitif siswa setiap akhir

siklus dengan menggunakan rumus:

X =
∑X
N

(Arikunto, S, 2002: 264)

Keterangan:

X = nilai rata-rata kelas

∑ X = jumlah nilai
N = banyaknya siswa

3. Data hasil observasi penilaian afektif yang meliputi minat, sikap dan nilai

maupun penilaian psikomotorik dihitung dengan menggunakan rumus:

nilai =
∑ skor yang diperoleh x100
∑ skor maksimal
(Arikunto, S, 2002: 183)

4. Data tentang ketuntasan belajar yang telah dicapai siswa dihitung dengan

menggunakan rumus:

S
P= x100%
N (Arikunto, S, 1987: 236)

Keterangan :

P = prosentase ketuntasan belajar

S = jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar

N = jumlah siswa

34
G. Indikator Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari

peningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Sains (IPA) pokok

bahasan cahaya. Peningkatan minat siswa ini, dapat ditunjukkan dengan

meningkatnya hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif maupun aspek

psikomotorik, karena keberhasilan pembelajaran pada aspek kognitif dan

psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa yaitu minat.

Menurut Mulyasa (2003: 99), dalam penilaian aspek kognitif, seorang

siswa dipandang telah tuntas belajar apabila mampu menyelesaikan dan

mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.

Namun, lain halnya dengan penilaian aspek psikomotorik dan aspek afektif.

Menurut Priatiningsih (2004: 4), pelaporan penilaian aspek psikomotorik

adalah minimal 75% sesuai dengan mastery learning atau ketuntasan belajar

siswa, sedangkan pelaporan penilaian aspek afektif menurut kurikulum 2004

seorang siswa dikatakan tuntas afektif bila telah mencapai 60%. Adapun untuk

keberhasilan kelas dapat dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan

sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas (Mulyasa, 2003:

99).

35
36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Setelah mengadakan penelitian dengan menggunakan Pendekatan

Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok

bahasan cahaya, diperoleh data-data sebagai berikut:

1. SIKLUS 1

Pada siklus 1, data-data yang diperoleh dibandingkan dengan data-

data awal sebelum dilakukan tindakan, yaitu:

a. Hasil Analisis Kuesioner Siswa

Untuk mengetahui minat belajar siswa sebelum dan sesudah

dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1

yaitu digunakan lembar kuesioner yang harus dipilih oleh siswa. Hasil

analisis kuesioner siswa ditunjukkan pada tabel di bawah ini:


Tabel 4.1 Hasil Analisis Kuesioner Siswa
No. Hasil Kuesioner Data Awal Data Siklus 1
1. Skor Tertinggi 67 78
2. Skor Terendah 26 39
3. Skor Rata-Rata 56,13 64,83
4. Kategori Berminat Berminat

Peningkatan minat siswa terhadap pelajaran Sains (IPA)

sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada

siklus 1 dapat digambarkan melalui diagram batang di bawah ini:

36
HASIL ANALISIS KUESIONER SISWA

SKALA
78
80
67
70
56.13 64.83
60
Data Awal
50
39 Data Siklus 1
40
26
30
20
10
0 KRITERIA
Skor Skor Rata-Rata
Tertinggi Terendah

Grafik 4.1 Hasil Analisis Kuesioner Siswa Sebelum Tindakan


dan Sesudah Tindakan pada Siklus 1

b. Hasil Belajar Kognitif Siswa

Setelah mendapatkan data nilai awal sebelum dilakukan

pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dan sesudah dilakukan

pembelajaran menggunakan pendekatan CTL dengan memberikan tes

evaluasi di akhir siklus 1, maka data hasil belajar kognitif siswa dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 4.2 Hasil Belajar Kognitif Siswa
No. Hasil Tes Data Awal Data Siklus 1
1. Nilai Tertinggi 90 93
2. Nilai Terendah 40 53
3. Nilai Rata-Rata 64,62 75,50
4. Ketuntasan Klasikal 53,85% 88,46%

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa sebelum dilakukan

tindakan dan sesudah dilakukan tindakan dengan menggunakan

pendekatan CTL pada siklus 1 dapat digambarkan melalui diagram

batang di bawah ini:

37
HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

SKALA
100 90 93
90 75.5
80 64.62
70
60 53
50 Data Awal
40
40 Data Siklus 1
30
20
10
0 KRITERIA
Nilai Nilai Rata-Rata
Tertinggi Terendah

Grafik 4.2 Hasil Belajar Kognitif Siswa Sebelum Tindakan


dan Sesudah Tindakan pada Siklus 1

HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA


SKALA
88.46%
90.0%
84.5%
79.0%
73.5%
68.0% Data Awal
62.5% 53.85% Data Siklus 1
57.0%
51.5%
46.0%
40.5%
35.0% KRITERIA
Ketuntasan Ketuntasan
Klasikal Klasikal

Grafik 4.3 Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa Sebelum Tindakan


dan Sesudah Tindakan pada Siklus 1
Secara keseluruhan, data hasil pelaksanaan siklus 1 adalah sebagai

berikut:

1. Hasil Analisis Kuesioner Siswa

a. Skor rata-rata yang diperoleh siswa setelah mengisi lembar

kuesioner yaitu sebesar 64,83 yang termasuk dalam kategori

berminat.

b. 3 siswa termasuk dalam kategori kurang berminat, 24 siswa

termasuk dalam kategori berminat sedangkan 25 siswa termasuk

dalam kategori sangat berminat.

38
2. Hasil Belajar Kognitif Siswa

a. Nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi siklus 1 sebesar 75,50

dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 88,46%.

b. Setelah dilaksanakan tes di akhir siklus 1 terdapat 6 siswa yang

belum tuntas, sedangkan 46 siswa sudah dinyatakan tuntas belajar.

Pada pelaksanaan siklus 1 masih terdapat banyak kekurangan,

sehingga peneliti berusaha untuk meningkatkannya pada siklus 2.

2. SIKLUS 2

Pada siklus 2, data-data yang diperoleh pada siklus 1 dibandingkan

dengan data-data yang diperoleh pada siklus 2, yaitu:

a. Hasil Analisis Kuesioner Siswa

Untuk mengetahui minat belajar siswa sesudah dilakukan

pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan siklus

2 yaitu digunakan lembar kuesioner yang harus dipilih oleh siswa.

Hasil analisis kuesioner siswa ditunjukkan pada tabel di bawah ini:


Tabel 4.3 Hasil Analisis Kuesioner Siswa
No. Hasil Kuesioner Data Siklus 1 Data Siklus 2
1. Skor Tertinggi 78 80
2. Skor Terendah 39 55
3. Skor Rata-Rata 64,83 70,67
4. Kategori Berminat Sangat Berminat

Peningkatan minat siswa terhadap pelajaran Sains (IPA)

sesudah dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat

digambarkan melalui diagram batang di bawah ini:

39
HASIL ANALISIS KUESIONER SISWA

SKALA
80
78 80
64.83 70.67
70
60 55
50
39 Data Siklus 1
40
Data Siklus 2
30
20
10
0 KRITERIA
Skor Skor Rata-Rata
Tertinggi Terendah

Grafik 4.4 Hasil Analisis Kuesioner Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2

b. Hasil Belajar Siswa

1. Hasil Belajar Kognitif Siswa

Setelah mendapatkan nilai hasil tes evaluasi di akhir siklus

1 dan akhir siklus 2 setelah dilakukan pembelajaran menggunakan

pendekatan CTL, maka data hasil belajar kognitif siswa dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 4.4 Hasil Belajar Kognitif Siswa
No. Hasil Tes Data Siklus 1 Data Siklus 2
1. Nilai Tertinggi 93 100
2. Nilai Terendah 53 60
3. Nilai Rata-Rata 75,50 77,69
4. Ketuntasan Klasikal 88,46% 96,15%

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa sesudah dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL)

pada siklus 1 maupun siklus 2 dapat digambarkan melalui diagram

batang di bawah ini:

40
HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA

SKALA
100
100 93
90 75.5 77.69
80
70
60
53 60 Data Siklus 1
50
40
Data Siklus 2
30
20
10
0 KRITERIA
Nilai Nilai Rata-Rata
Tertinggi Terendah

Grafik 4.5 Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2

HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA


SKALA
98.00%
96.15%
96.00%
94.00%
92.00% Data Siklus 1
90.00% 88.46% Data Siklus 2
88.00%
86.00%
84.00% KRITERIA
Ketuntasan Ketuntasan
Klasikal Klasikal

Grafik 4.6 Ketuntasan Belajar Klasikal Kognitif Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2

2. Hasil Belajar Afektif Siswa

Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual (CTL) didapatkan nilai hasil dari pengisian

lembar observasi di akhir siklus 1 dan akhir siklus 2, yaitu:

a. Data Hasil Belajar Afektif Minat

Data hasil belajar afektif minat siswa setelah mengisi lembar

observasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


Tabel 4.5 Hasil Belajar Afektif Minat Siswa
No. Kriteria Siklus 1 Siklus 2
1. Kehadiran di kelas 88,46% 92,31%
2. Perhatian dlm pelajaran 23,08% 63,46%
3. Perhatian dlm keg. praktikum 32,69% 57,69%

41
4. Keaktifan mengerjakan LKS 38,46% 59,62%
5. Kelengkapan alat/sumber bljr 50,00% 61,54%
6. Nilai Tertinggi 100 100
7. Nilai Terendah 65 75
8. Nilai Rata-Rata 85,10 91,83
9. Ketuntasan Klasikal 100% 100%

Peningkatan hasil belajar afektif minat siswa sesudah

dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat

digambarkan melalui diagram batang di bawah ini:

HASIL BELAJAR AFEKTIF MINAT SISWA


SKALA
100.00% 92.31%
90.00%
80.00% 88.46%
70.00%
63.47% 57.69% 59.62% 61.54%
60.00% Data Siklus 1
50.00% Data Siklus 2
38.46% 50.00%
40.00% 32.69%
30.00% 23.08%
20.00%
10.00%
0.00% KRITERIA
1 2 3 4 5

Grafik 4.7 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Afektif Minat Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

HASIL BELAJAR AFEKTIF MINAT SISWA

SKALA
100 100 100 91.83
85.1
90
80 65 75
70
60 Data Siklus 1
50 Data Siklus 2
40
30
20
10
0 KRITERIA
Nilai Nilai Rata-Rata
Tertinggi Terendah

Grafik 4.8 Hasil Belajar Afektif Minat Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2

42
HASIL BELAJAR AFEKTIF MINAT SISWA
SKALA
100.00% 100.00%
98.00%

96.00%

94.00%
Data Siklus 1
92.00%
Data Siklus 2
90.00%

88.00%

86.00%

84.00% KRITERIA
Ketuntasan Ketuntasan
Klasikal Klasikal

Grafik 4.9 Ketuntasan Belajar Klasikal Afektif Minat Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

b. Hasil Belajar Afektif Sikap

Data hasil belajar afektif sikap dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:
Tabel 4.6 Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa
No. Kriteria Siklus 1 Siklus 2
1. Tanggung jawab 46,15% 63,46%
2. Kejujuran 61,54% 73,08%
3. Interaksi dengan guru 36,54% 50,00%
4. Teliti 19,23% 53,85%
5. Sistematis 51,92% 63,46%
6. Nilai Tertinggi 100 100
7. Nilai Terendah 65 75
8. Nilai Rata-Rata 85,38 90,19
9. Ketuntasan Klasikal 100% 100%

Peningkatan hasil belajar afektif sikap siswa sesudah

dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 1 dan siklus 2 dapat digambarkan melalui diagram

batang di bawah ini:

43
HASIL BELAJAR AFEKTIF SIKAP SISWA
SKALA
100.00% 92.31%
90.00%
80.00% 88.46%
70.00%
63.47% 57.69% 59.62% 61.54%
60.00%
Data Siklus 1
50.00%
38.46% 50.00%
40.00% 32.69% Data Siklus 2
30.00% 23.08%
20.00%
10.00%
0.00% KRITERIA
1 2 3 4 5

Grafik 4.10 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

HASIL BELAJAR AFEKTIF SIKAP SISWA

SKALA
100 100
100 90.19
85.38
90
80 75
65 Data Siklus 1
70
60 Data Siklus 2
50
40
30
20
10
0 KRITERIA
Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata

Grafik 4.11 Hasil Belajar Afektif Sikap Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2

HASIL BELAJAR AFEKTIF SIKAP SISWA


SKALA
100.00% 100.00%
98.00%
96.00%
94.00%
92.00% Data Siklus 1
90.00% Data Siklus 2
88.00%
86.00%
84.00% KRITERIA
Ketuntasan Ketuntasan
Klasikal Klasikal

Grafik 4.12 Ketuntasan Belajar Klasikal Afektif Sikap Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

c. Hasil Belajar Afektif Nilai Siswa

Data hasil belajar afektif nilai siswa dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

44
Tabel 4.7 Hasil Belajar Afektif Nilai Siswa
No. Kriteria Siklus 1 Siklus 2
1. Bekerjasama dlm kelompok 30,77% 53,85%
2. Menghargai pendapat org lain 59,62% 65,38%
3. Menghargai waktu 42,31% 53,85%
4. Kerapian 55,77% 63,46%
5. Menggunakan peralatan dg seksama 25,00% 57,69%
6. Nilai Tertinggi 100 100
7. Nilai Terendah 65 65
8. Nilai Rata-Rata 84,42 89,04
9. Ketuntasan Klasikal 100% 100%

Peningkatan hasil belajar afektif minat siswa sesudah

dilakukan tindakan pada siklus 1 dan siklus 2 dapat

digambarkan melalui diagram batang di bawah ini:

HASIL BELAJAR AFEKTIF NILAI SISWA


SKALA
70.00% 65.38% 63.46%
60.00% 53.85% 53.85% 57.69%
50.00% 59.62% 55.77%
42.31%
40.00%
30.00%
Data Siklus 1
30.77% 25.00% Data Siklus 2
20.00%
10.00%
0.00% KRITERIA
1 2 3 4 5

Grafik 4.13 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Afektif Nilai Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

HASIL BELAJAR AFEKTIF NILAI SISWA

SKALA
100 100
100 89.04
90
80
70 65 84.42
Data Siklus 1
60
50
65 Data Siklus 2
40
30
20
10
0 KRITERIA
Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
Terendah

Grafik 4.14 Hasil Belajar Afektif Nilai Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

45
HASIL BELAJAR AFEKTIF NILAI SISWA

SKALA 100.00% 100.00%


98.00%
96.00%
94.00%
92.00%
Data Siklus 1
90.00% Data Siklus 2
88.00%
86.00%
KRITERIA
84.00%
Ketuntasan Ketuntasan
Klasikal Klasikal

Grafik 4.15 Ketuntasan Belajar Klasikal Afektif Nilai Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

3. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL didapatkan nilai dari lembar observasi di akhir

siklus 1 dan akhir siklus 2. Data hasil belajar psikomotorik dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa


No. Kriteria Siklus 1 Siklus 2
1. Mempersiapkan alat dan bahan 51,92% 65,38%
2. Merangkai alat dan bahan 46,15% 69,23%
3. Membaca hasil pengamatan 28,85% 53,85%
4. Melakukan pengamatan & percb 34,62% 73,08%
5. Mengkomunikasikn dt hsl percb 42,31% 59,62%
6. Nilai Tertinggi 100 100
7. Nilai Terendah 55 75
8. Nilai Rata-Rata 83,85 92,40
9. Ketuntasan Klasikal 88,46% 100%

Peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa sesudah

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 1 dan siklus 2 dapat digambarkan melalui diagram

batang di bawah ini:

46
HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK SISWA

SKALA
80.00%
73.08%
70.00% 65.38% 69.23%
60.00% 53.85% 59.62%
50.00% 46.15%
51.92% Data Siklus 1
40.00% 34.62% 42.31%
30.00% 28.85% Data Siklus 2
20.00%
10.00%
0.00% KRITERIA
1 2 3 4 5

Grafik 4.16 Prosentase Kriteria Hasil Belajar Psikomotorik Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK SISWA

SKALA
100 100
100 92.4
90
83.85
80 75
70 55 Data Siklus 1
60
50 Data Siklus 2
40
30
20
10
0 KRITERIA
Nilai Nilai Rata-Rata
Tertinggi Terendah

Grafik 4.17 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa pada Siklus 1 dan Siklus 2

HASIL BELAJAR PSIKOMOTORIK SISWA

SKALA
100.00%
98.00%

96.00%
94.00%
Data Siklus 1
92.00%
Data Siklus 2
90.00% 88.46%
88.00%
86.00%
84.00% KRITERIA
Ketuntasan Ketuntasan
Klasikal Klasikal

Grafik 4.18 Ketuntasan Belajar Psikomotorik Siswa


pada Siklus 1 dan Siklus 2

Secara keseluruhan, data hasil pelaksanaan siklus 2 adalah sebagai

berikut:

a. Hasil Analisis Kuesioner Siswa

47
1. Skor rata-rata yang diperoleh siswa setelah mengisi lembar kuesioner

yaitu sebesar 70,67 yang termasuk dalam kategori sangat berminat.

2. Siswa yang berminat yaitu 12 siswa sedangkan 40 siswa termasuk

dalam kategori sangat berminat.

b. Hasil Belajar Kognitif Siswa

1. Nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi siklus 2 sebesar 77,69 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 96,15%.

2. Setelah dilaksanakan tes di akhir siklus 2 terdapat 2 siswa yang belum

tuntas, sedangkan 50 siswa sudah dinyatakan tuntas.

c. Hasil Belajar Afektif Siswa

1. Nilai rata-rata afektif minat siswa pada siklus 1 adalah 85,10

sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 91,83 dengan ketuntasan

klasikal sebesar 100%.

2. Nilai rata-rata afektif sikap siswa pada siklus 1 adalah 85,38 sedangkan

pada siklus 2 meningkat menjadi 90,19 dengan ketuntasan klasikal

sebesar 100%.

3. Nilai rata-rata afektif nilai siswa pada siklus 1 adalah 84,42 sedangkan

pada siklus 2 meningkat menjadi 89,04 dengan ketuntasan klasikal

sebesar 100%.

d. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

1. Nilai rata-rata psikomotorik siswa pada siklus 1 adalah 83,85 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 88,46% sedangkan pada siklus 2

meningkat menjadi 92,40 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%.

48
2. Pada siklus 1, terdapat 1 siswa dianggap belum tuntas belajar dan 51

siswa dinyatakan sudah tuntas belajar. Sedangkan pada siklus 2,

seluruh siswa sudah dinyatakan tuntas belajar.

Jadi, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), lembar kuesioner

maupun soal tes yang telah diisi oleh siswa setelah dianalisis hasil yang

didapatkan meningkat menuju ke arah yang lebih baik.

B. PEMBAHASAN

Setelah dilaksanakan penelitian dan berdasarkan hasil penelitian pada

siklus 1, dapat dijelaskan bahwa:

1. Dari tabel 4.1 (hasil analisis kuesioner siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa

setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 1 rata-rata hasil kuesioner siswa meningkat dari 56,13 menjadi

64,83 yang termasuk dalam kategori berminat.

2. Dari tabel 4.2 (hasil belajar kognitif siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa

setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 1 nilai rata-rata hasil tes siswa meningkat dari 64,62 menjadi

75,50 dan ketuntasan belajar klasikal juga meningkat dari 53,85% menjadi

88,46%.

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 setelah

dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL,

49
komponen-komponen pendekatan CTL yang tampak selama proses

pembelajaran berlangsung antara lain:

a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman

awal dari mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memberi makna

melalui pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif siswa selama proses

pembelajaran dan mengkaitkan pengetahuan awal dengan materi yang

akan dibahas.

b. Bertanya muncul ketika siswa mengamati benda-benda yang dapat

digunakan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya dan ketika siswa sedang

melakukan presentasi maupun diskusi secara klasikal.

c. Inkuiri muncul ketika siswa diberi suatu permasalahan untuk dapat

membuktikan bahwa cahaya dapat merambat lurus, siswa dapat

menentukan benda-benda yang termasuk benda tembus cahaya atau tidak

tembus cahaya, dan membuktikan bahwa cahaya dapat dipantulkan.

d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok dan

berdiskusi dengan teman kelompoknya maupun berdiskusi secara klasikal.

e. Pemodelan muncul ketika guru memberi contoh cara kerja pada LKS,

misalnya bagaimana cara mengarahkan senter dengan baik dan benar.

f. Refleksi muncul ketika siswa mempresentasikan kembali apa yang sudah

dipelajari dan melakukan refleksi di akhir pembelajaran.

g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama

pembelajaran berlangsung dan nilai dari tes yang telah diberikan.

50
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 2, juga dapat dijelaskan bahwa:

1. Dari tabel 4.3 (hasil analisis kuesioner siswa siklus 2) dapat dilihat bahwa

setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 1 rata-rata hasil kuesioner siswa sebesar 64,83 dan termasuk

kategori berminat. Kemudian, pada siklus 2 rata-rata hasil kuesioner siswa

meningkat menjadi 70,67 dan termasuk kategori sangat berminat.

2. Dari tabel 4.4 (hasil belajar kognitif siswa siklus 2) dapat dilihat bahwa

setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 2 nilai rata-rata hasil tes siswa mengalami peningkatan, yaitu

75,50 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 88,46%. Sedangkan pada

siklus 1 nilai rata-rata hasil tes siswa adalah 77,69 dengan ketuntasan

belajar klasikal sebesar 96,15%.

3. Dari tabel 4.5 (hasil belajar afektif minat siswa) dapat dilihat bahwa

setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa

meningkat dari 85,10 menjadi 91,83 dengan ketuntasan klasikal sebesar

100%.

4. Dari tabel 4.6 (hasil belajar afektif sikap siswa) dapat dilihat bahwa setelah

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL pada

siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa meningkat

dari 85,38 menjadi 90,19 dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%.

5. Dari tabel 4.7 (hasil belajar afektif nilai siswa) dapat dilihat bahwa setelah

dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL pada siklus 1 dan

51
siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar afektif nilai siswa meningkat dari

84,42 menjadi 89,04 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%.

6. Dari tabel 4.8 (hasil belajar psikomotorik siswa) dapat dilihat bahwa

setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL

pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa

meningkat dari 83,85 menjadi 92,40 dengan ketuntasan belajar klasikal

meningkat dari 88,46% menjadi 100%.

Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 2 setelah

dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL, yang

tampak selama proses pembelajaran berlangsung antara lain:

a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman

dari mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui

pengalaman nyata maupun keterlibatan aktif siswa selama proses

pembelajaran.

b. Bertanya muncul ketika siswa mengamati benda-benda yang dapat

digunakan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya.

c. Inkuiri muncul ketika siswa dapat membuktikan bahwa cahaya dapat

dibiaskan, siswa dapat menentukan warna-warna yang termasuk warna

pelangi, dan membuktikan bahwa cahaya terdiri dari beberapa warna.

d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok dan

berdiskusi dengan teman kelompoknya maupun berdiskusi secara klasikal.

e. Pemodelan muncul ketika guru memperagakan bagaimana cara

menggunakan busur derajat dan mengukur sudut dengan baik dan benar.

52
f. Refleksi muncul ketika siswa mempresentasikan kembali apa yang sudah

dipelajari.

g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama

pembelajaran berlangsung dan nilai dari tes yang telah diberikan.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, salah satu faktor

keberhasilan dalam pelajaran adalah minat. Berdasarkan hasil analisis

kuesioner siswa pada penelitian di atas, sebelum dilaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan CTL, terdapat siswa yang kurang berminat

dengan pelajaran Sains (IPA). Hal ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas

yang memadai sehingga siswa merasa malas ataupun bosan setiap kali

pelajaran berlangsung.

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

CTL pada siklus 1 maupun pada siklus 2 mengalami peningkatan minat

terhadap pelajaran Sains (IPA). Hal ini ditunjukkan pada siklus 1, terdapat 3

siswa yang kurang berminat dari 1 orang yang tidak berminat dan 9 orang

siswa yang kurang berminat sebelum dilaksanakan tindakan dengan

menggunakan pendekatan CTL. Sedangkan pada siklus 2, sudah tidak ada lagi

siswa yang kurang berminat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh komponen-

komponen yang ada dalam CTL yaitu konsruktivisme (constructivism),

bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning

community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment) sehingga memungkinkan siswa terlibat

secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman melalui kerja

53
kelompok, maupun diskusi (Nurhadi, 2002: 7). Selain itu, siswa juga dapat

melakukan praktikum dengan alat dan bahan yang sederhana yang dapat

dijumpai di kehidupan sehari-hari. Dengan praktikum ini diharapkan dapat

menstimulir perasaan senang pada siswa sesuai dengan pendapat Nurkancana,

W. & Sunartana (1986: 229). Dengan adanya perasaan senang pada siswa

untuk melakukan praktikum, maka minat yang sudah ada dalam diri siswa

mampu ditingkatkan. Apabila minat belajar kurang, maka akan sangat

berpengaruh pada hasil belajar siswa baik terhadap aspek kognitif, afektif

maupun psikomotorik.

Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

CTL, terdapat siswa yang nilainya belum mencapai standar ketuntasan. Dalam

penilaian aspek kognitif, seorang siswa dipandang telah tuntas belajar apabila

mampu menyelesaikan dan mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari

seluruh tujuan pembelajaran (Mulyasa, 2003: 99). Sedangkan dalam penilaian

aspek psikomotorik, seorang siswa dianggap tuntas apabila telah mencapai

hasil belajar minimal 75% (Priatiningsih, 2004: 4).

Dalam aspek afektif (minat, sikap, dan nilai) siswa, secara keseluruhan

sudah bagus walaupun masih terdapat siswa yang belum tuntas. Namun

ketuntasan klasikal dalam kelas sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa

yang ada di kelas sudah tercapai (Mulyasa, 2003: 99). Hal ini ditunjukkan

bahwa selama pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar

afektif minat siswa yang meningkat dari 85,10 menjadi 91,83 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 100%, nilai rata-rata hasil belajar afektif sikap

54
siswa meningkat dari 85,38 menjadi 90,19 dengan ketuntasan belajar klasikal

sebesar 100%, dan nilai rata-rata hasil belajar afektif nilai siswa meningkat

dari 84,42 menjadi 89,04 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100% .

Sama halnya dalam aspek psikomotorik siswa, masih terdapat siswa

yang belum tuntas belajar. Namun, selama pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2

nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa meningkat dari 83,85 menjadi

92,40 dan ketuntasan belajar klasikal meningkat dari 88,46% menjadi 100%.

Selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

kontekstual (CTL), masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki

pada siklus 1 maupun siklus 2. Adapun kesulitan yang dihadapi guru sehingga

menyebabkan indikator pembelajaran belum tercapai pada siklus 1 yaitu

disebabkan karena siswa kurang bisa menerima pembagian kelompok secara

heterogen sehingga menyebabkan siswa kurang dapat bekerjasama dan kurang

bisa menyesuaikan diri dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran.

Dengan adanya kesulitan yang dihadapi oleh guru tersebut, maka pada

siklus 2, guru melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk memperbaiki

kesalahan yang muncul pada siklus 1. Upaya yang dilakukan oleh guru antara

lain:

a. Memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas.

b. Meminta siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan praktikum maupun

diskusi secara kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

c. Meminta siswa untuk membaca LKS dengan cermat sebelum mulai

melaksanakan praktikum.

55
Dari upaya-upaya tersebut, maka pada siklus 2 sudah tidak ditemui lagi

kesulitan seperti pada siklus 1. Hal ini ditunjukkan dengan tingkah laku siswa

dalam kelas yang sudah bisa menerima pembagian kelompok secara heterogen

sehingga siswa mampu bekerjasama dan menyesuaikan diri dengan baik

dalam pelaksanaan pembelajaran.

Jadi, selama pelaksanaan siklus 2 permasalahan-permasalahan yang ada

di siklus 1 sudah tidak ada lagi. Hal ini membuat hasil belajar siswa setelah

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL meningkat

menuju ke arah yang lebih baik.

Pada prinsipnya, seluruh rangkaian proses penelitian dengan

menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) ini adalah membantu siswa

untuk melihat makna dari suatu teori atau bahan pelajaran dengan cara

mengkaitkan antara pokok bahasan yang diajarkannya yaitu cahaya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

56
57

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

oleh peneliti setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan CTL, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Minat belajar siswa terhadap pelajaran Sains (IPA) mengalami

peningkatan dari kategori berminat menjadi kategori sangat berminat.

2. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya

minat belajar siswa sesuai dengan aspek-aspek berikut ini:

a. Kognitif, yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan siswa meningkat

pada siklus 1 dan siklus 2.

b. Afektif, terdiri dari afektif minat, sikap, dan nilai yang diperoleh dari

lembar observasi meningkat pada siklus 1 dan siklus 2.

c. Psikomotorik, yang diperoleh dari lembar observasi meningkat pada

siklus 1 dan siklus 2.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah diberikan, maka untuk

memperbaiki pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan CTL untuk

meningkatkan minat belajar Sains (IPA), diperlukan saran-saran antara lain:

57
58

1. Bagi Peneliti, diharapkan untuk senantiasa saling membantu, menjaga dan

menjalin komunikasi yang baik dengan guru kelas selama pelaksanaan

pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

2. Bagi Guru, diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengajar

dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran supaya

suasana kelas menjadi menyenangkan.

3. Bagi Sekolah, diharapkan supaya fasilitas pembelajaran khususnya

laboratorium dan perpustakaan dapat diwujudkan.

58
59

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

Arikunto, Suharsimi. 1987. Evaluasi Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

---------------------------. Silabus Kelas V Mata Pelajaran PKPS, Bahasa Indonesia,

Matematika, SAINS, Bahasa Jawa, dan Kertangkes. Dinas Pendidikan.

Indrafachrudi, Soekarto. 1970. Pengantar Psikologi Pendidikan. Malang: IKIP

Malang.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan

Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)).

Jakarta: Depdiknas.

Nurhayati, Nunung. 2006. Ringkasan dan Bank Soal SAINS. Bandung:Yrama Widya.

Nurkancana, W & Sumartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Priatiningsih, Titi. 2004. Pengembangan Instrumen Penilaian Biologi. Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah.

59
60

Sarjan, dkk. 2004. Sains 5. Klaten: CV. Sahabat.

Subino. 1987. Konstruksi dan Analisis Tes Suatu Pengantar Kepada Teori Tes dan

Pengukuran. Jakarta: Depdikbud.

Sumardi, Yosaphat. 2004. Konsep Dasar IPA I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suyitno, A. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang:

UNNES.

http://72.14.235.104/search?q=cache:Fh1MOW1tYjIJ:www.puskur.net/download/nas

kahakademik/bidangketrampilan/lifeskills/modelsmk/matematika/modelpe

mbelajaran.doc+pedoman+penilaian+afektif&hl=id&ct=clnk&cd=4&gl=id.

60

You might also like