You are on page 1of 10

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS


VITAL PARU PADA PEGAWAI DINAS PERHUBUNGAN BAGIAN
PENARIK RESTRIBUSI ANGKUTAN BARANG DI KABUPATEN
SEMARANG

Sri Endah Setyaningsih, Mohamad Aripin, Sa’diyah Agustina


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan


dengan kapasitas vital paru pada pegawai penarik restribusi angkutan barang di
Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang tahun 2009.
Jenis penelitian ini adalah explanatory reseach (penelitian penjelas)
dengan menggunakan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pegawai penarik restribusi angkutan barang di Dinas
Perhubungan Kabupaten Semarang yang berjumlah 23 orang. Sampel yang
diambil adalah seluruh dari jumlah populasi. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner, dan pengukuran
yang terdiri dari spirometer Hutchinson, timbangan injak, dan mikrotois. Data
primer diperoleh melalui wawancara, pengukuran kapasitas vital paru,
pengukuran berat badan dan tinggi badan. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini diolah dengan menggunakan statistik uji chi-square atau uji fisher sebagai
alternatif
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan yang
bermakna antara usia dengan kapasitas vital paru (p= 0,032), kebiasaan merokok
dengan kapasitas vital paru (p= 0,034),ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan olah raga (p=0,020) dengan kapasitas vital paru, status gizi dengan
kapasitas vital paru (p= 0,006), riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital
paru (p= 0,006), pemakaian APD (pernafasan) dengan kapasitas vital paru (p=
0,12), dan masa kerja dengan kapasitas vital paru (p= 0,002).
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dianjurkan adalah 1). Bagi
Pegawai Dinas Perhubungan supaya mengadakan pemeriksaan kesehatan
berkala pada seluruh pegawai., 2) Bagi Civitas Akademika, hendaknya dapat
diteruskan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan kapasitas vital paru dengan menghubungkan variabel pencemaran udara.

Kata Kunci : Kapasitas Vital Paru, dan Pegawai Penarik Restribusi Angkutan
Barang.

PENDAHULUAN

Penduduk usia kerja merupakan golongan masyarakat yang mempunyai


peranan penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Penduduk
golongan ini merupakan sumber daya potensial yang harus dibina agar menjadi
2

lebih produktif dan berkualitas. Sebaliknya, dalam kehidupan sehari-hari


khususnya dalam dunia lapangan kerja, golongan masyarakat ini banyak terpapar
dengan berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan
mereka (1).
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan
meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara
telah mngalami perubahan. Udara yang dulunya segar , kini kering dan kotor. Hal
ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan
kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan. (1,2).
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat
menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap
lingkungan, seperti timbal atau timah hitam (Pb), Suspended Particulated Matter
(SPM), oksida Nitrogen (NOx), Hidro Carbon (HC). Carbon Monoksida (CO),
dan Oksida Fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100%
timbal, 13-14% suspendad particulatad matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-
73% Nox dan hampir seluruh karbon monoksida ke udara (3).
Berdasarkan laporan pengujian kualitas uadara ambien di Kabupaten
Semarang tahun 2008 yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup,
Pertambangan dan Energi Kabupaten Semarang, penurunan kualitas udara
Kabupaten Semarang terutama terjadi di daerah perkotaan serta pada pusat-pusat
pertumbuhan industri. Pemantauan terhadap parameter kualitas udara ambien
seperti debu (partikulat), SO2 (sulfur dioksida), NOx (oksida nitrogen), CO
(karbon monoksida), dan HC (hidrokarbon) di daerah-daerah tersebut
menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan. Zat pencemar udara lainnya
yang cukup mendapat sorotan akhir-akhir ini adalah Pb (timbal) yang terdapat
pada bahan aditif dalam bahan bakar bensin.
Perubahan struktur, fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru dapat juga
disebabkan oleh kebiasaan merokok. Perubahan pada saluran nafas besar yaitu sel
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak
(hiperplasia), sedangkan pada saluran nafas kecil terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Perubahan pada
jaringan paru-paru yaitu terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan
alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran nafas pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini
menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Obstruksi Paru Menahun (PPOM).
Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk
emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma (4). Agar fungsi pernafasan
menjadi baik, berolahraga merupakan cara yang sangat baik untuk meningkatkan
ventilasi fungsi paru. Olahraga merangsang pernafasan yang dalam dan
menyebabkan paru berkembang, oksigen banyak masuk dan disalurkan ke dalam
darah, karbondioksida lebih benyak dikeluarkan. Seseorang yang sehat berusia 50
tahun keatas yang berolahraga teratur mempunyai volume oksigen 20-30% lebih
besar daripada orang berusia muda yang tidak berolahraga (5).
Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah faktor kebiasaan merokok,
kebiasaan olahraga, status gizi, riwayat penyakit paru, pemakaian alat pelindung
diri (pernapasan), dan masa kerja berhubungan dengan kapasitas vital paru pada
3

pegawai bagian penarik restribusi angkutan barang di Dinas Perhubungan


Kabupaten Semarang?.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kapasitas vital paru pada pegawai bagian penarik restribusi
angkutan barang di Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang tahun 2009.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian penjelasan (explanatory research)


yaitu penelitian yang menjelaskan antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesa. Metode yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross
sectional karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kapasitas vital paru pegawai penarik restribusi angkutan
barang pada satu periode waktu atau penelitian ini berlangsung pada saat dimana
responden hanya mendapat satu kesempatan untuk diteliti. Konsep penelitian ini
dapat tergambarkan dalam kerangka konsep berikut.

Variabel Bebas

Usia, Kebiasaan merokok,


kebiasaan olahraga, Status Variabel Terikat
gizi, Riwayat penyakit
paru, Pemakaian APD Kapasitas Vital Paru
(Pernafasan), Masa kerja

Pencemaran Udara

Variabel Perancu

Gambar 1. Kerangka Konsep

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai bagian penarik


restribusi angkutan barang di Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang, sejumlah
23 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh dari populasi yaitu sejumlah
23 orang. Menurut Suharsimi Arikunto (6), apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Dalam penelitian ini instrumen yang akan digunakan adalah: kuesioner,
spirometer hutchinson, timbangan injak, dan mikrotoise. Data hasil penelitian
kemudian dianalisis dengan metode analisis univariat dan bivariat dengan uji
statistik ”Chi Square” atau Chi kuadrat.
4

HASIL PENELITIAN

Hubungan Usia dengan pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia tua dan hasil
pemeriksaan kapasitas vital paru ringan dan sedang sebesar 100% (15 orang),
sedangkan untuk kategori usia tua dan pemeriksaan normal tidak ada. Untuk usia
muda dan pemeriksaan ringan dan sedang sebesar 62.50% (5 orang), serta usia
muda dan pemeriksaan normal sebesar 37.50% (3 orang).

Tabel 1. Hubungan Usia dengan Kapasitas Vital Paru

Usia Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru Total P OR


Sedang dan Normal
Ringan
Jum % Jum % Jum %
Tua 15 100.00 0 0.00 15 100 0.032 0.469
Muda 5 62.50 3 37.50 8 100
Total 20 87.00 3 13.00 23 100

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan pemeriksaan kapasitas vital paru

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebiasaan merokok


kategori ringan dan sedang, serta pemeriksaan menunjukkan ringan dan sedang
sebesar 95.0% (19 orang), sedangkan untuk kategori kebiasaan merokok ringan
dan sedang, serta pemeriksaan dalam kategori normal sebesar 5.0% (1 orang).
Kebiasaan responden yang tidak merokok dan pemeriksaan dalam kategori ringan
dan sedang sebesar 33.30% (1 orang), dan kebiasaan responden yang tidak
merokok serta normal sebesar 66.70% (2 orang).
Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru

Kebiasaan Pemeriksaan Kapasitas Total P OR


Merokok Vital Paru
Sedang dan Normal
Ringan
Jum % Jum % Jum %
Ringan dan 19 95.00 1 5.00 20 100 0.034 0.525
Sedang
Tidak Merokok 1 33.30 2 66.70 3 100
Total 20 87.00 3 13.00 23 100

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden tidak biasa


olahraga dan hasil pemeriksaan dalam kategori ringan dan sedang sebesar
5

100.00% (16 orang), dan tidak ada responden yang tidak biasa olahraga serta
pemeriksaannya normal. Responden yang biasa olahraga dan pemeriksaannya
dalam kategori ringan dan sedang sebesar 57.10% (4 orang), serta responden yang
biasa olahraga dan pemeriksaannya normal sebesar 42.90% (3 orang).
Tabel 3. Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru

Kebiasaan Pemeriksaan Kapasitas Vital Total P OR


Olahraga Paru
Sedang dan Normal
Ringan
Jum % Jum % Jum %
Tidak Biasa 16 100.00 0 0.00 16 100 0.020 0.505
Olahraga
Biasa 4 57.10 3 42.90 7 100
Olahraga
Total 20 87.00 3 13.00 23 100

Hubungan Status Gizi dengan pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang


mempunyai status gizi kurus dan gemuk serta pemeriksaan ringan dan sedang
sebesar 100.00% (18 orang), serta responden dengan kategori status gizi kurus dan
gemuk serta pemeriksaannya normal adalah tidak ada. Untuk kategori status gizi
normal dan pemeriksaannya ringan dan sedang sebesar 40.00% (2 orang), serta
responden status gizinya kategori normal dan pemeriksaan juga normal sebesar
60.00% (3 orang).
Tabel 3. Hubungan Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru

Status Gizi Pemeriksaan Kapasitas Vital Total P OR


Paru
Sedang dan Normal
Ringan
Jum % Jum % Jum %
Kurus dan 18 100.00 0 0.00 18 100.00 0.006 0.592
Gemuk
Normal 2 40.00 3 60.00 5 100.00
Total 20 87.00 3 13.00 23 100.00

Hubungan Riwayat Penyakit Paru dengan pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang pernah


sakit nafas dan pemeriksaannya dalam kategori ringan dan sedang sebesar
100.00% (18 orang), serta tidak ada responden yang pernah sakit nafas dan
pemeriksaannya normal. Sedangkan untuk riwayat rseponden yang tidak pernah
sakit nafas dan pemeriksaannya ringan atau sedang adalah sebesar 40.00%(2
6

orang), serta responden yang tidak pernah sakit nafas dan pemeriksaan normal
adalah sebesar 13.02% (3 orang).
Tabel 4. Hubungan Riwayat Penyakit Paru dengan Kapasitas Vital Paru

Riwayat Pemeriksaan Kapasitas Vital Total P OR


Penyakit Paru
Paru Sedang dan Normal
Ringan
Jum % Jum % Jum %
Pernah 18 100.00 0 0.00 18 100.00 0.006 0.592
Sakit Nafas
Tidak 2 40.00 3 60.00 5 100.00
Pernah
Total 20 87.00 3 13.00 23 100.00

Hubungan APD dengan Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang tidak


memakai APD dan pemeriksaan tingkat ringan den sedang sebesar 95.20% (20
orang), serta responden yang tidak memakai dan pemeriksaan normal sebesar
4.80% (1 orang). Tidak ada responden yang memakai APD dan pemeriksaannya
kategori ringan dan sedang, serta responden yang memakai APD dan pemeriksaan
normal sebesar 100.00% (2 orang).
Tabel 5. Hubungan Alat Pelindung Diri dengan Kapasitas Vital Paru

Alat Pemeriksaan Kapasitas Vital Total P OR


Pelindung Paru
Diri Sedang dan Normal
Ringan
Jum % Jum % Jum %
Tidak 20 95.20 1 4.80 21 100.00 0.012 0.623
Memakai
Memakai 0 0.00 2 100.00 2 100.00
Total 20 87.00 3 13.00 23 100.00

Hubungan Masa Kerja dengan Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang


mempunyai masa kerja sedang dan lama, serta pemeriksaan ringan dan sedang
sebesar 100.00% (19 orang), serta tidak ada responden yang masa kerja lama dan
sedang dan pemeriksaan normal. Untuk responden yang masa kerjanya baru serta
pemeriksaannya ringan dan sedang sebesar 25.00% (1 orang), serta responden
yang memepunyai masa kerja baru dan pemeriksaan normal adalah sebesar
75.00% (5 orang).
7

Tabel 6. Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru

Masa Pemeriksaan Kapasitas Vital Total P OR


Kerja Paru
Sedang dan Normal
Ringan
Jum % Jum % Jum %
Sedang dan 19 100.00 0 0.00 19 100 0.002 0.645
Lama
Baru 1 25.00 3 75.00 14 100
Total 20 87.00 3 13.00 23 100

PEMBAHASAN

Hubungan Usia dengan Kapasitas Vital Paru

Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.


Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan
fungsi paru (7). Dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung udara
sebanyak ± 5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal ± 3 liter
udara. Pada waktu bernafas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2600 cc
(2,5 liter) jumlah pernafasan.
Berdasarkan Evelyn C Pearce (8), kegunaan pemeriksaan fungsi paru
adalah sebagai berikut yaitu untuk mengidentifikasikan atau penyingkiran
penyakit respiratorius sesak nafas, untuk mengidentifikasikan jenis gangguan
fungsi pernafasan sebagai alat diagnosis, dan untuk menentukan derajat kelainan
paru.

Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru

Kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan fungsi paru berupa


bronchitis dan emfisema. Pada kedua keadaan ini terjadi penurunan fungsi paru
dibandingkan dengan yang tidak menderita penyakit tersebut. Selain itu pecandu
rokoki sering menderita penyakit batuk kronis, kepala pusing, perut mual, sukar
tidur dan lain-lain. Kalau gejala-gejala diatas tidak segera diatasi maka gejala
yang lebih buruk lagi akan terjadi, seperti semakin sulit untuk bernafas, kecepatan
pernafasan bertambah, kapasitas vital berkurang, dan lain-lain (9).

Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas vital dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang melakukan


olahraga. Olahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-paru sehingga
menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru dengan volume yang
lebih besar atau maksimum. Dalam olahraga oksigen dibutuhkan untuk membakar
8

kalori dalam jumlah yang banyak dalam rangka meningkatkan daya tahan tubuh
dalam berolahraga. Semakin lama atau semakin sering berolahraga, maka akan
semakin banyak pula oksigen yang dibutuhkan. Kondisi semacam ini akan
meningkatkan kemampuan paru-paru dalam menyerap dan menampung oksigen
dalam jumlah yang besar. sehingga kapasitas vital pada seorang atletis lebih besar
daripada orang yang tidak pernah olahraga. Hal ini disebabkan kebutuhan oksigen
oleh tubuh akan semakin besar manakala tubuh dipacu untuk membakar kalori
dalam jumlah yang banyak untuk dijadikan energi selama berolahraga (10,11).

Hubungan Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru

Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang


kurus panjang biasanya kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek. Masalah
kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas)
merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit
tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja (11).
Berdasarkan Suma’mur (10,11), gizi merupakan nutrisi yang diperlukan
oleh para pekerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan.
Sebagai suatu aspek dari ilmu gizi pada umumnya, maka gizi kerja ditujukan
untuk kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan
dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh
memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, perbaikan
kerusakan-kerusakan dari sel dan jaringan dan untuk pertumbuhan, yang banyak
sedikitnyakeperluan ini sangat bergantung kepada usia, jenis kelamin, lingkungan
dan beban yang diderita oleh seseorang.

Hubungan Riwayat Penyakit Paru dengan Kapasitas Vital Paru

Penyakit paru kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh partikel, uap,
gas atau kabut berbahaya yang menyebabkan kerusakan paru apabila terinhalasi
selama bekerja. Saluran nafas dari lubang hidung samapi alveoli menampung
14000 liter udara ditempat kerja selama 40 jam kerja satu minggu (12). Oksigen
yang dibutuhkan oleh tubuh yang diambil dari udara akan masuk melalui paru dan
terjadi pertukaran gas diarea tersebut antara hasil oksidasi tubuh dengan oksigen.
Udara yang masuk sebagian besar hanya oksigen dan nitrogen dan senyawa lain
dalam jumlah kecil. Senyawa-senyawa lain yang tidak dibutuhkan akan tersaring
diparu-paru. Apabila kandungan udara tercemar oleh senyawa lain seperti partikel,
uap, gas dan yang lainnya akan menyebabkan terjadinya endapan-endapan
senyawa dan partikel bahaya dalam paru-paru yang dalam jangka waktu lama
akan menyebabkan terganggunya paru-paru dalam bekerja (9,11).
Penyakit paru kerja yang disebabkan oleh senyawa kimia, partikel, gas,
uap dan yang lainnya selama bekerja akan menyebabkan terganggunya paru-paru
dalam pertukaran gas dan mengakibatkan kemampuan paru-paru dala menyerap
oksigen tidak maksimal sehingga oksigen yang terserap atau ditampung oleh paru-
paru akan semakin sedikit (10,12,13).
9

Hubungan Pemakaian APD Masker dengan Kapasitas Vital Paru

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi
tubuh tenaga kerja, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin
terjadi. Sedang alat pelindung pernafasan adalah alat yang berguna untuk
melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang terkontaminasi di
tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi ataupun rangsangan (13). APD
masker berfungsi sebagai filter atau penyaring udara yang masuk dalam paru-paru
dari berbagai senyawa partikel yang terkadung dalam udara akibat paparan
pekerjaan. Walaupun tidak semua senyawa partikel dapat tersaring, akan tetapi
senyawa dan partikel dengan ukuran tertentu dapat tersaring dan mengendap
dalam lapsan luar masker sehingga dapat mengurangi masuknya senyawa dan
partikel berbahaya kedalam paru-paru (12,13).
Penggunaan masker selama bekerja akan mengurangi dan melindungi
paru-paru terhadap paparan senyawa dan partikel berbahaya, sehingga akan
mengurangi dan mencegah terjadinya gangguan paru-paru dalam menyerap dan
menampung udara serta meningkatkan efisiensi pertukaran gas dalam paru-paru.
Dengan adanya masker kemampuan paru dalam menyerap udara akan semakin
banyak (11,10).

Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru

Masa kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja
di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun
negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya
masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.
Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya
masa kerja maka tingkat paparan paru-paru terhadap senyawa dan partikel
berbahaya akibat kerja akan semakin banyak dan meninggkat pula. Semakin lama
terpapar paru-paru dalam bekerja akan meningkatkan resiko gangguan paru-paru
atau penyakit paru kerja akan semakin besar. Hal ini sejalan dengan kemampuan
kapasitas vital paru dimana semakin tinggi paparan senyawa dan partikel
berbahaya akan menyebabkan gangguan paru-paru yang berujung pada penyakit
paru. Dengan adanya gangguan paru-paru akan mengakibatkan kemampuan paru-
paru akan semakin menurun dalam melakukan pertukaran gas (14).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan


bahwa ada hubungan antara usia, pemakaian alat pelindung diri (APD), kebiasaan
merokok, kebiasaan olahraga, status gizi, riwayat penyakit paru, masa kerja
dengan pemeriksaan kapasitas vital paru.
10

DAFTAR PUSTAKA

(1) ILO. Dasar-dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian


Bahaya Besar. Jakarta: PT. Rineka Cipta; 1991. hlm 51.
(2) Horrington & Hill. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC; 2003. hlm 3.
(3) Herry Koesyanto. dkk. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Semarang: UNNES Press.2005. hlm18.
(4) Atmi Putri Maya Anjani. Hubungan Kadar Debu Pupuk. Masa Kerja. dan
Pemakaian APD Masker dengan Kapasitas Fungsi Paru Pekerja (FVC.
FEVI) di Unit Packing PT. Dwimatama Multikarsa Semarang. Skripsi.
Semarang: UNDIP; 2003. hlm 67.
(5) Anies. Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya
Penanggulangannya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2005.
(6) Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002. hlm 112.
(7) Joko Suyono. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC; 1996. hlm
219.
(8) Depkes RI. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia. Jakarta;
1990.
(9) Hanida Trisnawati. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas
Vital Paru Tukang Ojek di Alun-alun Ungaran Kabupaten Semarang Bulan
Maret Tahun 2007. Semarang: UNNES; 2007. hlm 83.
(10) Hall John E dan Guyton Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme
Penyakit. Alih Bahasa: Petrus Adrianto. Jakarta: EGC. 1997. hlm 605.
(11) Suma’mur P. K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT. Gunung Agung; 1996. hlm 197.
(12) Mukhtar Ikhsan. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI
Press; 2002. hlm 72.
(13) Sugeng Budiono. dkk. Bunga Rampai HIPERKES & KK. Semarang:
Universitas Diponegoro; 2003. hlm 329-332.
(14) Tulus M. A. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia
Pustaka; 1992. hlm 211.

You might also like