You are on page 1of 3

c 


 

 

Pada saat ini kenaikan harga minyak bumi yang terus melaju ke level yang lebih tinggi membuat kita
berpacu mencari teknologi yang paling mutakhir agar bisa mencari alternatif dan menggantikan
sumber daya alam yang tidak terbaharukan.

Salah satu energy terbaharukan itu adalah ͞Biofuel͟. Biofuel merupakan bahan bakar yang dihasilkan
dari bahan-bahan organic baik dalam bentuk padatan, cairan maupun gas. Asal muasal biofuel itu
bisa dihasilkan langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari berbagai macam limbah
industry (domestik, pertanian, dan komersial). Oleh karena itu, keuntungan dari bahan yang lebih
ramah lingkungan dapat membuat proses produksi energy tanpa meningkatkan kadar karbon di
atmosfir.

Kali ini, kita akan membahas suatu teknologi paling terkini di dunia biofuel yaitu, biofuel dari alga.
Alga ini lebih dikenal pada masyarakat awam dengan sebutan lumut ataupun ganggang. Tumbuhan
ini sering dijumpai pada kolam ikan dan kolam renang. Namun, alga pada kolam tersebut memiliki
sel banyak, alga yang berpotensi menghasilkan minyak yang banyak adalah alga bersel satu,
terutama alga yang hidup di laut. Alga tersebut tidak memiliki akar maupun daun, tetapi berklorofil.
Nama biologisnya 2 , 
  , 2 
,   , atau 
   .
Kelahiran biofuel dari organism autotrof ini sendiri juga tidak terlepas dari meningkatnya persaingan
antar kebutuhan pangan dunia dengan kebutuhan energi. Sering kita jumpai pada biofuel generasi
pertama menggunakan tanaman yang juga merupakan tanaman konsumsi manusia dan hewan.

Produk turunan dari biofuel algae antara lain ialah vegetable oil, biodiesel, bioethanol, biogasoline,
biomethanol, biobutanol dan biofuel dalam bentuk lainnya. Beberapa karateristik dari algae yang
cukup menarik ialah, dalam proses produksinya tidak menggangu sumber air tawar, dapat
menggunakan air laut bahkan air bekas, biodegradable, dan relatif tidak merusak lingkungan jika
tercemar.

Dalam hal biaya, memang pembiayaan Alga jauh lebih mahal dalam biaya masa per unit namun
dapat menghasilkan lebih dari 30x lipat energi unit per area dari tanaman biofuel generasi ke dua
lainnya.

Bahkan ada suatu perusahaan biofuel dari alga yang mengklaim bahwa mereka dapat memproduksi
minyak lebih banyak hanya dengan area seluas dua garasi mobil daripada produksi kacang kedelai
seluas lapangan rugbi. Hal ini bisa terjadi, karena organisme alga dapat menggunakan cahaya
matahari untuk memproduksi lipid atau minyak.

Pemaparan yang menarik dari Departemen Energi Amerika Serikat bahwa jika semua bahan bakar
dari minyak bumi di AS diganti dengan bahan bakar dari alga, maka itu hanya membutuhkan kurang
lebih 40,000 km2. Ini jauh lebih kecil (hanya 1/7nya) dibandingkan dengan jumlah area jagung yang
dipanen oleh AS pada tahun 2000.

Sebagai gambaran perbandingan volume hasil produksi dengan sumber biofuel lainnya:

`p Alga ʹ 2000 galon/hektar/tahun


`p Sawit ʹ 650 galon/hektar/tahun
`p Dagung ʹ 250 galon/hektar/tahun
`p Kedelai ʹ 50 galon/hektar/tahun

Produksi bahan bakar bio ini juga memiliki struktur molekul yang mirip dengan bahan bakar pada
saat ini, sehingga sangat cocok untuk alternatif bahkan menggantikannya. Dengan kondisi harga
minyak bumi yang kembali melemah di tahun 2008, membuat penggantian bahan bakar fosil cukup
mahal jika dirubah sumbernya dari yang ramah lingkungan dan berkesinambungan. Akan tetapi,
beberapa perusahaan energi, lembaga-lembaga pemerhati energi dan pemerintahan mendukung
percepatan produksi biofuel dari alga dalam hal investasi maupun kebijakan yang memajukan
teknologi ini, hingga dapat diproduksi dalam skala besar dan komersil.

Salah satu dari perusahaan yang memiliki perhatian penuh mengenai perkembangan biofuel Alga
adalah ExxonMobil. Mereka membuka pintu bagi negara Indonesia untuk berkerja sama dalam hal
riset dan pengembangan teknologi ini di tanah air tercinta kita.

ExxonMobil sendiri telah melakukan program kerjasama dengan Synthetic Genomics Incorporated.
Mereka akan fokus pada pengembangan biofuel yang lebih jauh dari alga, lalu membuat sistem
konversi yang cocok agar dapat menggantikan bahan bakar bensin dan diesel. Tidak tanggung-
tanggung, mereka pun mengutarakan untuk mengeluarkan dana kurang lebih dari $600 juta dollar
untuk program ini.

Menurut ExxonMobil dan SGI, tantangan utama dalam biofuel alga adalah menemukan solusi yang
inovatif dalam memproduksi dalam skala besar dan untuk kebutuhan komersil. Pertama, identifikasi
dan pengembangan jenis-jenis alga yang memberikan hasil terbanyak dengan biaya terkecil. Kedua,
menentukan sistem produksi terbaik untuk membesarkan alga. Ketiga, bagaimana menyiapkan
sistem yang terintegrasi agar produksinya lebih ekonomis.

Alangkah baiknya jika pemerintah Indonesia, lembaga riset di bidang energi dan pelaku usaha di
bidang energi terbaharukan dapat pula ikut serta dalam memajukan pengembangan biofuel alga ini.
Sudah menjadi kewajiban kita dan seluruh stakeholders di Indonesia untuk memikirkan lingkungan
dan kelangsungan kebutuhan energi di masa depan.

Dilihat dari sisi geografis, posisi Indonesia sangat strategis untuk pengembangan minyak dari alga.
Negara kita memiliki pesisir pantai yang terpanjang di dunia, ditambah iklim tropis sepanjang tahun.
Dengan memproduksi bahan bakar dari alga, Indonesia dapat menghemat banyak dari biaya APBN
untuk mengimpor minyak mentah dan bahan bakar, serta dapat menjaga stabilitas kebutuhan
energy dalam negeri. Budaya alga serta industrinya akan dapat menyerap banyak sumber daya
manusia sehingga mengurangi jumlah pengangguran.

=  


  
   
 

       
       
      

  
 

         

      
    
   
  
 

      
?    
  
!"#$%  

    



   
"#$
  
  

  & 


 
 

= 
     
      


         ! %    
&  
   
       
  
 ! 
% 
  
"    

    '
      

  
 
 

=         


     !  %
 

    
! 
%
 
"#$
 
  
 

 
 
          
  
! %   
!  %(   
 
   
 

= 
 

&   


 

 
     )
 
 *
     '  !? 
  

%

 + !  %&   
    


 
) 
 
    
      
  &  
 

   
 

?    



 
 =


   

  

   
  
 
 
 
   '  

  
  
   ,   
 
       
  

=
'&,    
    
   

 
 
         
"#
    =
  
&& 

  
   
 
 
&&   

http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1152963090&3

You might also like