You are on page 1of 9

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS

Bab ini menjelaskan berbagai model yang telah dikembangkan untuk menggambarkan hubungan
antara karakteristik arus lalu lintas. Sebagian besar bekerja berurusan dengan hubungan ini telah
prihatin dengan arus lalu lintas tidak terganggu, terutama di jalan tol atau bebas hambatan.
Akibatnya, bab ini akan membahas karakteristik aliran lalu lintas untuk aliran terganggu. Dalam
membahas model, hubungan antara kemampuan teori dan pengukuran ini penting karena seringkali
teori tergantung pada kemampuan pengukuran.

• JENIS ARUS LALU LINTAS

– Uninterrupted Flow atau Arus Tidak Terganggu

• Arus yang ditentukan oleh interaksi kendaraan – kendaraan dan interaksi


kendaraan – jalan. Contoh kendaraan di jalan tol atau jalan raya antar kota.

– Interrupted Flow atau Arus Terganggu

• Arus yang ditentukan (diatur) oleh alat atau cara dari luar (eksternal)
misalnya lampu atau marka lalu lintas. Interaksi kendaraan – kendaraan dan
interaksi kendaraan – jalan mempunyai peranan kedua dalam menentukan
arus lalu lintas.

Pemahaman atas keadaan arus yang terjadi pada suatu keadaan akan menentukan jenis
perlakuan, metoda analisis dan deskripsi lalu lintas.

PARAMETER ARUS LALU LINTAS

• Speed (kecepatan) = v

– Kecepatan adalah jarak per satuan waktu.

– Tiap kendaraan di jalan raya mempunyai kecepatan yang berbeda. Untuk keperluan
kuantifikasi digunakan kecepatan rata-rata sebagai variable signifikan yaitu
kecepatan rata-rata ruang (space mean speed) yang diperoleh dengan merata-
ratakan kecepatan individual semua kendaraan dalam daerah studi.

• Volume

– Adalah jumlah kendaraan yang melewati satu titik tinjau selama suatu perioda
waktu. Biasanya volume langsung dikonversikan ke arus (q) sebagai parameter yang
lebih berarti.

Jumlah kendaraan yang melewati satu titik selama 15 menit disebut volume 15 menit.

• Flow (Arus) = q

– Flow adalah laju kendaraan yang melewati satu titik ( kendaraan per jam).
Volume 15 menit dapat dikonversi menjadi flow dengan mengalikan empat. Bila volume 15
menit sebesar 100 mobil, maka flow adalah 100 x 4 = 400 kendaraan/jam. Sehingga untuk interval
waktu 15 menit, kendaraan melintas titik tinjau dengan laju 400 kendaraan/jam.

• Peak Hour Factor (Faktor Jam Sibuk) = PHF

– Rasio laju arus jam2an (q60) dibagi dengan laju arus 15 menit puncak (peak 15 min
rate of flow) yang dinyatakan dalam arus jam2an.

– PHF = q60/q15.

• Density (Kerapatan) = k

– Kerapatan adalah jumlah kendaraan yang ada dalam suatu ruas jalan (kendaraan/km
atau kendaraan/mil).

– Kerapatan tinggi menunjukkan jarak antar kendaraan cukup dekat, kerapatan


rendah berarti jarak antar kendaraan cukup jauh.

• Headway = h

– Waktu (detik) antara kedatangan satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya


pada suatu titik tinjau. Diukur dengan mencatat waktu antara bumper depan
kendaraan pertama melintas titik tinjau dengan bumper depan kendaraan
berikutnya (front to front).

• Gap = g

– Waktu (detik) antara keberangkatan kendaraan pertama (bumper belakang) dengan


kedatangan kendaraan kedua (bumper depan) pada suatu titik tinjau (rear to front).

• Spacing = s

– Jarak fisik (m, ft) antara bumper depan kendaraan yang berturutan. Spacing
melengkapi tinjauan tentang headway karena menggambarkan ruang yang sama
tapi dengan cara lain. Spacing merupakan produk dari kecepatan dan headway.

• Clearance = c

– Jarak (m, ft) antara bumper belakang kendaraan pertama dengan bumper depan
kendaraan berikutnya. Clearance ekivalen dengan spacing dikurangi panjang
kendaraan pertama.

HUBUNGAN ANTARA SPEED-FLOW-DENSITY

• Speed, flow, dan density saling terkait. Hubungan antara speed dan density dapat mudah
diamati, namun efek keduanya pada arus tidak cukup nyata terlihat di jalan.

• Pada keadaan uninterrupted flow:

q = k*v
Dimana: q = Flow (kend/jam)
v = Speed (km/jam, mil/jam)
k = Density (kend/km, kend/mil)

• Karena flow merupakan produk kecepatan dan density, maka nilainya 0 bila k atau v
besarnya 0. Dapat juga dinyatakan bahwa q akan maksimum pada kombinasi kritis antara k
dan v.

• Sebagai ilustrasi, tinjau keadaan berikut:

– Kemacetan lalu lintas dimana k sangat tinggi dan v sangat rendah. Kombinasi ini
menghasilkan q sangat rendah.

– Keadaan bila k sangat rendah sehingga pengemudi dapat mencapai kecepatan arus
bebas tanpa khawatir akibat kendaraan lain di jalan. Produk keadaan k yang ekstrem
rendah sehingga v adalah q yang sangat rendah.

KEADAAN KECEPATAN DAN KERAPATAN KHUSUS

– Free Flow Speed (Kecepatan Arus Bebas)

• Merupakan kecepatan rata2 kendaraan yang melintas di jalan ketika


kerapatan (k) rendah. Dalam keadaan ini, pengemudi tidak khawatir dengan
kendaraan lain. Mereka mengemudi pada kecepatan yang tergantung pada
kinerja kendaraannya, keadaan jalan, dan marka pembatas kecepatan.

– Jam Density (Kerapatan Macet)

• Kerapatan (k) eksterm tinggi dapat menyebabkan lalu lintas pada keadaan
berhenti total. Kerapatan pada keadaan ini disebut kerapatan macet.

KAPASITAS JALAN

• MERUPAKAN UKURAN EFEKTIFITAS FASILITAS LALU LINTAS UNTUK MENGAKOMODASI LALU


LINTAS.

• KAPASITAS ADALAH ARUS MAKSIMUM PER JAM DARI KENDARAAN YANG MELINTASI SUATU
TITIK ATAU RUAS JALAN YANG UNIFORM PADA PERIODA WAKTU TERTENTU DENGAN
KONDISI JALAN, LALU LINTAS, DAN PENGATURAN YANG ADA.

• KAPASITAS MERUPAKAN UKURAN KUANTITAS DAN KUALITAS YANG MEMFASILITASI


EVALUASI KECUKUPAN MAUPUN KUALITAS PELAYANAN KENDARAAN PADA KEADAAN
FASILITAS JALAN YANG ADA.

• FAKTOR YANG MEMPENGARUHI:

– Faktor Jalan:
• Lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan, keberadaan median, permukaan
jalan, alinemen, kelandaian jalan, keberadaan trotoar, dll.

– Faktor Lalu Lintas:

• Komposisi lalu lintas, volume, distribusi lajur, gangguan lalu lintas,


keberadaan kendaraan tidak bermotor, gangguan samping, dll.

– Faktor Lingkungan:

• Keberadaan pejalan kaki, pengendara sepeda, binatang menyeberang, dll.

• JALAN DAPAT MENAMPUNG VOLUME MAKSIMUM PADA KEADAAN IDEAL, YAITU:

– Uninterrupted flow

– Lalu lintas hanya berupa kendaraan penumpang.

– Lebar lajur standard tanpa gangguan lateral.

– Geometri memadai untuk kecepatan rencana.

• UNTUK INDONESIA, PERHITUNGAN KAPASITAS MENGIKUTI MANUAL KAPASITAS JALAN


INDONESIA 1997 (MKJI 1997)

• KAPASITAS JALAN ANTAR KOTA:

C=CO X FCW x FCSP x FCSF

dimana: C = Kapasitas (smp/jam)

CO = Kapasitas dasar (smp/jam)

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pembagian arah

FCSF = Faktor penyesuaian gangguan samping

• KAPASITAS JALAN PERKOTAAN

C=CO X FCW x FCSP x FCSF X FSCS

dimana: C = Kapasitas (smp/jam)

CO = Kapasitas dasar (smp/jam)

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pembagian arah

FCSF = Faktor penyesuaian gangguan samping

FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota


• KAPASITAS JALAN SELANJUTNYA MERUPAKAN MASUKAN DALAM ANALISIS REKAYASA LALU-
LINTAS:

– Menurunnya sistem jalan yang ada, dengan evaluasi perbandingan volume (V)
dengan kapasitas (C) yaitu V/C.

– Usulan perubahan sistem kerangka jalan yang ada (geometri jalan, simpang
bersinyal, peraturan perpakiran, perubahan arah, marka)

– Perancangan fasilitas baru berdasarkan analisis kapasitas dengan kebutuhan


(demand)

– Pembandingan efektifitas relatif dari berbagai moda transportasi dalam melayani


suatu kebutuhan.

MODEL GREENSHIELD

• Model dibangun pada uninterrupted traffic flow.Model ini cukup sederhana dan dapat
menjelaskan trends yang diperoleh dari pengamatan arus lalu lintas.

• Menurut Greenshield, hubungan speed dan density adalah linier, yaitu:

v=A-B*k

• dimana:

v = speed (km/jam, mil/jam)


A,B = konstanta dari pengamatan lapangan
k = density (kend/km, kend/mil)

• Konstanta A dan B diperoleh dari data velocity (=kecepatan) dan kerapatan melalui
pengamatan lapangan, plotting data tersebut, dan gunakan regresi linier untuk
mendapatkan garis regresi. Konstanta A menyatakan kecepatan arus bebas, sedang A/B
menyatakan kerapatan macet.

• Substitusi hubungan tadi ke persamaan q = k*v


• Diperoleh persamaan berikut

q = (A-B*k)*k atau q = A*k – B*k2

– Dimana: q = flow (kend/jam)

A,B = konstanta

k = density (kend/km, kend/mil)

• Dalam bentuk grafis hubungan tersebut digambarkan berikut:

• Flow maksimum diperoleh dari:

dq/dk = A – 2*B*k
dengan dq/dK = 0
diperoleh k = A/(2*B)

• Kecepatan pada arus maksimum diperoleh dari substitusi k kedalam hubungan Greenshield,
sehingga v = A – B*(A/(2*B))

Atau v = A/2

• Nilai ini menunjukkan bahwa arus maksimum terjadi bila lalu lintas mencapai kecepatan
optimum sebesar setengah dari kecepatan arus bebas. Dengan nilai kecepatan optimum dan
kerapatan kedalam hubungan speed-flow-density diperoleh besarnya arus maksimum, yaitu:

q = (A/2)*(A/(2*B)

Atau q = A2/(4*B)

• Dalam bentuk grafis:


• Dari model Greenshiled dapat disimpulkan:

– Bila kerapatan nol, maka arus akan nol karena tidak ada kendaraan di jalan.

– Bila kerapatan meningkat, arus juga meningkat sampai mencapai arus maksimum.

– Bila kerapatan mencapai maksimum, biasanya disebut kerapatan macet, arus akan
nol sebab kendaraan akan saling menempel (keadaan parkir).

– Bila kerapatan meningkat, arus akan meningkat ke nilai maksimum, tetapi bila
kerapatan terus meningkat akan menyebabkan arus menurun hingga kerapatan
macet dimana arus menjadi nol.

Arus maksimum yang diperoleh dapat dianggap sebagai kapasitas jalan.

KAPASITAS JALAN

• MERUPAKAN UKURAN EFEKTIFITAS FASILITAS LALU LINTAS UNTUK MENGAKOMODASI LALU


LINTAS.

• KAPASITAS ADALAH ARUS MAKSIMUM PER JAM DARI KENDARAAN YANG MELINTASI SUATU
TITIK ATAU RUAS JALAN YANG UNIFORM PADA PERIODA WAKTU TERTENTU DENGAN
KONDISI JALAN, LALU LINTAS, DAN PENGATURAN YANG ADA.

• KAPASITAS MERUPAKAN UKURAN KUANTITAS DAN KUALITAS YANG MEMFASILITASI


EVALUASI KECUKUPAN MAUPUN KUALITAS PELAYANAN KENDARAAN PADA KEADAAN
FASILITAS JALAN YANG ADA.

• FAKTOR YANG MEMPENGARUHI:

• Faktor Jalan:

• Lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan, keberadaan median, permukaan


jalan, alinemen, kelandaian jalan, keberadaan trotoar, dll.

• Faktor Lalu Lintas:

• Komposisi lalu lintas, volume, distribusi lajur, gangguan lalu lintas,


keberadaan kendaraan tidak bermotor, gangguan samping, dll.

• Faktor Lingkungan:

• Keberadaan pejalan kaki, pengendara sepeda, binatang menyeberang, dll.

• JALAN DAPAT MENAMPUNG VOLUME MAKSIMUM PADA KEADAAN IDEAL, YAITU:

• Uninterrupted flow

• Lalu lintas hanya berupa kendaraan penumpang.


• Lebar lajur standard tanpa gangguan lateral.

• Geometri memadai untuk kecepatan rencana.

• UNTUK INDONESIA, PERHITUNGAN KAPASITAS MENGIKUTI MANUAL KAPASITAS JALAN


INDONESIA 1997 (MKJI 1997)

• KAPASITAS JALAN ANTAR KOTA:

C=CO X FCW x FCSP x FCSF

Dimana:

C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pembagian arah
FCSF = Faktor penyesuaian gangguan samping

• KAPASITAS JALAN PERKOTAAN


C=CO X FCW x FCSP x FCSF X FSCS
dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pembagian arus
FCSF = Faktor penyesuaian gangguan samping
FCCs = Faktor penyesuaian ukuran kota

KEDUDUKAN KAPASITAS JALAN


• KAPASITAS JALAN SELANJUTNYA MERUPAKAN MASUKAN DALAM ANALISIS REKAYASA LALU-
LINTAS:
– Menurunnya sistem jalan yang ada, dengan evaluasi perbandingan volume (V)
dengan kapasitas (C) yaitu V/C.
– Usulan perubahan sistem kerangka jalan yang ada (geometri jalan, simpang
bersinyal, peraturan perpakiran, perubahan arah, marka)
– Perancangan fasilitas baru berdasarkan analisis kapasitas dengan kebutuhan
(demand)
– Pembandingan efektifitas relatif dari berbagai moda transportasi dalam melayani
suatu kebutuhan.
TINGKAT PELAYANAN

• TINGKAT PELAYANAN MENGGAMBARKAN KUALITAS ATAU UNJUK KERJA PELAYANAN LALU


LINTAS.
• MENUNJUKKAN KONDISI OPERASIONAL ARUS LALU LINTAS DAN PERSEPSI PENGENDARA
DALAM TERMINOLOGI KECEPATAN, WAKTU TEMPUH, KENYAMANAN BERKENDARA,
KEBEBASAN BERGERAK, GANGGUAN ARUS LALU LINTAS LAINNYA, KEAMANAN, DAN
KESELAMATAN.
• FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PELAYANAN:
– Faktor Jalan:
• Lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan, keberadaan median, permukaan
jalan, alinemen, kelandaian jalan, keberadaan trotoar, dll.
– Faktor Lalu Lintas:
• Komposisi lalu lintas, volume, distribusi lajur, gangguan lalu lintas,
keberadaan kendaraan tidak bermotor, gangguan samping, dll.

KRITERIA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN

You might also like