Ketergantungan merupakan konsep yang kompleks tanpa definisi yang jelas. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman tentang ketergantungan, seperti perubahan definisi sepanjang waktu dan perbedaan pandangan antara ahli dan klien. Ketergantungan dianggap sebagai sindrom yang mencakup dorongan kuat untuk mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan, seperti narkoba, serta risiko yang ditimbulkannya. Berbagai
Ketergantungan merupakan konsep yang kompleks tanpa definisi yang jelas. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman tentang ketergantungan, seperti perubahan definisi sepanjang waktu dan perbedaan pandangan antara ahli dan klien. Ketergantungan dianggap sebagai sindrom yang mencakup dorongan kuat untuk mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan, seperti narkoba, serta risiko yang ditimbulkannya. Berbagai
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
Ketergantungan merupakan konsep yang kompleks tanpa definisi yang jelas. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pemahaman tentang ketergantungan, seperti perubahan definisi sepanjang waktu dan perbedaan pandangan antara ahli dan klien. Ketergantungan dianggap sebagai sindrom yang mencakup dorongan kuat untuk mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan, seperti narkoba, serta risiko yang ditimbulkannya. Berbagai
Copyright:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Available Formats
Download as DOC, PDF, TXT or read online from Scribd
Kedewasaan didefinisikan dengan dua cara yang berbeda. Yang pertama,
kedewasaan ialah sebuah masa yang penuh dengan berbagai pengalaman yang menyenangkan, titik tolak untuk menjadi orang dewasa muda yang progresif dan produktif. Yang kedua ialah masa terjadinya konflik dalam diri dan adanya permasalahan dalam keluarga yang tidak hanya berperan dalam pertumbuhan remaja, tetapi juga bisa menyebabkan disfungsi, apatis, dan merasa asing. Selain itu, kedewasaan bisa menjadi sebuah proses penting bagi seseorang atau yang lainnya, tetapi tidak diragukan lagi, kedewsaan memberikan baik kesempatan dan masalah bagi setiap orang dewasa. Pembahasan bab ini memfokuskan pada salah satu masalah yang sering muncul pada remaja – ketergantungan. Dalam bab ini, kita akan memfokuskan perhatian kita pada beberapoa permasalahan. Apa yang kami tulis, jika berhasil, akan mengarahkan pemahaman Anda. Kami akan membahas masalah mengenai pengertian ketergantungan, dan mengungkapkan tantangan yang dihadapi ketika melakukan penelitian ilmiah mengenai permasalahan ini – seperti memperkirakan nilai rata-ratanya. Kemudian, kami akan membahas beberapa teori tentang ketergantungan yang lebih menarik. Yang terakhir, kami akan membahas beberapa faktor perkembangan, sosial, dan neurobiologis yang berperan terhadap masalah ketergantungan pada remaja. Penjelasan singkat ini diharapkan dapat menjembatani Anda dengan berbagai pemikiran dalam buku ini.
DEFINISI KETERGANTUNGAN
Ada banyak konsep-konsep tentang ketergantungan. Ketergantungan sering
dianggap sebagai masalah pribadi dan sosial – dalam kasus pertama, ketergantungan dilihat sebagai kelemahan dalam diri remaja yang kehilangan kontrol atau motivasi; sedangkan pada kasus kedua, ketergantungan berhubungan dengan kondisi lingkungan yang miskin dan kurangnya kesempatan. Kriteria tentang definisi ketergantungan sangat ambigu. Setidaknya ada dua faktor yang berperan dalam keambiguan konsep ketergantungan. Cara bagaimana ketergantungan dikonseptualisasikan berubah sepanjang waktu, dan tidak ada definisi yang dapat diterima secara umum – definisi ketergantungan berubah dari waktu ke waktu. Sebelumnya, ketergantungan disamakan dengan ketergantungan (dependence) psikologis (West, 2006). Pada umumnya, ketergantungan dianggap sebagai respon terhadap hal-hal yang dilakukan seseorang sebagai adaptasi psikologis terhadap narkoba, dimana seseorang akan mengalami sakau jika tidak mengkonsumsi narkoba. Oleh karena itu, ketergantungan ialah kondisi dimana seseorang membutuhkan, contohnya narkoba, agar tidak ada reaksi fisik maupun psikologis … (and which often involves tolerance and dependence) (Carpenter, 2001). Para ahli sekarang meyakini bahwa ketergantungan hanya diakibatkan oleh penggunaan zat-zat tertentu. Beberapa ahli (termasuk konselor ketergantungan) masih memegang prinsip ini (Walters dan Gilbert, 2000). Selain itu, penjelasan para ahli menyebutkan adanya pembatasan objek ketergantungan hanya pada narkoba. Contohnya, The Merck Manual, sebuah buku panduan bio medis, ketergantungan didefinisikan sebagai penyalahgunaan zat-zat tertentu (Berkow dkk., 1997: Bag. 15 bab 195), khususnya dalam membandingkan dan membedakan konsep ketergantungan (dependence) fisik dan psikologis. Ketergantungan, sebuah konsep tanpa definisi yang pasti dan dapat diterima secara umum. Digunakan untuk mengacu pada sebuah gaya hidup yang dicirikan oleh keinginan yang sangat kuat untuk mengkonsumsi narkoba; bisa terjadi tanpa adanya ketergantungan (dependence) fisik. Ketergantungan menimbulkan resiko. Oleh karena itu, penggunaan narkoba harus dihentikan, apakah remaja yang ketergantungan itu mengerti atau tidak dan setuju atau tidak.
Sesuai dengan definisi biomedis, ketergantungan juga dijelaskan sebagai
penyimpangan perilaku biologis (Leshner, 2001) sebagai akibat dari serangkaian perubahan yang terjadi di otak; adaptasi syaraf ini disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang. Hipotesanya ialah bahwa kerusakan pada korteks bagian depan pada otak merusak kemampuan pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku terhadap, dalam masalah ini, narkoba. Konsep ketergantungan berawal dari perspektif ini, walaupun mungkin terlalu berfokus pada narkoba, ini sangat membantu memahami konsep yang berhubungan dengan penyimpangan dalam penggunaan zat-zat tertentu. Bahkan dalam pembatasan istilah ketergantungan hanya pada suatu zat tertentu (contohnya narkoba), definisi ketergantungan masih bisa dikatakan longgar. Pemahaman yang ada muncul lebih jauh dari definisi yang lebih luas yang mencakup sindrom dengan gejala yang heterogen, meliputi masalah perilaku yang mendorong (dan mungkin kesadaran yang mendorong) munculnya keinginan terhadap sesuatu. Ada penggunaan istilah “ketergantungan” yang lebih luas – yaitu, penggunaan istilah ini diperluas meliputi ketergantungan terhadap bermacam objek, seperti kecanduan berjudi, internet, dan seks. Kata kunci “ketergantungan” yang lainnya yaitu … (ideas of compulsivity), beresiko mengalami hal yang merugikan/membahayakan, dan masalah dengan motivasi. West (2006) menyebutkan bahwa definisi ketergantungan sebagai sebuah sindrom meliputi … (reward-seeking) yang berakibat pada … (significant harm). Menurutnya, ketergantungan ialah masalah sistem motivasional seseorang. Ketergantungan juga mencakup dorongan hati, merasa menginginkan sesuatu, dan rasa (sense) identitas seseorang (West, 2006). Ini juga bisa mencakup ketergantungan (dependence) – baik fisik atau psikis – dan mabuk. Ini merupakan bentuk akibat dari keputusan yang dibuat seseorang, perasaan emosional yang muncul terhadap sesuatu yang diinginkan; ini merupakan bagian dari perilaku kebiasaan (habitual behaviour), dan sebagian besar mencakup perilaku dan perasaan. Yang serupa dengan definisi ini ialah perilaku yang menimbulkan dorongan (compulsive behaviour), terhadap sesuatu yang diinginkan, yang berakibat pada … (risk of harm) dan tindakan yang bisa menimbulkan masalah. Bagaimana konsep ketergantungan ini dilihat mempengaruhi bagaimana masyarakat dan para ahli meresponnya, dan bagaimana penelitian terhadap permasalahan ini dilakukan. Walters dan Gilbert (2000) berusaha untuk menjelaskan definisi operasional dari konsep ketergantungan. Dalam penelitian sebelumnya, Walters (1999) mengemukakan bahwa mungkin ada empat kata kunci dari definisi operasional ini: … (a general progression element) (terdiri dari ketergantungan [dependence] fisik maupun psikiologis), penuh perhatian, merasa kurang kontrol, dan terus- menerus menunjukkan wajah yang kurang menyenangkan. Walters dan Gilbert (2000) bertanya pada klien yang mengikuti kelas pendidikan narkoba (n = 31), dan Anggota (n = 20) dari Asosiasi Psikologi Amerika (hanya Divisi Ketergantungan), untuk menjelaskan konsep ketergantungan. Tidak hanya seorang yang memberikan definisi yang mengandung keempat kata kunci tersebut. Lebih jauh lagi, di antara kedua kelompok tersebut terdapat perbedaan. Respon para ahli pada awalnya 50% ialah ketergantungan fisik, dan serempak mereka mendefinisikan ketergantungan sebagai serangkaian perilaku yang mempunyai karakteristik tersendiri. Tetapi, “para ahli senior mungkin memasukkan ketergantungan (dependence) fisik dalam definisi ketergantungan versi mereka daripada para ahli junior” (Walter dan Gilbert, 2000: 218). Para ahli junior lebih mendefinisikan ketergantungan sebagai perilaku yang didorong karena kebiasaan (compulsive-habitual behaviour). Perbedaan ini mungkin menindikasikan adanya perubahan dalam konsep ini. Sebaliknya, respon awal dari kelompok klien (mendekati 30%) menyebutkan bahwa ketergantungan dikarenakan kurangnya kontrol, dan mereka mendefinisikan ketergantungan sebagai sebuah cara pandang terhadap sesuatu (fokus terhadap kurangnya kontrol, merasa harus terus berperilaku seperti yang biasa mereka lakukan, dan tidak mau memulai). Walters dan Golbert menyatakan bahwa mungkin saja ada definisi operasionalnya. Tetapi seseorang yang ketergantungan mungkin saja mempunyai definisi sederhana tentang sikapnya. Oleh karena itu, kriteria ketergantungan bisa bervariasi berdasarkan usia dan pengetahuan. Walaupun demikian, tanta definisi operasional, konsep ketergantungan sangat sulit untuk mendapatkan kredibilitas ilmiah. Ketergantungan juga dijelaskan sebagai sebuah proses yang dinamis (Shaffer dan Albanese, 2005) yang intensitasnya fluktuatif – bahwa mereka yang mengalami ketergantungan bisa mengalami masa ketika mereka harus menahan rasa kecanduan, … (exacerbation), dan mengontrol penggunaan barang yang membuat mereka ketergantungan. Pendapat mengenai konsep ini juga muncul untuk membedakan para ahli dan klien (Walters dan Gilbert, 2000). Tetapi, para klien yang mendapat pelayanan psikologis masalah ini cenderung melihat ketergantungan sebagai sebuah kebutuhan, keinginan, dan kurangnya kontrol. Para ahli (psikolog masalah ketergantungan) menunjukkan kecenderungan untuk melihat ketergantungan sebagai perilaku yang muncul karena adanya dorongan, adanya ketergantungan (dependence) fisik, dan kurangnya kontrol. Ada bermacam definisi ketergantungan. Karena makna yang sulit dipahami dan tidak adanya definisi yang jelas, akhirnya dilakukanlah penelitian dan praktek klinis, seperti penentuan nilai rata-rata dan penelitian terhadap epidemiologi, penilaian, dan pengobatan. Meskipun demikian, hasil dari penelitiannya terakumulasi dalam sifat dasar ketergantungan dan masa remaja.
SEKILAS TENTANG TEORI KETERGANTUNGAN
Banyak teori dikemukakan untuk menjelaskan definisi ketergantungan,
mulai dari penjelasan personal atau interpersonal hingga penjelasan kontekstual. Teori yang berlawanan menjelaskan bahwa jalan menuju ketergantungan itu berbeda untuk setiap orangnya, dan bahwa ketergantungan itu sangat unik. Dalam hipotesis batu loncatan, mariyuana diyakini sebagai langkah pertama menuju narkoba jenis lainnya. Cohen (1972) mengemukakan bahwa mereka yang kecanduan narkoba biasanya mencoba beberapa jenis narkoba sebelum akhirnya ketergantungan. Kandel (1975) mengemukakan … (a multiple-stage progress theory), sebuah teori yang mengemukakan bahwa remaja yang mengkonsumsi zat-zat aditif (narkoba) biasanya melalui empat tahapan terlebih dahulu, diawali oleh bir atau anggur atau keduanya, kemudian berlanjut mencoba rokok atau minuman keras, lalu mariyuana, dan terakhir menggunakat zat-zat psikoaktif dan obat-obatan terlarang. Kandel menyebutkan bahwa obat-obatan legal … (are necessary intermediates between non-use and marijuana). Teori batu loncatan dan … (multiple stage progress theories) membawa kita menuju perkembangan teori yang sedang populer … (gateway theory) (Demoss, 1992), dimana teori ini menyatakan bahwa ketergantungan dimulai oleh narkoba yang tidak terlalu keras (jenis ringan) lalu berlanjut pada narkoba jenis keras. Teori-teori yang mengemukakan bahwa tidak ada pola yang konsisten untuk penggunaan narkoba, yaitu seperti: (1) gerbang menuju narkoba tidak harus berawal dari narkoba jenis ringan yang kemudian berlanjut pada pemakaian narkoba jenis keras atau obat-obatan terlarang … (2) narkoba jenis apapun bisa membuka jalan untuk narkoba jenis lainnya karena diikuti oleh peningkatan resiko yang disebabkan oleh penggunaan narkoba jenis lainnya … (3) dua jenis narkoba merupakan pintu gerbang menuju narkoba jenis lainnya. (Chen dkk., 2002: 802)
Pemahaman tentang gerbang menuju narkoba ini telah berkembang lebih
dari 30 tahun. Bisa dilihat bahwa tidak ada proses linear dari narkoba jenis ringan pada narkoba jenis keras, tetapi ada kemungkinan penggunaan narkoba diawali setelah mencoba satu atau beberapa jenis narkoba. Bagaimana teori ini berlaku untuk ketergantungan pada zat-zat aditif lainnya sama sekali tidak jelas. Teori kelompok teman sebaya (Oetting dan Beauvais, 1986) menggambarkan hubungan antara penggunaan zat-zat pada remaja dan penggunaan zat-zat pada teman sebaya mereka. Bagi kelompok remaja yang bermasalah dengan penggunaan zat-zat tertentu, masalah ketergantungan ini muncul untuk menormalkan dan menguatkan perilaku. Salah satu pertanyaan penting mengenai teori ini adalah, apakah remaja dalam memilih teman, mereka memilih teman yang menjadi pengguna zat-zat tertentu, atau apakah teman sebaya mereka menyuruh remaja menggunakan zat-zat terlarang? Simons-Morton dan Chen (2006) melaporkan bahwa ada pengaruh timbal balik; tetapi “sosialisasi merupakan pengaruh yang lebih sesuai daripada memilih teman sebaya” (Simon- Morton dan Chen, 2006: 1211). Teori atribusi berhubungan dengan bagaimana oarng menjelaskan perilaku orang lain. Proses membuat sebuah atribut merupakan sebuah cara untuk menjelaskan perilaku seseorang … (in an effort to make sense of the world). Perilaku seseorang bisa dihubungkan dengan penyebab internal (contohnya, karakter dasar seseorang) atau penyebab eksternal (situasi). Hal yang harus diperhatikan ialah bahwa atribusi dibuat dari informasi yang kurang bahkan kadang tidak lengkap. Hal lainnya yang harus menjadi perhatian ialah bahwa kesalahan atribusi mungkin saja terjadi – kenyatannya, kesalahan atribusi yang utama sering terjadi; yaitu perilaku remaja sering dihubungkan dengan sifat internal mereka (pembawaan lahir) sementara penyebab eksternal seringkali diabaikan. Atribusi negatif pada remaja bisa benar-benar membahayakan. Teori atribusi telah digunakan untuk menggambarkan penggunaan kata ketergantungan sebagai label dan bisa meningkatkan rasa ketidaktanggungjawaban, belajar berputus asa, dan tidak peduli (Davies, 1997). Begitupun juga penggunaan istilah “ketergantungan” membawa pada kondisi putus asa karena … (self fulfilling prophecy), ketergantungan (dependence), dan … (low self-efficacy) (Walters, 1999). Teori atribusi bisa membantu menjelaskan ketergantungan pada remaja dan bagaimana orang lain melihat remaja yang mengalami ketergantungan. Ini bisa dilengkapi dengan tes … (self-efficacy) dan teori kognitif sosial. Teori kognitif sosial (Bandura, 1977) digunakan untuk menjelaskan perilaku sebagai sesuatu yang dipelajari … (symbolically) melalui pemrosesan respon informasi terpusat sebelum perilaku “ditampilkan” – yaitu, seorang individu mengamati perilaku orang lain kemudian membentuk gambaran simbolis mereka yang menjadi model. Individu menerapkan proses motivasional ketika dia memilih perilaku saat ditunjuk sebagai model, atau memilih perilaku model yang menurutnya efektif untuk tujuannya. Penguatan (reinforcement) merupakan sebuah respon mekanis yang memperkuat perilaku dengan memberikan pengaruh informasional dan motivasional. Orang-orang menunjukkan reaksi evaluasi diri dan reaksi atas respon yang datang dari luar sebagai panduan untuk bersikap di masa yang akan datang. Reaksi evaluasi diri bisa membawa seseorang pada perasaan … (self-efficacy). Menurut Bandura (2000: 212): … (self-efficacy) ialah kepercayaan seseorang terhadap kemampuan diri untuk menunjukkan kontrol terhadap berbagai kejadian yang mempengaruhi kehidupannya. Kepercayaan … (efficacy) membentuk dasar-dasar … (human agency). Jika orang-orang percaya bahwa perilaku mereka itu mengandung akibat, maka dorongan untuk berperilaku sangat sedikit.
Bandura (1999, 214) menegaskan bahwa … (self-efficacy) bisa
meningkatkan perubahan keinginan melalui beberapa proses, termasuk afektif, kognitif, pilihan (choice), dan motivasional. … (self efficacy) bisa mempengaruhi: setiap fase perubahan seseorang – usaha awal untuk mengatasi penyalahgunaan narkoba, … (achievement of desired changes), proses penyembuhan dari sakit, dan perawatan jangka panjang untuk kehidupan yang bebas narkoba. Tantangan utama yang dihadapi mantan pecandu narkoba ialah menggunakan kembali narkoba setelah sembuh dari ketergantungan.
Wilayah yang … (vulnerability) bisa teridentifikasi ketika menilai persepsi
remaja tentang … (self-efficacy). Dalam teori kognitif sosial, keluarga biasanya merupakan pembentuk karakter yang paling mempengaruhi dan pengatur perilaku dan kepercayaan apa yang dianut seseorang; namun demikian, banyak pihak lain bisa terlibat dalam proses ini, termasuk teman, terutama teman satu kelompok. Contohnya, penelitian baru-baru ini mengemukakan bahwa perilaku merokok yang dilakukan oleh teman dekat merupakan pihak yang sangat mempengaruhi di antara siswa remaja putra, sementara perokok yang lebih tua sangat mempengaruhi siswa remaja putri (Leatherdale dkk., 2006). Teori kognitif sosial berfungsi untuk menjelaskan beberapa observasi tentang mereka yang mengalami ketergantungan, terutama mereka yang menjadi model perilaku dalam keluarga dan teman sebaya, dan pengaruh … (self-efficacy) seseorang terhadap proses penyembuhan. West (2006) melakukan tinjauan yang komperhensif tentang beberapa teori untuk menghasilkan teori baru tentang motivasi agar bisa menjelaskan ketergantungan, dan mengelompokkan sejumlah teori ke dalam tiga tipologi utama. Kelompok pertama terdiri dari teori-teori yang mengemukakan bahwa ketergantungan dilakukan dikarenakan pilihan yang dibuat. Pilihan-pilihan ini bisa saja rasional, irasional, stabil, atau tidak stabil. Kelompok kedua mencakup konsep dorongan hati, paksaan, dan kontrol diri. Yang paling diperhatikan ialah model “penyakit” (disease model), dimana ketergantungan dijelaskan sebagai dorongan hati yang sangat kuat yang diakibatkan karena perubahan patologis di dalam otak. Pengelompokkan ini juga mencakup konsep-konsep lain, seperti kepribadian sebagai faktor yang mempengaruhi, … (self-efficacy), dan mengatur diri sendiri. Kelompok ketiga menjelaskan teori-teori yang menjelaskan ketergantungan sebagai sebuah kebiasaan atau hasil dari pembelajaran instrumental. West khusus membahas teori-teori klasik, … (operant), dan teori pembelajaran sosial di antara teori-teori lainnya. Ini mungkin bisa dibantah, tetapi dalam teori pembelajaran sosial, individu secara aktif mencari karakter model dan memperhatikannya lalu kemudian menirunya - … (suggesting) bahwa teori ini … (misclassified). Yang terakhir, West mengemukakan teori barunya tentang motivasi, yang berisi lima elemen level tinggi (PRIME: plans, responses, impulses, motives, dan evaluations – rencana, respon, keinginan, motif, dan evaluasi) yang saling mempengaruhi satu sama lain dan dipengaruhi sistem lainnya, seperti kondisi emosional. Dalam teori PRIME yang dikemukakan oleh West ini, ketergantungan dijelaskan sebagai (West, 1006: 147): sebuah konsep sosial, bukan sebagai objek yang bisa didefinisikan secara berbeda. Mengacu pada teori yang dikemukakan sebelumnya, ketergantungan dilihat sebagai sebuah kondisi yang kronis dari “sistem motivasion” dimana perilaku ingin memperoleh reward (hadiah) menjadi “di luar kontrol". Ini sering menghasilkan sindrom-sindrom tertentu, seperti “sindrom ketergantungan (dependence) alkohol yang gejala-gejalanya yaitu sangat menginginkannya dan menarik diri dari masyarakat, tetapi ini bukan permasalahannya.
Ketergantungan bisa bervariasi berdasarkan tingkat keparahan kasusnya dan
merupakan bukti adanya pola perilaku yang berbeda, mulai dari kecanduan minuman keras hingga … (a chronis and sustained level of behaviour). Namun tidak selalu bahwa perilaku tersebut menggambarkan ketergantungan. West (2006: 175) mengemukakan bahwa ada tiga tipe utama abnormalitas yang menyebabkan ketergantungan, seperti di bawah ini: 1. Abnormalitas dalam sistem motivasi seorang individu yang muncul secara independen dalam perilaku ketergantungan, seperti kecenderungan untuk merasa takut, depresi, atau … (impulsiveness). 2. Abnormalitas dalam sitem motivasi yang muncul dari perilaku ketergantungan itu sendiri, seperti … (of a strongly entrenched habit or an acquired drive). 3. Abnormalitas dalam lingungan fisik atau sosial, seperti adanya tekanan dari lingkungan sosial atau tekanan lainnya yang sangat kuat yang masuk ke dalam aktivitas individu.
Teori West tentang ketergantungan ini sangat menarik karena menjangkau
neurobiologi, psikologi, dan ilmu sosial. West berusaha untuk … (address) segi- segi masalah ketergantungan, mencakup awal ketergantungan, bagaimana mengakhirinya, ketergantungan yang kronis, dan ketergantungan lagi (kambuh kembali). Dalam teori PRIME-nya tentang motivasi, West menjelaskan konsep ketergantungan dan membantu mengembangkan pemahaman sejumlah manifestasinya. Teori yang baru digagas ini bisa membuktikan bermanfaat untuk memahami ketergantungan pada remaja.
FAKTOR PERKEMBANGAN, SOSIAL, DAN NEUROBIOLOGIS YANG
BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH KETERGANTUNGAN … (the etiology) ketergantungan tidak seluruhnya jelas, tetapi apa yang diketahui ialah bahwa ketergantungan ialah sebuah proses yang kompleks (Berkow dkk., 1997; West, 2006). Faktor yang mempengaruhi katergantungan mencakup karakteristik fisik seperti pengaruh genetis, kepribadian, dan kelas sosial-ekonomi. Faktor psikologis yang berpengaruh terhadap ketergantungan termasuk cenderung merasa takut, depresi atau … (impulsiveness), dan, terutama, … (distress) emosional dimana narkoba bisa menyembuhkan ketegangan emosional. Keadaan sosial, seperti tekanan dari kelompok atau teman sebaya, mengasingkan diri dari masyarakat, tekanan dari lingkungan atau dari media massa, juga merupakan faktor penting yang berpengaruh ketika mengembangkan pemahaman tentang masalah ketergantungan pada remaja. Walaupun definisinya berbeda, tingkat penggunaan zat aditif pada remaja telah dilaporkan di beberapa negara. Secara umum, mayoritas (~ 80-90%) di Prancis dan Anerika melaporkan mereka pernah mengkonsumsi alkohol saat lulus SMA (Essau dkk., 2002). Tingkat rata-ratanya pada remaja, secara umum, cukup bervariasi. Contohnya, di Kanada, tingkat remaja yang senang berjudi berbeda- beda (Gupta dan Derevensky, 1998). Lebih dari 80% siswa SMA melaporkan pernah berjudi tahun lalu, 35,1% berjudi bulan lalu; tetapi tingkat patologis judi bisa diketahui dengan pengukuran menggunakan DSM-IV yaitu 4,5%. Di Amerika, alkohol ialah minuman yang sangat populer di kalangan remaja – 25% remaja berumur 13 tahun melaporkan telah meminum alkohol pada 30 hari terakhir (Grant dan Dawson, 1997). Ini penting juga bahwa, sebagai tambahan untuk masalah definisi dan metodologis dalam melaporkan tingkat rata-rata, tidak cukup jelas berapa banyak figur-figur di atas menggambarkan kelompok remaja yang bermacam-macam di seluruh dunia. Kebanyakan faktor yang mengandung resiko sudah dikelompokkan menurut klasifikasinya. Beman (1995) telah mengklasifikasikan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan ketergantungan, di antaranya yaitu faktor resiko demografis, sosial, perilaku, dan individual. Sullivan dan Farrell (2002) telah … (organize) pengklasifikasian mengenai … (early initiation to substance use), faktor genetis- biologis, psikologis, faktor yang berhubungan dengan teman sebaya, keluarga, sekolah, dan kelompok, kejadian-kejadian yang traumatis dan negatif, dan banyak faktor beresiko lainnya. Para ahli yang lainnya telah mengembangkan klasifikasi berdasarkan faktor intrapersonal, interpersonal, dan lingkungan (environmental) atau faktor kontekstual. Dalam bab ini, faktor resiko akan dibahas dalam klasifikasi faktor perkembangan, sosial, dan neurobiologis.
FAKTOR PERKEMBANGAN
Perkembangan psikologis bisa … (be compromise) oleh masalah
ketergantungan dan kesehatan mental. … (the comorbidity) gangguan mental dan ketergantungan pada zat-zat aditif sangat tinggi (Kessler dan Walters, 2002). Penelitian pada remaja yang tinggal dalam suatu komunitas atau tinggal di panti rehabilitasi … (appears to confirm two models) (Newcomb dkk., 1997): yang pertama, masalah kesehatan mental remaja bisa dilihat untuk … (precede) perilaku ketergantungan; sementara di sisi lain, perilaku ketergantungan juga bisa memperburuk masalah kesehatan mental. Ketika studi kepustakaan tentang tipe- tipe ketergantungan berkembang, maka kita bisa membedakan pola yang sama dalam bidang masalah yang lainnya, seperti kecanduan judi. Penelitian yang dilakukan di Cina menjelaskan hubungan antara kesehatan mental dengan kecanduan internet atau benda elektronik lainnya. Mahasiswa yang kecanduan internet ditunjuk untuk membedakan mereka dengan mahasiswa yang tidak kecanduan internet dalam sejumlah level (Xiaoming, 2005). Mahasiswa yang kecanduan internet menunjukkan skor negatif lebih banyak yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental, dukungan sosial, kepuasan dalam hidup, ketakutan untuk berinteraksi, … (self-rating depression), dan harga diri daripada mereka yang tidak kecanduan internet. Wang dan He (2000: 316) menyimpulkan bahwa: Kecanduan game elektronik menyebabkan munculnya masalah kepribadian (seperti rindu akan … (stimulation, emotionally, enxiety, dan concealment) dan masalah kesehatan mental (seperti somatization, sensitifitas terhadap hubungan interpersonal, permusuhan, dan paranoid).
Tentu saja mungkin ada beberapa tantangan, seperti pengalaman negatif
dalam hidup, yang membuat remaja mudah mengalami ketergantungan. Keluarga diyakini memberikan pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan anak. Keluarga sebagai orang yang memberi perhatian yang selalu ada baik secara emosional ataupun secara fisik penting untuk kesehatan kejiwaan anak dan remaja. Kesulitan hubungan antara orang tua-anak bisa berlangsung selama masa kanak-kanak dan remaja. Formoso, dkk. (2000) menunjukkan bahwa kurangnya perhatian dari keluarga, kurangnya keahlian parenting yang positif, dan manajemen keluarga yang kurang baik merupakan faktor-faktor penting yang menyebabkan perilaku menggunakan zat-zat terlarang atau kriminalitas pada remaja. Sebaliknya, pengawasan dan monitoring yang dilakukan secara intens bisa mengurangi resiko percobaan menggunakan narkoba (Chilcoat dkk., 1995). Dengan demikian, interaksi dengan orang tua yang positif bisa melindungi remaja, sementara kurangnya interaksi orang tua membuat anak beresiko mengalami penggunaan zat-zat terlarang dan ketergantungan. Penelitian diawali dengan penegasan tentang adanya hubungan antara ketergantungan pada remaja dengan kelompok etnis yang berbeda. … (the association among substance use) dan pengalaman awal yang tidak menyenangkan ditunjukkan dalam … (victimization) di antara remaja di Afrika Selatan (Morojele dan Brook, 2006). Gabungan antara permasalahan keluarga dan kesulitan-kesulitan lain yang dialami dalam keluarga serta masalah alkohol dilaporkan muncul di antara komunitas warga Australia pribumi yang tinggal di tempat terpencil (remote area) (Kelly dan Kowalyszyn, 2003). Di Taiwan, ada sedikit perbedaan antara siswa Han dan pribumi mengenai penggunaan minuman beralkohol dan penyalahgunaannya (Yeh dan Chiang, 2005). Bagi remaja-remaja Han, masalah minuman beralkohol dialami oleh pria, orang tua yang peminum, rumah tangga yang single parent, dan teman sebaya yang juga peminum, sementara untuk siswa pribumi, masalah minuman beralkohol dialami oleh pria, orang tua yang peminum, dan teman sebaya yang juga peminum – contohnya, struktur keluarga hanya muncul bersama dengan masalah minuman beralkohol yang dialami oleh siswa Han. Sementara persamaan dalam karakteristik remaja dengan permasalahan ketergantungan bisa dilihat di berbagai etnis, beberapa etnis … (experience) gabungan yang unik antara faktor-faktor personal, interpersonal, keluarga dan faktor sosio-ekonomi yang mempengaruhi sifat-sifat ketergantungan. Contoh yang sesuai diberikan olah remaja yang tinggal di First Nations … (reserves) di Kanada. FAKTOR-FAKTOR SOSIAL
Remaja bisa menjadi sangat sensitif jika berhubungan dengan interaksi
sosial mereka. Mereka mungkin dianggap aneh oleh keluarganya, bisa menjadi sangat sensitif karena tekanan dari teman sebaya dan mengalami … (angst in this time of) perubahan yang sangat besar. Lebih jauh lagi, keputusan yang mereka buat mungkin mengandung konsekuensi yang sangat besar, walaupun keputusannya sering dibuat dalam kondisi pikiran yang … (invincible). Usaha untuk menjelaskan pola ketergantungan dan penggunaan zat-zat terlarang yang dialami remaja dikemukakan sebagai mekanisme psikososial yang mendasari … (health inequities). …(health inequities) dilihat sangat relevan dalam masa transisi yang penting antara anak-anak menuju orang dewasa. Hubungan antara status sosioekonomi dan penggunaan zat-zat terlarang mendapat lebih banyak perhatian; tetapi hubungannya sangat rumit (Goodman dan Huang, 2002). Bukti menunjukkan adanya hubungan antara status sosio-ekonomi yang rendanh dengan perilaku merokok pada remaja, tetapi hubungannnya dengan perilaku ketergantungan lainnya bervariasi. Begitu juga dengan mereka yang secara sosial termarjinalkan, tingkat ketergantungannya sangat tinggi. Di Kanada, ketergantungan pada remaja pada penduduk pribumi dikaitkan dengan sejarah pemindahan mereka (contohnya, relokasi … (to reserves)), kehilangan jalan hidup, … (mandatory residential schooling), dan usaha-usaha pemerintah yang lainnya dalam mencampurkan budaya (Denov dan Campbell, 2002). Pengaruh perlakuan terhadap penduduk pribumi ini disebut-sebut sebagai kehilangan kebudayaan tradisional dan identitas mereka secara signifikan, hilangnya kontrol atas kondisi kehidupan mereka, menghancurkan ekonomi tradisional, dan mengalami stres. Ini membawa pada pola perilaku merusak “mempengaruhi penduduk pribumi untuk menyalahgunakan narkoba, bunuh diri, dan perilaku lainnya yang bisa menyakiti diri sendiri” (Denov dan Campbell, 2002: 25). Tingkat rata-rata perokok di antara penduduk remaja Kanada asli dilaporkan sebanyak 50% bagi mereka yang berumur 10-19 tahun, dan 82% bagi mereka yang berumur 15-19 tahun (Retnakaran dkk., 2005). Gambaran ini lebih tinggi dari rata-rata pada usia tertentu. Pada tahun 1990 dalam Davis Inlet, 80- 85% warga yang berumur sekurang-kurangnya 15 tahun merupakan pecandu alkohol, dimana setengahnya melaporkan bahwa mereka mabuk setiap hari (Wadden, 1991). Banyak remaja pribumi melaporkan bahwa mereka menghirup narkoba sejak tahun 1970-an, dimana 62% suku Cree dan Inuit mengungkapkan bahwa mereka … (sniffed gas) (York, 1990), dan menurut laporan jumlahnya meningkat. … (Gas-sniffing) yang berkepanjangan sangat berbahaya, bisa merusak ginjal dan hati, serta merusak sistem syaraf dan otak secara permanen. Permasalahan sosial, yaitu perilaku antisosial dan agresif, juga merupakan hasil dari … (gas –sniffing). Lebih dari 15 tahun yang lalu, banyak kelompok anak- anak dan remaja ditemukan sedang … (sniff gas) dalam kondisi yang membahayakan (contohnya, dalam temperatur yang dingin dengan cahaya lilin) dan bahkan hingga mencoba bunuh diri dengan … (gas-sniffing) (Denov dan Campbell, 2002). Tingkat rata-rata terbesar dalam penyalahgunaan narkoba muncul di antara kelompok yang secara geografis dan secara sosial termarjinalkan. Untuk remaja pribumi, tingkat rata-rata ketergantungan alkohol, … (gas sniffing), dan bunuh diri dikaitkan denganm hidup mereka yang suram dan kebingungan tentang jati diri mereka. … (the course) dan akibat dari penyalahgunaan narkoba pada remaja telah diuji berkenaan dengan tiga sampel utama: komunitas, proses rehabilitasi (terutama bagi mereka menderita lagi ketergantungan) dan mereka yang sembuh tetapi tidak direhabilitasi (Wagner dan Tarolla, 2002). Hasilnya ialah masalah penyalahgunaan pada remaja bervariasi, dan bahwa “… (course) dan hasilnya juga bervariasi” (Wagner dan Tarolla, 2002: 132). Ketergantungan yang kambuh lagi dalam jangka waktu setahun rehabilitasi umum terjadi; dalam sampel komunitas, … (comorbid psychopathology) signifikan dan mempunyai pengaruh yang buruk terhadap hasil (outcome). Juga dilaporkan bahwa remaja yang sembuh sdari ketergantungan tanpa rehabilitasi bertumpu pada usaha mereka sendiri, pengaruh sosial yang positif, dan aktivitas yang terstruktur yang tidak berhubungan dengan obat (Wagner dan Tarolla, 2002). Secara umum, ketergantungan mungkin tidak sesuai dengan penelitian ini. FAKTOR-FAKTOR NEUROBIOLOGIS
Sebuah penelitian dilakukan ntuk memahami efek narkoba sebagai “hadiah”
biologis. Narkoba mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan rangkaian endogin otak (endogenous brain circuitry) (Wise dan Bozarth, 1985) dan mekanisme syaraf – contohnya, … (blocking the dopamine reuptake mechanism) (Wise, 1984). Baru-baru ini, Koob dkk., (2004) melakukan banyak penelitian dan tinjauan untuk menentukan mekanisme neurobiologis yang terlibat dalam perilaku ketergantungan pada narkoba. Koob dkk., (2004: 739) mendefinisikan ketergantungan pada narkoba sebagai “penyimpangan perilaku akut yang dicirikan dengan adanya dorongan untuk mengkonsumsi narkoba, tidak bisa mengontrol konsumsi obat, dan rusaknya fungsi sosial dan pekerjaan seseorang”. Koob menggarisbawahi kerangka heuristik tentang perubahan neuroadaptif dalam … (brain neurocircuity) yang muncul untuk menjelaskan tahapan siklus ketergantungan yang berbeda (Koob, 2000, 2003, 2006; Weiss dan Koob, 2001). Dalam kerangka ini, dikemukakan bahwa perubahan neurobiologis yang utama dalam kasus penyalahgunaan zat-zat aditif mencakup sistem … (a compromised reward sistem), sistem ketegangan dalam otak yang … (over-activated), dan fungsi korteks … (compromised). Koob berhasil mencapai model ini melalui tinjauan beberapa tipe penelitian. Dari penelitian hewan, ditemukan bahwa disregulasi dari mekanisme neurokimia tertentu dalam sistem … (brain reward sistem) dan ketegangan otak memudahkan untuk ketergantungan kembali. Perilaku mudah mengalami ketergantungan ini diketahui melalui penelitian genetis yang melibatkan pengkodean gen dan elemen-elemen neurokimia dalam … (the brain reward dan stress sistem). Dari … (human imaging studies), ditunjukkan bahwa … (neurocircuits) berperan dalam perilaku mabuk berat, ketergantungan yang sudah parah, dan mudah untuk mengalami ketergantungan lagi. Dengan demikian, langkah besar dibuat dalam mengembangkan pemahaman tentang mekanisme neurobiologis yang berperan dalam kasus ketergantungan narkoba. Walaupun pemahaman ini masih belum sempurna, (Koob, contohnya, mengemukakan bahwa arahan untuk penelitian selanjutnya harus meneliti perubahan farmakologis tertentu), arahan selanjutnya harus mencakup usaha- usaha untuk memahami faktor-faktor neurokognitif yang menyebabkan … (non- substance related addiction). Gagasan bahwa konsep ketergantungan tidak lagi dibatasi hanya pada obat- obatan menjadi terkenal dalam beberapa bidang. Para peneliti telah berusaha menunjukkan bahwa ketergantungan bisa meluas dan bisa diklasifikasi ulang menjadi kategori ketergantungan non-farmakologis. Para peneliti sampai saat ini berfokus pada membandingkan perilaku berjudi dengan konsep ketergantungan tradisional. Dalam penelitian terakhirnya, Potenza (2006) dan Petry (2006) menemukan bahwa … (current state of knowledge) dalam masalah ini mengemukakan bahwa persamaan yang substansial terlihat di antara patologis berjudi dan penyalahgunaan narkoba. Bahkan, persamaan dalam fungsi neurokognitif juga ditunjukkan dalam sebuah penelitian yang prospektif dengan menggunakan sample yang diambil dari pusat rehabilitasi ketergantungan dan pusat kesehatan mental. Goudriann dkk (2006) menemukan bahwa … (pathological gamblers) dan kelompok yang mengalami ketergantungan alkohol dicirikan dengan fungsi eksekutif yang berkurang (kemungkinan disfungsi … (frontal lobe circuitry). Dengan demikian, ada perngembangan menjadi etiologi neurokognitif umum bagi orang-orang yang mengalami ketergantungan alkohol/berjudi. Perkembangan masalah ketergantungan narkoba sangat kompleks, meibatkan banyak penyebab seperti farmakologis, genetic, dan lingkungan. Walaupun sejumlah penelitian telah menunjukkan efek ketergantungan narkoba terhadap … (neural circuitry), namun factor neurobiologist yang mengikuti objek keinginan lainnya tidak terlalu banyak diketahui.