Professional Documents
Culture Documents
I. PERSEKUTUAN PERDATA
Diatur dalam Pasal 1618 s.d. 1652 KUHPerdata, Buku III, Bab VIII
tentang Perserikatan Perdata (Burgerlijk Maatschap).
b. Pembagian Keuntungan
Persekutuan Perdata
Diatur dalam perjanjian pendirian Persekutuan Perdata,
dengan ketentuan tidak boleh memberikan keuntungan hanya pada
satu orang, tapi boleh membebankan kerugian pada satu sekutu
(Pasal 1635 KUHPerdata). Apabila dalam perjanjian tidak diatur
mengenai pembagian keuntungan, maka berpedoman pada Pasal
1633 KUHPerdata.
a. Pengertian Firma
Firma berasal dari bahasa Belanda “venootschap onder
firma” yang berarti sebuah perserikatan dagang antara beberapa
perusahaan. Firma adalah suatu Persekutuan Perdata yang
menyelenggarakan perusahaan atas nama bersama dan tiap-tiap
sekutu yang tidak dikecualikan satu dengan lain hal dapat
mengikatkan Firma dengan pihak ketiga dan mereka masing-
masing bertanggung jawab atas seluruh hutang Firma secara
tanggung-menanggung (Pasal 16 s.d. Pasal 18 KUHDagang).
Dasar Hukum Persekutuan Firma adalah suatu “Maatschap”
dan sebagai Maatschap khusus, Persekutuan Firma mempunyai
unsur-unsur khusus, yaitu :
b. Pendirian Firma
Persekutuan Firma terbentuk sejak adanya kata sepakat
secara lisan atau tertulis antara para sekutu (pendiri), baik dengan
akta otentik maupun akta di bawah tangan (Pasal 16 KUHDagang
jo. Pasal 1618 KUHPerdata). Bentuk perjanjian mendirikan
Persekutuan Firma adalah perjanjian konsensuil. Tata cara
(prosedur) pendirian Firma menurut KUHDagang adalah :
1) Pembentukan Firma
Akta pendirian Firma yang dibuat di hadapan Notaris, tidak
menjadi syarat mutlak terbentuknya Persekutuan Firma tetapi
hanya sebagai alat bukti utama terhadap pihak ketiga mengenai
keberadaan Firma tersebut (Pasal 22 KUHDagang). Ketentuan
bahwa ketiadaan akta tidak boleh dikemukakan untuk
merugikan pihak ketiga dimaksudkan bahwa tidak adanya akta
otentik tidak boleh digunakan sebagai dalih bagi pihak ketiga
bahwa Firma itu tidak ada, sehingga dapat merugikan pihak
ketiga. Sebaliknya pihak ketiga dapat membuktikan adanya
Persekutuan Firma dengan alat bukti lainnya, seperti surat-
surat, saksi, dll.
2) Pendaftaran Firma
Persekutuan Firma harus mendaftarkan akta pendiriannya
atau hanya petikannya saja ke kepaniteraan Pengadilan Negeri
di mana Persekutuan Firma tersebut didirikan (Pasal 23 dan
Pasal 24 KUHDagang).
Petikan Akta Pendirian Persekutuan Firma harus memuat :
a. Nama, nama depan, pekerjaan dan
tempat tinggal para sekutu firma.
b. Menyebutkan keterangan apakah
persekutuan itu umum atau hanya terbatas pada suatu
cabang perusahaan khusus.
d. Penunjukan sekutu-sekutu yang dikecualikan
dari hak menandatangani untuk firma.
e. Saat mulai berlakunya dan akan berakhirnya
persekutuan.
f. Bagian-bagian dari persetujuan persekutuan
guna menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap
persekutuan.
3) Pengumuman Firma
Akta pendirian Firma harus diumumkan dalam Berita
Negara RI (Pasal 28 KUHDagang). Sesuai Pasal 29
KUHDagang, Persekutuan Firma yang belum melakukan
pendaftaran dan pengumuman, maka Persekutuan Firma
tersebut harus dianggap sebagai :
a. Persekutuan Umum yang
menangani segala urusan perniagaan.
b. Didirikan untuk waktu tidak
terbatas.
c. Seolah-olah tidak ada seorang sekutu pun yang
dikecualikan dari hak bertindak perbuatan hukum dan hak
menandatangani atas nama firma.
g. Berakhirnya Firma
Firma merupakan Persekutuan Perdata bentuk khusus,
maka bubarnya Firma berlaku peraturan yang sama dengan
Persekutuan Perdata yang diatur dalam Bab VIII, Buku III,
KUHPerdata, mulai dari Pasal 1646 s.d. Pasal 1652 KUHPerdata,
serta Pasal 31 s.d. Pasal 35 KUHDagang.
I. PERSEKUTUAN
KOMANDITER ( Comanditering Verbod / CV)
Persekutuan Komanditer diatur dalam Pasal 19 s.d. Pasal 25 K.U.H.
Dagang.
a. Pengertian Persekutuan Komanditer
1) Persekutuan secara melepas uang dinamakan Persekutuan
Komanditer, didirikan antara satu orang atau beberapa orang
sekutu yang bertanggung jawab secara pribadi untuk seluruhnya,
dengan satu atau beberapa orang sebagai pelepas uang pada pihak
lain (Pasal 19 ayat (1) KUHDagang).
2) Persekutuan Komanditer adalah persekutuan firma dengan suatu
keistimewaan yang dibentuk oleh satu atau beberapa orang sekutu
komanditer, dimana modal komanditernya berasal dari pemasukan
para sekutu komanditer, sehingga Persekutuan Komanditer
mempunyai harta kekayaan yang terpisah (Pasal 19 ayat (2)
KUHDagang).
II. PERSEROAN
TERBATAS (PT)
Perseroan Terbatas (PT) disebut juga Naamloze Vennotschap (NV)
atau Limited Company (Ltd.) diatur dalam UU No.1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas (PT), yang mencabut berlakunya Pasal 35 s.d. Pasal 56
KUHDagang.
a. Pengertian
Perseroan Terbatas / Korporasi / Korporat
1) Adalah organisasi bisnis berbadan hukum resmi yang
dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang
hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau
perseorangan yang ada di dalamnya.
2) Adalah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini (Pasal 1 ayat (1) UU No. 1
Tahun 1995).
b. Ciri dan
Sifat Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum (legal entity), yaitu
badan hukum “mandiri” (persona standi in judicio) yang memiliki sifat
dan ciri kualitas berbeda dengan badan usaha lainnya.
Karakteristik suatu PT, antara lain sebagai berikut :
1. PT sebagai asosiasi modal.
2. Kekayaan dan utang PT adalah terpisah dari
kekayaan dan utang pemegang saham.
3. Pemegang saham bertanggung jawab secara
terbatas dalam PT.
4. Adanya pemisahan fungsi antara Pemegang
Saham dan Pengurus atau Direksi.
5. Memiliki Komisaris yang berfungsi sebagai
pengawas.
6. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
c. Tanggung
Jawab Pemegang Saham
Diatur dalam Pasal 3 ayat (1) UU PT, yaitu :
1) Pemegang saham bertanggung jawab hanya
pada apa yang disetorkan (tanggung jawab terbatas atau limited
liability).
2) Pemegang saham tidak bertanggung jawab
atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah
diambilnya.
3) Pemegang saham tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan.
d. Status Badan
Hukum Perseroan Terbatas
Perseroan memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian
yang dibuat Notaris disahkan oleh Menteri Kehakiman (Pasal 7 ayat
(6) UU PT). Dalam pembuatan Akta Pendirian Perseroan, dapat
diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa yang diberikan oleh
pendiri perseroan tersebut.
Akibat hukum diperolehnya status badan hukum adalah berlakunya
tanggung jawab terbatas bagi pemegang saham PT, yang terbatas
sampai jumlah saham yang dimilikinya.
e. Anggaran
Dasar Perseroan Terbatas
1) Anggaran Dasar
Pasal 8 UU PT menyatakan bahwa Akta Pendirian memuat
Anggaran Dasar dan keterangan lain sebagai persyaratan.
Anggaran Dasar perseroan memuat sekurang-kurangnya :
a. Nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal
dan kewarganegaraan dari pendiri PT.
b. Susunan nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal dan kewarganegaraan dari anggota Direksi dan
Komisaris yang pertama kali diangkat.
c. Nama Pemegang Saham, nama yang telah mengambil
bagian saham, rincian jumlah saham dan nilai nominal saham
yang ditempatkan dan disetor saat pendirian.
f. Nama
Perseroan Terbatas
Pengaturan pemakaian nama perseroan bertujuan memberikan
perlindungan hukum kepada pemakai nama perseroan yang beritikad
baik yang sudah memakai nama tersebut sebagai nama perseroan dan
secara resmi telah dicantumkan di dalam Akta Pendirian yang telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman atau kepada pihak yang telah lebih
dahulu mengajukan permohonan persetujuan pemakaian nama tersebut
kepada Menteri Kehakiman.
Pemberian nama Perseroan Terbatas diatur dalam :
1) Ketentuan Undang-Undang No.1 Tahun 1995
tentang PT
Pasal 13 UU PT menyatakan bahwa perseroan tidak boleh
menggunakan nama yang :
a. Telah dipakai secara sah oleh PT lain
atau mirip dengan nama PT lainnya.
b. Bertentangan dengan ketertiban umum
dan atau kesusilaan.
g. Pendirian
Perseroan Terbatas
Dalam Pasal 7 ayat (1) UU PT menyatakan bahwa :
"Perseroan Terbatas didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan
akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia".
h. Pengukuhan
Perseroan Terbatas
Sebelum perseroan disahkan, biasanya pendiri melakukan berbagai
kegiatan untuk kepentingan perseroan yang mengikat perseroan setelah
perseroan menjadi badan hukum, yaitu apabila :
a. Perseroan secara tegas menyatakan menerima semua
perjanjian yang dibuat oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan
oleh pendiri dengan pihak ketiga.
b. Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih
semua hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang dibuat
oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan oleh pendiri,
walaupun perjanjian tersebut tidak dilakukan atas nama perseroan.
c. Perseroan mengukuhkan secara tertulis semua
perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan.
i. Pengesahan
Perseroan Terbatas
Akta Pendirian PT harus disahkan oleh Menteri Kehakiman. Para
pendiri atau pemegang kuasa pendiri (Notaris atau orang lain)
bersama-sama mengajukan permohonan tertulis dengan melampirkan
Akta Pendirian Perseroan.
Pengesahan diberikan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak permohonan diterima (Pasal 9 ayat (2) UU PT).
Maksudnya adalah bahwa permohonan yang diajukan sudah
memenuhi syarat dan kelengkapan yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan harus diterima oleh pejabat bersangkutan.
Apabila permohonan ditolak, maka harus diberitahukan kepada
pemohon secara tertulis beserta alasannya dan diumumkan dalam
jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari sejak permohonan
diterima.
j. Pendaftaran
Perseroan Terbatas
Pasal 21 ayat (1) UU PT menyatakan bahwa Akta Pendirian PT
yang telah disahkan oleh Pemerintah (Menteri Kehakiman) selanjutnya
oleh Direksi wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No.3 Tahun 1982 tentang
Wajib Daftar Perusahaan (WDP).
Hal-hal yang wajib didaftarkan adalah:
a. Akta pendirian sesuai dengan pengesahan Menteri
Kehakiman.
b. Akta perubahan Anggaran Dasar beserta surat
persetujuan Menteri Kehakiman.
c. Akta perubahan Anggaran Dasar beserta Laporan
kepada Menteri Kehakiman.
k. Pengumuma
n Perseroan Terbatas
Direksi PT wajib mengumumkan PT yang telah didaftarkan
tersebut dalam Tambahan Berita Negara RI (Pasal 22 UU PT).
Pengumumannya dilakukan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak pendaftaran. Tata cara pengajuan permohonan pengumuman
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selama pendaftaran dan pengumuman tersebut belum dilakukan,
maka anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas
segala perbuatan hukum yang dilakukan perseroan (Pasal 23 UU PT).
l. Sanksi
Hukum Perseroan Terbatas
Pelanggaran atau kelalaian atas pelaksanaan kewajiban untuk
mendaftarkan dan mengumumkan pendirian PT sesuai dengan
peraturan yang berlaku, diancam dengan sanksi pidana atau perdata.
Pasal 23 UU PT mengatur sanksi perdata bagi Direksi perseroan yang
tidak melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan perseroan dalam
Daftar Perusahaan dan mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara
RI menurut UU PT.
Selain itu UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan
juga mengatur sanksi pidana bagi direksi yang melalaikan atau tidak
memenuhi kewajiban mendaftarkan perusahaan diancam dengan
pidana penjara atau denda. Sanksi pidana dalam UU WDP terdapat
pada :
1) Pasal 32 ayat (1) mengenai ancaman pidana
penjara maksimal 3 (tiga) bulan atau denda pidana maksimal
sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) terhadap direksi yang
tidak mendaftarkan perusahaannya dalam Daftar Perusahaan
dengan sengaja atau karena kelalaiannya tidak memenuhi
kewajibannya. Tindak pidana ini termasuk dalam kategori
kejahatan.
2) Pasal 33 ayat (1) mengenai ancaman pidana
penjara maksimal 3 (tiga) bulan atau pidana denda maksimal Rp.
1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) terhadap direksi yang
melakukan atau menyuruh melakukan pendaftaran secara keliru
atau tidak lengkap dalam Daftar Perusahaan. Tindak pidana ini
termasuk dakam kategori pelanggaran.
3) Pasal 34 ayat (1) mengenai ancaman pidana
penjara maksimal 2 (dua) bulan atau pidana denda maksimal Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) terhadap direksi yang tidak
memenuhi kewajiban untuk menghadap atau menolak untuk
menyerahkan atau mengajukan sesuatu pernyataan dan atau
keterangan lain untuk keperluan pendaftaran dalam Daftar
Perusahaan. Tindak pidana ini termasuk kategori pelanggaran.
4) Pasal 35 ayat (1) mengenai tuntutan pidana
yang dikenakan dan dijatuhkan terhadap pengurus atau pemegang
kuasa dari badan hukum itu tidak sesuai dengan apa yang
dimaksudkan dalam Pasal 32, 33, dan 34 UU WDP. Ketentuan
pasal ini diperlakukan sama terhadap badan hukum yang bertindak
sebagai atau pemegang kuasa suatu badan hukum lain.
m. Perbuatan
Hukum Pendiri
Pasal 2 ayat (2) UU PT menyatakan bahwa untuk memperoleh
pengesahan dari Menteri Kehakiman RI agar perseroan memperoleh
status badan hukum, waktunya ditetapkan paling lama 60 (enam puluh)
hari setelah permohonan diterima. Selama masa penantian, biasanya
para pendiri memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang berguna yaitu
melakukan perbuatan-perbuatan hukum yang diperlukan seperti :
Para pendiri berupaya menyelesaikan hal-hal yang perlu termasuk
mengadakan transaksi atau membuat perjanjian dengan pihak ketiga.
nggota Direksi yang diangkat dan nama-namanya telah
dicantumkan dalam Akta Pendirian sudah mulai melakukan kegiatan
baik yang bersifat intern maupun dengan pihak ketiga.
Perbuatan hukum yang berkaitan dengan susunan dan penyertaan
modal serta susunan saham perseroan yang dilakukan pendiri sebelum
perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam Akta pendirian,
maksudnya adalah sebagai berikut :
a. Perbuatan hukum yang dimaksud adalah mengenai
penyetoran saham dalam bentuk atau cara selain menggunakan
uang tunai.
b. Naskah asli atau salinan resmi akta otentik mengenai
perbuatan hukum yang terkait dengan pendirian perseroan harus
disatukan dengan Akta Pendirian. Caranya dengan melekatkan atau
menjahitkan dokumen tersebut sebagai satu kesatuan dengan Akta
Pendirian. Apabila pencantuman perbuatan hukum dan pelekatan
seperti dimaksudkan di atas tidak terpenuhi, maka perbuatan
hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban pada
perseroan kecuali dikukuhkan menurut cara yang telah ditentukan
oleh UU PT.
n. Modal dan
Saham Perseroan Terbatas
Pemilik modal PT tidak harus memimpin perusahaan karena dapat
menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan.
Untuk mendirikan PT dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam
jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.
1) Struktur Modal
a. Modal Dasar (authorized capital) adalah sejumlah modal
yang dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan. Pasal 25 UU
PT menentukan bahwa Modal dasar PT minimal Rp.
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).
b. Modal ditempatkan (issued capital atau subcribed capital)
adalah sebagian dari modal dasar yang telah disanggupi untuk
diambil para pendiri atau para pemegang saham perseroan
dalam bentuk saham, sehingga mereka mempunyai kewajiban
untuk membayar atau melakukan penyetoran kepada perseroan.
Dalam modal yang ditempatkan ini bisa termasuk saham
treasury atau treasury stock. Pasal 26 ayat (1) UU PT
menentukan bahwa pada saat pendirian PT, minimal 25 % dari
modal dasar harus sudah ditempatkan.
Saham treasury atau Treasury stock adalah saham yang
telah dikeluarkan ke masyarakat oleh perseroan dan kemudian
diambil/dibeli kembali. Saham treasury tidak memperoleh
deviden dan tidak dapat dipergunakan dalam pemungutan suara
karena selama dipegang oleh perseroan saham treasury tidak
mempunyai hak suara.
c. Modal disetor (paid up capital) adalah sejumlah modal yang
benar-benar ada dalam kas PT. Pasal 26 ayat (2) UU PT
menentukan bahwa setiap penempatan modal tersebut, 50%
(lima puluh persen) dari nilai nominal setiap saham yang
dikeluarkan harus telah disetor.
Pasal 26 ayat (3) UU PT menegaskan bahwa sisa dana
(50% lagi) atau seluruh saham yang telah dikeluarkan harus
sudah disetor penuh pada saat pengesahan PT oleh Menteri
Kehakiman RI dengan bukti penyetoran yang sah.
Penundaan atau mengangsur tidak mungkin dilakukan
setelah pengesahan perseroan, karena pengeluaran saham
seanjutnya harus tetap disetor penuh. Apabila ada pemegang
saham yang mempunyai tagihan terhadap perseroan, maka
tagihannya tidak boleh dipergunakan sebagai kompensasi
kewajiban penyetoran atas sahamnya. Seandainya terjadi inflasi
atau sebaliknya nilai mata uang rupiah menguat, maka dengan
sendirinya batas minimum modal dasar juga akan diubah atau
diadakan penyesuaian. Hal ini diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Penyetoran atas saham dalam bentuk lain selain dalam bentuk uang
harus disertai rincian yang menerangkan nilai atau harga, jenis atau
macam, status, tempat kedudukan dan lain-lain yang dianggap
perlu demi kejelasan mengenai penyetoran tersebut.
Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak
(immovables/onroerende goederen/zaken) harus diumumkan
beserta rinciannya di dalam dua surat kabar harian berbahasa
Indonesia yang terbit di tempat kedudukan perseroan dan
peredarannya secara nasional, bertujuan agar diketahui oleh umum
dan memberi kesempatan kepada pihak yang berkepentingan untuk
dapat mengajukan keberatan atas penyerahan benda tidak bergerak
tersebut sebagai setoran saham. Penyetoran atas saham dalam
bentuk lain harus dicatat dalam Daftar Pemegang Saham.
3) Penambahan Modal
Penambahan modal perseroan yaitu penambahan modal
dasar, modal ditempatkan dan modal disetor dan hanya dapat
dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang sah serta
dilaksanakan sesuai dengan keputusan mengenai panggilan rapat,
kuorum, dan jumlah suara untuk perubahan Anggaran Dasar.
Dalam Anggaran Dasar menentukan bahwa seluruh saham
yang dikeluarkan dalam penambahan modal harus terlebih dahulu
ditawarkan kepada setiap pemegang saham dan harus seimbang
dengan kepemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama
(proportionally). Apabila pemegang saham tidak menggunakan hak
untuk membeli saham tersebut setelah lewat waktu 14 (empat
belas) hari terhitung sejak penawaran, maka perseroan berhak
menawarkan kepada karyawan sebelum menawarkan kepada orang
lain dengan memberi jumlah tertentu atas saham tersebut.
Ketentuan mengenai saham yang ditawarkan kepada karyawan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
4) Pengurangan Modal
Pengurangan Modal adalah pengurangan modal dasar,
modal ditempatkan, dan modal disetor dan hanya dapat dilakukan
berdasarkan keputusan RUPS serta dilaksanakan sesuai dengan
keputusan mengenai panggilan rapat, kuorum, dan jumlah suara
untuk perubahan Anggaran Dasar (Pasal 35 UU PT).
Direksi wajib memberitahukan secara tertulis keputusan
tersebut kepada semua kreditor dan mengumumkannya dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia serta dalam 2 (dua)
surat kabar harian paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak
tanggal keputusan.
Pengurangan modal berlaku setelah Perubahan Anggaran
Dasar mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dan harus
didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran
Perusahaan serta diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI
(Pasal 21 dan Pasal 22 UU PT).
o. Organ
Perseroan Terbatas
Organ PT adalah RUPS, Direksi dan Komisaris (Pasal 1 ayat (2) UU
PT).
1) RUPS
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ
perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan
dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
Direksi atau Komisaris (Pasal 1 angka (3) UU PT). RUPS berhak
memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan
PT dari Direksi dan Komisaris.
2) Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh
atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan
serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai ketentuan Anggaran Dasar (Pasal 1 angka (4) UU PT).
3) Komisaris
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan
nasehat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan (Pasal 1
angka (5) UU PT).
p. Berakhirnya
Perseroan Terbatas
Pasal 114 UU PT menentukan suatu perseroan menjadi bubar atau
berakhir karena :
1) Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
2) Jangka waktu PT sudah berakhir.
3) Bubar karena penetapan Pengadilan.
4) Penetapan Pengadilan tentang pembubaran PT
dilakukan berdasarkan permohonan dari :
a. Kejaksaan, karena dugaan bahwa perseroan melanggar
kepentingan umum.
b. Pemegang saham mewakili paling sedikit 10% suara.
c. Pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum dalam Akta Pendirian PT.
q. Jenis-jenis
Perseroan Terbatas
1) Perseroan Terbatas (PT) Tertutup
PT Tertutup adalah PT yang saham perusahaannya hanya
bisa dimiliki oleh orang-orang tertentu yang telah ditentukan dan
tidak menerima pemodal dari luar secara sembarangan. Pada
umumnya jenis PT ini adalah PT keluarga, kerabat atau saham
yang di kertasnya sudah tertulis nama pemilik saham yang tidak
mudah untuk dipindahtangankan ke orang atau pihak lain.
2) Perseroan Terbatas (PT) Terbuka
PT Terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau seluruh
sahamnya dimiliki oleh masyarakat. Saham-saham perusahaan
tersebut boleh dibeli dan dimiliki oleh semua orang tanpa
terkecuali sehingga sangat mudah untuk diperjual belikan ke
masyarakat.
Pada umumnya saham PT Terbuka kepemilikannya atas
unjuk, bukan atas nama sehingga tak sulit menjual maupun
membeli saham PT Terbuka tersebut. Penjualan saham ke
masyarakat dilakukan dengan cara Initial Public Offering (IPO)
yaitu proses penawaran saham perusahaan kepada masyarakat
untuk pertama kali. Perusahaan seperti ini biasanya mempunyai
tambahan singkatan “Tbk.” di belakang nama perusahaannya.
3) Perseroan Terbatas (PT) Domestik atau PT Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN)
PT Domestik adalah perusahaan yang berdiri dan
menjalankan kegiatan operasionalnya di dalam negeri dan harus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
dalam negeri.
4) Perseroan Terbatas (PT) Asing atau PT Penanaman Modal
Asing (PMA)
PT Asing adalah perusahaan yang didirikan di negara lain
dengan aturan dan hukum yang berlaku di negara tempat PT itu
didirikan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan bahwa setiap
perusahaan atau pemodal asing yang ingin berbisnis dan beroperasi
di dalam negeri yang berbentuk PT harus taat dan tunduk terhadap
aturan dan hukum yang berlaku di Indonesia.
5) Perseroan Terbatas (PT) Perseorangan
PT Perseorangan adalah perusahaan yang sahamnya telah
dikeluarkan dan hanya dimiliki oleh satu orang saja. Orang yang
menguasai saham tersebut juga bertindak atau menjabat sebagai
direktur di perusahaan tersebut. Dengan begitu otomatis orang itu
akan akan memilik kekuasaan tunggal yaitu mengusai wewenang
diektur dan juga RUPS.
6) Perseroan Terbatas (PT) Umum atau PT Publik
PT Umum adalah perusahaan yang kepemilikan sahamnya
bebas oleh siapa saja dan juga terdaftar di Bursa Efek.
III. KOPERASI
Diatur dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. UU
ini mencabut berlakunya UU. No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok
Perkoperasian.
a. Pengertian Koperasi
1) Adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi
kesejahteraan bersama.
2) Adalah badan hukum yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum koperasi yang melandaskan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan asas kekeluargaan (Pasal 1 ayat (1) UU No.25
Tahun 1992).
Koperasi merupakan badan usaha yang sesuai dengan susunan
perekonomian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 33 ayat (1) UUD
1945 bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan asas kekeluargaan.
b. Tujuan Koperasi
Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
c. Prinsip-prinsip Koperasi
Badan usaha Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi sebagai
berikut :
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
4) Pemberian balas jasa terbatas terhadap modal.
5) Kemandirian atau tidak tergantung kepada pihak lain.
6) Pendidikan perkoperasian untuk mewujudkan tujuan koperasi.
7) Kerjasama antar Koperasi.
e. Bentuk Koperasi
1) Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang seorangan. Koperasi Primer dibentuk oleh
minimal 20 (dua puluh) orang. Untuk mendirikan sebuah Koperasi
Primer dibutuhkan minimal 20 (dua puluh) orang yang mempunyai
kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama, misalnya sejumlah
karyawan dari sebuah perusahaan, sekumpulan pedagang di sebuah
pasar, sekumpulan petani di sebuah desa, sekumpulan warga di
suatu kompleks perumahan, dll.
2) Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan beberapa Koperasi. Koperasi Sekunder dibentuk
oleh minimal 3 (tiga) Koperasi Primer.
f. Pendirian Koperasi
Pembentukan Koperasi (baik Koperasi Primer maupun Koperasi
Sekunder) dilakukan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran
Dasar Koperasi (Pasal 7 UU Koperasi).
2) Pengurus Koperasi
Pengurus Koperasi merupakan pemegang kuasa Rapat
Anggota. Pengurus adalah orang-orang yang dipilih untuk masa
jabatan maksimal (5) lima tahun sesuai dengan Anggaran Dasar
Koperasi. Sepertiga anggota pengurus Koperasi dapat dipilih dari
orang-orang yang bukan anggota Koperasi, sedangkan sisanya
sebesar dua pertiga adalah harus benar-benar berasal dari anggota
Koperasi. Susunan Pengurus Koperasi dicantumkan dalam Akta
Pendirian Koperasi.
Pengurus Koperasi memiliki tugas dan tanggung jawab
untuk menjalankan dan melaksanakan segala hal yang tercantum
dalam keputusan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Rapat Anggota. Pengurus Koperasi bertanggung jawab langsung
kepada Rapat Anggota. Berdasarkan Pasal 30 UU Koperasi, tugas
pengurus adalah :
b. Mengelola Koperasi dan usahanya.
c. Mengajukan rancangan rencana
kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi.
d. Menyelenggarakan Rapat Anggota.
e. Mengajukan laporan keuangan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
f. Menyelenggarakan pembukuan
keuangan dan inventaris secara tertib.
g. Memelihara daftar buku anggota
dan pengurus.
Tidak menutup kemungkinan bagi penuntut umum untuk
melakukan penuntutan apabila Pengurus Koperasi, baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri, melakukan kesalahan
dengan sengaja atau lalai dalam tugas. Sehingga segala kerugian
yang diderita Koperasi menjadi tanggung jawab Pengurus Koperasi
yang melakukan kesalahan tersebut.
l. Modal Koperasi
Modal Koperasi terdiri dari :
1) Modal Sendiri yang berasal dari :
a. Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama
banyaknya dan wajib dibayar oleh anggota pada Koperasi pada
saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi
anggota.
b. Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang
tidak harus sama dan wajib dibayar oleh anggota kepada
Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan
Wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan
masih menjadi anggota.
c. Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk
memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian Koperasi
bila diperlukan.
d. Hibah.
2) Modal Pinjaman yang berasal dari :
a. Koperasi lainnya dan atau anggotanya.
b. Bank dan lembaga keuangan lainnya.
c. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya.
d. Sumber-sumber lain yang sah.
m. Pembubaran Koperasi
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan :
1) Keputusan Rapat Anggota.
2) Keputusan Pemerintah.
n. KOPERASI INDONESIA
Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang
berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan (berdasarkan Undang-Undang Nomor
12 tahun 1967).
Landasan Koperasi Indonesia yang melandasi aktivitas koperasi di
Indonesia adalah :
1. Landasan Idiil adalah Pancasila.
2. Landasan Mental adalah setia kawan dan
kesadaran diri sendiri.
3. Landasan Struktural dan gerak adalah
UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1.
II. YAYASAN
(STICHING)
a. Pengertian Yayasan
1) Adalah suatu Badan Hukum yang dilahirkan oleh suatu pernyataan
sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan
untuk suatu tujuan tertentu, dengan penunjukkan, bagaimanakah
kekayaan itu diurus dan digunakan (pendapat Scholten).
2) Adalah suatu Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota (Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 16 Tahun 2001).
c. Ciri-ciri Yayasan
1) Bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
2) Tidak semata-mata mengutamakan keuntungan atau
mengejar/mencari keuntungan penghasilan yang sebesar-besarnya.
3) Tidak mempunyai anggota.
e. Pendirian Yayasan
Di Indonesia, Yayasan dapat didirikan pada saat pendirinya masih
hidup atau dengan suatu surat wasiat. Pendiri Yayasan bebas mengatur
Yayasan sesuai dengan kehendaknya, tetapi harus tetap dijaga agar
Yayasan tidak berubah menjadi perkumpulan. Syarat formil dalam
mendirikan Yayasan adalah akta otentik dan disahkan oleh Notaris.
Akta pendirian Yayasan memuat Anggaran Dasar yang berisi tentang :
1) Kekayaan yang dipisahkan.
2) Nama dan tempat kedudukan Yayasan.
3) Tujuan Yayasan.
4) Bentuk dan susunan pengurus serta cara penggantian anggota
pengurus.
5) Cara pembubaran Yayasan.
6) Cara menggunakan sisa kekayaan dari Yayasan yang telah
dibubarkan.
BADAN HUKUM DAN KEDUDUKAN BADAN HUKUM
Disusun Oleh :
Reninta Praptadewi
E0008218
FAKULTAS HUKUM
UNIVIERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010