You are on page 1of 9

Erik Erikson (1902-1994) mengatakan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan terbentang

ketika kita melampaui siklus kehidupan. Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan
yang khas dan mengedepankan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi. Bagi Erikson,
krisis ini bukanlah suatu bencana, tetapi suatu titik balik peningkatan kerentanan dan
peningkatan potensi.

Semakin berhasil individu mengatasi krisis, akan semakin sehat perkembangan mereka. Berikut
adalah beberapa tahap krisis perkembangan menurut Erik Erikson:

Kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus mistrust)


Adalah suatu tahap psikososial pertama yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Suatu rasa
percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran
akan masa depan. Kepercayaan pada masa bayi menentukan harapan bahwa dunia akan menjadi
tempat tinggal yang baik dan menyenangkan.

Otonomi dengan rasa malu dan keragu-raguan (autonomy versus shame and doubt)
Adalah tahap perkembangan kedua yang berlangsung pada masa bayi dan baru mulai berjalan (1-
3 tahun). Setelah memperoleh rasa percaya kepada pengasuh mereka, bayi mulai menemukan
bahwa perilaku mereka adalah atas kehendaknya. Mereka menyadari kemauan mereka dengan
rasa mandiri dan otonomi mereka. Bila bayi cenderung dibatasi maka mereka akan cenderung
mengembangkan rasa malu dan keragu-raguan.

Prakarsa dan rasa bersalah (initiative versus guilt)


Merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka masuk
dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif
untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku mereka, mainan
mereka, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa.
Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat mereka
sangat cemas.

Tekun dan rendah diri (industry versus inferiority)


Berlangsung selama tahun-tahun sekolah dasar. Tidak ada masalah lain yang lebih antusias dari
pada akhir periode masa awal anak-anak yang penuh imajinasi. Ketika anak-anak memasuki
tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan
tidak produktif.

Identitas dan kebingungan identitas (identity versus identity confusion)


Adalah tahap kelima yang dialami individu selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap ini
mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka
akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan
alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orangtua harus mengijinkan
anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan
menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orangtua menolak
identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan
tentang jalan masa depan yang positif maka ia akan mengalami kebingungan identitas.
Keintiman dan keterkucilan (intimacy versus isolation)
Tahap keenam yang dialami pada masa-masa awal dewasa. Pada masa ini individu dihadapi
tugas perkembangan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk
persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain, keintiman akan dicapai,
kalau tidak, isolasi akan terjadi.

Bangkit dan berhenti (generality versus stagnation)


Tahap ketujuh perkembangan yang dialami pada masa pertengahan dewasa. Persoalan utama
adalah membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna
(generality). Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya adalah
stagnation

Integritas dan kekecewaan (integrity versus despair)


Tahap kedelapan yang dialami pada masa dewasa akhir. Pada tahun terakhir kehidupan, kita
menoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan selama hidup. Jika ia telah
melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan lalu maka integritas tercapai. Sebaliknya, jika ia
menganggap selama kehidupan lalu dengan cara negatif maka akan cenderung merasa bersalah
dan kecewa.

Daftar Pustaka
Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga

Lawrence Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada


penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Kohlberg sampai pada pandangannya setelah
20 tahun melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak.

Dalam wawancara, anak-anak diberikan serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi


dilema-dilema moral. Bagaimana anak-anak dalam penyikapi setiap cerita yang dilakukan oleh
masing-masing tokoh dalam cerita yang disampaikan oleh kohlberg. Berikut ini adalah salah satu
cerita dilema Kohlberg yang paling populer:

Di Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada suatu obat
yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah sejenis radium yang baru-
baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Biaya membuat obat ini sangat
mahal, tetapi sang apoteker menetapkan harganya sepuluh kali lipat lebih mahal dari pembuatan
obat tersebut. Untuk pembuatan satu dosis kecil obat ia membayar 200 dolar dan menjualnya
2000 dolar. Suami pasien perempuan, Heinz, pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk
meminjam uang, tetapi ia hanya bisa mengumpulkan 1000 dolar atau hanya setengah dari harga
obat tersebut. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan memohon agar apoteker
bersedia menjual obatnya lebih murah atau memperbolehkannya membayar setengahnya
kemudian. Tetapi sang apoteker berkata, “Tidak, aku menemukan obat, dan aku harus
mendapatkan uang dari obat itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk
mencuri obat bagi istrinya.

Cerita ini adalah salah satu dari sebelas cerita yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menginvestigasi hakekat pemikiran moral. Setelah membaca cerita, anak-anak menjadi
responden menjawab serangkaian pertanyaan tentang dilema moral. Haruskah Heinz mencuri
obat? Apakah mencuri obat tersebut benar atau salah? Mengapa? Apakah tugas suami untuk
mencuri obat bagi istrinya kalau ia tidak mendapatkannya dengan cara lain? Apakah apoteker
memiliki hak  untuk mengenakan harga semahal itu walaupun tidak ada suatu aturan hukum
yang membatasi harga? Mengapa atau mengapa tidak?

Berdasarkan penalaran di atas kohlberg kemudian merumuskan tiga tingkat perkembangan


moral, yang masing-masing tahap ditandai oleh dua tahap. Konsep kunci dari teori Kohlberg,
ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara
eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.

Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional

Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran
moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.

Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena
orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.

Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran
moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin
taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa
yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.

Tingkat Dua: Penalaran Konvensional

Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan
moral Kohlberg. Internalisasi individu pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati
standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang
lain, seperti orangtua atau masyarakat.
Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran,
kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral.
Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil
mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki
yang baik.

Tahap 4: Moralitas sistem sosial. Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas
pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional

Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg.
Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-
standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan
kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami
bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari
satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai
seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.

Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu
standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik
secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu
mungkin melibatkan resiko pribadi.

Daftar Pustaka

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga

Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan
pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam
pengertian periode atau fase perkembangan.

Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai berikut:
Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa pertengahan dan akhir anak anak,
masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa.
Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum kapan
suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pada
setiap periode tahap tahap perkembangan manusia:

Periode prakelahiran (prenatal period) ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini
merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme
yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9
bulan.

Masa bayi (infacy) ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau
24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan
psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi
sensorimotor, dan belajar sosial.

Masa awal anak anak (early chidhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa
bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah.
Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri,
mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi
huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah
memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.

Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode
perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira
setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun
sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung
telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan.
Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa
awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18
tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan
berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik
seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran
semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia
belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun.
Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan
bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab,
memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada
usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah
masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu
generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta
mempertahankan kepuasan dalam berkarir.

Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia
enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian
diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan
penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.

Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak
menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi
tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.

Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu,
yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita
melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa
kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.

Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka
yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru.

Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia
mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan
untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan
pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia
mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur
tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut
akomodasi.

Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:

Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun,
merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan
yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun,
merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata
dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang
dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.

Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam
kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-
goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran
rasional.

Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga
11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang
spesifik atau konkrit.

Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15
tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka
dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan
standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan
bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.

Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap
sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada
pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang
lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.

Daftar Pustaka

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Mengapa kita perlu mempelajari psikologi perkembangan atau yang
biasa dikenal dengan perkembangan masa hidup (Life Span Development)? Jika anda sudah
atau akan menjadi orangtua atau guru, tanggung jawab terhadap anak-anak sudah menjadi bagian
dari kehidupan anda sehari-hari. Semakin banyak anda belajar tentang mereka, maka semakin
baik anda berurusan dengan mereka.

Dengan mempelajari perkembangan masa hidup maka kita akan mengetahui bagaimana
karakteristik perkembangan dan  persoalan-persoalan kontemporer dalam perkembangan masa
hidup kita sebagai manusia. Seperti bagaimana karakteristik manusia pada usia anak-anak awal
dan persoalan apa sajakan yang berkaitan dengan usia anak-anak awal.

Perkembangan masa hidup memiliki 2 macam perspektif atau pandangan. Pertama, pendekatan
tradisional (traditional approach) adalah pendekatan yang menekankan perkembangan pada
perubahan ekstrim dari lahir hingga masa remaja saja. Sedangkan yang kedua, pendekatan masa
hidup (the life-span approach) adalah pendekatan yang menekankan pada perubahan
perkembangan terjadi selama masa hidup manusia.

Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes, perspektrif perkembangan masa hidup
(life-span perspective) mencakup tujuh kandungan dasar yaitu: Perkembangan bersifat seumur
hidup, multidimensional, multidireksional, plastis, melekat secara kesejarahan, multidisiplin, dan
kontekstual. Berikut adalah penjelasan dari setiap kandungan tersebut.

Perkembangan bersifat seumur hidup. Tidak ada periode usia yang mendominasi
perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam
cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia,
maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan.

Perkembangan bersifat multidimensional. Perkembangan terdiri atas dimensi biologis,


kognitif, dan sosial. Dimensi inilah yang dikaji dalam setiap periode perkembangan manusia.
Bahkan dalam satu dimensi semacam intelegensi, terdapat banyak komponen, seperti intelegensi
abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain

Perkembangan bersifat multidireksional. Beberapa dimensi atau komponen dari suatu dimensi
dapat meningkat dalam masa pertumbuhan, sementara dimensi lainnya menurun. Misalnya,
orang dewasa akan lebih arif dalam berpikir mengingat pengalaman yang banyak, tetapi disisi
lain ia merasa mudah lelah jika malakukan pekerjaan berat.

Perkembangan bersifat lentur (plastic). Bergantung pada kondisi kehidupan individu,


perkembangan terjadi melalui banyak cara yang berbeda. Sehingga manusia satu dan lainnya
belum tentu memiliki proses perkembangan yang sama. Misalnya, kemampuan penalaran orang
dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan orang dewasa lainnya melalui pengalaman
pribadi.

Perkembangan melekat secara kesejarahan. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor sejarah


dimana individu hidup. Seorang berusia 40 tahun mengalami depresi berat akibat perang dunia
pertama, akan berbeda dengan seorang berusia 40 tahun mengalami depresi pada waktu sekarang
ini.

Perkembangan dipelajari oleh berbagai multidiplin. Para pakar psikologi, sosiologi,


antropologi, neurosains, dan peneliti kesehatan semuanya mempelajari perkembangan manusia
dan berbagi persoalan untuk membuka misteri perkembangan masa hidup manusia.

Perkembangan bersifat kontekstual. Perkembangan manusia mengikuti konteks yang meliputi


linkungan, sosial, kebudayaan, dan lain-lain. Sehingga individu dilihat sebagai makhluk yang
sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.

Dengan mempelajari perkembangan masa hidup atau psikologi perkembangan, maka kita akan
menemukan informasi tentang siapa kita, bagaiamana kita dapat seperti ini dan kemana masa
depan akan membawa kita.

Daftar Pustaka

Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1.
Jakarta: Erlangga

You might also like