You are on page 1of 20

Penjelajahan bangsa Portugis.

Pelopor penjelajahan Portugis adalah Pangeran Henry “Pelaut”


(1394-1460) yang sampai di pantai Barat Afrika dan mereka menemukan emas di Afrika. Pada
tahun 1487 Bartholomeus Diaz mencapai ujung Afrika Selatan yang disebut Tanjung Harapan.
Pejelajahan ini lalu diteruskan oleh Vasco da Gama (1497- 1499) sampai di Goa (India). Dari
India para penjelajah kembali keLisabon/ Lisboa dengan membawa barang dagangan yang
sangat berharga. Route pelayaran mereka dapat Anda lihat pada gambar/peta sebagai berikut :

Penjelajahan Bangsa Portugis

Setelah perjanjian Thordesillas (1492) pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan Bartholomeus


Diaz mencoba mencari jalan keluar untuk menemukan dunia Timur (pusat rempah-rempah).
Namun pelayarannya Bartholomeus Diaz hanya sampai di ujung Afrika Selatan (1496). Hal ini
disebabkan oleh besarnya gelombang ombak Samudera Hindia, sehingga kapal-kapal yang
dibawa oleh Bartholomeus Diaz tidak berhasil melewatinya. Oleh Bartholomeus Diaz tanjung itu
dinamakan Tanjung Pengharapan (Cape og Good Hope atau Tanjung Harapan sekarang).

Pada tahun 1498, raja Portugis mengirim ekspedisinya di bawah pimpinan Vasco da Gama.
Ekspedisi ini berhasil mendarat di Kalkuta (India) pada tahun 1498. Kemudian pada tahun 1511
dari India bangsa Portugis mengirim ekspedisinya di bawah pimpinan Alfonso d’Alburquerque,
mengikuti perjalanan para pedagang Islam. Pada tahun 1511 itu juga Portugis berhasil
menduduki Malaka, pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara. Kemudian Portugis tiba di
Ternate (Maluku) tahun 1512.

Untuk menyelesaikan pertikaian kedua bangsa kulit putih itu, paus turun tangan dan pada tahun
1512 dilakukan Perjanjian Saragossa (Zaragoza). Isi perjanjian itu antara lain:

1.    Bumi ini dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan Portugis.
2.    Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari Mexico ke arah Barat sampai ke kepulauan
Filipina dan wilayah kekuasaan Portugis membentang dari Brazillia ke arah timur sampai ke
kepulauan Maluku.

Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang mencapai Kepulauan Nusantara.
Pencarian mereka untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-rempah yang
menguntungkan pada awal abad ke-16 dan usaha penyebaran Katolik Roma mereka yang
berbarengan menyaksikan pendirikan pos dan benteng perdagangan, serta unsur budaya Portugis
yang kuat yang masih tetap penting di Indonesia.

Awal penjelajahan

Tanaman pala adalah asli Kepulauan Banda di Maluku. Pernah menjadi salah satu komoditas
paling berharga di dunia, pala menarik kekuatan kolonial Eropa pertama ke Nusantara.

Bangsa Eropa sedang memajukan teknologi di awal abad ke-16; keahlian baru bangsa Portugis
dalam navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan memungkinkan mereka berani mengadakan
ekspedisi penjelajahan dan ekspansi. Bermula dengan ekspedisi penjelajahan pertama yang
dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan pada tahun 1512, bangsa Portugis adalah bangsa
Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-
rempah berharga[1] dan berusaha menyebarkan Katolik Roma. Percobaan awal bangsa Portugis
mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan Kerajaan Sunda di
Parahyangan,[2] gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan
Islam di Jawa, seperti Demak dan Banten. Bangsa Portugis mengalihkan arah ke Kepulauan
Maluku, yang terdiri atas berbagai kumpulan negara yang awalnya berperang satu sama lain
namun memelihara perdagangan antarpulau dan internasional. Melalui penaklukan militer dan
persekutuan dengan penguasa setempat, mereka mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan
di Indonesia Timur, termasuk Pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Namun, puncak kegiatan misi
Portugis dimulai pada paruh terakhir abad ke-16, setelah langkah penaklukan militernya di
kepulauan tersebut gagal dan kepentingan Asia Timur mereka berpindah ke Jepang, Makau, dan
Tiongkok; serta pada gilirannya gula di Brasil dan perdagangan budak Atlantik mengalihkan
perhatian mereka dari Nusantara. Di samping itu, bangsa Eropa pertama yang tiba di Sulawesi
Utara adalah Portugis.

Kemunduran dan peninggalan


Keberadaan Portugis berkurang hanya di Solor, Flores dan Timor (lihat Timor Portugis) di Nusa
Tenggara Timur sekarang, menyusul kekalahan pada tahun 1575 di tangan penduduk Ternate,
penaklukan Belanda di Ambon, Maluku Utara, dan Banda, serta kegagalan umum untuk
menopang kendali perdagangan di kawasan ini.[3] Dibandingkan dengan ambisi awalnya
mendominasi perdagangan Asia, pengaruh mereka pada budaya Indonesia amat kecil: gitar
balada keroncong; sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Portugis yang
pernah menjadi lingua franca di samping Melayu; dan banyak nama keluarga di Indonesia Timur
seperti Da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, dll. Dampak terpenting kedatangan bangsa Portugis
adalah gangguan dan kekacauan jaringan perdagangan yang sebagian besar terjadi akibat
penaklukan Malaka, dan penyebaran Kristen awal di Indonesia. Hingga kini, penduduk Kristen
banyak ditemui di Indonesia Timur.[4]

Di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara, terdapat permukiman keturunan Portugis. Mereka
adalah keturunan dari bangsa Portugis yang dibawa ke Batavia (sekarang Jakarta) sebagai
tawanan perang setelah VOC Belanda menaklukkan Malaka pada tahun 1641.[5]

Vasco da Gama (IPA: ['vaʃku dɐ 'gɐmɐ] (Sines, Alentejo, Portugal, sekitar 1469 – 24 Desember
1524 di Kochi, India) adalah seorang penjelajah berkebangsaan Portugis, yang menemukan jalur
jalan laut langsung dari Eropa ke Malabar, India dengan melakukan penjelajahan laut
mengelilingi Afrika.

Latar belakang
Da Gama ditugasi oleh Raja Manuel I dari Portugal untuk mencari negeri-negeri Kristen di
benua Timur (Baginda, seperti banyak orang Eropa lainnya, mengira bahwa India adalah
Kerajaan Kristen dari Prester John), dan untuk mendapatkan akses Portugis ke pasar komersial di
benua Timur. Da Gama memperluas penjelajahan laut dari pendahulunya Bartolomeu Dias, yang
pertama-tama mengelilingi Tanjung Harapan di Afrika pada 1488, yang berpuncak dengan
penjelajahan laut Portugis yang didukung oleh sekolah pelayaran dari Henrique sang Navigator.

Pelayaran da Gama berhasil membangun rute lautan dari Eropa ke India yang memungkinkan
perdagangan dengan Timur Jauh, tanpa menggunakan rute kafilah Jalur Sutera yang mahal dan
tidak aman, antara Timur Tengah dan Asia Tengah. Namun, pelayaran ini juga terhambat oleh
kegagalannya untuk membawa barang-barang yang menarik bagi bangsa-bangsa di Asia Kecil
dan India. Rute ini penuh bahaya:hanya 54 dari 170 kelasi, dan dua dari empat kapal, yang
kembali ke Portugal dengan selamat pada 1499. Namun demikian, pelayaran pertama da Gama
langsung menghasilkan era dominasi Eropa selama ratusan tahun melalui kekuatan laut dan
perdagangan, dan kolonialisme Portugis selama 450 tahun di India yang menghasilkan kekayaan
dan kekuasaan bagi takhta Portugal.

Eksplorasi sebelum da Gama


Sejak awal abad ke-15, sekolah pelayaran Henrique sang Navigator telah memperluas
pengetahuan Portugal tentang garis pantai Afrika. Dari tahun 1460-an, tujuannya adalah
mengeliling ujung selatan benua itu untuk mendapatkan akses yang lebih mudah kepada
kekayaan India (terutama lada hitam dan bumbu-bumbu lainnya) melalui rute laut yang dapat
diandalkan.

Ketika da Gama berusia 10 tahun, rencana-rencana jangka panjang ini mulai menghasilkan buah.
Bartolomeu Dias telah kembali dari perjalanan mengelilingi Tanjung Harapan, setelah
menjelajahi hingga Fish River (Rio do Infante) di Afrika Selatan sekarang, dan
memverifikasikan bahwa pantai yang tidak dikenal itu merentang hingga ke timur laut.

Eksplorasi darat yang berlangsung pada waktu yang sama pada masa pemerintahan João II dari
Portugal mendukung teori bahwa India dapat dijangkau lewat laut dari Samudera Atlantik. Pêro
da Covilhã dan Afonso de Paiva diutus melalui Barcelona, Napoli, dan Rhodes, ke Alexandria,
dan dari sana ke Aden, Hormuz, dan India, yang membuktikan bahwa teori ini dapat diandalkan.

Masih tersisa untuk seorang penjelajah membuktikan jalur antara penemuan Dias dan Pero da
Covilha serta De Paiva, dan menghubungkan pecahan-pecahan terpisah itu ke jalur perdagangan
yang mungkin menguntungkan ke Samudera Hindia. Tugas yang awalnya dibebankan pada ayah
Da Gama itu ditawarkan ke Vasco oleh Manuel I atas daya catatannya melindungi stasiun
perdagangan Portugis sepanjang Pantai Emas Afrika dari pemusnahan oleh Perancis.

Perjalanan pertama

Jalur yang diikuti dalam perjalanan pertama Vasco da Gama(1497 - 1499)


Mengelilingi Tanjung

Mombasa

Malindi

India

Mereka tiba di India pada 20 Mei 1498. Kadang-kadang terjadi perundingan yang sengit dengan
penguasa setempat (biasanya diinggriskan menjadi Zamorin), menghasilkan Wyatt Enourato,
dalam perlawanan dari para pedagang Arab. Akhirnya da Gama berhasil memperoleh sebuah
surat yang ambigu berisi konsesi untuk hak-hak perdagangan, namun ia harus berangkat tanpa
peringatan setelah Zamorin memaksa agar da Gama meninggalkan semua barangnya sebagai
kolateral. Da Gama mempertahankan barang-barangnya, tetapi meninggalkan beberapa orang
Portugis dengan perintah memulai sebuah pos perdagangan.

Kembali

Vasco da Gama mendarat di Calicut, 20 Mei 1498

Paulo da Gama meninggal di Azores dalam perjalanan pulang, tetapi ketika Vasco da Gama
kembali ke Portugal pada September 1499, ia mendapatkan hadiah yang sangat besar sebagai
orang yang berhasil mewujudkan rencana yang telah disusun selama 80 tahun. Ia mendapatkan
gelar "Admiral Samudera Hindia", dan hak-hak feodal atas Sines dikukuhkan. Ia juga
dianugerahi gelar Dom (count) oleh Manuel I.

Pelayaran da Gama membuktikan bahwa pantai Afrika yang lebih jauh (pantai Timur), Contra
Costa, adalah penting bagi kepentingan Portugis. Pelabuhan-pelabuhannya menyediakan air
bersih dan perbekalan, kayu dan pelabuhan untuk reparasi, dan tempat untuk menunggu
sementara musim tidak menguntungkan. Selain itu, komoditi rempah-rempah terbukti juga
merupakan kontribusi penting bagi ekonomi Portugal.

Pelayaran kedua
Pada 12 Februari 1502, da Gama kembali beralyar dengan sebuah armada 20 kapal perang, untuk
kepentingan Portugis. Da Gama menyerang dan menuntut upeti dari pelabuhan Kilwa yang
dikuasai orang-orang Arab di Afrika Timur, salah satu pelabuhan yang terlibat dalam upaya
melawan Portugis. Da Gama memainkan peranan sebagai pemilik kapal yang diberi izin untuk
menyerang kapal-kapal dagang Arab. Akhirnya ia menghancurkan sebuah armada Calicut yang
terdiri atas 29 kapal, dan pada dasarnya menaklukkan kota pelabuhan tersebut. Sebagai ganjaran
untuk keamanan, ia memperoleh konsesi-konsesi dagang yang sangat berharga dan sejumlah
besar barang sitaan, yan membuat ia sangat disukai oleh takhta Portugal.

Setelah kembali ke Portugal, pada September 1503, ia diangkat menjadi Count dari Vidigueira di
tanah yang sebelumna dimiliki oleh keluarga Bragança. Ia juga dianugerahi dengan hak-hak
feodal dan yurisdiksi atas Vidigueira dan Vila dos Frades.

Pelayaran ketiga

Kuburan di Biara Jerónimos di Belem

Setelah mendapatkan reputasi yang ditakuti sebagai "penyelesai" segala masalah yang muncul di
India, ia diutus ke anak benua itu sekali lagi pada 1524. Rencananya adalah ia menggantikan
Eduardo de Menezes sebagai raja muda (wakil) dari wilayah kekuasaan Portugal, tetapi ia
menderita malaria tak lama setelah tiba di Goa dan meninggal di kota Cochin pada Malam Natal
1524. Tubuhnya mula-mula dimakamkan di Gereja St. Francis, Fort Kochi, Kochi, dan
belakangan kerangkanya dipindahkan ke Portugal pada 1539 dan dimakamkan kembali di sebuah
kuburan yang indah di Vidigueira. Biara Hieronimit di Belém dibangun untuk menghormati
pelayarannya ke India.

Warisan

Peta Imperium Portugal di masa pemerintahan João III (1502–1557).

Da Gama dan istrinya, Catarina de Ataíde, mempunyai enam anak lelaki dan seorang anak
perempuan: Francisco da Gama, Conde da Vidigueira; Estevão da Gama; Paulo da Gama;
Cristovão da Gama; Pedro da Silva da Gama; Alvaro de Athaide; dan Isabel de Athaide da
Gama.

Seperti orang-orang lainnya setelah Henry sang Navigator, da Gama bertanggung jawab atas
keberhasilan Portugal sebagai suatu kekuatan kolonial yang pertama. Di samping pelayaran itu
sendiri, kecakapannya dalam mencampurkan politik dan perang di belahan dunia yang lain yang
menempatkan Portugal dalam posisi terkemuka dalam perdagangan di Samudera Hindia.

Epik nasional Portugal, Lusíadas dari Luís Vaz de Camões pada umumnya berkaitan dengan
pelayaran-pelayaran Vasco da Gama.

Setelah pelayaran pertama da Gama, kerajaan Portugal menyadari bahwa mengamankan pos-pos
di pantai timur Afrika terbukti penting untuk mempertahankan rute perdagangan mereka ke
Timur Jauh.

Kota pelabuhan Vasco da Gama di Goa dinamai untuk memperingati da Gama. Demikian pula
kawah Vasco da Gama, sebuah kawah besar di Bulan. Ada tiga klub sepak bola di Brasil
(termasuk Club de Regatas Vasco da Gama) dan Klub Olahraga Vasco di Goa yang juga dinamai
menurut namanya. Sebuah gereja di Kochi, Kerala Gereja Vasco da Gama, sebuah tempat tinggal
pribadi di pulau Saint Helena dan Jembatan Vasco da Gama semuanya diberi nama untuk
memperingatinya.

Da Gama menduduki peringkat ke-86 dalam buku Michael H. Hart 100 Tokoh yang Paling
Berpengaruh dalam Sejarah.
Pada 1998, upaya mengadakan peringatan ke-500 tahun kedatangan da Gama di India oleh
Pemerintah Portugal dibatalkan karena besarnya kemarahan masyarakat terhadap acara tersebut.
[2][3]
.

António de Abreu (lahir di Madeira pada tahun 1480) adalah mualim dan perwira kelautan
berkebangaan Portugal. Ia ikut bersama Afonso de Albuquerque dalam pendudukan Ormus pada
tahun 1507 dan Malaka pada tahun 1511, yang saat itu ia terluka. Meninggalkan Melaka pada
bulan November 1511 dengan 3 kapal, ia memimpin ekspedisi Eropa pertama[1] menuju Timor
dan Kepulauan Banda pada tahun 1512 di Nusantara selama perjalanan penjelajahan ke
Kepulauan Rempah-rempah Maluku.[2]

Pada tanggal 25 Juli 1511, pada saat menduduki Malaka, António de Abreu memimpin kapal
jung menuju Sungai Malaka pada saat pasang, memungkinkan rombongan Portugis mendarat
dan menaklukkan kota itu di bulan Agustus. Terluka parah di wajah, kehilangan beberapa gigi
dan lidah,[3] ia menolak usulan De Albuquerque memulihkan komando. Pada bulan November,
sebelum bertolak dari Malaka, De Albuquerque melimpahinya komando armada 3 kapal untuk
mencari "Kepulauan Rempah-Rempah", dengan wakil komandan Francisco Serrão[1]. Seorang
penduduk Melayu direkrut untuk memandu mereka ke Jawa, Nusa Tenggara, dan Pulau Ambon
ke Banda, dan tiba pada awal tahun 1512.[4] Mereka tetap di sana selama sebulan, membeli dan
mengisi kapalnya dengan pala dan cengkeh. António de Abreu kemudian berlayar ke Ambon
sementara wakil komandannya maju ke Maluku namun kandas, terdampar di Ternate.
Mengalami pertempuran beberapa kali di kepulauan itu, seperti Ambon dan Ternate, ia baru
kembali pada tahun 1529.

Bartolomeu Dias (bahasa Inggris: Bartholomew Diaz) (Algarve, 1450 – Tanjung Harapan, 29
Mei 1500) adalah seorang penjelajah Portugis yang berlayar mengelilingi Tanjung Harapan,
ujung selatan dari Afrika. Pada tahun 1481, ia menyertai Diogo de Azambuja melakukan
ekspedisi di Pantai Emas. Bartolomeu Dias adalah seorang ksatria istana kerajaan, kepala
penjaga gudang kerajaan dan ahli berlayar dari pasukan perang São Cristóvão (Saint
Christopher). Raja John II dari Portugal menunjuk dia pada tanggal 10 Oktober 1486 sebagai
kepala ekspedisi untuk berlayar mengelilingi ujung selatan Afrika dengan harapan mencari rute
perdagangan baru menuju ke Asia.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Alfonso d'Albuquerque
Afonso de Albuquerque (juga dieja Afonso d'Albuquerque atau Alfonso de Albuquerque;
Alhandra, Portugal, 1453 - Goa, 16 Desember 1515) adalah seorang pelaut Portugis terkenal
yang berperan dalam pembentukan Pemerintahan Kolonial Portugis di Asia.

[sunting] Awal Hidup


Lahir di Alhandra pada tahun 1453,[1] di dekat kota Lisbon, Portugal, dia pada suatu masa dikenal
sebagai The Great, The Caesar of the East and as The Portuguese Mars. Ayahnya, Gonçalo de
Albuquerque, Lord of Vila Verde dos Francos (yang menikah dengan Leonor de Menezes)
memegang posisi yang cukup penting di pemerintahan. Dari ayahnya pula ia memiliki hubungan
darah / keturunan dengan keluarga kerajaan Portugal. Dia mendapatkan pendidikan dalam bidang
matematika and Latin Klasik pada masa kekuasaan Afonso V dari Portugal, dan setelah wafatnya
bangsawan itu, ia sepertinya bekerja di Arzila, Morocco untuk beberapa saat. Pada saat ia
kembali ia ditunjuk se estribeiro-mor (kepala penasihat) untuk João II dari Portugal.

Era kolonial
[sunting] Kolonisasi Portugis dan Spanyol
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara Zaman_Portugis dan Spanyol

Afonso (kadang juga ditulis Alfonso) de Albuquerque. Karena tokoh inilah, yang membuat
kawasan Nusantara waktu itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad
oleh Portugis bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.

Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis mengarungi
Samudra Atlantik, mungkin makan waktu sebulan hingga tiga bulan, melewati Tanjung Harapan
Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk
mencari rempah-rempah, komoditas yang setara emas kala itu.

Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh Raja
Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke timur.

Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke timur. Ahli sejarah
dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-Portugal: Five Hundred Years of
Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak
hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas
dalam tiga kata bahasa Portugis, yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah
emas, kejayaan, dan gereja atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.

Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India, Kerajaan Portugis di
Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari Goa, ia memimpin langsung
ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511 membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600
tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai
perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis
yang dipimpin Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.
[sunting] Periode Kejayaan Portugis di Nusantara
Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim penting bagi
Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju Pulau Sumatera,
Jawa, Banda, dan Maluku.

Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan Kerajaan Malaka.

Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk menandatangani
perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian diwujudkan pada tanggal
21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat rangkap dua, satu salinan untuk
raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari yang sama dibangun sebuah prasasti yang
disebut Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan
Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis
dibolehkan membangun gudang atau benteng di Sunda Kelapa.

Pada tahun 1512 juga Afonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan Franscisco Serrao
untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Sepanjang
perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-
nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di
Ternate.

Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan jejak-jejak
sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di Nusantara, khususnya
flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang terletak di bagian Timur Jakarta,
antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah Marunda.

Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun 1512. Pada waktu
itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony d'Abreu dan Fransisco Serau,
mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu. Setelah mereka menjalin persahabatan
dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate,
Portugis diberi izin untuk mendirikan benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan
Mamala di Pulau Ambon.Namun hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama,
karena Portugis menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen.
Salah seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546,
kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal lelah
melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan penyebaran
agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570. Peperangan dengan Sultan
Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis harus angkat kaki dari Ternate dan
terusir ke Tidore dan Ambon.

Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk menjejakkan kakinya
di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis untuk menyerahkan
pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di Tidore kepada Cornelisz
Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau Seram, dihancurkan oleh
Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian besar wilayah Maluku. Kedudukan
Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu
Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku. Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen,
Kepala Operasional VOC, perdagangan cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC
selama hampir 350 tahun. Untuk keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya;
Portugis, Spanyol, dan Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan
VOC.

kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun 1512
membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan Spanyol maka
daerah Sulawesi utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560 hingga 1660). Kerajaan
Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol. (Baca buku :Sejarah Kolonial
Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong). Abad 17 datang armada dagang VOC
(Belanda) yang kemudian berhasil mengusir portugis dari ternate, sehingga kemudian Portugis
mundur dan menguasai Timor timur (sejak 1515).

Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali
dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis de
Houtmen pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.

[sunting] Perlawanan Rakyat terhadap Portugis

Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku merupakan


perintah dari negaranya untuk berdagang.

[sunting] Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis

Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang Kerajaan
Malaka. Untuk menyerang colonial Portugis di Malaka yang terjadi pada tahun 1513 mengalami
kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada tahun 1527, armada
Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasai Banten,Suda Kelapa, dan Cirebon.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta)

[sunting] Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis

Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena Portugis mendapat
perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh
pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.

[sunting] Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan Portugis
berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Tertnate merasa dirugikan oleh Portugis karena
keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha monopoli perdagangan rempah-
rempah.
Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku untuk mengusir
Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Sultan Hairun dapat
kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun dapat diperdaya oleh Portugis
hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan
Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.

Kolonialisasi Portugis

 1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka.


 1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka.
o 10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka.
o Sultan Melaka melarikan diri ke Riau.
o Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa. Kapal mereka karam dengan seluruh
hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa.
o Patih Unus menaklukkan Jepara
o Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka
untuk menjelajah ke arah Timur.

 1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda.
o Dua kapal rusak di Banda. Da Breu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki
kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan
dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan
sebuah pos Portugis di Ternate.
 1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul
mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Sunda di Pajajaran. Portugis
diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta).
o Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas
kerajaan Majapahit
o Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan.
o Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan
Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak
pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali.

 1514
o Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan Aceh pertama.

 1515
o Portugis pertama kali tiba di Timor.

 1518
o Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johore.
o Raden Patah meninggal dunia; Patih Unus menjadi Sultan Demak.

 1520
o Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra.
o Rakyat Bali menyerang Lombok.
o Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor.
o Banjar di Kalimantan menjadi Islam.

1521 – 1530

 1521
o Unus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di
Melaka. Unus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak.
o Portugis merebut Pasai di Sumatra;
o Gunungjati (dari Cirebon) meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah.
o Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaenz mengeliling dunia berlayar antarapulau
Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara.

 1522
o Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda.
o Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis.
o Kerajaan Sunda, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis untuk
menghadapi kemungkinan serangan Demak yang Muslim. Kontrak kerjasama
ditandatangani dan sebuah padrao didirikan di Sunda Kalapa
o Sisa-sisa ekspedisi Magelhaenz berkeliling dunia mengunjungi Timor.
o Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon.

 1523
o Gunungjati kembali dari Mekkah, kembali ke Cirebon, dan menetap di Demak, menikahi
saudara perempuan Sultan Trenggono.

 1524
o Gunungjati dari Cirebon dan anaknya Hasanuddin (di Banten) melakukan dakwah secara
terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Sunda yang beribukota
di Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang
tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Cirebon
dan Demak.
o Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatra utara.

 1525
o Hasanuddin (dari Banten}, anak dari Gunungjati (dari Cirebon), melakukan dakwah di
Lampung.

 1526
o Portugis membangun benteng pertama di Timor.

 1527
o Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan
Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta.
o Demark merebut Tuban.
o Cirebon, dibantu Demak, menduduki Sunda Kelapa, pelabuhan Kerajaan Sunda.
Fatahilah mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat pimpinan
"Fatahillah"—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis, "Falatehan"—namun
mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunungjati dari Cirebon.) Para
penjaga keamanan pelabuhan Kerajaan Sunda didorong mundur meninggalkan daerah
pesisir. Dengan demikian pembangunan gudang atau benteng sesuai perjanjian dagang
antara Portugis dengan Kerajaan Sunda batal terwujud.
o Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan), menjadi
Islam di bawah Kyai Pratanu.
o Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari Maluku.

 1529
o Demak menaklukkan Madiun.
o Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan
Filipina menjadi milik Spanyol.

 1530
o Salahuddin menjadi Sultan Aceh.
o Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Balambangan, kerajaan
Hindu terakhir di ujung timur Jawa.
o Gowa mulai meluas dari dari Makassar.
o Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung.

1531 – 1540

 1536
o Serangan besar Portugis terhadap Johore.
o Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis
di Ambon.
o Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya
melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis activity, menggantikannya dengan saudara-
saudaranya.
 1537
o Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan oleh Alaudin Riayat
Syah I.

 1539
o Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka.

 1540
o Portugis berhubungan dengan Gowa.
o Kesultanan Butung didirikan.

1541 – 1550

 1545
o Demak menaklukkan Malang.Gowa membangun benteng di Ujung Pandang.

 1546
o Demak menyerang Balambangan namun gagal.
o Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata. Menantunya, Joko
Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang).
o St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai, Ambon, dan Ternate.

 1547
o Aceh menyerang Melaka.

 1550
o Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores.

1551 – 1560

 1551
o Johore menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari Jepara.
o Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan
bantuan Portugis.

 1552
o Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten, lalu
merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru.
o Aceh mengirim duta ke Sultan Ottoman di Istanbul.

 1558
o Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu.
o Portugis membangun benteng di Bacan.
o Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di
Pajang.
o Wabah cacar di Ternate.

 1559
o Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate.

 1560
o Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Jawa.
o Spanyol mendirikan pos di Manado.

1561 – 1570

 1561
o Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia.
o Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor.

 1564
o Wabah cacar di Ambon.

 1565
o Aceh menyerang Johore.
o Kutai di Kalimantan menjadi Islam.

 1566
o Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu.

 1568
o Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis.

 1569
o Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon.

 1570
o Aceh menyerang Johore lagi, namun gagal.
o Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis,
tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya.
Babullah menjadi Sultan (hingga * 1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis
keluar dari benteng-benteng mereka.
o Maulana Yusup menjadi Sultan Banten.

1571 – 1580

 1571
o Alaudin Riayet Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607.

 1574
o Jepara memimpin serangan yang gagal di Melaka.

 1575
o Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah
benteng di Tidore.

 1576
o Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang.

 1577
o Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang).

 1579
o Banten menyerang dan meluluhlantakkan Pajajaran merebut sisa-sisa Kerajaan Sunda,
dan menjadikannya Islam. Raja Sunda terakhir yang enggan memeluk Islam, yaitu Prabu
Ragamulya atau Prabu Suryakancana, meninggalkan ibukota Kerajaan Sunda tersebut
dan meninggal dalam pelarian di daerah Banten.
o November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan
Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang
Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania.

 1580
o Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten.
o Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak
dipedulikan.
o Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania.
o Ternate menguasai Butung.

 1581
o Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah
dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari
Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram.

 1584
o Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari
Mataram, memerintah dari Kota Gede.

 1585
o Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania.
o Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam
tepat di lepas pantai.

 1587
o Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih
kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus.
o Portugis di Melaka menyerang Johore.
o Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh.
o Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa.

 1588
o Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak.

 1590
o Desa asli Medan didirikan.

1591 – 1659

 1591
o Senopati merebut Madiun, lalu Kediri.
o Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal.
o Ternate menyerang Portugis di Ambon.

 1593
o Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali.

 1595
o 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda.
o Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan
Banjarmasin).
o Portugis membangun benteng di Ende, Flores.
o

 a. Penjelajahan Bangsa Portugis

 Setelah perjanjian Thordesillas (1492) pelaut-pelaut Portugis di bawah pimpinan


Bartholomeus Diaz mencoba mencari jalan keluar untuk menemukan dunia Timur (pusat
rempah-rempah). Namun pelayarannya Bartholomeus Diaz hanya sampai di ujung Afrika
Selatan (1496). Hal ini disebabkan oleh besarnya gelombang ombak Samudera Hindia,
sehingga kapal-kapal yang dibawa oleh Bartholomeus Diaz tidak berhasil melewatinya.
Oleh Bartholomeus Diaz tanjung itu dinamakan Tanjung Pengharapan (Cape og Good
Hope atau Tanjung Harapan sekarang).

 Pada tahun 1498, raja Portugis mengirim ekspedisinya di bawah pimpinan Vasco da
Gama. Ekspedisi ini berhasil mendarat di Kalkuta (India) pada tahun 1498. Kemudian
pada tahun 1511 dari India bangsa Portugis mengirim ekspedisinya di bawah pimpinan
Alfonso d’Alburquerque, mengikuti perjalanan para pedagang Islam. Pada tahun 1511 itu
juga Portugis berhasil menduduki Malaka, pusat perdagangan Islam di Asia Tenggara.
Kemudian Portugis tiba di Ternate (Maluku) tahun 1512.

 Untuk menyelesaikan pertikaian kedua bangsa kulit putih itu, paus turun tangan dan pada
tahun 1512 dilakukan Perjanjian Saragossa (Zaragoza). Isi perjanjian itu antara lain:

 1.    Bumi ini dibagi atas dua pengaruh, yaitu pengaruh bangsa Spanyol dan Portugis.
2.    Wilayah kekuasaan Spanyol membentang dari Mexico ke arah Barat sampai ke
kepulauan Filipina dan wilayah kekuasaan Portugis membentang dari Brazillia ke arah
timur sampai ke kepulauan Maluku.


 MASUK DAN BERKEMBANGNYA KEKUASAAN BANGSA PORTUGIS DI
INDONESIA
 MASUKNYA :
 Alfonso de Albuquerque, menyerang Malaka dan berhasil
menguasainya pada tahun 1511, dimana Malaka saat itu
diperkirakan memiliki banyak kekayaan berupa rempah-rempah.
 Di bawah pimpinan Francisco Serro sampai di Maluku pada tahun
1512 tepatnya di ternate setelah sebelumnya singgah terlebih
dahulu di Gresik dan Banda.
 Portugis mampu menguasai Maluku dikarenakan jasanya membantu
Ternate mengalahkan Tidore.
 PERKEMBANGANNYA ;
 Untuk membantu Ternate tersebut Portugis diizinkan untuk
mendirikan benteng pertahanan (1522) yang awalnya digunkan
untuk menahan serangan Tidore tetapi selanjutnya dikuasai oleh
Portugis.
 Selain itu Portugis berhasil mendapatkan hak monopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku (Ternate) sebagai upah usahanya
mengalahkan Tidore. Karena monopoli tersebut maka perdagangan
rempah-rempah di Ternate hanya boleh dilakukan oleh Portugis.
 Setelah mengetahui betapa merugikannya monopoli perdagangan
yang dilakukan Portugis tersebut maka Ternate mulai menolak
kedatangan Portugis yang selanjutnya.
 Puncak penolakannya yaitu dengan terbunuhnya raja Hairun (Raja
Ternate) oleh Portugis yang menyebabkan Portugis diusir dari
Maluku pada 1575.
 Selain itu Portugis selama di Maluku berusaha menyebarkan agama
Kristen sementara itu penduduk Ternate saat itu beragama Islam.
Perilaku Portugis selama berada di Maluku pun dinilai tidak sopan.
 Portugis akhirnya berusaha mencari daerah lain yaitu di Sumatera
dan di Jawa meskipun di Sumatera dia berusaha menguasai cengkeh
dan lada tetapi kurang berhasil sebab Aceh sangat kuat dalam
perdaganagn lada.
 Portugis di Indonesia dari tahun 1511 sampai 1641.

You might also like