Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tujuan saya membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh ibu guru Pendidikan Kewarganegaraan, selain itu saya ingin
menyampaikan bahwa kita harus peduli akan pentingnya kedaulatan suatu ngara
dan cara mempertahankannya.
1.4 Metode
1
1.5 Sistematika
1.5.1 BAB I PENDAHULUAN
1.5.1.1 Latar Belakang Masalah
1.5.1.2 Rumusan Masalah
1.5.1.2.1 Dimanakah letak Pulau Miangas?
1.5.1.2.2 Bagaimanakah sejarah Pulau Miangas?
1.5.1.2.3 Bagaimanakah kronologis sengketa Pulau
Miangas?
1.5.1.2.4 Bagaimana cara mengatasinya?
1.5.1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
1.5.1.4 Metode
1.5.1.5 Sistematika
1.5.2 BAB II
1.5.2.1 Letak Pulau Miangas
1.5.2.2 Sejarah Pulau Miangas
1.5.2.3 Kronologis sengketa Pulau Miangas
1.5.2.4 Cara Mengatasinya
1.5.2.5 Pertanyaan dan Jawaban
1.5.3 BAB III
1.5.3.1 Tanggapan dan Kesimpulan
Daftar Pustaka
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pulau Miangas mempunyai luas 3,15 kilometer persegi atau 210 Ha dengan
penduduk 705 jiwa atau 178 KK, terletak dikoordinat 05° 34' 02" U - 126° 34' 54"
T/ 05° 33' 57" U - 126° 35' 29" T sesuai PP No. 38 Tahun 2002 Tentang Koordinat
Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia
Pulau Miangas merupakan batas wilayah terluar Indonesia dengan Filipina, dimana
terletak dua Titik Dasar (TD) dan Pilar Pendekat (PD); Titik Dasar No. TD.056,
Pilar Pendekat No. TR.056, Antara TD.056-TD.056A, Garis Pangkal Biasa dan
Titik Dasar No. TD.056A, Pilar Pendekat No. TR.056, Jarak TD.056A-TD.057A =
57.91 nm, Garis Pangkal Lurus Kepulauan. Titik Dasar 057A terletak di Pulau
Marampit koordinat 04° 46' 18" U - 127° 08' 32" T.
Jarak antara Miangas dan Bitung yang sejauh 276 mil ditempuh selama 22 jam
dengan kecepatan kapal 13,5 knot. Sedangkan jarak Miangas ke Melonguane, ibu
kota Kabupaten Kepulauan Talaud, sejauh 117 mil, dengan lama pelayaran 10 jam.
Sebaliknya, jarak dari Miangas ke Santa Agustine atau General Santos di Filipina
hanya 60 mil dan bisa ditempuh selama 4 jam.
3
menginginkan untuk memiliki pulau tersebut. Salah satu pihak yang dimaksud
adalah Filipina.
Selanjutnya, pada tahun 1900-an, di wilayah Sangihe, Talaud dan Sitaro hanya
tersisa empat kerajaan yakni kerajaan tabukan, kerajaan manganitu, kerajaan siau
dan kerajaan kendahe-taruna (gabungan kerajaan kendahe dan taruna). Baik
kerajaan tabukan maupun kerajaan kendahe-taruna ternyata memang menjalin
hubungan yang baik dengan kerajaan sulu mindanau di Filipina. Oleh karena itu,
tidak mengherankan jikalau pada saat itu sudah mulai terjadi perkawinan campuran
antara pihak kerajaan tabukan ataupun kendahe-taruna dengan pihak kerajaan sulu
mindanau, Filipina. Adapun kerajaan kendahe-taruna selanjutnya lebih dikenal
dengan nama kerajaan taruna. Kerajaan taruna merupakan kerajaan yang
menguasai pulau Miangas saat itu.
Pada tahun 1677 sampai dengan 1800an, kawasan Sangihe dan Talaud berada
dalam satu wilayah administrasi yakni berada dibawah kesultanan Ternate. Akan
tetapi dalam praktek pemerintahan sehari-hari, baik kawasan Sangihe maupun
4
Talaud tetap dipimpin oleh raja-raja lokal di daerah masing-masing. Kemudian
pada tahun 1800 an, saat pemerintah Belanda tengah menguasai wilayah Hindia
Belanda termasuk kawasan Sangihe, Talaud dan Sitaro maka sebagai penguasa
wilayah, pemerintah Belanda pada tahun 1825 telah menetapkan wilayah Sangihe,
Talaud dan Sitaro sebagai bagian wilayah keresidenan Manado namun tetap dalam
sistem gubernemen Ternate. Selanjutnya, pada tahun 1859, kawasan Sangihe,
Talaud dan Sitaro mulai terpisah dari sistem gubernemen Ternate.
Hingga kini, wilayah laut Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara yaitu
Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, India, Papua Nugini, Palau,
Timor Leste dan Australia, semua perbatasan itu hingga kini belum dapat
diselesaikan. Pulau-pulau terluar merupakan sumber kekayaan sekaligus menjadi
sumber sengketa di beberapa negara kepulauan.
5
Sengketa perebutan Pulau Miangas antara Indonesia dengan Filipina telah ada pada
tahun 1979. Akan tetapi sesungguhnya, perebutan wilayah Pulau Miangas sudah
sejak dahulu sebelum adanya Indonesia dan Filipina. Pada tahun 1928, Amerika
sebagai penguasa Filipina dan Belanda sebagai penguasa Indonesia khususnya
Sulawesi Utara tengah memperebutkan pulau Miangas.
Akhirnya pada tanggal 4 April 1928, Pulau Miangas resmi menjadi milik Belanda.
Beruntunglah berkat putusan arbiter internasional yang bernama DR. Max Huber ,
maka Pulau Miangas sah ditetapkan menjadi milik Belanda. Sehingga secara
otomatis pasca kemerdekaan Indonesia atas Belanda maka Pulau Miangas secara
resmi menjadi bagian dari wilayah Indonesia.
Pulau Miangas dan Pulau Manoreh berdasarkan peta Spanyol 300 tahun lalu dan
Trakat Paris tahun 1989, merupakan wilayah Philiphina. Pernyataan Konsulat
Jenderal RI untuk Davao City Filipina yang mengejutkan bahwa Pulau Miangas
dan Pulau Manoreh berdasarkan peta Spanyol 300 tahun lalu merupakan wilayah
Philiphina, bahkan masalah ini dengan UU pemerintah Filipina yang baru, kedua
pulau ini telah masuk pada peta pariwisata Filipina. Pemerintah Filipina mengakui
keberadaan pulau Miangas sebagai miliknya berdasarkan Trakat Paris tahun 1989,
Trakat Paris tersebut memuat batas-batas Demarkasi Amerika serikat (AS) setelah
menang perang atas Spanyol yang menjajah Filipina hingga ke Miangas atau La
Palmas. Trakat itu sudah dikomunikasikan Amerika Serikat ke Pemerintah Hindia
Belanda, tetapi tidak ada reservasi formal yang diajukan pemerintah hindia Belanda
terhadap Trakat itu.
6
Miangas masuk ke wilayah kekuasaan Hindia Belanda karena persamaan budaya
dengan masyarakat Talaud. Semakin dipertegas diresmikannya tugu perbatasan
antara Indonesia dengan Filipina di tahun 1955, dimana Miangas berada di wilayah
Indonesia.
Di Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Pulau Miangas merupakan titik terluar
yang paling jauh dan berbatasan dengan Filipina. Dalam adat Nanusa, Miangas
disebut Tinonda. Konon, pulau ini sering menjadi sasaran bajak laut. Selain
merebut harta benda, perompak ini membawa warga Miangas untuk dijadikan
budak di Filipina. Di masa Filipina dikuasai penjajah Spanyol, Miangas dikenal
dengan sebutan Poilaten yang memiliki arti: Lihat pulau di sana. Karena di
Miangas banyak ditumbuhi palm mulailah disebut Las Palmas. Lambat laun pulau
ini disebut Miangas.
Miangas bukan hanya menjadi sasaran perompakan. Pulau ini memiliki sejarah
panjang karena menjadi rebutan antara Belanda dan Amerika. Amerika mengklaim
Miangas sebagai jajahannya setelah Spanyol yang menduduki Filipina digeser
Amerika. Tapi, Belanda keberatan. Sengketa berkepanjangan terjadi, kasus klaim
Pulau Miangas ini diusung ke Mahkamah Internasional. Secara geografis, penjajah
Amerika Serikat mulai bersentuhan dengan Sulawesi bagian utara sejak akhir abad
ke 19. Di tahun 1898 itu, Amerika baru saja menguasai Filipina, setelah memerangi
Spanyol yang ratusan tahun menduduki negara kepulauan itu. Setelah Spanyol
ditaklukkan, muncul sengketa antara Amerika dengan Hindia Belanda. Sejumlah
warga Karatung mempertahankan pulau itu sebagai bagian dari gugusan Kepulauan
Nanusa. Saat penentuan demarkasi antara Amerika dan Belanda, wakil raja
Sangihe dan Talaud, serta tokoh adat Nanusa dihadirkan di Miangas. Dalam
pertemuan untuk menentukan pulau itu masuk jajahan Belanda atau Spanyol, salah
seorang tokoh adat Petrus Lantaa Liunsanda mengucapkan kata-kata adat bahwa
Miangas merupakan bagian Nanusa. Gugusan Nanusa mulai dari Pulau Malo atau
disebut tanggeng kawawitan (yang pertama terlihat) hingga Miangas.
7
Setelah Indonesia merdeka, kehidupan di Kepulauan Nanusa ini tidak berubah. Di
masa Soekarno menjadi Presiden, hampir tak ada pembangunan di daerah itu.
Terutama untuk fasilitas umum, seperti sekolah. Sekolah di pulau-pulau ini paling
banyak dijalankan Yayasan Pendidikan Kristen. daerah perbatasan tampaknya
selalu berarti wilayah terisolasi, tertinggal. Ini merupakan dampak kebijakan
pembangunan nasional di masa lalu. Potensi sumber daya laut yang dapat menjadi
sumber kemakmuran masyarakat kepulauan, tidak mendapat perhatian. Sebanyak
16 pulau di Talaud sendiri telah membentuk kabupaten. Dari jumlah itu, sembilan
pulau belum didiami dan tujuh pulau lainnya sudah berpenghuni. Pembentukan
kabupaten ini tidak lepas lantaran rendahnya tingkat pengembangan daerah
perbatasan selama ini.
Apabila kita melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas dari segi politik
strategi dan pertahanan. Dengan bergulirnya Reformasi yang dimulai sejak Mei
1998, telah terjadi berbagai perubahan dalam tata kehidupan politik Indonesia.
Arah kebijaksanaan politik negara telah ditetapkan dalam Tap MPR No IV / MPR /
1999 tentang GBHN.
Diera reformasi ini pula telah terjadi berbagai perubahan situasi politik, yang
berskala nasional dan berpengaruh terhadap dunia luar seperti terjadinya pergantian
tampuk pimpinan negara dan suhu politik yang memanas serta berbagai kerawanan
terhadap keutuhan NKRI berupa ancaman disintegrasi bangsa dan lepasnya Timor-
Timur serta Sipadan dan Ligitan. Perubahan ini telah memberikan dampak pada
berbagai kebijaksanaan pemerintah yang diambil dalam upaya menyelamatkan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaruh kebijaksanaan politik di
era reformasi tersebut telah berdampak pada kebijaksanaan pemerintah dalam
menangani berbagai permasalahan yang menyangkut keselamatan negara terhadap
berbagai ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan yang dapat menyebabkan
instabilitas negara dalam mencapai tujuan nasional.
8
Letak Miangas dan juga beberapa pulau lainnya di gugusan kepulauan Sangihe
Talaud memang teramat jauh dari pusat pemerintahan RI, dan lebih dekat dengan
Filipina. Karena tak heran jika penduduknya pun lebih intens bergaul dengan
masyarakat Filipina, ketimbang dengan sesama warga negara RI. Apalagi sebagian
besar kebutuhan dasar masyarakatnya didatangkan dari Filipina.
Pada dekade 1060-an dan 1970-an, hubungan antara Miangas dan Filipina semakin
intens seiring dengan adanya kesepakatan bersama mengenai lintas batas antara
kedua negara. ironisnya, intensitas hubungan tersebut di satu pihak, dan
“keterpencilan” Miangas dari wilayah RI lainnya menyebabkan masyarakat
Miangas lebih mengenal profil figur pejabat Filipina ketimbang pejabat Indonesia.
Hal ini, baru terungkap, ketika pada awal tahun 1970-an sejumlah pejabat pusat
yang menyertai rombongan Wakil Presiden, Sri Sultan Hamengku Buwono IX ke
wilayah perbatasan melihat beberapa potret Presiden Filipina Ferdinand Marcos
menghiasi rumah penduduk. Agaknya, karena itu pemerintah mulai memperhatikan
problema kehidupan masyarakat Sangihe Talaud, antara lain dengan
menyelenggarakan pelayaran reguler perintis ke pulau-pulau terpencil ini.
9
Namun sekali lagi, akan sangat ideal jika Pemerintah RI dapat memetik pelajaran
dari berbagai kasus sengketa perbatasan, termasuk dalam sejarah penyelesaian
masalah Miangas, agar tidak ada lagi yang mencoba menggugat status pulau-pulau
yang menjadi milik Indonesia. Untuk itu, Indonesia harus dapat membuktikan,
bahwa pulau Miangas, pulau Marapit dan pulau Marore adalah sah milik kita,
Indonesia telah diakui masyarakat internasional sebagai negara kepulauan.
10
berhadapan dengan negara tetangga Filipina. Secara geografis Miangas memang
lebih dekat ke Filipina, ketimbang dengan pulau-pulau milik Indonesia lainnya.
Karena letak geografis tersebut, maka hubungan perekonomian masyarakatnya
lebih dekat ke Filipina daripada ke Indonesia. Barang-barang kebutuhan konsumsi
umumnya berasal dari negeri tetangga itu. Sebaliknya, masyarakat Miangas juga
menjual hasil bumi mereka ke Filipina. Namun dalam aspek kultural, penduduk
Miangas lebih dekat dengan Indonesia, karena faktor sejarah kerajaan masa
lampau.
Adanya, pasukan tentara dari dua negara yang berbeda di pulau ini bukan karena
terlibat sengketa, melainkan dalam rangka kerjasama pengamanan lintas batas di
wilayah perbatasan. Namun dengan penempatan pasukan Filipina di Miangas telah
memberikan suasana khas, setidaknya pada setiap peringatan HUT RI, karena
mungkin hanya di Miangas upacara pengibaran bendera Merah Putih yang
menyertakan tentara asing-pasukan Filipina, ikut berbaris sebagai peserta upacara.
Realitas yang cukup menggambarkan semangat persahabatan antara kedua negara
kini.
11
2.5 Pertanyaan dan Jawaban
Namun Pulau Miangas dan Pulau Manoreh berdasarkan peta Spanyol 300
tahun lalu dan Trakat Paris tahun 1989, merupakan wilayah Philiphina.
Pernyataan Konsulat Jenderal RI untuk Davao City Filipina yang
mengejutkan bahwa Pulau Miangas dan Pulau Manoreh berdasarkan peta
Spanyol 300 tahun lalu merupakan wilayah Philiphina, bahkan masalah ini
dengan UU pemerintah Filipina yang baru, kedua pulau ini telah masuk
pada peta pariwisata Filipina. Pemerintah Filipina mengakui keberadaan
pulau Miangas sebagai miliknya berdasarkan Trakat Paris tahun 1989,
12
Trakat Paris tersebut memuat batas-batas Demarkasi Amerika serikat (AS)
setelah menang perang atas Spanyol yang menjajah Filipina hingga ke
Miangas atau La Palmas. Trakat itu sudah dikomunikasikan Amerika
Serikat ke Pemerintah Hindia Belanda, tetapi tidak ada reservasi formal
yang diajukan pemerintah hindia Belanda terhadap Trakat itu. Sehingga
kasus ini kembali mencuat pada tahun 2002.
Pelaut Eropa, paling banyak berlayar melalui jalur kedua tersebut. Apalagi,
setelah Portugis menguasai Pulau Siau dan Spanyol menduduki Filipina. Di
kawasan ini bahan mentah berupa kacang-kacangan, kopra, minyak kelapa,
pala dan cengkeh, serta hasil laut menjadi komoditi utama untuk dibawa ke
Eropa.
13
Serta adanya perbedaan pendapat tentang batas Negara Indonesia dan
Filipina berkaitan dengan Pulau Miangas yang secara posisi geografis
kedudukannya lebih dekat dengan Negara Filipina.
14
BAB III
Penutup
Perhatian pemerintah dan warga Indonesia akan masalah ini masih minim buktinya
banyak pulau terluar Indonesia yang terancam dan tidak dikelola dengan baik
contohnya seperti yang dinyatakan Peta Titik Dasar serta Garis Pangkal Kepulauan
Indonesia yang dikeluarkan Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL menunjukkan
sedikitnya 10 pulau yang berpotensi hilang atau lepas dari wilayah Indonesia.
Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Rondo (utara Pulau Sabang, berbatasan dengan
India), Pulau Berhala (berbatasan dengan Malaysia, di Selat Malaka), Pulau Nipa
(dekat Pulau Batam, berbatasan dengan Singapura), Pulau Sekatung (berbatasan
dengan Vietnam, di Laut Cina Selatan), Pulau Marore dan Pulau Miangas
(berbatasan dengan Filipina), Pulau Fani (berbatasan dengan Palau, di Samudera
Pasifik), Pulau Fanildo dan Pulau Bras (utara Papua, di Samudera Pasifik), serta
Pulau Batek (berbatasan dengan Timor Timur).
15
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan pulau-pulau terluar selama ini
adalah pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar serta laut di
sekitarnya beserta sumber daya yang ada. Selain itu merupakan daerah rawan
konflik antar Negara maupun dunia internasional, sehingga kebijakan
pembangunan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar harus direncanakan
secara terpadu antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan pertahanan
keamanan dengan tidak meninggalkan kepentingan kelestarian lingkungan hidup
Pada kasus sengketa Pulau Miangas yang penduduknya pun lebih intens bergaul
dengan masyarakat Filipina, ketimbang dengan sesama warga negara RI. terlebih
sebagian besar kebutuhan dasar masyarakatnya didatangkan dari Filipina adalah
salah satu contoh kurangya perhatian pemerintah dan warga negara.
Pada dekade 1060-an dan 1970-an, hubungan antara Miangas dan Filipina semakin
intens seiring dengan adanya kesepakatan bersama mengenai lintas batas antara
kedua negara. ironisnya, intensitas hubungan tersebut di satu pihak, dan
terpencilnya Miangas dari wilayah RI lainnya menyebabkan masyarakat Miangas
lebih mengenal profil figur pejabat Filipina ketimbang pejabat Indonesia.
Hal ini terungkap, ketika pada awal tahun 1970-an sejumlah pejabat pusat yang
menyertai rombongan Wakil Presiden, Sri Sultan Hamengku Buwono IX ke
wilayah perbatasan melihat beberapa potret Presiden Filipina Ferdinand Marcos
menghiasi rumah penduduk. Mungkin karena fenomena itu pemerintah mulai
memperhatikan problema kehidupan masyarakat Sangihe Talaud, antara lain
dengan menyelenggarakan pelayaran reguler perintis ke pulau-pulau terpencil ini.
16
Indonesia. Hal ini mencerminkan betapa bangganya mereka menjadi bagian dari
bangsa Indonesia walaupun mereka tinggal di pulau yang menjadi pagar dan
kurang mendapat perhatian. Yang harus kita lakukan dalam menjaga dan
mempertahankan setiap jengkal wilayah kedaulatan Republik Indonesia dengan
aktif, bukan reaktif disaat pihak ketiga mencoba merebutnya.
17
PP No.38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis
Pangkal Kepulauan Indonesia.
3. Ketiga PP tersebut memberi dasar dan kewenangan bagi aparat guna
menegakkan hukum dalam rangka perwujudan kedaulatan nyata di laut. PP
No.38 Tahun 2002 berfungsi menegaskan keutuhan wilayah NKRI sesuai
dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
4. PP No.38 Tahun 2002 sekaligus mengisi kekosongan hukum, karena UU
No.6 Tahun 1996 tentang Perairan yang menggantikan UU/Prp No.4 Tahun
1960 tidak melampirkan daftar titik koordinat garis pangkal sebagaimana
UU No.4/Prp/1960.
5. Diterbitkannya PP No.38 Tahun 2002 tersebut juga memberikan dasar
hukum yang kuat bagi upaya penegakan hukum bagi pelanggaran
kewilayahan di NKRI.
Adapun kebijakan yang dilakukan oleh Dephan di wilayah perbatasan dan PPKT
(Perbatasan dan Pulau-pulau Kecil Terluar) adalah:
1. Penanganan terhadap permasalahan perbatasan RI dengan memprioritaskan
pada daerah-daerah yang mempunyai kerawanan yang menonjol
2. Menempatkan penyelenggaraan pertahanan Negara di wilayah perbatasan
dan pulau-pulau kecil terluar sebagai lini depan pertahanan Negara.
3. Mendukung program pengembangan wilayah perbatasan dan pulau-pulau
kecil terluar sebagai pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam local
melalui pengembangan berbasis sosio-ekonomi yang diintegrasikan secara
lintas instansi
4. Mendukung penetapan pembangunan dan pemberdayaan wilayah
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar
18
6. Mendukung pembangunan dan peningkatan infrastruktur dasar dan
penunjang di wilayah perbatasan antara lain sarana dan prasarana t
ransportasi, pelayanan kesehatan, pendidikan, pasar, air bersih, listrik, pos
pamtas, dan pos lintas batas
7. Mendukung kelanjutan pengelolaan di 12 pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan Negara tetangga untuk mejaga ketuhan
wilayah NKRI
8. Menyelesaikan Rencana Umum Tata Ruang pertahanan khususnya untuk
wilayah perbatasan
Kelemahan Indonesia sudah diketahui oleh negara tetangga sehingga banyak upaya
coba-coba dari mereka untuk merenggut kedaulatan Indonesia ini. Jika Indonesia
tidak ingin kejadian seperti kasus Pulau Miangas ini terjadi lagi Indonesia harus
berubah.
19
Daftar Pustaka
1. Media Indonesia
2. KabarIndonesia
3. http://www.korantempo.com/news/2004/8/22/Perjalanan/52.html
4. http://www.beritahankam.blogspot.com
5. http://www.thesatasconnection.org/2008/07/kawasan-sangihe-talaud-sitaro.html
6. http://beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak.php?id=447
20