Professional Documents
Culture Documents
Perilaku Terpuji
Manusia harus berpikir positif dan menganggap bahwa semua kejadian ada
manfaatnya serta tidak ada yang sia-sia (Q.S. Al-Imran: 190-191, Q.S. Yusuf: 111,
Q.S. Taha: 54, dan Q.S. Ar-Ra’d: 3-4). Hikmah dari sifat husnuzzan antara lain
sebagai berikut:
B. Gigih
Sikap gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni
percaya akan hasil positif dalam segala usaha. Rasa yakin ini akan menimbulkan
sugesti, percaya diri, dan makin besarnya harapan. Oleh karena itu, manusia harus
optimis dan tidak boleh pesimis.
C. Berinisiatif
Berinisiatif merupakan perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti
mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap
terburu-buru bertindak dalam situasi sulit.Upaya untuk menumbuhkan jiwa inisiatif
agar mampu bersikap mandiri dapat ditempuh melalui beberapa cara sebagai
berikut:
1. Beramal atau bekerja sesuai keadaan, tabiat, bakat masing-masing atau
syaqilah ( Q.S. Al-Isra’:84 )
2. Tidak ikut-ikutan tanpa dasar, tanpa ilmu pengetahuan, atau taqlid (Q.S. Al-
Isra’:36)Bekerja keras secara sungguh-sungguh (berjihad) sehingga Allah
member petunjuk atau jalan kemudah untuk mencapai cita-cita dan rida Allah
(Q.S. An-Nisa:100)
3. Senantiasa menggunakan akal (Q.S. Yunus:100), dan memperbaiki nafs
(jiwa/diri) agar selalu memiliki sifat kebiasaan (watak) dan perilaku kea rah
yang lebih baik sehingga Allah SWT berkenan mengubah nasib (Q.S. Ar-
Rad:11 dan Q.S. Al-Anfal:53)
4. Berusaha menjadi prionir dan kreatif mencari idea tau cara-cara baru dengan
melakukan terobosan-terobosan yang efektif dan efisien.
D. RELA BERKORBAN
Allah SWT telah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
yang hidup tersebar di muka bumi agar mereka saling mengenal.
Rela berkorban harus memiliki tujuan yakni untuk membantu atau menolong orang
lain yang sedang berada dalam kesulitan.
Page | 2
4. Akhlak Terhadap Makhluk Gaib
Selain Allah SWT menciptakan manusia, Dia juga menciptakan jin
sebagaiman firman Nya dalam Q.S. Az-Zariyat : 56 yang artinya:
“ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada Ku.”
Jin merupakan makhluk gaib yang harus kita imani. Perlu kita ketahui bahwa
selain ada jin yang taat dan patuh kepada Allah SWT, ada pula jin yang tidak
patuh dan taat kepada Allah SWT diantaranya iblis dan setan. Iblis dan setan
adalah makhlk Allah SWT yaitu sejenis jin yang diciptakan Nya dari api yang
sangat panas, jauh sebelum diciptakan Nya Nabi Adam a.s (Q.S. Al-Hijr:26-27
dan Al-Maidah : 56). Iblis dan setan selalu berupaya menggoda manusia agar
manusi gagal mencapai tujuan hidupnya atau agar manusia sesat (Q.S. Al-
Hijr: 39-40 dan Sad : 82-83)
Setiap muslim dan mukmin wajib mengetahui dan meyakini adanya iblis atau
setan yang mempunyai sifat-sifat buruk dan setiap saat menggoda hati
manusia untuk tidak patuh dan taat kepada perintah Allah SWT. Adapun
sistem kerja dari setiap iblis atau setan adalah sebagai berikut ini:
1. Iblis atau setan bersifat gaib, tetapi terlihat nyata keberadaanya setelah
masuk ke dalam hati manusia yang menghasilkan gerak jasad untuk
berbuat zalim, jahat, ingkar, dan maksiat.
2. Iblis selalu bersemayam di hati atau kalbu manusia dengan sifat-sifatnya
yang merugikan seperti kecewa, mudah tersinggung, sakit hati, cemburu,
mudah marah, dengki, fitnah, sombong, malas, tamak, kikir, lupa diri,
mabk, dan ria.
Kita meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam dan Maha Kuasa
serta Maha Berkehendak, sedangkan semua makhluk Nya, termasuk jin, iblis,
dan setan berada di dalam kekuasaan Nya. Oleh karena itu, cara menyikapi
adanya jin, iblis, dan setan adalah sebagai berikut:
Page | 3
BAB 5
HUKUM DAN IBADAH DALAM ISLAM
1. Pengertian Al Qur’an
Beberapa penjelasan Allah tentang Al Qur’an sebagai sumber hukum
dari Allah
Fungsi kitab suci Al Qur’an itu sendiri adalah sebagai berikut :
Page | 4
c. Hukum yang berhubungan dengan perilaku atau akhlak
manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun makhluk
social. Hukum tercermin dalam konsep perbuatan manusia
yang dapat dilihta, mulai dari gerakan mulut, tangan, maupun
kakinya. Ilmu yang mempelajari disebut ilmu akhlak.
2. Pengertian Hadis
Hadis menurut lugat atau bahasa artinya bari atau kabar.
Hadis menurut istilah ialah segala tingkah laku Nabi Muhammad saw
baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya. Kedudukan hadis
Page | 5
dalam ajaran Islam adalha sebagai sumber hukum yang kedua
setelah Al Qur’an. Maksudnya, apabila suatu perkara yang tidak
didapati hukumnya dalam Al Qur’an, maka hendaknya dicari dalam
hadis.
Hadis Nabi Muhammad saw dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu
sebagai berikut :
a. Hadis qauliyah yaitu hadis atas dasar segenap perkara
(ucapan) Nabi Muhammad saw.
b. Hadis fi’liyah yaitu hadis atas dasar perilaku (perbuatan) yang
dilakukan Nabi Muhammad saw.
c. Hadis taqririyah adalah hadis atas dasar persetujuan Nabi
Muhammad saw terhadap apa yang dilakukan oleh para
sahabatnya. Artinya, Nabi Muhammad saw memberikan
penafsiran atas perbuatan yang dilakukan sahabatnya dalam
suatu hukum Allah SWT atau nabi diam sebagai tanda
persetujuan (boleh) atas perbuatan-perbuatan sahabat Nabi
Muhammad saw.
a. Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir adalah hadis yang memiliki banyak sanad dan
mustahil ( tidak mungkin) perawinya berdusta atas nama Nabi
Page | 6
Muhammad saw karena hadis itu diriwayatkan oleh banyak
orang.
b. Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir.
Hadis ahad terdiri dari 3 macam yaitu hadis masyhur, hadis aziz,
dan hadis garib.
1. Hadis masyhur yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga sanad
yang berlainan.
2. Hadis azis yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang.
3. Hadis garib yaitu hadis yang sanadnya hanyan seorang diri
yakni tidak ada oarnag lain yang meriwayatkan selain rawi itu
sendiri.
Hadis ahad juga dibagi menjadi 3 tingkatan berdasarkan
kualitas perwinya yaitu sebagai berikut:
Page | 7
Beberapa persyaratan bagi orang yang akan melakukan ijtihad antara lain
sebagai berikut :
1. Mengerti memahami isi kandungan Al Qur’an dan hadis terutama yang
berkaitan dengan hukum-hukum.
2. Mampu berbahsa Arab dengan baik sebagai kelengkapan dan
kesempurnaan dalam menafsirkan Al Qur’an dan hadis.
3. Mengetahui ilmu usul fikih secara luas.
4. Mengetahui dan mengerti soal-soal ijmak.
5. Masalah yang sedang diijtihadkan adalah bukan hukum syarak yang
sudah jelas dasar hukumnya, tetapi persoalan yang tidak ada dalil qat’i
(pasti) serta bukan hukum yang bersangkutan dengan akal dan ilmu
kalam.
1. BENTUK-BENTUK IJTIHAD
Beberapa bentuk ijtihad yang dikenal dalam syariat Ilam adalah sebagai
berikut :
a. Ijmak adala kesepakatan par ulama Islam (cendekiawan muslim)
dalam telah menetapkan suatu masalah yang tidak diterangkan oleh
Al Qur’an dan hadis setelah Rasulullah saw wafat dengan tata cara
bersidang (musyawarah)
b. Kias (analog) adalha menetapkan hukum suatu persoalan atau
masalah yang belum disebutkan secara konkret dalam Al Qur’an dan
hadis dngan cara menyamakan hukumnya dengan masalah yang
sudah ada ketetapan hukumnya secara jelas karena kedua masalh
itu memiliki kesamaan sifat.
c. Istihsan (Istislah) yaotu menetapkan hukum suatu masalahyang tidak
dijelaskan secara rinci dalam Al Qur’an dan hadis yang didasarkan
atas kepentingan umum dan demi keadilan.
d. Istishab yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada
dan telah ditetapkan karena adanya suatu dalil sampai ada dalil lain
yang mengubah kedudukan dari hukum tersebut.
e. Istidlal yaitu menetapakan hukum suatu perbuatan yang tidak disebtu
secara tegas dalam Al Qur’an dan hadis dengan didasarkan bahwa
hal tersebut telah menjadi adat istiadat atu kebiasaan dalam
masyarakat sebelumnya, seperti beberapa hukum-hukm Allah yang
diwahyukan sebelum Nabi Muhammad saw.
f. Maslahah Mursalah yaitu perkara yang perlu dilakukan demi
kemaslahatan sesuai dengan maksud syarak dan hukumnya tidak
diperoleh dari pengajaran dalil secara langsung dan jelas.
g. Urf adalah urusan yang yang disepakati oleh segolonga manusia
dalam perkembangan hidupnya dan telah menjadi kebiasaan dan
tradisi.
h. Zara’i yaitu pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan untuk mncapai
maslahah atau jalan untuk menghilan mudarat.
Ijtihad itu dilakukan apabila tidak ada ayat Al Qur’an atau sunah yang
jelas atau mutlak. Adapun ijtihad memiliki beberapa fungsi, di antaranya
sebagai berikut :
a. Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yan ketiga setelah Al
Qur’an dan hadis.
Page | 8
b. Ijtihad merupakan sarana untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan baru yang muncul dengan tetap berpegang pada Al
Qur’an dan sunah.
c. Jtihad berfungsi pula sebagai suatu cara yang diisyaratkan
untuk menyesuaikan perubahan-perubahan social dengan
ajaran-ajaran Islam.
d. Ijtihad berfungsi sebagai wadah pencurahan pemkiran kaum
muslim dalam mencari jawaban dari masalah-masalah seperti
berikut ini :
1. Masalah asasi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ajaran
Islam seperti masalah-masalah bidang akidah dan
muamalat.
2. Masalah esensial misalnya mengenai program
pembangunan Negara dan bangsa.
3. Masalah incidental misalnya tentang isu-isu yang
berkembang dalam masyarakat.
Page | 9
BAB 6
Dakwah Rasulullah Periode Mekah
Wahyu pertama yang ditunkan oleh Allah SWT ada;ah Qur’an Surat Al-
Alaq/96: 1-5. Wahyu ini juga sebagai penobatan Nabi Muhammad saw
sebagai Nabi dan Rasul, dan mempunyai tugas untuk menyebarkan dakwah.
Kejadian ini diceritakannya kepada Istrinya (Khadijah), dan juga Khadijah
sebagai orang pertama yang beriman dan masuk islam. Kemudian
Rasulullah menerima wahyu yang kedua, yaitu QS. Al-Muddassir/74: 1-7,
dengan begitu tambah jelaslah tugas Nabi Muhammadd saw.
b. Secara Terang-terangan
Nabi Muhammad saw melakukan dakwah secara sembunyi-
sembunyi selama 3 tahun, kemudian Allah SWT kembali
menurukkan wahyunya, yaitu QS. Al-Hijr/15: 94. Dalam surat ini
Page | 10
dijelaskan bahwa Rasulullah tidak perlu menyiarkan Agama Islam
secara sembunyi-sembunyi lagi. Kemudian Rasulullah
menyiarkannya secara umum kepada :
1) Kerabat-kerabatnya
2) Semua penduduk Mekah
3) Kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah.
Page | 11
5. Nabi Muhammad saw berdakwah dengan sabar dan ikhlas serta tegas.
Page | 12