You are on page 1of 12

Bab 4

Perilaku Terpuji

A. Husnuzzan Terhadap Allah


Kata husnuzzan berarti berprasangka baik atau disebut juga positive
thingking. Lawan dari kata ini adalah su’uzzan yang artinya berprasangka burung
atau negative thingking.
Allah SWT menciptakan alam semesta seperti bumi, langit, laut dan segala
isinya menjadi bukti wujud kekuasaan Allah serta sebagai rahmat bagi makhluk hidup
khususnya manusia. Rahmat adalah karunia Allah yang dapat mendatangkan
manfaat dan nikmat. Allah SWT tidak membeda-bedakan manusia, baik warna kulit
maupun suku atau bangsa sehingga siapa pun akan memperoleh manfaat manfaat
tersebut bila mua berusaha. Manusia wajib berusaha dan berikhtiar untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masing-masing. Hanya manusia yang
mau berusaha, bekerja keras, dan sungguh-sungguh dalam meraih prestasi, baik
kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat

Manusia harus berpikir positif dan menganggap bahwa semua kejadian ada
manfaatnya serta tidak ada yang sia-sia (Q.S. Al-Imran: 190-191, Q.S. Yusuf: 111,
Q.S. Taha: 54, dan Q.S. Ar-Ra’d: 3-4). Hikmah dari sifat husnuzzan antara lain
sebagai berikut:

1. Hidup menjadi tenang, tenteram dan damai.


2. Hati menjadi bersih dan terhindar dari penyakiy hati.
3. Menumbuhkan sikap tulus.
4. Tidak menimbulkan perselisihan atau perpecahan.
5. Mengingatkan manusia agar selalu berintrospeksi.
6. Dapat memacu semangat untuk lebih kreatif.
7. Menumbuhkan rasa optimis dan tidak berputus asa.
8. Menambah keyakinan bahwa apa yang difirmankan Allah itu benar.
9. Senantiasa bersyukur atas segala rezeki yang sekecil apa pun.

B. Gigih
Sikap gigih atau kerja keras serta optimis termasuk diantara akhlak mulia yakni
percaya akan hasil positif dalam segala usaha. Rasa yakin ini akan menimbulkan
sugesti, percaya diri, dan makin besarnya harapan. Oleh karena itu, manusia harus
optimis dan tidak boleh pesimis.

C. Berinisiatif
Berinisiatif merupakan perilaku yang terpuji karena sifat tersebut berarti
mampu berprakarsa melakukan kegiatan yang positif serta menhindarkan sikap
terburu-buru bertindak dalam situasi sulit.Upaya untuk menumbuhkan jiwa inisiatif
agar mampu bersikap mandiri dapat ditempuh melalui beberapa cara sebagai
berikut:
1. Beramal atau bekerja sesuai keadaan, tabiat, bakat masing-masing atau
syaqilah ( Q.S. Al-Isra’:84 )
2. Tidak ikut-ikutan tanpa dasar, tanpa ilmu pengetahuan, atau taqlid (Q.S. Al-
Isra’:36)Bekerja keras secara sungguh-sungguh (berjihad) sehingga Allah
member petunjuk atau jalan kemudah untuk mencapai cita-cita dan rida Allah
(Q.S. An-Nisa:100)
3. Senantiasa menggunakan akal (Q.S. Yunus:100), dan memperbaiki nafs
(jiwa/diri) agar selalu memiliki sifat kebiasaan (watak) dan perilaku kea rah
yang lebih baik sehingga Allah SWT berkenan mengubah nasib (Q.S. Ar-
Rad:11 dan Q.S. Al-Anfal:53)
4. Berusaha menjadi prionir dan kreatif mencari idea tau cara-cara baru dengan
melakukan terobosan-terobosan yang efektif dan efisien.

D. RELA BERKORBAN
Allah SWT telah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa
yang hidup tersebar di muka bumi agar mereka saling mengenal.

Rela berkorban harus memiliki tujuan yakni untuk membantu atau menolong orang
lain yang sedang berada dalam kesulitan.

E. TATA KRAMA TERHADAP MAKHLUK ALLAH

1. Akhlak Terhadap Lingkungan Hidup


Berakhlak kepada lingkungan hidup adalah menjaln dan
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan alam sekitar.
Memakmurkan alam adalah mengolah sumber daya yang berada di alam
sehingga dapat member manfaat bagi kesejahteraan manusia tanpa
merugikan alam itu sendiri.

Tujuan diangaktnya manusia sebagai khalifah di bumi yaitu sebagai


wakil Allah yang seharusnya bertugas memakmurkan, mengelola, dan
melestarikan alam.

2. Akhlak Terhadap Tumbuh-tumbuhan


Di antara anugerah Allah kepada manusia adalah diciptakan Nya
tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar makanan manusia berasal dari tumbuh-
tumbuhan.

Manusia perlu menyayangi tumbuh-tumbuhan karena sebagian dari


pemenuhan keperluan hidup manusia itu berasal dari tumbuh-tumbuhan.

3. Akhlak Terhadap Binatang


Kita harus memiliki akhlak yang terpuji terhadap binatang. Alam
hewani sengaja diciptakan oleh Allah bagi kepentingan hidup makhluk
lainnya, khususnya manusia. Manusia juga dapat belajar mengenal
bermacam hal dari hewan-hewan tersebut.
Hewan ada yang bersifat liar, jinak, atau hewan peliharaan. Ada juga
hewan yang terbang di angkasa, berenang di air, tetapi semua itu adalah
jenis makhluk, yang memiliki banyak persamaanya dengan manusia yang
merasakan lapar, haus, berkelamin, hidup berkelompok, dan sebagaiman
kehidupan makhluk manusia.
Binatang ternak atau peliharaan atau bintang apa pun jenisnya yang
dipelihara perlu disayangi. Cara menyayangi binatang peliharaan antara lain
dengan memberinya makanan, menyediakan tempatnya (kandang) yang
wajar, memelihara kebersihannya, menjaga kesehatannya, bahkan kalau
mungkin mengobatinya apabla sakit.
Kebiasaan mengadu binatang-binatang tertentu sesungguhnya juga
berarti menyiksa binatang, terlebih apabila mengadu binatang dengan
memakai taruhan.
Binatang ternak yang akan dimakan dagingnya tentu harus
disembelih lebih dulu. Menyembelih hewan pun ada peratuannya agar
binatang yang disembelih tidak tersiksa. Di antara peraturan tersebut antara
lain ketka hendak menyembelih hendaknya memakai alat yang tajam, dan
sebelum disembelih, binatang tersebut hendaklah diberi makan sampai
kenyang.

Page | 2
4. Akhlak Terhadap Makhluk Gaib
Selain Allah SWT menciptakan manusia, Dia juga menciptakan jin
sebagaiman firman Nya dalam Q.S. Az-Zariyat : 56 yang artinya:

“ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada Ku.”

Jin merupakan makhluk gaib yang harus kita imani. Perlu kita ketahui bahwa
selain ada jin yang taat dan patuh kepada Allah SWT, ada pula jin yang tidak
patuh dan taat kepada Allah SWT diantaranya iblis dan setan. Iblis dan setan
adalah makhlk Allah SWT yaitu sejenis jin yang diciptakan Nya dari api yang
sangat panas, jauh sebelum diciptakan Nya Nabi Adam a.s (Q.S. Al-Hijr:26-27
dan Al-Maidah : 56). Iblis dan setan selalu berupaya menggoda manusia agar
manusi gagal mencapai tujuan hidupnya atau agar manusia sesat (Q.S. Al-
Hijr: 39-40 dan Sad : 82-83)

Setiap muslim dan mukmin wajib mengetahui dan meyakini adanya iblis atau
setan yang mempunyai sifat-sifat buruk dan setiap saat menggoda hati
manusia untuk tidak patuh dan taat kepada perintah Allah SWT. Adapun
sistem kerja dari setiap iblis atau setan adalah sebagai berikut ini:

1. Iblis atau setan bersifat gaib, tetapi terlihat nyata keberadaanya setelah
masuk ke dalam hati manusia yang menghasilkan gerak jasad untuk
berbuat zalim, jahat, ingkar, dan maksiat.
2. Iblis selalu bersemayam di hati atau kalbu manusia dengan sifat-sifatnya
yang merugikan seperti kecewa, mudah tersinggung, sakit hati, cemburu,
mudah marah, dengki, fitnah, sombong, malas, tamak, kikir, lupa diri,
mabk, dan ria.

Kita meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam dan Maha Kuasa
serta Maha Berkehendak, sedangkan semua makhluk Nya, termasuk jin, iblis,
dan setan berada di dalam kekuasaan Nya. Oleh karena itu, cara menyikapi
adanya jin, iblis, dan setan adalah sebagai berikut:

a. Jangan menuruti langkah-langkah setan (Q.S. Al-Baqarah:208)


b. Tidak terganggu dan terjebak dalam kehidupan jin, iblis, ataupun setan
(Q.S. Al-Hijr:39-40)
c. Berupaya keras dan sungguh-sungguh untuk menjadi orang ikhlas (Q.S.
Al-Baqarah: 152-153)
d. Mohon perlindungan kepada Allah atas segala godaan iblis dan setan
yang terkutuk sebelum memulai sesuatu pekerjaan (Q.S. An-Nahl: 98 dan
Fussilat: 36)
e. Mengingat Allah SWT (berzikir) setiap detik atau setiap saat di dalam hati
tanpa mengundang ria selalu ingat akan sifat-sifat iblis (Q.S. Al-Maidah:
190-191, Al-A’raf: 201, dan Al-Baqarah 152-153)
f. Melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya
(Q.S. Al-Baqarah: 186)
g. Bersyukur dan pasrah setiap menerima kejadian yang hakikinya sudah
ditentukan oleh Allah SWT (Q.S. Ibrahim: 7, As-Saffat: 61, dan Az-Zumar:
39)

Page | 3
BAB 5
HUKUM DAN IBADAH DALAM ISLAM

A. SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM


Bedasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia hokum adalah peraturan atau
adat yang secara resmi dianggap mengikat yang dikukuhkannya oleh penguasa atau
pemerintah. Adapun menrut ulama fikih, hokum adalah akibat yang ditimbulkan oleh
tuntutan syariat (Al Qur’an dan hadis) berupa al wujub, al mandub, al hurmah, al
karahah, dan al ibahah. Dengan demikian, sumber hokum Islam adalah sesuatu yang
menjadi landasan dasar, acuan, atau rujukan dalam menetapkan perkara yang
berdasarkan syariat Islam.

1. Pengertian Al Qur’an
Beberapa penjelasan Allah tentang Al Qur’an sebagai sumber hukum
dari Allah
Fungsi kitab suci Al Qur’an itu sendiri adalah sebagai berikut :

a. Al Qur’an sebagai Sumber Hukum


Al Qur’an sebagai sumber hukum memilik tiga inti atau komponen
dasar hukum, yaitu sebagai berikut :
1. Hukum yang berhubungan dengan masalah akdah (keimanan)
dan tercermin dalam rukun iman. Ilmu yang mempelajari tentang
keimanan disebut ilmu tauhid, ilmu kalam, atau ilmu usuluddin.
2. Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah secara
lahiriah, antara manusia dengan sesamanya, dan dengan
lingkungan sekitarnya. Hokum yang dapat dilihat yakni berupa
pelaksanaan hokum Islam yang disebut hukum syarak atau
syariat atau disebut juga hukum amaliah. Adapun ilmu yang
mempelajarinya disebut ilmu fikih. Hukum syarak dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu sebgai berikut:
a. Hukum ibadah yakni hukum yang mengatur hubungan
manusia dengan Allah SWT, seperti hal-hal yang
berhubungan dengan tata cara salat, puasa, zakat, haji,
kurban, dan lain-lain. Biasanya hal tersebut mangacu kepada
mazhab yang ada, di antaranya :
1. Mazhab Syafi’i
2. Mazhab Hanafi
3. Mazhab Maliki, dan
4. Mazhab Hambali

b. Hukum muamalat yakni hukum yang mengatur manusia


dengan sesame manusia serta alam sekitarnya. Beberapa
contoh hukum yang berkaitan dalam hukum muamalat yaitu
sebagai berikut:
1. Hukum tentang pidana (jinayah)
2. Hukum tentang warisan (fara’id)
3. Hukum tentang hukuman (hudud)
4. Hukumtentang perkawinan ( munakahat)
5. Hukum tetang perjuangan (jihad)
6. Hukum tentang tata Negara (khilafah)
7. Hukum tentang jual beli (khiyar)
8. Hukum tentang pengadilan (aqdiah)
9. Hukum tentang makanan dam penyembelihan
10. Hukum tentan hubungan antarbangsa

Page | 4
c. Hukum yang berhubungan dengan perilaku atau akhlak
manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun makhluk
social. Hukum tercermin dalam konsep perbuatan manusia
yang dapat dilihta, mulai dari gerakan mulut, tangan, maupun
kakinya. Ilmu yang mempelajari disebut ilmu akhlak.

b. Al Qur’an sebagai Pedoman Hidup


Sebagai kitab suci yang terakhir diturunkan kepada Nabi
Muhammad aw, Al Qur’an memiliki kelebihan dan keistimewaan yang
tidak dipunyai oleh kitab-kitab sebelumnya. Keistemawaan dan
kelebihannya antara lain sebagai berikut :
1. Al Qur’an mengandung ringkasan ajaran ketuhanan yang pernah
dimuat pada kitab-kitab sebelumnya.
2. Al Qur’an ditunjukan bagi semua umat sepanjang maa. Adapun
kitab-kitab sebelumnya hanya untuk bangsa tertentu saja dan
dalam krun waktu tertentu pula.
3. Al Qur’an diturunkan dalam bahasa yang sangat indah, mudah
dibaca, diingat, dan dipahami.

Kemurnian Al Qur’an tidak terjadi begitu saja, namn memiliki


pengaruh dari uasah-usaha manusia. Pada masa Rasulullh saw
pemeliharaan kemurnian Al Qur’an dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Hafalan dari para penghafal Al Qur’an.
2. Penulisan Al Qur’an untuk Rasulullah saw secara khusus.
3. Pencatatan Al Qur’an yang ditulis oleh mereka yang mahir
baca tulis untuk disimpan sendiri.
Al Qur’an menjadi pedoman hidup tidak hanya untuk bangsa
Arab saja dan tidak pula hanya untuk manusia yang mengerjakan
ritual rukun Islam saja, tetapi Al Qur’an merupakan pedoman
hidup bagi seluruh umat manusia yang meyakininya.

Melalui Al Qur’an, Allah SWT member pedoman hidup atau


penjelasan kepada manusia di antaranya sebagai berikut :

1. Pemahaman Islam sebagai agama tauhid yang diridai Allah


harus didasarkan kepada tuntunan Allah.
2. Allah SWT telah menjelakan bahwa kedengkia, kebencian,
perselisihan, pertikaian, permusuhan, dan perusakan adalah
sifat iblis atau setan yang terkutuk, bukan sifat manusia
yangmeyakini Al Qur’an sebagai pedoman hidupnya.
3. Demi mencapai keselamatan dan kesejahteraan bagi kehidupa
manusia, Allah telah memerintahkan dan memberi petunjuk
kepada seluruh umat manusia untuk berpedoman kepada kitab
suci yang diwahyukan oleh Allah SWT. Umat Islam harus
menguasai isi kandungan Al Qur’an melalui proses membaca,
menerjemahkan, memahami, kemudian melaksanakn isia
kandungannya secara bertahap sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
Penyempurnaan pembukuan Al qur’an ini dipimpin oleh Zaid
bin Sbit dengan anggota Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan
Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam,. Dari kerja keras itu
dihasilkan lima buah kitab Al Qur’sn yang dinamia Al Mushaf.
Salah satu mushaf yang diserahkan kepada Khalifah Usman di
Madinah disebut Mushaf Al Imam dan Mushaf Usmani.

2. Pengertian Hadis
Hadis menurut lugat atau bahasa artinya bari atau kabar.
Hadis menurut istilah ialah segala tingkah laku Nabi Muhammad saw
baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya. Kedudukan hadis

Page | 5
dalam ajaran Islam adalha sebagai sumber hukum yang kedua
setelah Al Qur’an. Maksudnya, apabila suatu perkara yang tidak
didapati hukumnya dalam Al Qur’an, maka hendaknya dicari dalam
hadis.
Hadis Nabi Muhammad saw dapat dibedakan menjadi 3 bentuk, yaitu
sebagai berikut :
a. Hadis qauliyah yaitu hadis atas dasar segenap perkara
(ucapan) Nabi Muhammad saw.
b. Hadis fi’liyah yaitu hadis atas dasar perilaku (perbuatan) yang
dilakukan Nabi Muhammad saw.
c. Hadis taqririyah adalah hadis atas dasar persetujuan Nabi
Muhammad saw terhadap apa yang dilakukan oleh para
sahabatnya. Artinya, Nabi Muhammad saw memberikan
penafsiran atas perbuatan yang dilakukan sahabatnya dalam
suatu hukum Allah SWT atau nabi diam sebagai tanda
persetujuan (boleh) atas perbuatan-perbuatan sahabat Nabi
Muhammad saw.

Kedudukan atau fungsi hadis Nabi Muhammad saw dalam


hukum Islam adalah sebagai berikut:
a. Sebagai sumber hukum kedua. Ada beberapa hukum yang tidak
disebutkan di dalam Al Qur’an. Rasulullah saw kemudian
menjelaskan hukumnya baik dengan perkataan, perbuatan,
maupun dengan penetapan
b. Sebagai pengukuh atau penguat hukum yang telah disebutkan
oleh Allah di dalam kitab suci Nya sehingga keduanya, yaitu Al
Qur’an dan hadis menjadi sumber hukum yang saling
melengkapi dan menyempurnakan.
c. Sebagai penjelasan atau perincian terhadap ayat-ayat Al Qur’an
yang masih bersifat umum. Umpamanya, perintah salat didapati
dalam Al Qur’an, tetapi tidak dijelaskan tentang cara
melaksanaknnya, banyak rakaatnya, serta rukun-rukun dan
syarat-syaratnya. Rasulullah saw melalui hadis menjelaskan
semua itu sehingga umatnya tidak mengalami kesulitan untuk
melaksanakan perintah tersebut.
d. Menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al Qur’an.
Hadis juga dapat berfungsi untuk menetapkan hukum apabila di
dalam Al Qur’an tidak dijumpai, seperti halnya keharaman
seorang laki-laki untuk menikah dengan bibi istrinya dalam waktu
bersamaan.

Ilmu untuk mengetahui istilah-istilah yang dipakai dalam ilmu


hadis disebut mustalah hadis. Kegunaannya adalah untuk menilai
tentang sebuah hadis itu sahih (benar) atau palsu dan untuk
mengetahui tingkatan hadis itu. Istilah-istilah yang perlu diketahui
berkaitan dengan proses penyampaian sebuah hadis adalah sebagai
berikut:

a. Matan yaitu perkataan (isi) hadis yang disampaikan.


b. Rawi (perawi) yaitu orang yang meriwayatkan hadis.
c. Sanad yaitu orang-orang yang menjadi sandaran dalam
meriwayatkan hadis.

Ditinjau dari segi sedikit atau banyaknya rawi yang menjadi


sumber berita, hadis itu terbagi menjadi dua macam, yakni hadis
mutawatir dan hadis ahad.

a. Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir adalah hadis yang memiliki banyak sanad dan
mustahil ( tidak mungkin) perawinya berdusta atas nama Nabi

Page | 6
Muhammad saw karena hadis itu diriwayatkan oleh banyak
orang.

Hadis mutawatir ada 2 macam yaitu:


1. Mutawatir lafzi yaitu perkataan nabi yang mutawatir, dan
2. Mutawatir amali yaitu perbuatan nabi yang mutawatir.

b. Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang tidak mencapai derajat mutawatir.
Hadis ahad terdiri dari 3 macam yaitu hadis masyhur, hadis aziz,
dan hadis garib.
1. Hadis masyhur yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tiga sanad
yang berlainan.
2. Hadis azis yaitu hadis yang diriwayatkan oleh dua orang.
3. Hadis garib yaitu hadis yang sanadnya hanyan seorang diri
yakni tidak ada oarnag lain yang meriwayatkan selain rawi itu
sendiri.
Hadis ahad juga dibagi menjadi 3 tingkatan berdasarkan
kualitas perwinya yaitu sebagai berikut:

1. Hadis sahih, yaitu hadis yang cukup sanadnya dari awal


sampai akhir dan disampaikan oleh orang-orang yang
sempurna hafalannya. Adapun syarat-syarat sahih adalah
sebagai berikut:
a. Sanadnya harus bersambung
b. Perawinya sudah balig
c. Berakal
d. Tidak mengerjakan dosa besar
e. Sempurna hafalannya
f. Perawi yang ada dalam sanad itu harus adil dan hadis
yang diriwayatkannya tidak bertentangan dengan hadis
mutawatir tau dengan ayat Al Qur’an.
2. Hadis hasan yaitu hadis yang dari segi hafalan perawinya
kurang dari hadis sahih.
3. Hadis daif, yaitu hadis yang kehilangan satu atau lebih dari
syarat-syarat hadis shih dan hasan.

B. IJTIHAD DAN HUKUM TAKLIFI


Menggunakan pertimbangan akal dalam hukum agama atau undang-undang
memegang peranan penting dalam ajaran Islam. Al Qur’an menyerukan agar umat
manusia menggunakan akal pikirannya karena dengan adanya akal pikiran manusia
akan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Orang yang tidak menggunakan
akal pikirannya dalam Al Qur’an diibaratkan sebagai binatang yang bisu.
Al Qur’an mengakui bahwa wahyu (Al Qur’an) sebagai sumber ilmu yang
lebih tinggi dari akal, tetapi disamping itu Al Qur’an mengakui bahwa kebenaran
ajaran agama yang ditetapkan oleh wahyu dapat di pertimbangkan oleh akal
berulang kali Al Qur’an barseru untuk menggunakan akal dan mencela orang yang
tidak menggunakan akalnya.
Dalam hal ini terdapat sumber hukum lain, yaitu ijtihad. Menurut bahasa, kata
ijtihad berasal dari bentuk fi’il madi yakni ijtihada, bentuk fi’il mudari yaitu yajtahidu,
dan bentuk masdar yakni ijtihadan yang artinya telah bersungguh-sungguh,
mencurahkan tenaga, menggunakan pikiran, dan bekerja semaksimal mungkin.
Secara terminology pengertian ijtihad adalah suatu perkejaan yang mempergunakan
segala kesanggupan daya rohaniah untuk mendapatkan hukum syara atau
menyuun suatu pendapat dari suatu masalah hukum yang bersumber dari Al Qur’an
dan hadis. Orang yang berijtihad disebut mujtahid.
Islam memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap
pemikiran yang tercermin dari ijtihad. Jika Al Qur’an dan hadis merupakan dua
sumber hukum Islam, maka ijtihad berfungsi sebagai alat penggeraknya.

Page | 7
Beberapa persyaratan bagi orang yang akan melakukan ijtihad antara lain
sebagai berikut :
1. Mengerti memahami isi kandungan Al Qur’an dan hadis terutama yang
berkaitan dengan hukum-hukum.
2. Mampu berbahsa Arab dengan baik sebagai kelengkapan dan
kesempurnaan dalam menafsirkan Al Qur’an dan hadis.
3. Mengetahui ilmu usul fikih secara luas.
4. Mengetahui dan mengerti soal-soal ijmak.
5. Masalah yang sedang diijtihadkan adalah bukan hukum syarak yang
sudah jelas dasar hukumnya, tetapi persoalan yang tidak ada dalil qat’i
(pasti) serta bukan hukum yang bersangkutan dengan akal dan ilmu
kalam.

1. BENTUK-BENTUK IJTIHAD
Beberapa bentuk ijtihad yang dikenal dalam syariat Ilam adalah sebagai
berikut :
a. Ijmak adala kesepakatan par ulama Islam (cendekiawan muslim)
dalam telah menetapkan suatu masalah yang tidak diterangkan oleh
Al Qur’an dan hadis setelah Rasulullah saw wafat dengan tata cara
bersidang (musyawarah)
b. Kias (analog) adalha menetapkan hukum suatu persoalan atau
masalah yang belum disebutkan secara konkret dalam Al Qur’an dan
hadis dngan cara menyamakan hukumnya dengan masalah yang
sudah ada ketetapan hukumnya secara jelas karena kedua masalh
itu memiliki kesamaan sifat.
c. Istihsan (Istislah) yaotu menetapkan hukum suatu masalahyang tidak
dijelaskan secara rinci dalam Al Qur’an dan hadis yang didasarkan
atas kepentingan umum dan demi keadilan.
d. Istishab yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada
dan telah ditetapkan karena adanya suatu dalil sampai ada dalil lain
yang mengubah kedudukan dari hukum tersebut.
e. Istidlal yaitu menetapakan hukum suatu perbuatan yang tidak disebtu
secara tegas dalam Al Qur’an dan hadis dengan didasarkan bahwa
hal tersebut telah menjadi adat istiadat atu kebiasaan dalam
masyarakat sebelumnya, seperti beberapa hukum-hukm Allah yang
diwahyukan sebelum Nabi Muhammad saw.
f. Maslahah Mursalah yaitu perkara yang perlu dilakukan demi
kemaslahatan sesuai dengan maksud syarak dan hukumnya tidak
diperoleh dari pengajaran dalil secara langsung dan jelas.
g. Urf adalah urusan yang yang disepakati oleh segolonga manusia
dalam perkembangan hidupnya dan telah menjadi kebiasaan dan
tradisi.
h. Zara’i yaitu pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan untuk mncapai
maslahah atau jalan untuk menghilan mudarat.

2. Kedudukan dan Fungsi Ijtihad


Muhammad Ma’ruf Ad Dawalibi menyimpulkan Rasulullah saw
menempatkan ijtihad sebagai sumber hukum ketiga dalam ajaran Islam
setelah Al Qur’an dan sunah.Pada saat sekarang, kedudukan ijtihad jauh
lebih penting atau menonjol dibanding dengan masa Nabi Muhammad
saw.

Ijtihad itu dilakukan apabila tidak ada ayat Al Qur’an atau sunah yang
jelas atau mutlak. Adapun ijtihad memiliki beberapa fungsi, di antaranya
sebagai berikut :
a. Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yan ketiga setelah Al
Qur’an dan hadis.

Page | 8
b. Ijtihad merupakan sarana untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan baru yang muncul dengan tetap berpegang pada Al
Qur’an dan sunah.
c. Jtihad berfungsi pula sebagai suatu cara yang diisyaratkan
untuk menyesuaikan perubahan-perubahan social dengan
ajaran-ajaran Islam.
d. Ijtihad berfungsi sebagai wadah pencurahan pemkiran kaum
muslim dalam mencari jawaban dari masalah-masalah seperti
berikut ini :
1. Masalah asasi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan ajaran
Islam seperti masalah-masalah bidang akidah dan
muamalat.
2. Masalah esensial misalnya mengenai program
pembangunan Negara dan bangsa.
3. Masalah incidental misalnya tentang isu-isu yang
berkembang dalam masyarakat.

3. Pembagian Hukum Taklifi


Pembagian hukum fikih dikategorikan ke dalam lima macam yaitu
wajib, sunah, haram, makruh, dan boleh.
a. Wajib adalah suatu keharusan. Maksudnya adalah segala
perintah Allah SWT yang harus kita kerjakan. Macam-macam
hukum wajib :
1. Wajib syar’i
2. Wajib aqli
3. Wajib ‘aini
4. Wajib kifayah
5. Wajib muaiyyah
6. Wajib mukhayar
7. Wajib mutlaq
8. Wajib aqli nazari
9. Wajib aqli daruri
b. Sunah adalah perkara yang apabila dikerjakan akan mendapat
pahala dan bila ditinggalkan tidak berdosa. Macam-macam
sunah:
1. Sunah muakad
2. Sunah gairu muakad
3. Sunah hajat
4. Sunah ab’ad
c. Haram adalah suatu perkara yang dilarang mengerjakannya
sperti minum-minuman keras, mencuri dan berjudi
d. Makruh adalah suatu hal yang idak disukai atau diinginkan
Allah SWT, apabila dikerjakan tidak berdosa dan jika
ditingalkan mendapat pahala.
e. Mubah adalah suatu perkara apabila dikerjakan atau
ditinggalkan tidak berpahala dan juga tidak berdosa.

C. PERILAKU CERMINAN PENGHAYATAN TERHADAP SUMBER HUKUM ISLAM


Sikap dan perilaku pencerminan dari sikap penghayatan terhadap sumber-
sumber hukum Islam, antara lain sebagai berikut:
1. Terus menerus mempelajari dan memahami Al Qur’an agar dapat
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Sering membaca Al Qur’an dan terjemahannya, baik di rumah, di sekolah
maupun di jalan.
3. Gemar menghafal ayat-ayat Al Qur’an dan mempraktikannya di saat
menjadi imim salat.
4. Rajin bertadarus Al Qur’an bersama-sama keluarga saat usai salat
berjamaah atau di kesempatan lainnya.

Page | 9
BAB 6
Dakwah Rasulullah Periode Mekah

A. Latar Belakang Masyarakat Mekah


Masyarakat Arab, khususnya Mekah pada masa Nabi Muhammad saw diutus
menjadi rasul adalah masyarakat yang memiliki kebiasaan sbb :
1. Menyembah Berhala
2. Penduduk Mekah sangat memperhatikan dan memelihara kedudukan
tata nilai yang tinggi dan istimewa karena hal itu memberikan kehidupan
yang makmur dan mewah.
3. Masyarakat Mekah gemar minum-minuman keras, berjudi dan berzina
serata berlomba-lomba mencari kedudukan atau harta.
4. Bangsa Arab pada saat itu menjadi suku-suku (kabilah) yang saling
membanggakan diri dengan suku mereka masing-masing.
5. Terbiasa memberikan penghargaan terhadap kaum lain, karena
kebangsawanannya atau kekayaannya.
6. Khususnya kaum Quraisy menganggap mereka lebih mulia dan lebih
tinggi derajatnya terhadap kaum lain.

B. Penyebaran Islam di Mekah


1. Muhammad Menjadi Nabi dan Rasul

Ketika menginjak usia 40, tepatnya malam 17 Ramadhan atau 6 Agustus


610 M, di waktu Muhammad saw sedang berkontemplasi di Gua Hira.

Wahyu pertama yang ditunkan oleh Allah SWT ada;ah Qur’an Surat Al-
Alaq/96: 1-5. Wahyu ini juga sebagai penobatan Nabi Muhammad saw
sebagai Nabi dan Rasul, dan mempunyai tugas untuk menyebarkan dakwah.
Kejadian ini diceritakannya kepada Istrinya (Khadijah), dan juga Khadijah
sebagai orang pertama yang beriman dan masuk islam. Kemudian
Rasulullah menerima wahyu yang kedua, yaitu QS. Al-Muddassir/74: 1-7,
dengan begitu tambah jelaslah tugas Nabi Muhammadd saw.

2. Dakwah Rasulullah saw.


Dakwah Rasulullah antar lain dengan care sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan.
a. Secara sembunyi sembunyi
Dengan cara memberikan pemahaman tentang Agama Islam
seorang demi seorang. Berikut adalah nama yang mula-mula
beriman kepada Rasulullah saw :
1) Siti Khadijah (Istri Rasulullah)
2) Ali Bin Abi Thalib (Putra Abu Thalib)
3) Zaid bin Harisah (budak yang kemudian menjadi anak angkat)
4) Abu Bakar Siddik (sahabat Rasulullah saw.).

Melalui Abu Bakar pula, kemudian banyak yang memeluk Agama


Islam, kemudian pemeluk Aga Islam tersebut diberi sebutan As
Sabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk islam).

Dan mereka mendapatkan pengajaran Islam langsung dari


Rasulullah di rumah Arqom bin Abil Arqam di kota Mekah.

b. Secara Terang-terangan
Nabi Muhammad saw melakukan dakwah secara sembunyi-
sembunyi selama 3 tahun, kemudian Allah SWT kembali
menurukkan wahyunya, yaitu QS. Al-Hijr/15: 94. Dalam surat ini

Page | 10
dijelaskan bahwa Rasulullah tidak perlu menyiarkan Agama Islam
secara sembunyi-sembunyi lagi. Kemudian Rasulullah
menyiarkannya secara umum kepada :
1) Kerabat-kerabatnya
2) Semua penduduk Mekah
3) Kabilah-kabilah Arab dari berbagai daerah.

Banyak mereka yang menganggap dakwah Nabi Muhammad


adalah sbg :

1) Gerakan yg tidak memiliki dasar dan tujuan


2) Gerakan yg tidak akan bertahan lama
3) Gerakan yg tidak perlu diacuhkan, atau
4) Gerakan yang sudah tidak waras.

Namun dengan ridho dari Allah SWT, maka dakwah rasulullah


tersebar dengan luas dan pesat. Dan Beliau sudah berani
mengatakan bahwa sembahan mereka (berhala), merupakan
kekeliruan dan sangat menyesatkan.

C. Reaksi Kaum Quraisy Terhadap Dakwah Raasulullah di Mekah


Reaksi kaum Quraisy adalah takut jika kedudukan mereka terkalahkan oleh Islah.
Reaksi lain kaum Quraisy antara lain :
1. Kemarahan kKaum Quraisy
Mekah dianggap sebagai ajaran yang menhina dan merendahkan dan menhina
leluhur mereka, serta merendahkan tuhan-tuhan berhala mereka.
2. Intimidasi terhadap Umat Islam
Mereka memaksa kaum-kaum budak yang telah masuk Islam untuk kembali ke
ajaran mereka, jika tidak, maka mereka akan menyiksa hingga budak-budak
tersebut sekarat. Namun mereka tidak berani bertindak apapun terhadap Nabi
Muhammad saw, karena Beliau masi termasuk kaum Hasyim, yang mempunya
kedudukan dan martabat yang masih sangat di segani.
3. Mempengaruhi Paman Rasulullah (Abu Thalib)
Kaum Quraisy menemui Abu Thalib dan menyuh agar Nabi Muhammad saw
menghentikan dakwahnya, namun ketika Abu Thalib menyampaikan kepada Nabi
Muhammad, ternyata Beliau menolak dengan tegas, dan Abu Thalib pun tidak
dapat memaksa kehendak Beliau.
4. Penganiayaan dan Hijarah ke Habsyah
Karena mereka tidak dapat menhentikan apa yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw, maka meraka mulai memberikan bermacam-macam gangguan
dan menambah siksaan yang mereka berikan kepada para budak. Karena tidak
tega melihat itu semua, maka Nabi Muhammad saw membawa pengikutnya
untuk hijrah ke Habsyah, dimana tempat orang-orang menganut Aga Kristen,
namun raja Habsyah (Najasyi), dikenal baik dan adil. Peristiwa ini terjadi pada
tahun 615 M. Walaupun dengan keadaan yang seperti ini, Nabi Muhammad saw
tetap tinggal di Mekah.
Karena adanya hijrah ini, maka pengikut beliau berkembang pesat, alhasil kaum
Quraisy yang amat disegani, yaituHamzah bin Abdul Muthalib dan Ummar bin
Khattab masuk Islam. Dengan kejadian ini kaum Quraisy semakin marah dan
memperhebat usaha-usaha mereka untuk melumpuhkan gerakan Rasulullah
saw.

D. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Periode Mekah


Bagian terpenting yang menjadi focus dakwah Rasulullah saw periode Mekah antara
lain sbb :
1. Memperbaiki akhlak masyarak Mekah yang mengalami kerusakan Moral.
2. Memperbaiki dan meluruskan cara menyembah Tuhan.
3. Menegakkan ajaran Islam tentang persamaan hak dan drajat anatar manusia.
Seperti pada Firman Allah SWT pada QS. Al-Hujurat/49: 13
4. Mengubah kebiasaan bertaklid dan meluruskan segala adat-istiadat,
kepercayaan, dan upacara-upacara keagamaan.

Page | 11
5. Nabi Muhammad saw berdakwah dengan sabar dan ikhlas serta tegas.

E. Hikmah Sejarah Dakwah Periode Mekah


Hikmah yang dapat kita peroleh dari kejadiaan ini adalah :
1. Menyadari bahwa dengan kesabaran dan keuletan dalam berjuang, maka Allah
SWT pasti akan memberikan pertolongan.
2. Memahami bahwa tuga seorang rasul hanya sekedar menyampaikan risalah dari
Allah SWT terhadap orang lain.
3. Memahami bahwa Allah akan menguji makhluk-makhluknya yang terpilih untuk
menjadi utusanNya. (QS. Al-Hajj/22 : 75 dan Al-Baqarah/2: 214).
4. Memahami bahwa Nabi Muhammad saw sangat bijaksana dan pandai dalam
mempergunakan kesempatan yang berharga. (QS. An-Nahl/16: 125).
5. Meneladani Nabi Muhammad yang bergelar Uswatun Hasanah (tingkah laku dan
amal perbuatannya adalah tauladan yang baik).
6. Umat Islam dapat mengetahui informasi tentang Agama Islam, yang merukan
agama yang di Ridhai Allah.
7. Memberikanpemahaman tentang hak dan derajat laki-laki dan perempuan adalh
sama.
8. Memberantas perbudakan.
9. Status dan derajatnya sama di mata Allah SWT.

F. Sikap dan Perilaku


Sikap dan perilaku yang dapat diterapkan sebagai pemahaman adalah sbb :
1. Ikut derta menyiarkan Agama Islam kepada orang-orang yang ingin
mengetahuinya, dan tetap konsisten menjalankan akhlak karimah.
2. Berlaku sabar dan ikhlas saat ditimpa cobaan.
3. Membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
4. Tetap berlaku baik meskipun mendapat penolakan.
5. Senantiasa berjihad kepada Al-Qur’an dan sabar jika mengalami kegagalan.
6. Menerima perbedaan, selama tidak menimbulkan perpecahan dan perselisihan.
7. Konsisten beriman kepada Allah SWT dan tidak menyekutukanNya.
8. Senantiasa bersikap lemah lembut meskipun terhadap orang yang tidak disukai.
9. Senantiasa berkomitme melakukan sunnah rasul sesuai kemapuan dan
kesanggupannya masing-masing.

Page | 12

You might also like