You are on page 1of 2

medan helvetia ( Gg banteng 1 december 2010 ) 

inilah kisah nyata yang telah lama ingin kutuliskan untuk menjadi sebuah buku, buku yang kelaknya akan aku
persembahkan kepada Alm papaku, Alm adikku leo agustha namun papaku dan adikku leo sudah terlebih dahulu berpulang menghadap SANG PEMILIK JAGAD RAYA.
untuk mamaku tercinta di jakarta love u mam. duduklah sini dekat papa, disini tangannya yang kekar memberi aba-aba ke ara pangkuannya. duduklah disini wibe
itulah panggilan kesayanganku dari papaku. ketika aku tanya knp papa panggil nama wibi dengan nama wibe?..........papaku menjawab biar papa ingat seorang
sahabat papa waktu muda di jakarta dulu namanya om wibe martindas.( ternyata seorang pilot senior Garuda indonesia ). kedekatanku dengan papaku sangatlah
membentuk karakterku hingga aku dewasa. kadang juga papaku memanggil kami anak laki-lakinya dengan bahasa BOY. papaku bercerita kenapa dia bisa menikah
dengan mamaku..papaku adalah anak perantauan asal singkawang kalbar kuliah di jakarta lalu bekerja d perusahaan Pt timah bangka. papaku dan teman-temannya
tinggal di mess bukit baru pangkal pinang. setiap sore kata papaku mereka akan duduk ramai-ramai sesama anak mess untuk meliat anak-anak pejabat pt timah
latihan tenis lapangan yang pada zaman itu adalah olahraga yang identik dengan kalangan pejabat. kata papaku ada seorang cewe putih cantik yang selalu di nantikan
papaku. papaku bercerita cewe itulah mama kalian. wanita yang selalu aku cintai hingga mau menjemputku sebuah ucapan yang aku lihat sendiri pembuktiannya.
mamaku adalah anak kepala gudang beras Pt tima bangka yang berkedudukan di pangkal pinang. mereka berkenalan saling berbicara ternyata mamaku pada saat itu
sudah di siapkan calon suaminya oleh nenekku. katanya seorang Ir belanda emmmmmmmmm. kedekatan mama n papaku rupanya tercium nenekku yang jelas-jelas
menentang hubungan ini. sampai akhirnya mamaku bilang " bang jika serius dengan adik nikahilah adik bang" kalimat itu membuat papaku menghadap kakek dan
nenekku. kakekku cuma diam kata papaku tapi nenekku bilang " kamu siapa?..........ga jelas asal usulmu, miskin kau tau kami ini keluarga siapa?...........ternyata kata
papaku pembicaraan hari itu di dengar oleh mamamku dari balik pintu kamar mamaku. akhirnya mama papaku nekat nikah meski tanpa restu nenekku. cuma kakekku
yang bilang encek restui kalian. papa mamaku nikah di KUA kampung upas pangkal pinang. dan nenekku berkata jika mamaku menikah dengan papaku jangan pernah
injak lagi rumah ini. pernikahan yang sangat-sangat sederhana dan apaadanya. sehabis menikah papa mamaku ngontrak rumah panggung sangat kusam di kampung
upas juga. rumah yang sampai saat ini katanya masih ada. papaku bilang ke mamaku " kelak MAK akan tau siapa menantunya yang paling menghormatinya dan
mencintainya dengan tulus. karir papaku terus menanjak seiring waktu berjalan dari rumah gubuk ke rumah tembok beton, jabatan papakupun terus menanjak kepala
pencucian kapal keruk bangka2 terus kepala pencucian kapal keruk sumatera. namun nenekku kata papaku hingga kami kelas 3 sd tetap tidak pernah menerima kami
sebagai cucunya. pernah liburan sekolah sd kami berencana menginap di rumah nenek di pangkal pinang sedangkan rumah kami di sungailiat. setibanya di rumah
nenek kamipun berhamburan mengucapkan assalammu alikum nenek ternyata nenekku berkata encek ada cucu luar dateng. kata mamaku saat itu juga kami semua
anak-anak papa di peluknya di dekapnya dan papaku berkata boy jangan kalian sedih di bilang cucu luar hanya karena kita miskin.( sesaat aku menangis saat tuliskan
kisah ini ,maaf). ajak mama kalian pulang ayo kita pulang mam kata kami biarlah nenek begitu. sore itu juga kami pulang padahal papalu sudah bawakan ikan
kembung banyak untuk di goreng di ruma nenek. ikan kembung itu di letakkan papa di bangku besi rumah nenek. sekeluarga kami pulang berjalan kaki menuju
simpang gabek. sepanjang perjalanan papaku memeluk kami anak-anaknya di besarkannnya hati kami anak-anaknya di ciuminya tangan mamaku kamipun cuma
berjalan terus. di dalam bus pownis mamaku terus menangis sedih liat perlakuan nenek yang begitu ke anak-anaknya.sesampai di rumah papaku bilang jangan kalian
sedih dan marah kepada nenek kalian. ingatlah bagaimanapun itu ibu dari mama kalian. itu nenek kalian suka ga suka itu darah daging kalian juga, cikal bakal kalian
semuanya anak-anakku. satu persatu kami di peluk papa diciuminya kami semua. tahun 1990 pt timah bangka di ambang kehancuran...konsekuensinya adalah
pengurangan karyawan. papaku sebagai pimpinan harus memecat 10 orang anak buahnya setiap minggu, sebuah tuntutan yang bertentangan dengan nuraninya.
akhirnya papa cerita ke mama kondisi yang dihadapinya dan kesimpulannya adalah " papaku mengundurkan diri disaat karirnya sedang berada di puncak keemasan"
waktu itu aku smp kelas 2 dan kau bertanya kenapa papa minta pensiun dini?.............jawabnya wib lebih baik papa mundur daripada harus memecat anak buah papa
yang padahal mereka yang bertarung di laut dengan ombak setinggi 4 hingga 5 meter. biarkan anak buah papa tau bahwa saya suparlan tidak akan pernah
menghianati teman-temannya. akhirnya papaku betul-betul pensiun dini dan kamipun pindah k jkt. kembali kami di hadapkan ke situasi klasik.papaku tidak bekerja
sedangkan kami semua sekolah. akhirnya papaku menemui sahabat-sahabat lamanya dan papaku kembali aktif bekerja. di kehidupan rumah tangga papa mamaku,
aku melihat sebuah cinta nan tulus dan perjuangan seorang laki-laki sejati demi istri dan anak-anaknya. kami selalu di nasehati agar jangan pernah membanta kata-
kata mama. kata papa ingatlah bagaimana mama kalian sejak kami menikah selalu dihina nenek kalian dan abang juga kakaknya. cintai mama kalian seperti papa
mencintai kalian. cuma mama yang bersama papa mulai dari nol hingga seperti sekarang ini. sepanjang usiaku tidak pernah melihat papa marah melakukan main
tangan atau memaki. jika marah papaku cuma diam dan duduk di belakang rumah sambil liat foto ibundanya di kalimantan terus menangis. ntara mamaku datengin
papaku dan bilang pap maafin mama. papaku bilang rasa marahmu tidak ada apa-apanya di bandingkan rasa sayangku dan rasa cintaku padamu.papa mengajari kami
untukberkawan dengan siapapun, mengajari kami prinsip seorang laki-laki. mengajari kami apa itu setia kawan dll. bagaimana beretika di depan yang lebih tua dan
menghargai yang muda. karir politik papakupun semakin bersinar tetapi tetap papaku yang dulu tetap rendah hati malah terkesan apaadanya. nenekkupun mulai mau
dateng k jakarta di kirimi papaku uang untuk berangkat ke jakarta.begitu bertemu nenekku papaku langsung peluk n cium pipi perempuan yang sudahh renta itu
tampak di pelupuk mata nenekku bulir airmata keluar pelan. ketika nenekku mau minta maaf papaku berkata jangan MAK lakukan itu ke Lan n nanik jangan,
gimanapun mak adalah emak kami. yang lalu biarlah mak kita lupakan. inilah pengalaman yang aku alami di depan mataku, begitu tegarnya hati papaku dan begitu
mulia jiwanya. wajah itu kini kian keriput termakan usia dan waktu. namun semua cobaan idup ini tidak pernah membuatku terdiam kata papaku namun kepergian
adikmu Leo sangatlah memukul jiwa ragaku.berkali kali aku liat di ciuminya kening jenazah adikku. tak kulihat airmatanya menetes setetespun. dari d mandikan d
kafankan hingga sholatkan lalu di makamkan tak terlihat airmata dari laki2 separu abad itu keluar. namun 6 hari setelah kepergian adikku tak sengaja aku liat papaku
menangis sambil memegang foto adikku. akupun yang diam-diam meliat itu tak kuasa menahan kesedihanku, ternyata laki-laki tua itu tidak mau terlihat di depan
siapapun dia menangis apa lagi di depan mamaku. papaku berkata wib pedih dan kerasnya hidup telah papa dan mamamu lewati tetappi untuk kepergian adikmu
sangatlah meluluh lantakkan hati kami. sekarang kalian ada berempat jaga saudara-saudara kalian, jaga mama kalian ya. wib kamukan di medan jika ada kesempatan
ke jakarta ziarahi makam adikmu leo ya. aku cuma bisa terdiam mendengar nasehat dari seorang lelaki yang sangat aku kagumi n cintai. selamat jalan adikku
leo......................selamat jalan papaku wibi selalu sayang leo dan papa. ( selanjutnya akan aku ceritakan bagaimana kesedihanku akan kepergian adikku leo ) ini
adalah kisah nyata yang aku alami.  sampai bertemu di kisahnyata selanjutnya.

Sampai saat tanah moyangku..Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota..Terlihat murung wajah pribumi…” nyanyi pengamen dengan suara yang lembut. Saya
seakan masuk ke dalam lagu tersebut, sembari memandang alam di depan mata yang sudah mulai terusik keperawanannya. *** PAGI ini seperti biasa. Di beranda
rumah, Saya membaca Koran ditemani secangkir kopi dengan sedikit gula. Dalam halaman pembuka Koran tersebut terdapat salah satu wacana berita dengan judul
“Pohon”. Awalnya saya tidak tertarik dengan wacana berita tersebut, karena judulnya terkesan kurang provokatif. Maklum, pada waktu itu orang sibuk
memperbincangkan kasus testimoni salah satu pejabat tinggi Negara, sehingga saya pun lebih tertarik dengan berita politik.
Namun setelah saya baca perlahan, ternyata isi berita tersebut menyangkut rencana pembangunan wisata berkuda yang letaknya tidak jauh dari tempat dimana saya
tinggal bersama keluarga. Jelas saja berita ini membuat hati saya geram, hingga menumpahkan gelas yang dipenuhi oleh air kopi hangat.
“Pak, lihat. Lagi-lagi koran memberitakan mengenai pembangunan di kawasan tempat tinggal kita” Saya memberi tahu bapak yang saat itu sedang sibuk menyirami
bunga-bunga yang tumbuh di halaman.“Ada apa sih sim, Itu kan sudah biasa” jawab Bapak dengan nada dingin sambil menghisap rokok.
“Ah bapak, saya serius. Kali ini beritanya berbeda, Pak” Saya memberikan lembaran Koran tersebut kepada Bapak.“Hah. Ini kan letaknya tidak jauh dari rumah kita”
Saya mengangguk dan berusaha meyakinkan“Saya aneh Pak, ko lagi-lagi bisa diizinkan pembangunan di daerah pegunungan” Bapak menghela nafas lantas tertawa
sinis. “Negara kita ini ditempatkan di posisi ke 102 dari 149 negara yang masuk kedalam peringkat Negara terhijau dunia yang dilakukan pusat kebijakan hukum dan
lingkungan Universitas Yale dan Pusat Jaringan Informasi Ilmu Bumi Universitas Columbia Amrik” Bapak mengusap muka, menegaskan, “Pemeringkatan itu dilakukan
berdasarkan 25 kategori data mulai dari emisi karbon, kondisi hutan, hingga kualitas air. 70% wilayah Indonesia kini keadaan alamnya butuh reboisasi”“Tapi Pak,
kenapa tidak ada upaya dari pemerintah untuk menjaga kelestarian alam di Indonesia, apalagi ini menyangkut tempat tinggal kita?”“Sebenarnya pemerintah sudah
membuat undang-undang mengenai tata letak bangunan, tapi masih aja banyak yang bandel” Bapak menjawab dengan santai. “Makanya baca berita jangan tentang
gosip saja, coba kamu fokuskan baca berita tentang lingkungan sosial” canda Bapak walau terkesan hambar.“Ahh..Bapak bisa saja” Saya tersenyum berusaha
menghargai,“kesalahan ini harus dirubah, Pak” ujar Saya kepada Bapak.“Ya sudah. Baca lebih lanjut isi beritanya, Bapak mau mandi dulu” Saya mengangguk. Bapak
masuk ke dalam rumah. Saya melanjutkan membaca wacana berita Koran tersebut hingga akhir. Sejenak Saya berfikir, benar adanya kata bapak. Kawasan tempat
tinggal Saya digadang-gadang oleh pemerintah sebagai salahsatu kawasan hijau. Namun jika melihat kenyataannya, saat ini justru mulai terusik dengan adanya
pembangunan. Ditambah dengan rencana pembangunan wisata berkuda yang luas lahannya mencapai 19,5 hektare. Tanaman yang terdapat di lahan tersebut
umumnya ditanam sejak tahun 1972, 1994, dan 1986.
Apabila rencana pembangunan wisata berkuda tersebut jadi dibangun, bukanlah peristiwa yang pertama kali terjadi di kawasan tempat tinggal saya. Pencrut misalnya,
kawasan yang dulunya dipenuhi oleh pepohonan, kini berubah menjadi kavlingan villa di atas gunung. Ataupula lahan di sekitar observatorium boscha yang sudah
mulai beralih fungsi menjadi lahan untuk menetap. Lalu jangan lupakan nasib beberapa mata air di sekitar tempat tinggal Saya yang konon mulai mengering.
***
“Sim, daritadi Ibu lihat kamu melamun saja” suara Ibu mengagetkan lamunan saya. “Aduh, Ibu mengagetkan Saya saja” Rupanya Ibu daritadi memerhatikan Saya di
ujung pintu.“Cukup lama kamu melamun, emang ada masalah apa sih sim. putus cinta lagi ya?” tanya Ibu sambil bercanda.“Bukan Ibu. Saya daritadi membayangkan
apa jadinya jika kawasan tempat tinggal kita ini jadi kota ya Bu” Ibu tersenyum.“Itu tugas kamu kedepannya kelak. Ibu sengaja menyekolahkanmu agar bisa berfikir
yang jernih” Ibu berujar dengan wajah serius. “syukur kamu sekarang sudah sadar” tegasnyaDi sana Ibu menjelaskan, Hal ini disebabkan oleh pola pikir masyarakat
yang masih awam tentang aturan, Pun tidak terlepas akan masalah kemiskinan dan pengangguran. Pembangun umumnya mengiming-imingi sumber pekerjaan dan
lahan untuk digarap secara umum, sehingga menjadi doktrin tersendiri bagi masyarakat. Akibatnya, satu demi satu pohon ditebang untuk dijadikan villa, resort
ataupun hotel. “Memang kesejahteraan masyarakatnya bisa dikatakan meningkat, namun bersemaan dengan itu pulalah rusaknya ekosistem alam di sekitar tempat
tersebut” “Jadi begini saja, jika pembangunan di Indonesia dihentikan, lantas apa jadinya dengan nasib para pengangguran nantinya?” Saya tertegun sejenak.“Kan bisa
mencari lapangan kerja baru, Bu. Yang intinya tidak merusak ekosistem alam” saya menjawab pertanyaan Ibu.“Itu jawaban yang baik. Namun tetap saja tidak
semudah membalikan telapak tangan sim”“Lantas harus bagaimana, Bu?””Sudah menjadi kelayakan bagi kita sebagai bangsa Indonesia untuk bersikap kritis dan
selektif jika terjadi proses pembangunan, jangan sampai pembangunan itu hanya menguntungkan segelintir individu saja, tetapi juga harus menyeimbangkan dengan
lingkungan alam di sekitarnya”.“Apakah itu artinya sikap cinta terhadap tanah air dalam diri Bangsa Indonesia sudah mulai pudar Bu? Atau kinerja pemerintah yang
buruk dalam menangani masalah lingkungan alam?”.Tak sempat Ibu menjawab. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh kedatangan seorang pengamen. Raut wajahnya kisut.
Baju yang dipakainya tampak kumal. Tanpa diminta, jemarinya dengan sigap langsung memetik gitar, selang kemudian ia menyanyikan sebuah lagu yang Saya tahu
judulnya ujung aspal pondok gede.
“Sampai saat tanah moyangku..Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota..Terlihat murung wajah pribumi…” nyanyi pengamen dengan suara yang lembut. Saya
seakan masuk ke dalam lagu tersebut, sembari memandang alam di depan mata yang sudah mulai terusik keperawanannya.  Restu Nur Wahyudin. Lahir di Bandung,
19 Mei 1991. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra  Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. bergiat di Unit Kegiatan Studi Kemasyarakatan (UKSK)
UPI Bandung.

You might also like