You are on page 1of 11

HARI NAMA CINTAMANI

(PERMATA NAMA SUCI SRI HARI)


I. NAMA MENUNJUKKAN OBYEK/BENDA
1. Suatu benda dikenal melalui (a) Wujud, (b) Sifat/
ciri, (c) Kegiatan dan (d) Nama. Tetapi dari ke-empat cara pengenalan ini, nama
adalah yang paling utama. Sebab dalam nama ini sudah tercakup wujud, sifat
dan kegiatan suatu obyek/benda. Artinya, dengan menyebut nama nya saja, se-
seorang sudah bisa mengetahui wujud, sifat/ciri dan kegiatan suatu obyek. Be-
gitulah, dengan menyebut nama “singa”, setiap orang sudah tahu wujud, sifat
dan kegiatan binatang yang dinamakan singa itu.
2. Tetapi di dunia material ini, setiap nama tidak sama dengan obyek atau benda-
nya, sebab setiap nama dan juga obyeknya masing-masing ber-hakekat relatip.
Karena itu, dengan menyebut nama seseorang, orang yang menyebut nama itu
tidak bisa langsung berhubungan dan bertemu dengan orang yang namanya di
sebut atau di-ucapkan.
3. Namun nama suci Sri Hari atau Krishna tidak demikian halnya. Dengan me-
nyebut “Krishna” secara tulus, seseorang secara rohani berhubungan langsu-
ng dengan Sri Krishna. Mengapa hanya dengan meng-ucapkan nama suci
Nya secara tulus seseorang bisa berhubungan langsung dengan Beliau?Sebab
nama suci Sri Krishna atau Hari tidak ber-beda dari diri Beliau pribadi. Me-
ngapa bisa begitu? Sebab Sri Krishna berhakekat mutlah atau absolut, se-
sehingga Beliau pribadi sama dengan nama-nama suciNya.

II. NAMA SUCI SRI HARI ATAU KRISHNA


1. Veda menyatakan,”Nama cintamani krsnas caitanya ra-
sa vigrahah purnah suddho nitya mukto’ bhinnatvam na
ma naminoh secara rohani nama suci Krishna sungguh
membahagiakan. Ia menganugrahkan berkah rohani, se-
bab nama suci ini adalah Krishna sendiri, sumber sega-
la kebahagiaan. Nama Krishna sungguh lengkap-sempur
na dan merupakan perwujudan segala kenikmatan roha-
ni. Dalam keadaan apapun, nama suci Krishna senantia-
sa rohani dan Ia adalah se-perkasa Krishna sendiri. Oleh
karena nama Krishna tidak tercemar sifat-sifat material, maka Ia tidak tersen-
tuh oleh maya. Nama Krishna senantiasa rohani dan merdeka, tidak bisa diba-
tasi oleh hukum dunia material, sebab nama Krishna dan Krishna sendiri ada-
lah sama” (Padma Purana sebagaimana dikutip dalam CC Madhya-Lila 17.133).
2. Nama-nama suci Sri Krishna tersusun berupa mantra Kalisantarana-Upani-
sad berikut.

HARE KRSNA HARE KRSNA KRSNA KRSNA HARE HARE


HARE RAMA HARE RAMA RAMA RAMA HARE HARE
3. Dijelaskan dalam Kalisantarana Upanisad itu sendiri bahwa pengucapan ma-
ha-mantra ini adalah satu-satunya cara untuk menyeberangi samudra derita
kehidupan material dunia fana mada masa Kali-Yuga sekarang. Dikatakan,”Iti
sodasakam nam nam kali kalmasa nasanam natah parataropayah sarva vede-
su drsyate, enam belas nama suci Tuhan ini yang terdiri dari tiga puluh dua
suku kata, adalah satu-satunya cara untuk mengatasi segala pengaruh buruk
jaman Kali. Dalam semua pustaka Veda disimpulkan bahwa untuk menyebera
ngi samudra kegelapan dunia fana, tidak ada cara lain selain dari pada meng-
ucapkan dan mengumandangkan enam belas nama suci Tuhan ini”.
4. Pernyataan Kalisantarana Upanisad tersebut dikuatkan pula oleh Brhan Nara-
diya Purana 38.126 dengan pernyataannya berikut, “Harer nama harer nama
harer nama eva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyata, pa-
da jaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain dan tidak ada cara lain
untuk mencapai kemajuan rohani selain dari pada mengucapkan dan mengu-
mandangkan nama suci, nama suci dan nama suci Sri Hari”

III. PRAKTEK MENGUCAPKAN NAMA SUCI TUHAN


1. Sri Caitany Mahaprabhu (Inkarnasi Sri Krishna
sendiri sebagai bhaktaNya) memberikan petunjuk
bagaimana harusnya seorang bhakta meng-ucap-
kan nama-nama suci Sri Krishna secara benar
dan bermanfaat. Beliau berkata sebagai berikut.
“Trnad api sunicena taror api sahisnuna amanina manadena kirtaniyah sada
harih, seseorang hendaklah mengucapkan/mengumandangkan nama suci Tu-
han Hari dalam suasana rendah hati dengan menganggap diri lebih rendah da-
ri rumput dijalanan. Seseorang hendaklah lebih penyabar dari pada sebatang
pohon, bebas dari harga diri palsu, senantiasa hormat kepada orang lain tan-
pa mengharapkan penghormatan darinya. Dalam suasana pikiran seperti itu,
seseorang baru dapat mengucapkan nama suci Tuhan secara benar”
2. Dengan mengucapkan nama suci Sri Krishna secara be-
nar (yaitu tanpa kesalahan), maka Ia (nama suci itu) akan
memberikan manfaat amat besar kepada sang bhakta yaitu
bangkitnya kembali cinta-kasih (bhakti) kepada Tuhan yang
telah begitu lama tertidur di lubuk hatinya.
3. Mencintai Sri Krishna ber-arti senantiasa ingat kepada-
Nya. Dan bila sang bhakta hanya ingat Beliau saja pada sa-
at ajal, maka dia tidak akan lahir lagi di dunia fana ini, tetapi kembali tinggal
bersamaNya di dunia rohani (Bg.4.9).
4. Karena itu dikatakan bahwa nama suci Sri Krishna adalah permata (cinta-
mani) rohani yang apabila dipakai (=dimanfaatkan) secara benar, akan mem-
berikan apa saja yang sang bhakta inginkan.

IV. TAHAPAN DALAM PENGUCAPAN NAMA SUCI TUHAN


1. Ada 3 (tiga) tahapan/tingkatan dalam mengucapkan nama suci Sri Krish-
na yaitu:
(a) Nama-aparadha, meng-ucapkan nama suci Tuhan dengan kesalahan.
(b) Nama-abhasa, mengucapkan nama suci Tuhan secara tidak murni dan
sempurna.
(c) Suddha-nama, mengucapkan nama suci Tuhan secara murni dan sem-
purna.
2. Nama-aparadha terjadi karena hati penuh dengan anartha, kotoran. Ada 4
(empat) macam kotoran hati yaitu:
(a) Asat trsna, kemelekatan pada kekayaan, pangkat
dan jabatan serta kesenangan material dunia fana
yang semu dan sementara.
(b) Hrdaya-daurbalyam, kelemahan/kepicikan hati.
(c) Aparadha, kesalahan yaitu kesalahan kepada para
bhakta lain (vaisnava-aparadha) dan kesalahan da
lam melayani Arca-vigraha Tuhan (seva-aparadha).
(d) Brahma-tattva, pilsafat yang tidak mengakui adanya Tuhan berpribadi
atau Kepribadian Tuhan YME.
Apabila seseorang yang hatinya secara tebal diliputi oleh ke-empat anartha
ini, maka mengucapkan nama suci Sri Krishna menjadi tidak bermanfa-
at, percuma atau sia-sia belaka.
3. Nama-abhasa dapat dijelaskan sebagai berikut. Abhasa ber-arti samar atau
remang. Bila nama suci Tuhan di-ibaratkan matahari, maka ia (matahari itu)
nampak remang karena ditutupi awan anartha. Maksudnya, pengucapan na-
ma suci Tuhan belum murni, sehingga tidak sepenuhnya mensucikan diri
seseorang karena hatinya masih ditutupi sedikit anartha. Atau dengan kata
lain, pengaruh nama suci itu terhadap dirinya sedikit terhalang oleh awan
anartha yang menyelimuti hatinya. Tetapi bila seseorang dengan tekun dan
teratur terus mengucapkan nama suci Tuhan, maka anartha itu akan lenyap
dan akhirnya dia mampu mengucapkan nama suci Tuhan secara murni dan
sempurna.
4. Ada empat macam nama-abhasa (pengucapan nama suci Tuhan secara ti-
dak murni) yaitu:
(a) Sanketa, mengucapkan nama suci Tuhan secara tidak se
ngaja. Contoh, mereka yang tergolong Mleccha dan Ya-
vana sering mengucapkan kata “haram” yang dalam ba-
hasa Veda (sanskerta) berarti, “O Sri Rama”. Aja-
mila memanggil-manggil putranya,“Narayana, Narayana”
meskipun yang dipanggil putranya yang bernama Nara-
yana, tetapi Ajamila secara tidak sengaja memanggil na-
ma Sri Narayana.
(b) Parihasa, mengucapkan nama suci Tuhan secara bergurau seperti yang
dilakukan oleh Jarasandha, “Krishna ini adalah seorang pengecut, ma-
ka Ia bukan lawanku yang pantas dalam duel gulat”.
(c) Stobha, mengucapkan nama suci Tuhan secara menghina seperti yang
dilakukan oleg Sisupala,”Krishna bukanlah Tuhan penguasa alam se-
mesta, tetapi Ia hanyalah seorang mantan gembala sapi”.
(d) Hela, mengucapkan nama suci Tuhan tanpa perhatian atau rasa hormat
seperti yang dilakukan oleh para penganut ajaran non Vedik ketika mere-
ka mengucapkan nama Sri Krishna, Rama, Hari, Govinda, dsb.

V. JNANA MELENYAPKAN ANARTHA.


1. Ke-empat jenis anartha yaitu asat-trsna, hrdaya-daurbalyam, aparadha dan
brahma-tattva, dapat dilenyapkan dengan jnana, pengetahuan spiritual tenta
ng bhakti (bhakti-tattva) yaitu:
(a) Sambandha-jnana, pengetahuan tentang hubungan sang
makhluk hidup (jiva) dengan Tuhan (Bhagavan) atau pe-
ngetahuan teoritis tentang bhakti.
(b) Abhideya-jnana, pengetahuan tentang caranya membina
kembali hubungan spiritual itu yakni proses bhakti yang
harus dilakukan di dunia fana.
(c) Prayojana-jnana, pengetahuan tentang hakekat hubung
an spiritual itu yakni hakekat bhakti dalam kehidupn spi-
ritual di dunia rohani.
2. Nama-abhasa yang disebut sanketa, parihasa, stobha dan hela akibat dari
anartha disebut pula Chaya-nama-abhasa. Chaya-nama-abhasa berarti caha-
ya (pengaruh) matahari nama suci masih ada merasuk ke hati. Sedangkan
nama-abhasa yang disebabkan oleh brahma-tattva (pilsafat impersonal) dise
but Pratibimba-nama-abhasa. Pratibimba-nama-abhasa berarti cahaya (peng
aruh) matahari nama suci sama sekali tidak marasuk ke hati, karena hati di-
tutupi oleh awan brahma-tattva yang amat tebal dan gelap.
3. Brahma-tattva yang lebih dikenal sebagai pilsafat mayavada adalah lawan
(musuh) pilsafat bhakti. Pilsafat impersonal mayavada menganggap nama,
wujud, sifat/ciri dan lila (kegiatan) Sri Krishna adalah maya, palsu, se-
muanya material dan sementara.
4. Karena itu, selama seseorang dijangkiti pilsafat ma-
yavada, maka selama itu pula dia akan tetap ber-ada
pada tahap/tingkat nama-aparadha, mengucapkan na-
ma suci Sri Krishna dengan penuh kesalahan. Dia
mengucapkan nama suci Beliau secara tidak berman-
faat, percuma dan sia-sia.
5. Sri Krishna memenuhi keinginan orang-orang ma-
yavadi dengan memberinya sayujya-mukti, bersatu ke
dalam cahaya diri pribadiNya yang disebut Brahmajyoti atau Brahman.

VI. MANFAAT MENGUCAPKAN NAMA SUCI SRI KRISHNA


1. Ia (nama suci Tuhan) membersihkan cermin hati sang bhakta.
2. Ia melindungi sang bhakta dari tenggelam dalam pengaruh
kehidupan material dunia fana.
3. Ia memberikan sang bhakta karunia tertinggi yaitu cinta-ka-
sih (bhakti) kepada Tuhan.
4. Ia menganugrahkan pengetahuan spiritual.
5. Ia memperluas samudra kebahagiaan rohani.
6. Ia menyembuhkan sakit materi kehidupan sang bhakta, dan
7. Ia menjadi pondasi utama jalan kerohanian bhakti.

VII. MEMBASMI SIFAT-SIFAT ASURIK


1. Nama-nama Sri Krishna yang amat banyak itu dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
(a) Nama primer yaitu nama yang menunjukkan hubungan intim bhakti
(cinta-kasih) Beliau dengan para bhaktaNya, seperti Govinda, Gopala, Go-
pala, Giridhara, Yasodanandana, dsb.
(b) Nama sekunder yaitu nama yang menunjukkan lila (kegiatan rohani) Be-
liau dalam melaksanakan proses penciptaan, pemeliharaan dan peleburan
alam semesta material, seperti Maha Vishnu, Garbhodakasayi Vishnu, Yaj-
nesvara, Murari, Vasudeva, Janardhana, dsb.

2. Nama suci Sri Krishna adalah Yuga-dharma pada jaman Kali sekarang.
Ia adalah inkarnasi Sri Krishna dalam wujud suara dan tidak ber-beda
dari diri Beliau sendiri. Dikatakan, “Kali kale nama rupa krsna avatara, pa-
da jaman Kali Sri Krishna turun ke dunia fana dalam wujud nama suci
Nya” (CC Adi-Lila 7.22).
3. Dalam masa Yuga-Yuga sebelumnya (Satya-Yuga, Treta-Yuga dan Dvapara-
Yuga), Sri Krishna secara pribadi membunuh para Asura yang mengga-
nggu ketertiban dunia. Tetapi pada jaman Kali yang disebut modern sekara-
ng ketika hampir semua penduduk dunia sudah bertabiat Asurik, dengan
nama suciNya, Sri Krishna menghancurkan sifat-sifat Asurik yang telah
mengotori hati mayoritas penduduk dunia.

VIII. SEPULUH KESALAHAN TERHADAP NAMA SUCI TUHAN


Kesalahan terhadap nama suci Tuhan (nama-aparadha) yang timbul karena (a)
Asat-trsna, (b) Hrdaya-daurbalyam, (c) Seva-aparadha dan vaisnava-aparadha,
dan (d) Brahma-tattva (sebagaimana diuraikan pada bagian IV di muka), dalam
praktek dijabarkan menjadi 10 (sepuluh) kesalahan (aparadha) yaitu:
1. Menghina para vaisnava, penyembah Sri Krishna.
2. Menganggap para Deva tidak bergantung kepada Sri
Krishna yang juga disebut Sri Vishnu atau Narayana.
3. Tidak menuruti perintah guru kerohanian.
4. Tidak menghormati kekuasaan kitab suci Veda.
5. Menafsirkan nama suci Tuhan.
6. Melakukan kegiatan berdosa sambil mengucapkan
nama suci Tuhan.
7. Mengajarkan nama suci Tuhan kepada orang yang
tidak mempercayaiNya.
8. Menganggap pengucapan nama suci Tuhan sebagai kegiatan saleh.
9. Mengucapkan nama suci Tuhan secara tidak khusuk, dan
10. Tetap terikat pada dunia material meskipun telah banyak menerima pe-
ngetahuan rohani tentang nama suci Tuhan.

IX. LAIN-LAIN
Bilamana seseorang mengucapkan nama suci Sri Krishna tanpa ke 10
(sepuluh) kesalahan tersebut diatas, maka dia mengucapkanNya secara
murni. Dengan demikian sifat-sifat Asurik yang menyelimuti hatinya deng-
an cepat dihancurkan dan pada saat yang bersamaan bhakti (cinta-kasih)
kepada Sri Krishna berangsur-angsur bangkit didalam hatinya.

You might also like