Professional Documents
Culture Documents
Alkohol
Anoksia
Antikonvulsan-withdrawal (20%)
Penyakit cerebrovaskular
Epilepsi kronik
Infeksi SSP
Toksisitas obat-obatan
Metabolik
Trauma
Tumor
Hipoglikemia-Hiperglikemia
Non Epileptik Konvulsi
No brain damage
Dapat diprovokasi oleh :
• Positional vertigo mendadak • Non-epileptic myoclonus
• Breath-holding spell • Opsoclonus
• Cataplexy • Parasomnias
• Hyperekplexia ( sy. startle) • Paroxysmal kinesiogenic
• Hypoglycemia yang terkait • dyskinesia
neuroglycopenia • Syncope
• Migraine • Tics
• Narcolepsy
Komplikasi
Otak Aritmia
Peningkatan Tekanan Intra Glikosuria, dilatasi pupil
Kranial Hipersekresi, hiperpireksia
Oedema serebri Jantung
Trombosis arteri dan vena Hipotensi, gagal jantung,
otak tromboembolisme
Disfungsi kognitif
Metabolik dan Sistemik
Gagal Ginjal Dehidrasi
Myoglobinuria, Asidosis
rhabdomiolisis
Hiper/hipoglikemia
Gagal Nafas Hiperkalemia, hiponatremia
Apnoe Kegagalan multiorgan
Pneumonia
Idiopatik
Hipoksia, hiperkapni
Fraktur, tromboplebitis, DIC
Gagal nafas
Pelepasan Katekolamin
Hipertensi
Gejala Klinis
Pengenalan terhadap status epileptikus penting pada awal stadium untuk mencegah keterlambatan penanganan. Status
tonik-klonik umum (Generalized Tonic-Clonic) merupakan bentuk status epileptikus yang paling sering dijumpai, hasil dari
survei ditemukan kira-kira 44 sampai 74 persen, tetapi bentuk yang lain dapat juga terjadi.
A. Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized tonic-clonic Status Epileptikus)
Ini merupakan bentuk dari Status Epileptikus yang paling sering dihadapi dan potensial dalam mengakibatkan kerusakan.
Kejang didahului dengan tonik-klonik umum atau kejang parsial yang cepat berubah menjadi tonik klonik umum. Pada
status tonik-klonik umum, serangan berawal dengan serial kejang tonik-klonik umum tanpa pemulihan kesadaran diantara
serangan dan peningkatan frekuensi.
Setiap kejang berlangsung dua sampai tiga menit, dengan fase tonik yang melibatkan otot-otot aksial dan pergerakan
pernafasan yang terputus-putus. Pasien menjadi sianosis selama fase ini, diikuti oleh hyperpnea retensi CO2.4,5,7 Adanya
takikardi dan peningkatan tekanan darah, hyperpireksia mungkin berkembang. Hiperglikemia dan peningkatan laktat
serum terjadi yang mengakibatkan penurunan pH serum dan asidosis respiratorik dan metabolik. Aktivitas kejang sampai
lima kali pada jam pertama pada kasus yang tidak tertangani.
B. Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status Epileptikus)
Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik umum mendahului fase tonik dan diikuti oleh aktivitas
klonik pada periode kedua.
C. Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus)
Status epilepsi tonik terjadi pada anak-anak dan remaja dengan kehilangan kesadaran tanpa diikuti fase klonik. Tipe ini
terjai pada ensefalopati kronik dan merupakan gambaran dari Lenox-Gestaut Syndrome.
D. Status Epileptikus Mioklonik
Biasanya terlihat pada pasien yang mengalami enselofati. Sentakan mioklonus adalah menyeluruh tetapi sering asimetris
dan semakin memburuknya tingkat kesadaran. Tipe dari status epileptikus tidak biasanya pada enselofati anoksia berat
dengan prognosa yang buruk, tetapi dapat terjadi pada keadaan toksisitas, metabolik, infeksi atau kondisi degeneratif.5,6
Manajemen Status Epipelticus
Konvulsif
P3K Kejang :
Prinsip : A + B+ C + Call for Help
Beberapa pedoman pertolongan pertama mengatasi episode kejang :
Bersikap tenang
Bantulah pasien untuk berbaring , jauhkan pasien dari sesuatu yang keras dan tajam seperti sudut meja,
dll
Gulingkanlah pasien sehingga kepala menghadap ketanah agar air ludah tidak masuk ke jalan nafas.
Longgarkan baju, tali pinggang dan celana, lepaskan kaca mata yang dipakai pasien.
Jangan berusaha memasukkan sesuatu apapun kedalam mulut pasien. Lidah tidak dapat berfungsi
untuk menelan, sehingga akan menyebabkan tersedak. Ingat otot untuk mengunyah sangat kuat
Sesudah kejang berhenti, sebaiknya jangan menahan, restrain pasien, hal ini akan mengakibatkan
perlawanan atau agitasi pasien. Ini disebabkan oleh karena pasien belum pulih 100% kesadarannya.
Berusahalah untuk menempatkan pasien dalam lingkungan yang aman.
Hindarilah pemberian obat, minuman, atau makanan sebelum pasien pulih 1000 persen kesadarannya.
Temanilah pasien sampai sadar betul. Tanyakanlah “dimanan alamatmu” kalau ia dapat menjawab
dengan benar berarti sudah pulih.
Jika kejangnya adalah kejang pertama kali dan berlangsung lebih dari 5 menit, segera panggil
ambulance untuk diobservasi dirumah sakit.
Jika kejang berlangsung di tempat umum/keramaian, selama kejang berlangsung, mintalah agar tidak
menjadi tontonan, satu dua orang sudah cukup untuk membantu pertolongan pertama.
P3K Kejang
Prinsip :
6. Berikan Lorazepam (Ativan) 0,1 sampai 0,15 mg per kg (4 sampai 8 mg) intravena
dengan kecepatan 2 mg per menit
atau Diazepam 0,2 mg/kg (5 sampai 10 mg).
Jika kejang tetap terjadi berikan Fosfenitoin (Cerebyx) 18 mg per kg intravena dengan
kecepatan 150 mg per menit, dengan tambahan 7 mg per kg jika kejang berlanjut.
Jika kejang berhenti, berikan Fosfenitoin secara intravena atau intramuskular dengan 7
mg per kg per 12 jam. Dapat diberikan melalui oral atau NGT jika pasien sadar dan
dapat menelan.
Manajemen S.Convulsi
(EFA, 1993)
Pada : 20 sampai 30 menit, jka kejang tetap berlangsung
1. Intubasi, masukkan kateter, periksa temperatur
2. Berikan Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg per kg intravena
dengan kecepatan 100 mg per menit