You are on page 1of 30

KUALITAS PENDIDIKAN TERBAIK DI DUNIA

Satria Darma
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki
peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena
memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk kualitas
pendidikan adalah Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan
ibukota Helsinki, dimana perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini
memang begitu luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh
dunia.
Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei
internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal
dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan
juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis
tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.
Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam
masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi
dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa
negara lainnya.
Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar,
memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau
memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia
mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan
negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka
justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan
Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50
jam perminggu
Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas
gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan
kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri
adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah
fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar
untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7
pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk
ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!
Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan
kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas
seadanya pula.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru
yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi
guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut
mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka,
dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka
pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi
bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas
pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang
menghancurkan tujuan belajar siswa. “Terlalu banyak testing membuat
kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian.† ungkap seorang guru
di Finlandia.,”Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa
diukur dengan ujian.” Pada usia 18 siswa mengambil ujian untuk
mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga
lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
“Ini membantu siswa belajar betanggungjawab atas pekerjaan mereka
sendiri,” kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso,
Finlandia,” Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka ak an bekeja lebih
bebas. Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.”
Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari
sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika
mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. “Kita tidak
belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh
guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah.† Kata Tuomas
Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat
santai dan fleksibel. “Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan
rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan.† Sambungnya.

Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang
membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di
Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan
yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.
Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai
kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani
masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi
setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai,
umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu;
berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu
untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.
Menurut mereka, jika kita mengatakan ‘Kamu salah!’ pada siswa, maka hal
tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan
menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan
kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai
sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem
ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya
masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri
pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara
kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada
keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. “Kalau saya gagal dalam
mengajar seorang siswa,” kata seorang guru,” maka itu berarti ada yang
tidak beres dengan pengajaran saya.†. Benar-benar ucapan guru yang
bertanggungjawab.

Balikpapan, 5 Oktober 2005


Diambil dari “Top of the Class† Fergus Bordewich.e

Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di
dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa karena memang banyak yang tidak tahu bahwa
peringkat pertama untuk kualitas pendidikan adalah Finlandia. Negara dengan ibukota Helsinki
(tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang begitu luar
biasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang
komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA (Programme for International
Student Assesment) mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga
Matematika.

Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam
pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya
cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam masalah
anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di
Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya.

Finlandia tidaklah menggenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR
tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes.
Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan
negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu
hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finlandia, yang
siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.

Apa gerangan kuncinya? Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di Finlandia hanya ada
guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah
profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah
terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1
dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum
atau kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok dari siswa dengan
kualitas seadanya. Beberapa mahasiswa di Indonesia malah memilih fakultas keguruan sebagai
alternatif terakhir. Mereka ini dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.

Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan serta pelatihan dari dosen yang juga
berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang
tinggi pula. Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun
yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka
pilih sendiri.Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan
bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan
testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita
cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di
Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada
usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan
dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa
belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD
Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih
bebas.Guru tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara
independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar
lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar
apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru. Disini guru tidak mengajar
dengan metode ceramah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak
komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi
tidak menyenangkan.

Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia
sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara
siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.
Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk
memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa
membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus
dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa
buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang
penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita
mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika
mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan
melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai
sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap
siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya
membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di
kelasnya.
Kehebatan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang
tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.
Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang
tidak beres dengan pengajaran saya! Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.

Prev: Kunci Jawaban SNMPTN 2009


Next: OSN ke-9 tahun 2010 diselenggarakan di Medan

Datanglah ke dunia maya, hanya dengan menggunakan kata kunci Finlandia, sudah bisa
dipastikan akan banyak ditemui artikel-artikel yang menulis kehebatan pendidikan negara yang
berada di kawasan Skandinavia, Eropa ini.

Finlandia adalah salah satu negara di Eropa berbentuk Republik yang wilayahnya berbatasan
langsung dengan Rusia, Swedia dan Nourwegia. Luas wilayahnya tergolong kecil, yaitu hanya 330.000
km saja. Dibanding dengan luas Indonesia tentu tidak ada apa-apanya. Tetapi negara dengan Ibukota
Helsinski dan sempat menjadi tempat perundingan perdamaian Indonesia dengan GAM itu merupakan
negara kepulauan dengan 10% wilayahnya berupa perairan. Jumlah pulaunya sebanyak 179.584 buah
dan memiliki danau sebanyak 187.888. ( sumber: kedutaan RI di Finladia).

Dengan wilayah yang tidak begitu luas, Finladia juga memiliki jumlah penduduk yang tidak
begitu banyak, yaitu hanya 5.246.000 jiwa saja (2005). Sebgaian besar dari penduduk itu tinggal di
Helsinski dengan jumlah berkisar 1 juta jiwa saja.

Finlandia yang merdeka 6 Desember 1917 dari penjajahan Rusia itu secara geografis berada
di Eropa bagian utara. Letak ini menjadikan Finlandia cenderung minim menikmati hawa panas, yaitu
hanya bulan Juli dengan suhu berkisar 17 derajad Celcius. Sedangkan udara dingin hampir dirasakan
sepanjang tahun, dan paling dingin terjadi pada Bulan Januari-Pebruari dengan suhu -20 Derajad
Celcius.

Dari Hasil Hutan hingga Ponsel NOKIA


Sejak merdeka, Finlandia terlihat meroket dalam persaingan dunia dengan mengandalkan industri
perkayuan hasil hutan yang melimpah di negara yang rakyatnya kebanyakan berbahasa Finlandia dan
Swedia itu. Pelan tapi pasti, Finlandia mulai merambah industri elektronika, komunikasi, produksi
mesin-mesin berat dengan tetap mempertahankan produk unggulan bidang perkayuan dan
kehutanan.

Salah satu hasil kecanggihan Finlandia dalam industri komunikasi adalah NOKIA, merk ponsel
yang menjamur disaantero dunia. Bahkan di pelosok Indonesia, termasuk orang awam pun mengenal
merk ponsel itu, meski mereka tak tahu negara mana yang membuatnya.

Finlandia yang juga dikenal sebagai negara paling bersih dari kejahatan korupsi dikenal pula
sebagai negara yang handal dalam mengintegrasikan antara dunia pendidikan, riset dan industri. Tiga
komponen penting itu tidak jalan sendiri-sendiri seperti yang tampak di Indonesia, tetapi saling
bersinergi. Kemampuannya tersebut, membawa Finlandia mampu bersaing di tingkat global. Bahkan
dalam laporan tahunan Forum Ekonomi Dunia, tahun 2004 lalu Finlandia berada pada urutan pertama
sebagai negara yang ekonominya paling kompetitif di dunia. Dan hingga sekarang, dalam hyal
tersebut Finlandia tidak pernah keluar dari peringkat 10 besar negara dunia.

Serasa komplit, selain Finlandia kian mapan di pentas dunia karena kemajuan industri dan
ekonominya, juga mapan dalam kualitas pendidikannya (sebagaimana hasil sourvei OECD tersebut).

Mengintip sistem pendidikan di Finlandia, Fergus Bordewich dalam Top of the Class
mengungkapkan beberapa kunci sukses negara yang berada di kawasan Skandinavia itu meraih juara
I dunia dalam hal mutu pendidikan.

Kunci Sukses Pendidikan


Beberapa kunci sukses tersebut,antara lain:
Besarnya anggaran pendidikan yang dialokasikan pemerintah Finlandia. Beasiswa diberikan pada
warga sejak taman kanak-kanak hingga mereka menempu kuliah S3 (program doktoral). Keberanian
Finlandia dalam pengucuran anggaran pendidikan yang besar ditopang oleh pendapatan perkapita
penduduknya dari hasil hutan cukup tinggi, sekitar 37.460 dollar AS atau sekitar 342 juta rupiah
pertahun. Sementara jumlah penduduk sedikit. Akan tetapi keberhasilan pendidikan di Finlandia juga
didukung iklim politik yang bagus.

Masalah kualitas guru di Finlandia kiranya tak perlu dipersoalkan mutunya. Sudah dipastikan
guru-guru di Finladia adalah guru bermutu tinggi. Karena para guru dipilih yang paling berkualitas dan
terlatih. Dan untuk bisa kuliah di jurusan pendidikan harus bersaing ketat, lebih ketat ketimbang
persaingan di fakultas-fakultas bergengsi lainnya. Biasanya dari 7 peminat hanya 1 orang saja yang
diterima. Padahal di Finlandia gaji guru tidak begitu besar. Tetapi negara dan rakyat Finladia
menempatkan guru sebagai jabatan terhormat dan mereka yang menyandang jabatan itu pun juga
merasa mendapat sebuah prestisius dan kebanggaan. Puncak kebanggaan mereka berhasil mendidik
anak didik bukan berhasil memanipulasi nilai siswa. para guru di Finlandia akan selalu mengatakan
“Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran
saya.”

Artinya guru Finlandia sangat bertanggungjawab, minimal pada kelangsungan masa depan
anak didiknya termasuk pendidikan lanjutan yang akan ditempuh anak didik itu. Sementara nilai siswa
sama sekali tidak dianggap penting.

Guru-guru di Finlandia dibebaskan untyuk menggunakan metode kelas apapun, dengan


kurikulum yang mereka rancang sendiri dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Ujian bukan hal
utama dan sakral, tetapi ujian hanya digunakan untuk mengetahui kualifikasi siswa di sebuah
universitas.

Kewibawaan guru demikian tinggi di mata murid, karena mereka sangat menghindari kritikan
pada pekerjaan murid, tetapi mereka mengajak murid tersebut membandingkan dengan nilai
sebelumnya. Lebih-lebih mengatakan “kamu salah” pada murid adalah sangat dihindari oleh guru-
guru Finlandia. Para guru melihat sebagai hal biasa jika siswa melakukan kesalahan, termasuk dalam
hal mengerjakan soal-soal.

Siswa di Finlandia juga diarahkan mampu mengevaluasi secara mandiri akan hasil belajarnya.
Dan itu diterapkan sejak dini/pra TK. Mereka didorong bekerja secara individu tak peduli apapun
hasilnya. “Ini akan membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri,” kata
Sundstrom, seorang Kepala Sekolah Dasar di Poikkilaakso, Finlandia.
Sampsa Vourio, seorang guru di Torpparinmaki Comprehensive School, Finlandia menjelaskan kalau
sistem pendidikan di negaranya dijalankan sangat demikratis.

Prestasi siswa, terletak pada prosesnya, buka pada hasil akhirnya. Artinya, jika ada PR,
mereka tidak harus mengerjakannya secara sempurna. Yang penting murid sudah menunjukkan hasil
usahanya, itu sudah dianggap cukup. sungguh beda dengan di Indonesia, jangankan tidak
mengerjakan PR, mengerjakan salah saja hukuman sudah menanti, tak heran jika masih banyak anak
Indonesia rajin bolos sekolah lantaran belum mengerjakan PR karena takut kena sanksi.

Dalam hal alokasi waktu belajar di sekolah, sebenarnya tidak banyak waktu yang dibebankan
pada murid, rata-rata cuma 30 jam per-minggu. Usia masuk sekolah juga tergolong lambat, yaitu usia
7 tahun.

Anggaran Besar dengan Sistem Pendidikan Untuk Semua


Aroma kehidupan Finlandia tampaknya benar-benar kondusif untuk kemajuan segala bidang. Dan itu
sudah pasti sangat ditentukan oleh kualitas SDM-nya dan mutu pendidikannya. Karenanya, Leo
Pahkin, konselor pendidikan dari Badan Pendidikan Nasional Finlandia terus menggnejot mutu
pendidikan di Finlandia yang dipandangnya sebagai aset kemajuan bangsa. “Kami menanam investasi
yang besar dibidang pendidikan dan pelatihan, agar kami bisa mencetak tenaga ahli dan terampil
yang nantinya menghasilkan inovasi,” ujarnya.

Pahkin menjelaskan, bahwa sistem pendidikan di Finlandia dibanguan atas dasar “Pendidikan
Untuk Semua”. Laki-laki, perempuan, kaya, miskin, semua warga Finlandia mendapat perlakuaan
sama dan didorong untuk mendapatkan kesempatan mengasah otak dan ketrampilan di lembaga
pendidikan yang disediakan secara gratis.

Sedangkan untuk kalangan dewasa, pemerintah Finlandia menyediakan program-program


kejuruan seperti Teknologi Informasi. Tetapi program ini banyak dikhususkan bagi buruh yang tidak
memiliki pendidikan dasar yang memadai. Dengan bekal ketrampilan ini, diharapkan buruh tersebut
memiliki nilai yang tinggi.[]

Menurut Jusuf Kalla seperti yang dilansir Apakabar.ws, dilihat dari peringkat negara, kualitas
pendidikan Indonesia berada di urutan ke-160 dunia dan urutan ke-16 di Asia. Bahkan secara
rata-rata, Indonesia masih berada di bawah Vietnam. “Mengapa orang Indonesia lebih bodoh
dibanding orang Vietnam, Malaysia, atau Singapura? Anak-anak kita sekarang malas belajar
karena mereka merasa tidak perlu belajar. Mengapa merasa tidak perlu belajar karena mereka
merasa belajar dan tidak belajar sama saja,” tuturnya.
Dijelaskan, kondisi itu terjadi karena saat ujian naik kelas, murid yang pintar dan yang bodoh
sama-sama naik kelas atau saat ujian akhir, siswa yang pintar dan bodoh semuanya lulus.

Menurut dia, budaya seperti itu terjadi akibat KKN, secara sadar dan tidak sadar, sudah diajarkan
sejak dini di sekolah sehingga siswa yang mendapat nilai tiga dikatrol jadi lima atau yang dapat
lima dinaikkan menjadi tujuh. Demikian juga siswa yang seharusnya tidak lulus, diluluskan
juga. (Kasian Pak ama yang gak lulus…. ) “Karena itu, saya minta, mulai sekarang semua
guru membiasakan pakai tinta merah. Kalau memang nilainya merah, ya tulis dengan tinta
merah, seperti dulu-dulu lagi,” ujarnya.

Menko Kesra (saat itu Jusuf Kalla Masih Menjabat Sebagai Menko Kesra) juga menyoroti
penggunaan sistem koefisien nilai kewajaran yang diterapkan Depdiknas dewasa ini dalam
menilai hasil ujian. Dia menilai hal ini sebagai pembodohan terhebat dalam dunia pendidikan.
Melalui sistem itu, secara sengaja sudah dirancang disparitas kualitas pendidikan antara satu
daerah dan daerah lain di Indonesia sehingga muncul kasta-kasta dalam bidang pendidikan.
“Cara itu harus diubah karena merupakan suatu kebijakan yang betul-betul salah dan membodohi
rakyat,” ujarnya. ( Pak, emang Setiap Daerah beda Kualitas Pendidikannya kok, kan setiap
daerah gak sama Fasilitasnya Pak )
Sebetulnya, upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidaklah terlalu berat karena hanya
bersifat akan mengembalikan mutu pada posisi yang pernah dicapai tahun 1960-an. (Masa Sih
Pak, Mana buktinya kalau Tahun segitu Indonesia Maju ? )
Kualitas pendidikan sekarang merosot dibanding dengan kondisi 40 tahun lalu, ibarat olahraga
lompat tinggi. Kalau 40 tahun lalu mistar pendidikan itu diletakkan pada ketinggian dua meter,
karena banyak yang tidak bisa lompat, mistarnya diturunkan jadi 1,5 meter. Begitu seterusnya
hingga mencapai tingkat yang sangat rendah.
“Seharusnya, bukan mistarnya yang diturunkan, tetapi atlet lompatnya itu yang digodok agar bisa
melompat lebih tinggi seperti di Malaysia, Singapura, dan Hong Kong. Sekarang, kita ingin
mengembalikan mistar itu pada posisi semula,” kata Jusuf Kalla ( Sekarang kan (2009) Bapak
Adalah Wakil Presiden, Kok gak ngebahas lagi pak kualitas pendidikan Indonesia? ).

Dari Email 8 bulan yang lalu...


Semoga bisa menambah pengetahuan kita dan gw sih berharap Departemen Pendidikan membaca
ini...dan mencontoh segala apa yang bagus untuk Pendidikan di Indonesia...MERDEKAA!!!

>ooh...Indonesiaku yang malang....<


Fyi
****
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki
peringkat pertama di dunia? Kalau Anda tidak tahu, tidak mengapa
karena memang banyak yang tidak tahu bahwa peringkat pertama untuk
kualitas pendidikan adalah Finlandia.

Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki, dimana


perjanjian damai dengan GAM dirundingkan, ini memang begitu luar biasa
sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.

Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei


internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal
dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca,
dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara
akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah
mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas.

Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam


masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi
dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan
beberapa negara lainnya.

Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar,


memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau
memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia
mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan
negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka
justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan
Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50
jam perminggu

Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada


kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru
dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru
sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka
tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru
mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1
dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya
ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum
dan kedokteran!

Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa


dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan
kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan
pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika
kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi
pula.

Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas


apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri,
dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain
percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang
sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa
ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa.
Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk
lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek
dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th
siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan
tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!


Inimembantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka
sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.
Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.Guru
tidak harus selalu mengontrol mereka.

Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari


sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak
jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak
belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh
guru. Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas
Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat
santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan
rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.

Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang
membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah
di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik
dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai


kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani
masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi
setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai,
umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu;
berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak
perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.


Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal
tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan
menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan
kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan
nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada
sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap
dirinya masing-masing.

Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir


siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem
pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang
tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui
tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa,
kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan
pengajaran saya!

Urutan Kualitas Pendidikan Indonesia Di Mata Dunia Dari 1997-2007

Tahun 1997 – 2007 (World Competitiveness Year Book)

Menurut hasil survei World Competitiveness Year Book dari tahun 1997 sampai tahun 2007
pendidikan Indonesia berada dalam urutan sebagai berikut pada tahun 1997 dari 49 negara yang
diteliti Indonesia berada di urutan 39. Pada tahun 1999, dari 47 negara yang disurvei Indonesia
berada pada urutan 46. Tahun 2002 dari 49 negara Indonesia berada pada urutan 47 dan pada
tahun 2007 dari 55 negara yang disurvei, Indonesia menempati urutan yang ke 53.

Tahun 2000

Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan
kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan dengan
negara tetangga Singapura (24), Malaysia (61),Thailand (76) dan Philipina (77).

Tahun 2001
Berdasarkan data hasil penelitian di Singapura (September 2001) menempatkan sistem
pendidikan nasional pada urutan 12 dari 12 negara Asia bahkan lebih rendah dari Vietnam.
Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan
kualitas SDM Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan dengan
negara tetangga Singapura (24), Malaysia (61),Thailand (76) dan Philipina (77).

Tahun 2005

Posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik.
Duh! Peringkat ini dilansir dari laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB,
Unesco. Penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South Pacific
Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi dilakukan di
14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Laporan ini dipublikasikan pada 24 Juni lalu. Rangking
pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam,
Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan.
Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan
pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada
aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas
input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia
hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang mendapat nilai B
serta mendapat peringkat 6 dan 4. “Sangat ironis karena Thailand yang mengalami krisis bisa
menempatkan diri menjadi rangking satu,” ujar aktivis LSM Education Network for Justice (E-
Net), M Firdaus, saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan mengenai laporan ini di
Gedung YTKI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu (29/6/2005).

(ckckckcckck.. Kasiannya Indonesia…. Padahal Potensi Kekayaan Tambang Indonesia No.6


Didunia, Tapi Kebijakannya  urutan 62 dari 68 Negara. Apa yang salah?)

Masih Bingung Apa YAng salah?

Amerika Serikat risau karena nilai matematika dan sains muridnya tidak masuk peringkat atas,
jauh dibawah sejumlah negara di Asia. Singapura menjadi rujukan.

BEKAS presiden Indonesia, BJ Habibie, secara berseloroh pernah mengatakan bahwa Singapura
hanyalah sebuah noktah merah di peta. Namun tak bisa dipungkiri, meski ia hanyalah sebuah
titik, Singapura punya kedigdayaan mengagumkan. Di bidang keuangan, ia dikenal sebagai salah
satu pusat pasar uang di Asia, selain Tokyo, Hong Kong, dan Dubai. Di bidang pendidikan,
Singapura dikenal memiliki prestasi membanggakan.

Nun jauh di Chicago, Amerika Serikat, sebuah negara bagian di Amerika yang ribuan kilometer
jauhnya dari Singapura, pengakuan itu mencuat. Adalah Doug O’Roark, 41 tahun, yang
mengungkapkannya. Ia lulusan sekolah ternama, Massachusetts Institute of Technology, dengan
ijazah di bidang teknik elektro dan kesusastraan.
Ia kini menjadi Ketua Departemen Sains dan Matematika di Payton College, sebuah sekolah
swasta dengan prestasi cukup membanggakan. Sewaktu mengiklankan penerimaan murid baru,
Agustus ini, O’Roark mengatakan: sekolahnya memiliki prestasi tingkat dunia. Ini antara lain
karena di bidang matematika dan sains, sudah menerapkan metode Singapura.

Kalimat O’Roark ini pantas dicatat, mengingat ia bukan sembarang guru. Pada 2002 ia mendapat
penghargaan sebaga guru matematika dan sains berprestasi, dalam kegiatan Radio Shack
National Teacher Award. Tahun lalu, ia mendapat anugerah lainnya. Ia menjadi satu dari 12
penerima penghargaan guru matematika terkemuka dari Asosiasi Matematika se Amerika.

O’Roark bisa mendapat anugerah itu berkat kesungguhannya memberikan yang terbaik bagi
muridnya. Panitia menyebutkan bahwa O’Roark tak segan untuk “mengintip metode pengajaran
matematika di seluruh dunia, untuk mendapatkan yang terbaik”. Yang ia pelototi dengan amat
serius adalah bagaimana pemerintah Singapura menerapkan pelajaran matematika di sekolah.

Cara “mengintip” itu ia lakukan melalui berbagai bacaan tentang metode pengajaran matematika
di negara yang mendapat ranking atas dalam matematika. O’Roark sangat akrab dengan
kurikulum matematika di Singapura, negara yang mendapat peringkat atas dalam matematika
dan sains. Ia menyerapnya.

Metode dari Singapura itu ia padukan dengan pendekatan “menekuni materi”, cara yang ia serap
dari Jepang. Dalam cara ini, murid diajak belajar sebuah topik secara berulang-ulang, sampai ia
puas terhadap hasilnya. Sebagai contoh, misalkan murid belajar kalkulus atau trigonometri, dia
diajak belajar secara sukarela setelah jam pelajaran usai, sampai murid merasa puas terhadap
hasilnya. Tak hanya teori murni yang diajarkan. Murid diajak menghubungkan antara ilmu yang
ia dapat dengan terapannya dalam kehidupan sehari-hari.

O’Roark juga mencoba mencari tahu bagaimana matematika diajarkan di Hungaria. Menurut
standar ujian internasional, nilai matematika murid sekolah menengah Hungaria ada di nomor 9,
jauh di atas Amerika Serikat yang di nomor 19. Adapun Singapura ada di nomor 1, sedang
Jepang di nomor 5. Indonesia, apa boleh buat, masih di nomor 34. O’Roark mengajak murid-
muridnya ke Salgotarjan, sebuah kota di Hungaria dengan penduduk 40.000 orang.

Bersama para muridnya, ia belajar di Bolyai Janos Gimnazium. Bolyai Janos adalah salah satu
tokoh yang melahirkan geometri non-Euclidean, ilmu ukur ruang yang banyak mempelajari soal
hiperbola dan elip. Para murid dari Amerika Serikat ini berbaur dengan tuan rumahnya, demi
sebuah tujuan: agar mereka bisa mendongkrak prestasi matematikanya ke kelas dunia.

PERINGKAT 15

Sudah 50 tahun ini Amerika Serikat dirisaukan reotnya kualitas matematika para muridnya.
Setengah abad lalu, tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh meluncurnya Sputnik, pesawat luar
angkasa Uni Soviet. Amerika kaget. Namun mereka mengambil hikmah: Amerika harus segera
memperbaiki pelajaran matematika dan sains-nya. Hasilnya kelihatan. Amerika tak hanya
mengirimkan awaknya ke luar angkasa, melainkan mendaratkannya di bulan.
Namun, studi di 26 negara bagian yang baru tahun lalu dilakukan menunjukkan hasil yang
merisaukan. Satu dari lima pelajar di Amerika Serikat ternyata harus ikut ujian ulangan
matematika. Menurut National Science Foundation, nilai rata-rata matematika pelajar Amerika
kelas 8 terletak di peringkat 15. Di bawah Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia. Ini
musibah bagi Amerika, mengingat lapangan kerja bagi lulusan matematika, sains, dan teknik,
tumbuh lima kali ketimbang bidang lain.

Karena itu, dewasa ini digenjot program besar untuk menajamkan kepiawaian para guru dalam
bidang matematika dan sains. Di New Jersey, pemerintah negara bagian bekerjasama dengan
pihak swasta mengadakan workshop untuk para guru. “Keterampilan matematika dan sains
bukan saja jadi kebanggaan nasional. Dua bidang ini jadi landasan bangsa dalam berinovasi,”
kata Beth McGrath, direktur Stevens Tech, lembaga yang diajak bekerjasama mengadakan
workshop.

Lagi-lagi, metode pengajaran matematika ala Singapura jadi bahan diskusi.

SINGAPURA PERINGKAT 1

Singapura memang pantas berbangga. Adalah hasil studi yang digelar Third International
Mathematics and Science Study (TIMMS) pada 1999 dan 2003 yang menunjukkan
kehebatannya. Riset ini diikuti 180.000 murid dari 38 negara. Singapura mengikutkan 5.000
muridnya.

Pada 1999, dari 38 negara yang menjadi obyek survei terhadap murid kelas 8, Singapura
menduduki peringkat nomor 1. Ini mengulangi hasil yang dicapai Singapura pada 1995. Survei
terakhir dilangsungkan pada 2007, namun hasilnya baru diumumkan Desember mendatang.

Dari nilai maksimal 1.000, murid Singapura mendapatkan rata-rata 604, jauh di atas capaian
Amerika Serikat. Indonesia menduduki peringkat 34, di bawah Thailand maupun Malaysia.
Survei yang dilakukan terhadap murid kelas 4 di 38 negara menunjukkan hasil serupa. Singapura
nomor satu.

Bila dirinci lebih detail lagi, terdapat perbedaan cukup mencolok antara kinerja murid keturunan
China dengan keturunan Melayu. Di bidang matematika, sebanyak 96% murid keturunan China
termasuk kelas atas dunia. Sementara untuk keturunan Melayu, angkanya 86%. Untuk bidang
sains, sebanyak 86% murid keturunan China ada di peringkat separuh ke atas. Untuk keturunan
Melayu, angkanya hanya 61%.

Yang membuat Singapura bangga, menurut hasil riset itu, murid-muridnya memang menyukai
matematika dan sains. Nilai tinggi ini didapat karena kedua pelajaran itu memang disukai para
murid.

INTELLIGENT NATION 2015

 
SINGAPURA tak henti-hentinya menjaga keunggulan siswa di bidang teknologi dan
matematika. Proyek besarnya dirancang oleh Departemen Informasi dan Komunikasi, dengan
menggulirkan program “Intelligent Nation 2015”, biasa disingkat iN2015. Melalui proyek ini,
Singapura ingin mengutamakan penggunaan teknologi informasi di berbagai bidang: ekonomi,
pendidikan, dan pembelajaran. Untuk mendukung kegiatan itu, sekolah mengadakan program
“FutureSchool@Singapore”.

Akhir Juli lalu, pemerintah Singapura mengumumkan empat konsorsium yang menang tender
perangkat lunak bagi 15 sekolah perintis. Setelah hasilnya bagus, perangkat lunak itu disebarkan
ke sekolah lainnya. Di antara pemenangnya adalah Civica, perusahaan penyedia program khusus
pendidikan, yang sudah lama buka kantor di Singapura. Anggotanya SingTel, ST Electronics,
dan HewlettPackard. Nilai proyeknya cukup besar, Sin $80 juta, lebih dari Rp 400 milyar,
dilaksanakan selamat empat tahun hingga 2012.

Masing-masing anggota konsorsium memiliki tugas sendiri. Civica, misalnya, mendapat perintah
untuk membuat program komputer pelajaran interaktif 3D di bidang lingkungan di SMP Jurong.
Dengan proyek ini, pemerintah Singapura berharap, keunggulan negaranya di bidang matematika
dan sains terus bertahan.

Tanpa terus melakukan inovasi, keunggulan Singapura memang akan gampang disamai. Saat ini
berbagai negara seperti berlomba-lomba mengopi cara pengajaran matematika ala negeri singa.
Salah satu analisis terhadap kurikulum matematika ala Singapura itu bisa dijumpai di
http://www.welltrainedmind.com/J01singapore.html. Analisis dilakukan konsultan pendidikan
Sonlight Curriculum Ltd, Amerika Serikat.

Menurut Sonlight, buku matematika pegangan untuk murid Singapura, di tiap tingkatan memiliki
desain yang sama. Tiap semester, siswa mendapat satu buku pegangan ditambah dua buku kerja.
Kesinambungan materi dari tiap jilid buku terlihat jelas.

Terlihat jelas bahwa murid diajak berpikir. Sebagai contoh, pada awal pengenalan terhadap
matematika di buku 1A, murid diajak berhitung dari 1-10. Setelah itu, mereka diajak menghitung
mundur, dari 10 ke 1. Mereka kemudian dikenalkan dengan gambar kincir angin yang punya
enam sirip. Pada tiap sirip tergantung kursi. Siswa kemudian diminta mengisi kotak kosong pada
tiap deretan di kursi: __, 8, 9; 3, __, 1; ___, 6, 5; 2, 1, ___; 5, ___, 3; 10, 9, ___.

Sonlight menyarankan, bila ingin menerapkan matematika ala Singapura, kita hendaknya
melakukannya secara teratur, dengan penuh kesabaran.

IWAN QODAR HIMAWAN

STUDI KOMPERASI SISTEM PENDIDIKAN NEGARA INDONESIA DAN


NEGARA SINGAPURA DITINJAU DARI JENJANG PENDIDIKAN
A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat signifikan dalam sebuah kehidupan berbangsa.
Pendidikan merupakan media strategis dalam memacu kualitas sumber daya manusia. Hal ini
telah menjadikan pendidikan bagian terpenting untuk keberlangsungan, perkembangan dan
kemajuan suatu negara.
Dengan melihat peran pendidikan yang sangat strategis ini, sudah menjadi keharusan bagi
masyarakat pada khususnya dan negara pada umumnya untuk menjadikannya sebagai “agenda
besar” negara agar keberlangsungan, perkembangan dan kemajuan negara ini dapat terjamin.
Jika kita melihat realita yang ada, terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan
implementasi dari pendidikan itu sendiri. Posisi Indonesia menduduki peringkat 10 dari 14
negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Peringkat ini dilansir dari laporan monitoring
global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco. Penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini
dilakukan oleh Asian South Pacific Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign
for Education. Studi dilakukan di 14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Rangking pertama
diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam,
Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan.
Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan
pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada
aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas
input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat ke 14 (terakhir).
(http://t4belajar.wordpress.com).
Ini adalah obat pahit yang harus ditelan bangsa ini, agar dapat menjadi refleksi terhadap potret
pendidikan bangsa ini. Namun ini bukanlah harga mati bagi bangsa ini karena masih banyak
peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini, jika bangsa ini mau belajar dengan
bangsa lain yang telah mengalami kamajuan dalam bidang pendidikan.
Singapura merupakan salah satu negara yang telah memiliki kemajuan dalam bidang pendidikan.
Hasil survey Times Higher Education-QS World University Rankings 2009
(http://translate.google.co.id ) yang menyatakan beberapa Universitas di Singapura ke dalam 200
Universitas terbaik di dunia. Universitas itu adalah National University of Singapor (peringkat
30) dan Nanyang Technological University (peringkat 73). Untuk kawasan Asia Tenggara, hanya
Negara Singapura yang termasuk dalam 200 universitas terbaik dunia.

B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan Sebagai suatu Sistem
McAhsan dalam Pidarta (1997:25) mendefinisikan sistem seebagai strategi yang menyeluruh
atau rancanadikomposisi olehsatu set elemen, yang harmonis, merepresentasikan suatu unit,
masing-masing elemen mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut dalam bentuk
yang logis. Sementara itu Sanjaya (2009:2) mendifinisikan sistem sebagai satu kesatuan
komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari
penjelasan diatas akan kita dapati beberapa ciri-ciri dari sistem antara lain:
• Sistem Memiliki Tujuan Tertentu
• Sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu
• Sistem memiliki komponen-komponen tertentu.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang telah memiliki tujuan, fungsi dan komponen. Tujuan
Pendidikan Nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Sementara itu, fungsi Pendidikan adalah agar terciptanya
Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Komponen-komponen pendidikan antara lain; guru,
peserta didik, kurikulum, infrastruktur dan lain-lain.
Sebagai suatu sistem, Pendidikan memiliki sub sistem untuk menunjang berjalannya sistem
tersebut. Salah satu sub sistem Pendidikan adalah Jenjang pendidikan (Pendidikan Dasar,
Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi).

2. Landasan Psikologis dalam Penjenjangan Pendidikan


Dunia pendidikan tidak dapat terlepas dari teori psikologi. Ini dikarenakan yang menjadi objek
pendidikan adalah peserta didik (Pidarta, 1997:6) yang memiliki karakteristik dan pembawaan
yang berbeda-beda. Para pakar psikologi telah banyak memberikan kontribusi terhadap dunia
pendidikan melalui konsep-konsep ataupun teori-teorinya.
Beberapa konsep Psikologi yang telah memberikan kontribusinya adalah konsep Jean Peaget dan
Erickson (Pidarta, 1997:186) yang membahas psikologi perkembangan yang memakai
pendekatan pentahapan yang bersifat khusus.
a. Konsep Jean Peaget.
Konsep Jean PEaget yang menekankan tingkat-tingkat perkembangan khusus yaitu kognisi.
Menurut Peaget ada empat tingkatan perkembangan kognisi
• Periode sensori motor pada umur 0 sampai 2 tahun
Kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks. Reaksi intelektual hampir seluruhnya
karena rangsangan langsung dari alat-alat indra. Punya kebiasaan memukul-mukul dan bermain –
main dengan permainannya. Mulai dapat menyebutkan nama-nama objek tertentu.
• Periode pra operasional pada umur 2 sampai 7 tahun
Perkembangan bahasa anak ini sangat pesat. Peranan intuisi dalam memutuskan sesuatu masih
besar, menyimpulkan hanya berdasarkan sebagian kecil yang diketahui. Analisis rasional belum
berjalan.
• Periode operasi konkrit pada umur 7 – 11 tahun.
Mereka sudah bisa berfikir logis, sistematis dan memecahkan masalah yang bersifat konkrit.
Mereka sudah mampu mengerjakan penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
• Periode operasi formal pada umur 11 sampai 15
Anak-anak ini sudah dapat berfikir logis terhadap masalah, baik yang konkrit maupun abstrak.
Dapat membentuk ide-ide dan masa depannya secara realistis.

b. Konsep Erickson
Dalam aspek afeksi, Erickson mencoba menyusun perkembangannya. Perkembangan afeksi
terdiri atas delapan tahap sebagai berikut:
• Bersahabat versus menolak pada umur 1 tahun
Bayi yang diasuh dengan kasih sayang dan kebutuhan-kebutuhan terpenuhi akan merasa
bersahabat dengan orang-orang disekitarnya. Sebaliknya bila dia disia-siakan dan kebutuhannya
tak terpenugi, maka ia akan menentang lingkungannya. Perasaan seperti ini akan dibawa ke
tingkat-tingkat perkembangan berikutnya.
• Otonomi versus malu dan ragu-ragu pada umur 1 samapai 3 tahun
Anak merasa memiliki otonomi dan kebanggaan, sebab ia sudah bisa berjalan memanjat,
membuka mendorong dan sebagainya. Ia merasa dapat mengendalikan otot-otot nya,
mengendalikan diri dan lingkungannya, tetapi bila orang tua terlalu memanjakan, timbul malu-
malu dan keragu-raguan anak itu tentang kemampuannya. Dan hal ini pun akan berpengaruh
pada tingkatan perkembangan berikutnya.
• Inisiatif versus perasaan bersalah pada umur 3 sampai 5 tahun
Anak-anak pada masa ini banyak berinisiatif manakala diberi kesempatan oleh orang tuanya,
sebab mereka sudah punya kemampuan lebih besar, seperti lari, naik sepeda roda tga, memukul,
memotong dan sebagainya. Begitu pula dalam berbahasa dan berfantasi mereka berinisisatif
sendiri. Orang tua perlu memberi kesempatan kebebasan dan menjawab segala pertanyaannya.
Kalau mereka tidak diberlakukan seperti itu, mereka akan merasa guilted (bersalah)
• Perasaan produktif versus rendah diri pada umur enam sampai 11 tahun.
Anak-anak ini cinta pada orang tua yang berlawanan jenis dan ada rasa persaingan dengan yang
sama jenis kelamin. Mereka sudah bisa berfikir deduktif, bermain dengan peraturan-
peraturannya, dan terdorong untuk mengerjakan sesuatu sampai berwujud nyata. Jika mereka
dihargai dan diberi hadiah membuat peran produktif berkembang. Tetapi anak-anak yang bodoh
cenderung punya perasaan rendah diri.
• Identitas diri versus kebingungan pada umur 12 sampai 18 tahun.
Para remaja ini sudah mulai dapat mengidentifikasi dirinya berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang lampau. Ia sudah mengerti sebagai remaja, sebagai teman sekolah, sebagai anggota
pramuka dan sebagainya. Perasaan dan keinginan-keinginan baru mulai tumbuh. Mereka juga
sudah bisa berfikir jernih tentang hal-hal disekelilingnya.
• Intim versus mengisolasi diri pada umur 19 sampai 25 tahun.
Orang-orang ini sudah bisa intim dalam suami istri dan mampu berbagi rasa pada orang lain.
Keberhasilan ini tidak hanya bergantung pada perlakuan orang tua, melainkan juga pada
temannya yang akan diajak bergaul. Dan bila tidak berhasil, ia akan mengisolasi diri.
• Generasi versus kesenangan pribadi pada umur 25 sampai 45 tahun.
Orang tua atau orang seumur ini sudah mulai memikirkan generasi muda, masyarakat dan dunia
tempat generasi ini tinggal. Mereka memikirkan pendidikan, kesejahteraan, dan pekerjaan
generasi ini. Bila tidak orang tua ini hanya mengejar kesenangan pribadi saja.
• Integritas versus putus asa pada umur 45 tahun keatas.
Integritas muncul kalau orang tua ini dapat membawa diri secara memuaskan dalam pergaulan
anak cucunya. Bila tidak maka orang ini akan berputus asa.

Konsep-konsep psikologi diatas murapakan bagian kecil dari kontribusi ilmu psikologi yang
telah diberikan pada dunia pendidikan sebagai landasan untuk menentukan jenjang pendidikan,
sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal

3. Perbandingan Jenjang Pendidikan Negara Singapura dan Indonesia


Jenjang Pendidikan di singapura antara lain:
• Pendidikan Pra Sekolah
Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan yang dilakukan untuk anak-anak berusia 3 sampai
dengan 6 tahun
• Pendidikan Dasar
Seorang anak di Singapura menjalani pendidikan dasar selama 6 tahun, terdiri dari empat tahun
tahap dasar pertama yaitu Sekolah Dasar kelas 1 sampai 4 dan tahap orientasi tahun ke dua yaitu
Sekolah Dasar kelas 5 sampai 6. Pada akhir kelas 6 SD, siswa mengikuti Ujian Kelulusan
Sekolah Dasar (Primary School Leaving Examination).
• Pendidikan Menegah
Para siswa melaksanakan pendidikan lanjutan selama 4 atau 5 tahun melalui program spesial,
cepat ataupun normal. Program spesial dan cepat mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian
GCE 'O' (Singapore-Cambridge General Certificate of Education 'Ordinary') pada tingkat empat.
Siswa pada program normal dapat memilih jurusan akademik atau teknik, yang keduanya
mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian GCE 'N' (Singapore-Cambridge General Certificate
of Education 'Normal') pada tingkat empat dan jika hasilnya memuaskan, maka siswa akan
mengikuti ujian GCE 'O' pada tingkat lima.
• Pendidikan Pra Perguruan Tinggi
Setelah menyelesaikan ujian tingkat GCE 'O', para siswa diperbolehkan mendaftar untuk
mengikuti program akademi selama dua tahun masa pelajaran pada pra-universitas atau institut
terpadu selama tiga tahun masa pelajaran pada pra-universitas, yang keduanya merupakan dasar
untuk masuk ke universitas. Kurikulum terdiri dari dua mata kuliah wajib, yaitu General Paper
dan Mother Tongue, dan maksimum empat subyek Singapore-Cambridge General Certificate of
Education 'Advanced' (GCE 'A') dari tingkat seni, ilmu pengetahuan dan pelajaran tentang
perniagaan. Di akhir masa pelajaran pada pra universitas siswa mengikuti ujian tingkat GCE 'A'.
• Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.

4. Jenjang Pendidikan di Indonesia


Berdasarkan Undang-undang Pendidikan Nasional tahun 2003. Jalur, jenjang dan jenis
pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Adapun jenjang pendidikan tersebut
antara lain:
• Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada PAUD ini
dapat diselenggarakan melalui jalur formal, non formal dan/atau inforamal. Pendidikan anak usia
dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk
lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk
kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

• Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan MAdrasah Ibtidayah (MI) atau bentuk yang
sederajatserta Sekolah MEnengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Akhir kelas
enam siswa harus mengikuti Ujian Nasional sebagai syarat untuk mengikuti SMP/MTs.

• Pendidikan Menengah
Pendidikan menegah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas
pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menegah Kejuruan
(SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

• Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
Terdapat beberapa perbedaan antara jenjang pendidikan Negara Indonesia dan Singapura, antara
lain:
a. Pendidikan Dasar
Pada pendidikan Dasar ini, Pendidikan Dasar singapura hanya 6 tahun. sementara itu, Pendidikan
Dasar di indonesia membutuhkan waktu 9 tahun, dengan rincian 6 tahun SD dan 3 tahun SMP
b. Jenjang Pendidikan Menengah
Pada jenjang ini Pendidikan di Singapura membutuhkan waktu 4 tahun dan 5 tahun, semenara itu
pendidikan menengah di Indonesia hanya 3 tahun. Pada jenjang ini, pendidikan di Singapura
mengklasifikasikan kemampuan siswa menjadi Express, Normal Academic dan Normal
Technical. Sementara itu pendidikan menengah di Indonesia tidak melakukan sistem tersebut.
Akan tetapi hanya melakukan program akselerasi pada sekolah-sekolah tertentu.
c. Pendidikan Pra Universitas/Junior College
Pada jenjang ini peserta didik dipersiapkan untuk memasuki jenjang perguruan universitas
ataupun pendidikan kejuruan atau yang sejenisnya. Sementara itu di Indonesia tidak terdapat
jenjang pra Universitas/Junior College

C. PENUTUP
Kesimpulan
Dalam rangka menentukan jenjang pendidikan harus mengacu pada psikologi peserta didik yang
akan di didik. Hal ini dimaksudkan agar output yang diharapkan dapat tercapai dengan
maksimal.
Penjenjangan pada Negara singapura patut dijadikan sebagai referensi bagi negara kita,
mengingat Negara singapura telah mengalami kemajuan dalam segi pendidikan. Beberapa hal
yang patut dicontoh adalah:
1. Jenjang Pendidikan Menengah
Pada jenjang ini Pendidikan di Singapura membutuhkan waktu 4 tahun dan 5 tahun, semenara itu
pendidikan menengah di Indonesia hanya 3 tahun. Pada jenjang ini, pendidikan di Singapura
mengklasifikasikan kemampuan siswa menjadi Express, Normal Academic dan Normal
Technical.
2. Pendidikan Pra Universitas/Junior College
Pada jenjang ini peserta didik dipersiapkan untuk memasuki jenjang perguruan universitas
ataupun pendidikan kejuruan atau yang sejenisnya. Sementara itu di Indonesia tidak terdapat
jenjang pra Universitas/Junior College

Pendidikan Singapura

Sistem Pendidikan Singapura www.singaporeedu.gov.sg/id/htm/stu/stu01.htm


Pendidikan selalu menjadi kunci dari pertumbuhan dan perkembangan masyarakat Singapura,
terutama pada tahun 1965 ketika Singapura menjadi negara republik yang merdeka. Saat ini di
abad ke-21, dimana ekonomi yang berdasarkan ilmu pengetahuan berfungsi sebagai pengendali
dalam komunitas secara mendunia, pengetahuan menjadi hal yang lebih mendesak dalam
membentuk masa depan negara kami. Pada saat yang sama, melalui pendidikan, setiap individu
dapat mengeluarkan potensi mereka untuk memberi keuntungan bagi masyarakat, bangsa, dan
membina sebuah kehidupan yang berkecukupan.
Sistem pendidikan Singapura didasarkan pada pemikiran bahwa setiap siswa memiliki bakat dan
minat yang unik. Singapura memakai pendekatan yang fleksibel untuk membantu perkembangan
potensi para siswa.
Pusat Keunggulan Pendidikan - Singapura, Pusat Pendidikan Dunia
Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala Inggris yang
tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individual dan
mengembangkan bakat.

Keunggulan sistem pendidikan di Singapura terletak pada kebijakan dua-bahasa (Bahasa


Inggris/Melayu/Mandarin/Tamil) dan kurikulumnya yang lengkap dimana inovasi dan semangat
kewiraswastaan menjadi hal yang sangat diutamakan. Para individu menunjukkan bakat-bakat
yang berkaitan satu sama lain dan kemampuan untuk bertahan dalam lingkungan yang penuh
dengan persaingan, dipersiapkan untuk sebuah masa depan yang lebih cerah.

Sekolah-sekolah di Singapura terkenal dengan standarnya yang tinggi dalam hal kegiatan belajar
mengajar, terbukti melalui perbandingan lokakarya Internasional seperti Third Internasional
Matemathics and Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa mayoritas siswa sekolah
Singapura yang terkemuka telah mempunyai standar internasional dalam mata pelajaran
matematika dan ilmu pengetahuan. Para siswa kami juga merupakan yang terbaik dalam
kompetisi di setiap kejuaraan debat sedunia (Bahasa Inggris) dan olimpiade Internasional
(Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi), mengalahkan siswa-siswa dari negara lain untuk
meraih hadiah utama dan penghargaan yang diberikan.

Pada tingkat ketiga, sebagai tambahan untuk mempromosikan 3 universitas lokal yang sedang
berkembang, Singapura telah menarik 10 institusi kelas dunia dengan jaringan industri yang kuat
untuk membangun pusat pendidikan dan penelitian yang sempurna. Di antaranya adalah nama-
nama yang sudah dikenal, seperti Universitas yang terkemuka di Perancis-INSEAD,
Massachusett Institute of Technology yang terkenal, dan sekolah bisnis Amerika yang terkemuka
seperti University of Chicago Graduate School of Business.

Bahkan setelah lulus dan masuk dalam dunia kerja, ada banyak kesempatan untuk mengikuti
pelatihan lebih lanjut. Pelatihan profesional dan dasar keterampilan ditawarkan dan dijelaskan
secara umum. Hal ini telah diketahui oleh banyak orang guna melihat minat pada seminar-
seminar yang dilakukan oleh manajemen guru seperti Michael Porter atau kuliah yang diberikan
oleh para ahli yang datang berkunjung.

Kehadiran dari gabungan institusi Internasional, sistem pendidikan yang berkualitas tinggi dan
tepat, dan sebuah bangsa yang yakin atas investasi pada pendidikan, akan bersama-sama
menawarkan kepada para siswa di sini dan di seluruh dunia, sebuah pengayaan dan keutuhan
perjalanan belajar.

Ekonomi yang Stabil


Dengan pendapatan (GDP) pertahun mencapai S$ 160 juta di tahun 2002, negara kepulauan yang
walaupun kecil dalam ukuran dan populasi (4 juta orang) ini telah menjadi pusat finansial yang
mempunyai nama baik, sebuah pedoman pusat perdagangan daerah, pelabuhan terpadat di dunia
dan merupakan lokasi utama untuk berinvestasi. Kadang-kadang disebut sebagai teladan dalam
hal keterbukaan, politik tepatguna dan mantap; Singapura telah mendapat pengakuan dari dunia.

Survey terakhir di tahun 2002 yang dilakukan oleh unit intelejen ahli ekonomi (EIU) yang
mencakup 60 perekonomian, memberikan pengakuan kepada Singapura sebagai lingkungan
bisnis terbaik di Asia. Forum ekonomi dunia Swiss-based (WEF) juga menilai Singapura sebagai
pelaku Ekonomi yang paling kompetitif yang memiliki kemampuan pembaharuan yang hebat
dan makro ekonomi yang solid di seluruh dunia. Bahkan pada masa sekarang ini ketika dunia
sedang berjuang melawan SARS, kecerdasan Singapura dan pendekatan dengan melakukan
penanganan langsung mendapat pengakuan tersendiri dari organisasi kesehatan dunia (WHO).

Infrastruktur dan Kemudahan


Singapura memiliki jalur perhubungan yang baik dengan seluruh dunia, melalui laut, udara dan
telekomunikasi. Pelabuhan udara Singapura-Changi melayani lebih dari 60 perusahaan
penerbangan yang terbang ke lebih dari 145 kota dan secara berturut-turut selama beberapa tahun
dinominasikan sebagai pelabuhan udara terbaik di dunia. Mungkin Singapura juga dapat disebut
sebagai negara yang mempunyai hubungan paling banyak di Asia, dengan rata-rata masukan
melalui Internet sebanyak 42%. Kepemilikan rumah didukung oleh pemerintah untuk memberi
sebuah aset kepada masyarakat di negaranya sendiri. Sekitar 85% orang Singapura tinggal di
rumah yang di bangun oleh pemerintah.

Kemudahan akses ke seluruh bagian pulau tersedia di negara ini, sering dikenal sebagai sistem
transportasi darat yang berkualitas dan efisien. Pengenalan dari sebuah kartu EZ-link - sebuah
kartu tanpa batas yang berharga dimana para konsumen hanya perlu menggesek kartu di depan
pembaca kartu yang secara otomatis akan mengurangi nilai yang dibutuhkan, adalah sebuah
contoh dari komitmen secara berkesinambungan yang dilakukan oleh pemerintah untuk membuat
perjalanan menjadi lebih cepat dan lebih mudah.
Sebuah Bangsa Multikultur Dengan Kualitas Hidup Yang Baik
Warisan kebudayaan bangsa yang sangat beragam dapat dilihat melalui bermacam-macam
kelompok etnis (Cina, Melayu, India dan kaum indo), hidup bersama secara harmonis yang
sedikit demi sedikit menerima identitas yang jelas sebagai orang Singapura walaupun masih
mempertahankan kebiasaan tradisional, ras, budaya dan festival mereka masing-masing. Sebagai
tambahan, dengan adanya lebih dari 90.000 ekspatriat profesional yang tinggal dan bekerja di
Singapura, yang juga membawa budaya dan cara pandang mereka yang unik, menambah warna
dan semangat pada Singapura sebagai kota Internasional.

Standar kehidupan di Singapura yang tinggi juga merupakan sesuatu yang dapat diyakini oleh
para siswa. Pada sebuah survei yang diberitakan dalam The Economist pada bulan Maret 2002,
kualitas kehidupan di Singapura telah melewati London dan New York. Tiga puluh sembilan
faktor telah di pertimbangkan, termasuk stabilitas ekonomi, kebebasan pribadi, polusi udara dan
kualitas pemeliharaan kesehatan, sekolah, restoran dan teater.

Gaya Hidup Perkotaan Yang Penuh semangat


Singapura mungkin hanya seperti titik kecil di dalam peta dunia, tetapi merupakan negara
kepulauan yang sibuk dengan berbagai atraksi dan aktivitas. Makan malam dan berbelanja
adalah dua aktivitas lokal yang berada dalam urutan teratas. Tak perlu disebutkan lagi, hal ini
tergambar dalam jajaran tempat makan yang tersebar di seluruh pulau, seperti halnya
perkembangan toko-toko di pusat kota dan di daerah pinggiran.

Terlebih lagi pada suasana kesenian dan kebudayaan yang sedang berkembang pesat, khususnya
dengan pembukaan Esplanade - Theatres on the Bay, menampilkan seniman-seniman papan atas
dari seluruh dunia. Kawasan-kawasan etnis seperti Little India, Chinatown, Perkampungan
Melayu juga memberi rasa pada kebudayaan dan sejarah Singapura. Banyak kejadian
menyenangkan dan mengasyikkan seperti Great Singapore Sale, Singapore Arts Festival,
Festival light-up dan banyak lagi acara lainnya yang membuat Singapura menjadi sebuah tempat
yang paling banyak diminati untuk dikunjungi. Singapura juga terletak di tempat yang strategis
yaitu di pusat Asia dan dapat menjadi pusat untuk pengembangan daerah Asia tenggara.
www.kaskus.us/showthread.php?t=996497
www.suaramerdeka.com/harian/0605/17/nas15.htm

Pendidikan di Singapura, Ditata seperti Sebuah Orkestra


Posted on Agustus 20, 2008 by f4ni
APA yang diharapkan warga dari sebuah sistem pendidikan? Bagi orang awam sekalipun pasti
tahu bahwa yang dibutuhkan adalah setidaknya kurikulum yang baik, pengajar yang enak,
fasilitas memadai, dan biaya murah, jika bisa. Lalu selebihnya mungkin adalah lingkungan yang
kondusif, daya saing yang tinggi, serta segala aspek lain yang ada di luar ruang sekolah.
TAMPAKNYA hal itu tersedia di Singapura. Perbandingan sistem pendidikan di Singapura
dengan Indonesia seperti bumi dan langit rasanya. Departemen Pendidikan Singapura (Ministry
of Education) tampaknya lebih banyak bekerja dan memberi perhatian besar pada pengembangan
pendidikan ketimbang memanfaatkan pendidikan sebagai sumber rezeki bagi oknum atau
pegawai-pegawai departemen itu.
Dari sekolah dasar hingga universitas, misalnya, siswa sudah dipantau dan diarahkan untuk
mendapatkan pendidikan yang cocok untuknya. Jadi, tidak semua warga layak atau bebas masuk
universitas di Singapura. Bagi mereka yang tidak layak masuk universitas di Singapura, memang
bebas memilih kuliah di luar negeri sesuai dengan kemampuan orangtua, tetapi tidak bebas
masuk universitas di Singapura jika tidak melewati tes tertentu.
Dengan pendapatan per kapita lebih dari 24.000 dollar AS per tahun, Singapura termasuk paling
kaya di dunia. Namun, Singapura tidak menyamaratakan bahwa semua warga pasti mampu.
Biaya sekolah di Singapura relatif murah. Yang diperlukan adalah biaya di luar uang sekolah
seperti penunjang kelancaran sekolah, transportasi, buku-buku, dan lainnya.
Untuk keluarga yang tidak mampu, pemerintah menyediakan beasiswa jika perlu. Itu disediakan
untuk memastikan bahwa kemiskinan bukan hambatan untuk mengenyam pendidikan.
Meski mobil bukan persoalan bagi kebanyakan warga di Singapura, untuk kelancaran
transportasi anak-anaknya tersedia berbagai mode transportasi, mulai dari MRT, dipadu dengan
rangkaian bus kota yang memiliki akses ke semua sekolah. Untuk transportasi ke dan dari
Nanyang Technological University (NTU), misalnya, tersedia berbagai jalur bus yang membelah
masuk ke kompleks universitas di Jurong.
Apa lagi? Ruang kelas, perpustakaan, kantin sekolah, dan tempat bersantai juga tersedia. Ruang
kelas ditata secara bersih dan membuat murid bisa melihat guru atau dosen dan sebaliknya dosen
atau guru bisa memantau semua anak didiknya. Kelas diperlengkapi dengan peralatan yang
memudahkan guru melakukan presentasi lewat slide yang sudah melekat di setiap ruang sekolah
sehingga tidak perlu repot setiap kali melakukan presentasi. Janganlah segan makan di kantin-
kantin sekolah, jenisnya cukup banyak, relatif sehat, dan murah lagi.
Akses internet hingga ke ruang-ruang kelas juga tersedia dan gratis hanya dengan mendaftar
untuk mendapatkan ID dari sekolah dan universitas. Hal itu memang sengaja dilakukan untuk
membuat murid memiliki akses yang mudah mendapatkan informasi. Terkadang bahan pelajaran
juga sudah dipajang di situs internet yang membuat mahasiswa bisa mengakses secara on-line.
Dosen-dosen dan guru di Singapura juga tidak kalah profesionalnya. Dengan gaji yang tergolong
memadai, orang- orang terangsang menjadi guru. Tidak semua guru berasal dari Singapura
sendiri.
Dengan jumlah penduduk yang sedikit, hanya 4 juta jiwa lebih, Singapura memerlukan pasokan
guru. Untuk itu terkadang guru didatangkan dari negara lain. Untuk level universitas, misalnya,
NTU dan National University of Singapore (NUS) tak segan menawarkan gaji yang tinggi
menyamai gaji di Harvard Business School. “Kami memang harus bersaing dan menawarkan
rangsangan yang lumayan untuk bisa menarik orang-orang yang punya talenta dunia,” demikian
dosen di NTU, Ang Poo Wah.
Dosen-dosen di NTU, misalnya, tidak sedikit yang menjadi orang-orang hebat di negara asalnya
dan kemudian direkrut menjadi dosen di Singapura. Masalahnya, Singapura berniat menjadikan
dirinya sebagai pusat pendidikan berkelas internasional, setelah berhasil menjadikan dirinya
sebagai pusat pelayanan kesehatan terbagus di Asia Tenggara.
Kegiatan di universitas dan di sekolah-sekolah bukan sebatas acara belajar-mengajar rutin di
ruang-ruang kelas. Hampir setiap bulan tampil pembicara tamu berkaliber internasional
membawakan topik-topik baru yang ditemukan di dunia.
Pemerintah Singapura tidak segan-segan mendatangkan, misalnya, Michael Porter, Philip
Kottler, ahli manajemen terkenal di dunia, serta dosen-dosen kaliber internasional yang memang
mahal tarifnya tetapi Singapura tidak pelit soal itu.
Jadi, selain mendapatkan ilmu, mahasiswa juga diberi pencerahan dengan menghadiri seminar-
seminar gratis tetapi sangat berkualitas. Jangan bayangkan presentasi mereka seperti guru-guru
atau dosen-dosen yang direkrut begitu saja untuk jadi pengajar P4 yang membuat ngantuk di
negara kita pada zaman Orde Baru.
Gilanya lagi, sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan di Singapura tidak berhenti melirik
perkembangan pendidikan di negara lain. Maka, muncullah misalnya aliansi antara sekolah
bisnis di NTU dan Sloan School of Management di Massachusetts Institute of Technology.
Aliansi seperti itu dibiarkan dirangsang sendiri oleh masing-masing fakultas. Universitas hanya
memberi persetujuan. Otonomi masing-masing fakultas dibuat sedemikian tinggi dan dibiarkan
mampu memikirkan pengembangan diri sendiri. Soal pendanaan, tampaknya tidak menjadi
masalah. NTU, misalnya, sudah memiliki endowment fund dari pemerintah sebesar 200 juta
dollar Singapura.
Maka, tidak heran jika NTU, NUS, dan Singapore Management University dengan mudah
membangun aliansi dengan Harvard University, Wharton School, dan universitas kelas satu
lainnya di AS. Kerja sama internasional pendidikan juga dilakukan dengan banyak negara.
Namun, kemajuan pendidikan di AS membuat Singapura lebih berkiblat ke AS.
Mahasiswa di Singapura sering kali mendapatkan kesempatan untuk melakukan studi tur dengan
menjelajah dunia. Bagi mahasiswa yang mampu dibiarkan membayar sendiri, tetapi dengan
subsidi universitas. Namun, bagi yang tidak mampu tersedia beasiswa yang memungkinkan
mereka tinggal di hotel, seperti JW Marriott. Bayangkan, misalnya, selama satu setengah bulan
mahasiswa pascasarjana di Nanyang MBA Fellowship Programme tinggal di apartemen yang
dikelola JW Marriott di Boston.
Jadi, persoalan bukanlah pada fasilitas dan beasiswa. Mahasiswa tinggal menyediakan waktu dan
niat untuk belajar tekun tanpa harus diganggu oleh ketiadaan biaya. Bukan hanya itu, Pemerintah
Singapura tidak saja bersedia mendidik warganya, tetapi juga bersedia merekrut calon-calon
siswa dan mahasiswa dari negara tetangga dan dengan beasiswa serta tawaran kesempatan kerja
di Singapura. Karena itu, tidak heran jika ada warga melayu dari Padang hingga Klaten belajar di
Singapura dengan bantuan, termasuk ongkos pesawat pergi pulang saat liburan.
Singapura sadar akan potensi kekurangan tenaga kerja. Niat Singapura untuk menawarkan
beasiswa bukan sekadar menjadikan mereka sebagai tenaga di Singapura suatu saat. Bagi
mahasiswa yang kembali bekerja di negara asalnya, setidaknya diharapkan bisa menjadi orang
yang kenal dan sayang dengan Singapura dan bisa menjadi jaringan Singapura di kemudian hari.
Bukan itu saja, dengan mengundang mahasiswa dari luar, Pemerintah Singapura otomatis
membuat warganya terbiasa bergaul secara internasional ketika masih berada di sekolah. Itu
sesuai dengan posisi Singapura sebagai hub regional sehingga warganya tidak menjadi seperti
katak di bawah tempurung. Bicara soal silabus dan kurikulum, departemen pendidikan di
Singapura setiap kali bekerja untuk melakukan evaluasi. Setiap perkembangan baru selalu
disisipkan pada silabus baru.
Jadi, itulah pendidikan di Singapura, bukan sekadar menyediakan sarana dan prasarana yang
baik, tetapi terus melakukan up-dating dari tahun ke tahun. Itu semua dilakukan sebagai
pengejawantahan visi dan misi pendidikan di Singapura.
Bukan itu saja, iklim persaingan di antara keluarga dan komunitas di Singapura menjadi salah
satu kunci rahasia sukses pendidikan di Singapura. Bayangkan, orangtua, rekan, pasangan, atau
pacar seperti “memaksa” siswa dan mahasiswa untuk menjadi juara satu atau tidak sama sekali.
Hanya ada satu orang juara satu. Akan tetapi, dengan prinsip itu, semua orang berlomba
mendapatkan nilai terbaik dan tidak jarang sejumlah besar mahasiswa sama-sama memiliki nilai
A semuanya.
Apa sih kurangnya pendidikan di Singapura? Tidak ada jika dibandingkan dengan pendidikan di
Indonesia, misalnya. Yang mungkin masih kurang adalah keberanian siswa dan mahasiswa
berbicara di ruang kelas dan mempertanyakan kebenaran sistem dari negara yang tidak begitu
bebas. Mahasiswa Singapura tidak begitu cerewet di kelas seperti masyarakatnya. Inilah yang
disadari oleh PM Lee Hsien Loong (BG Lee). Kebebasan berekspresi secara nasional ala
Singapura ternyata berdampak di kelas-kelas. Maka itu, kini BG Lee menawarkan paradigma
baru, yakni kebebasan bicara.
Soalnya, aneh memang jika di kelas pun mahasiswa harus ramah dan menurut. Bukankah
pendidikan bermaksud mencari kebenaran atas yang salah, termasuk kediktatoran ala Singapura
yang dimulai oleh mantan PM Lee Kuan Yew, yang melarang oposisi berkoak-koak?
Oleh: SIMON Saragih (sumber :http://www.informatika.org/~rinaldi/Koleksi/Artikel/Pendidikan
%20di%20Singapura.htm)

Description:
Description: Ensiklopedia Pendidikan
Keywords:
Ensiklopedia Pendidikan

Pendidikan di Brasil  (Ensiklopedia Pendidikan)


Kunci:
pendidikan di brazil

Pendidikan di Brasil diatur oleh Pemerintah Federal, melalui Departemen Pendidikan, yang
mendefinisikan prinsip-prinsip panduan bagi organisasi program pendidikan. Pemerintah daerah
bertanggung jawab untuk membuat negara dan program pendidikan mengikuti panduan dan
menggunakan dana yang diberikan oleh Pemerintah Federal. anak-anak Brasil harus menghadiri
sekolah minimal 9 tahun, tetapi sekolah biasanya tidak memadai.

Ketika Kerajaan penjelajah Portugal menemukan Brasil pada abad ke 15 dan mulai menjajah
prosesi baru di Dunia Baru, wilayah ini dihuni oleh berbagai masyarakat adat dan suku-suku yang
belum dikembangkan tidak menulis atau sistem pendidikan sekolah.

Serikat Yesus (Yesuit) telah sejak permulaannya pada 1540, urutan misionaris. Evangelisation
adalah salah satu tujuan utama Yesuit, tapi mereka juga berkomitmen untuk pengajaran dan
pendidikan, baik di Eropa dan luar negeri. Kegiatan misionaris, baik di kota-kota dan di daerah
pedesaan, yang dilengkapi dengan komitmen yang kuat untuk pendidikan. Ini berupa pembukaan
sekolah untuk anak laki-laki, pertama di Eropa, tapi cepat diperpanjang ke Amerika dan Asia.
Landasan misi Katolik, sekolah, dan seminari adalah konsekuensi lain dari keterlibatan dalam
pendidikan Yesuit. Sebagai ruang dan budaya di mana Jesuit yang hadir sangat bervariasi, metode
evangelising mereka sangat sering sangat berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Namun,
keterlibatan Masyarakat dalam perdagangan, arsitektur, ilmu pengetahuan, sastra, bahasa, seni,
musik dan perdebatan agama berhubungan, pada kenyataannya, untuk tujuan utama yang sama
Christianisation.
Pada pertengahan abad ke-16 Jesuit yang hadir di Afrika Barat, Amerika Selatan, Ethiopia, India,
Cina, dan Jepang. Pembesaran ini kegiatan misionaris mereka mengambil bentuk untuk sebagian
besar dalam rangka Kekaisaran Portugis.

Sebagai negara dengan pendapatan menengah besar, Brasil masih memiliki beberapa daerah
terbelakang. sistem pendidikan adalah sesuai terganggu oleh banyak kekurangan dan rasial dan
kesenjangan antar daerah.

Pada tahun 2006:


* Melek Huruf dari 90,2% bagi mereka berusia 15 atau lebih tua
* 7,2 tahun pendidikan formal, rata-rata.

8,4 tahun untuk orang kulit putih, 6,1 tahun untuk orang kulit hitam
5,1 tahun di Timur Laut versus 7,2 tahun di Tenggara dan 6,9 tahun di Selatan.

Pada tahun 2006:

* Bangsa investasi 4,3% dari PDB pada Pendidikan - pemerintah federal secara bertahap
bertujuan untuk meningkatkan jumlah ini menjadi 7%.

Pada tahun 2008:


* Melek Huruf sebesar 97,5% untuk penduduk usia 6-14
* Melek Huruf dari 84,1% bagi mereka berusia 15-17
* Melek Huruf 92,0% dari Brasil.

tingkat pendidikan Brasil dianggap rendah dibandingkan dengan negara-negara maju, terutama di
sekolah negeri, walaupun banyak sekolah swasta juga memiliki tingkat rendah.

dewasa chat software

Pendidikan di Australia  (Ensiklopedia Pendidikan)


Kunci:
pendidikan di Australia

Pendidikan di Australia adalah terutama tanggung jawab negara bagian dan teritori. Setiap negara
bagian atau wilayah pemerintah menyediakan dana dan mengatur sekolah negeri dan swasta
dengan luas areal yang mengatur, dana pemerintah federal universitas, namun menetapkan
kurikulum mereka sendiri. Secara umum, pendidikan di Australia mengikuti model tiga-lapis
yang meliputi pendidikan dasar (sekolah dasar), diikuti dengan pendidikan menengah (sekolah
menengah / sekolah tinggi) dan pendidikan tinggi (universitas dan / atau TAFE Kolese).

Program untuk Penilaian Siswa Internasional untuk tahun 2006 peringkat sistem pendidikan
Australia sebagai 6 pada skala dunia untuk Membaca, 8 untuk Sains dan 13 untuk Matematika.
Indeks Pendidikan, diterbitkan dengan PBB Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2008,
berdasarkan data dari tahun 2006, daftar Australia sebagai 0,993, di antara yang tertinggi di
dunia, terikat untuk pertama dengan Denmark, Finlandia dan Selandia Baru.
Pendidikan adalah wajib sampai usia yang ditetapkan oleh undang-undang; usia ini bervariasi
dari negara ke negara tetapi pada umumnya 15-17, yaitu sebelum menyelesaikan pendidikan
menengah. pendidikan Pasca-wajib diatur dalam Australian Qualifications Framework, suatu
sistem terpadu dari kualifikasi nasional di sekolah-sekolah, pendidikan kejuruan dan pelatihan
(TAFE) dan sektor pendidikan tinggi (universitas).

Tahun akademik di Australia bervariasi antara lembaga-lembaga, tetapi umumnya berlangsung


dari akhir Januari / awal Februari sampai pertengahan Desember untuk sekolah dasar dan
menengah, dengan sedikit variasi di liburan panjang dan antar perguruan tinggi TAFE, dan dari
akhir Februari sampai pertengahan bulan November untuk universitas dengan liburan musiman
dan istirahat untuk setiap lembaga pendidikan.

chat software

Pendidikan di Suriah  (Ensiklopedia Pendidikan)


Kunci:
pendidikan di Suriah

Meskipun negara berpenghasilan rendah dengan pertumbuhan populasi, Suriah memiliki dasar
pendidikan yang baik system.Since 2000 Pemerintah Suriah telah secara signifikan meningkatkan
pengeluaran untuk pendidikan. Juga sebagai pemerintah adalah sumber utama untuk pembiayaan
pendidikan di semua tahapan, proporsi dari total pengeluaran pemerintah meningkat dari 12,6
persen pada tahun 2000 menjadi 15,7 persen pada tahun 2005, membawa lebih dekat ke bagian
rata-rata pengeluaran pendidikan di wilayah MENA dari 18,3 persen. Total pengeluaran sektor
pendidikan dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2005 dari SYP 35 miliar di 2000-2005 di
72000000000. Selama periode ini, pangsa pengeluaran pendidikan terhadap GDP meningkat dari
2,7 persen menjadi 4,3 persen.

Suriah peringkat 105 dari 179 negara di Indeks Pembangunan Manusia di 2006.Syria juga
merupakan salah satu dari sedikit negara-negara Arab yang telah mencapai target pendidikan
dasar universal. Hal ini menunjukkan kemajuan luar biasa dalam mencapai target MDG lainnya:
kesenjangan gender dalam penerimaan kecil, dengan indeks paritas gender dari pendaftaran di
tingkat dasar sebesar 95 persen dan 96 persen pada tingkat menengah di tahun 2007 .. Melek
Huruf diperkirakan 82 persen pada tahun 2004 yang juga lebih tinggi dari rata-rata untuk MENA
dan negara-negara berpendapatan menengah bawah (LMIC). Melek di kalangan kaum muda (15-
24) berdiri di 92,5 persen pada tahun 2004.

9 tahun wajib sekolah dasar.

TK (opsional): 5-6 tahun


* 1 kelas: 6-7 tahun
* 2 SD: 7-8 tahun
* 3 kelas: 8-9 tahun
* 4 kelas: 9-10 tahun
* 5 kelas: 10-11 tahun
* 6 kelas: 11-12 tahun
* 7 kelas: 12-13 tahun
* 8 kelas: 13-14 tahun
* 9 kelas: 14-15 tahun

webcam strip

Pendidikan di Swedia  (Ensiklopedia Pendidikan)


Kunci:
pendidikan di Swedia

Pendidikan di Swedia adalah wajib untuk semua anak berumur 6 sampai 16. Tahun sekolah di
Swedia berjalan dari pertengahan / akhir Agustus ke awal / pertengahan Juni. Liburan Natal dari
pertengahan Desember-Januari awal tahun ajaran membagi Swedia menjadi dua istilah.

Dari usia anak satu tahun dapat diterima untuk pra-sekolah (förskola). Pra-sekolah baik
membantu menyediakan lingkungan yang merangsang perkembangan anak dan pembelajaran,
dan memungkinkan orang tua untuk menggabungkan orang tua dengan pekerjaan atau studi.
Selama tahun sebelum anak-anak mulai sekolah wajib, semua anak yang ditawarkan tempat di
kelas pra-sekolah (förskoleklass), yang menggabungkan metode pedagogis dari pra-sekolah
dengan sekolah yang wajib. Antara usia 7 dan 16, anak-anak sekolah wajib komprehensif
(grundskola), dibagi dalam tiga tahap. Sebagian besar sekolah di Swedia adalah kotamadya yang
dijalankan, tetapi ada juga otonom dan publik yang didanai oleh sekolah, yang dikenal sebagai
"sekolah gratis". Pendidikan di sekolah-sekolah bebas memiliki banyak tujuan yang sama dengan
sekolah kota, tetapi bisa memiliki orientasi yang berbeda dari sekolah-sekolah kota. Sejumlah
sekolah asrama, yang dikenal sebagai "sekolah swasta", yang didanai oleh iuran.

Setelah menyelesaikan kelas sembilan, 63% siswa memilih untuk melanjutkan kuliah. Untuk
orang berusia 25-34, angka ini meningkat menjadi 76%. Hanya 19% Namun, melanjutkan kuliah
lebih dari tiga tahun, sering di universitas atau universitas perguruan tinggi (högskola). Kedua
sekolah menengah atas dan universitas dibiayai oleh pajak. Beberapa orang Swedia langsung
bekerja setelah sekolah menengah. Seiring dengan beberapa negara Eropa lainnya, pemerintah
juga mensubsidi iuran siswa internasional mengejar gelar di lembaga Swedia, meskipun telah ada
bicara ini menjadi berubah. 15-tahun murid berusia Swedia memiliki skor rata-rata 22 tertinggi
dalam penilaian PISA, yang tidak jauh lebih tinggi atau lebih rendah dari rata-rata OECD. Hanya
Kanada, Amerika Serikat, dan Jepang memiliki tingkat yang lebih tinggi dari pemegang gelar
tersier.

101 gadis webcam

Pendidikan di Singapura  (Ensiklopedia Pendidikan)


Kunci:
pendidikan di singapura

Pendidikan di Singapura dikelola oleh Departemen Pendidikan (MOE), yang mengontrol


pengembangan dan administrasi sekolah negeri menerima dana dari pemerintah, tetapi juga
memiliki peran penasehat dan pengawasan dalam hal sekolah swasta. Untuk kedua swasta dan
sekolah negeri, ada variasi tingkat otonomi dalam kurikulum mereka, lingkup bantuan pemerintah
dan pendanaan, beban biaya kuliah mahasiswa, dan kebijakan masuk.

Anak-anak penyandang cacat mengikuti pendidikan khusus (melaju) sekolah yang dikelola oleh
Voluntary Kesejahteraan Organisasi (VWOs), yang sebagian dibiayai oleh Departemen
Pendidikan. Pendidikan belanja biasanya membuat sampai sekitar 20 persen dari anggaran
nasional tahunan, yang subsidi negara pendidikan dan pendidikan swasta yang dibantu
pemerintah bagi warga Singapura dan dana program Mendidik, biaya yang secara signifikan lebih
tinggi untuk non-warga negara.

Pada tahun 2000 Undang-Undang Pendidikan Wajib dikodifikasikan pendidikan wajib untuk
anak-anak usia sekolah dasar, dan membuatnya tindak pidana bagi orang tua untuk gagal
mendaftarkan anak-anak mereka di sekolah dan memastikan kehadiran rutin mereka.
Pengecualian yang diperbolehkan untuk homeschooling atau lembaga agama penuh-waktu, tetapi
orangtua harus mengajukan permohonan pembebasan dari Departemen Pendidikan dan
memenuhi patokan minimal .. Kebutuhan khusus anak-anak secara otomatis dibebaskan dari
pendidikan wajib.

Di Singapura, Bahasa Inggris adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh separuh anak-anak pada
saat mereka mencapai usia pra sekolah dan menjadi media utama instruksi pada saat mereka
mencapai sekolah dasar. Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar untuk mata pelajaran yang
paling, khususnya matematika dan ilmu-ilmu alam; resmi Bahasa Ibu bahasa umumnya tidak
diajarkan dalam bahasa Inggris, meskipun ada ketentuan untuk penggunaan bahasa Inggris pada
tahap awal. sekolah tertentu seperti sekolah menengah bawah Bantuan Khusus Plan (SAP), yang
mendorong penggunaan lebih kaya dari bahasa ibu, mungkin kadang-kadang mengajar dalam
bahasa Inggris dan bahasa lain. Sebuah sekolah yang telah melakukan percobaan dengan
kurikulum yang mengintegrasikan mata pelajaran bahasa dengan matematika dan ilmu-ilmu,
menggunakan dua bahasa Inggris dan bahasa kedua.

sistem pendidikan Singapura telah digambarkan sebagai "dunia terkemuka" dan pada tahun 2010
adalah di antara mereka memilih untuk dipuji oleh menteri pendidikan Inggris Michael Gove.

You might also like