You are on page 1of 15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa adanya stimulus yang
nyata. Artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa adanya stimulus
dari luar. (stuart and sundeen, dikutip dari kelliat Budi Anna, Proses Keperawatan
Jiwa, tahun 1991, hal 26).
Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan,artinya
individu mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan tanpa adanya rangsangandari
luar dan orang lain tidak mendengarnya. (Kelliat Budi Anna, 2001 hal 44)
Halusinasi adalah sensori persepsi yang muncul tanpa adanya starmisi yang
meliputi semua sistem penginderaan yang terjadi saat kesadaran penuhatau baik.
(Pedoman Perawatan Psikiatri Intervensi Keperawatan tahun 1994 hal 123)
Halusinasi Pendengaran adalah individu merasa mendengar suara orang yang
membicarakan, mengejek, menertawakan atau mengancam dirinya, padahal tidak
ada suara disekitarnya.
Rentang Respon
Respon perilaku klien dengan halusinasi dapat diidentifikasi sepanjang rentang
respon.

Respon adaptif Respon maladaptif


- pikiran logis - Kadang proses - Ggn. Proses pikir
- Persepsi akurat - pikiran terganggu - Halusinasi
- Emosi konsisten - ilusi - kerusakan proses pikir
dengan pengalaman
- perilaku cocok - Emosi berlebihan / - Isolasi sosial
berkurang
- Hubungan sosial harmonis - perilaku yang tidak biasa
( stuart and sundeen 1998, hal.302 )
Respon adaptif dari kelima perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perubahan proses piker
Klien yang terganggu pikirannya sering berperilaku koheren.
b. Perubahan pola persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai reaksi dari respon tubuh terhadap rangsangan
dari luar, kemudian diikuti oleh pengenalan dan pemahaman tentang orang,
benda dan lingkungan. Perubahan pola persepsi dapat terjadi pada satu atau lebih
bagian tubuh yaitu pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penciuman.
c. Perubahan pada afek dan emosi
Afek berkaitan dengan emosi tubuh individu, perubahan afek terjadi karena
pasien berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu. Perubahan afek yang
biasa terjadi adalah datar, tumpul, tidak sesuai , berlebihan dan ambivalen.
d. Perubahan motorik
Perilaku motorik dapat dimanifestasikandengan peningkatan atau penurunan
kegiatan motorik, impulsif.
e. Perubahan sosial
Perkembangan hubungan sosial yang tidak adekuat menyebabkan
kegagalanindividu untuk belajar dan mempertahankan interaksi.

2. Psikodinamika
a. Etiologi
1) Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
Schizoprenia, depresi atau keadaan psikosa lainnya, dimensia, keadaan
delirium dan kondisiyang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan
substansi lainnya. Halusinasi juga dapat terjadidengan epilepsi,kondisi
infeksi sistemik dan penggunaan metabolik. Halusinasi dapat juga dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi,
antikolinergik, anti inflamasi, dan antibiotik. Sedangkan obat-obatan
halusinogen dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian
obat diatas. Halusinasi dapat terjadi pada saat individu normal, yaitu pada
individu yang mengalami isolasi, perubahan sensori sepertikebutaan,
kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada saat pembicaraan.
2) Halusinasi terjadi akibat kemampuan kognitif yang terganggu. Hal ini
dikarenakan informasi atau beban sensori terlalu berlebihan atau overload,
dan menghasilkan halusinasi.
3) Halusinasi terjadi karena defisit fungsi ego atau pertahanan diri,
sehingga terjadi konflik psikologis. Dan penggunaan mekanisme pertahanan
seperti distori, denial, dan proyeksi (halusinasi).
4) Halusinasi dapat terjadi bila seseorang berada dalam situasi atau
lingkungan yang penuh dengan stresor. Bila individu tersebut tidak dapat
mengatasi dan hanya berfokus pada kecemasan yang diakibatkan
stressor,maka individu tersebut akan melamun dan berangan-angan, bila
didiamkan berlarut-larut akan menyebabkan halusinasi.
5) Halusinasi akibat strukturotak yang abnormal sehingga tidak mampu
menerima stimulus dengan baik, faktor genetik juga menjadi penyebab besar
dan faktor biokimia yang mempengaruhi otak dengan adanya dopamin.
6) Halusinasi disebabkan karena adanya gangguan pada otak. Otak tidak
berkembang secara sempurna, menurunnya volume otak dan fungsi
abnormal. Sehingga otak mengalami kesulitan dalam memfilter sensori dan
kesulitan dalam memproses informasi.
7) Halusinasi dapat ditimbulkan oleh hubngan antar anggota keluarga
atau khususnya anak dengan orang tua yang tidak harmonis, adanya konflik
keluarga, kegagalan dalam menyelesaikan tahap awal perkembangan
psikososial, koping stres yang tidak adekuat sehingga menimbulkan
gangguan orientasi realita.
8) Menjelaskan bahwa halusinasi dapat disebabkan oleh stres yang
diakumulasi akibat faktor lingkunganseperti tidak keharmonisan.
b. Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase:
1) Fase Pertama: Menenangkan-ansietas tingkat sedang.secara umum
halusinasi menyenangkan
Karakteristik: orang yang menderita halusinasi mengalami peningkatan
emosi, seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah dan perasaan takut serta
mencoba untuk berfokus pada kenyamanan untuk mengurangi
kecemasannya. Orang tersebut merasakan/mengetahui bahwa pikiran dan
pengalaman sensorinya dalam kontrol sadar (jiwa kecemasan teratasi “non
psycotic”)
Perilaku yang dapat di observasi:
a) Menyeringai atau tertawa tidak pada tempatnya
b) Pergerakan bibir tanpa menimbulkan suara
c) Pergerakan mata dengan cepat
d) Respon verbal lambat
e) Diam membisu dan linglung ( asik sendiri )

2) Fase kedua: menyalahkan – ansietas tingkat berat.


Halusinasi umumnya menjadi ancaman
Karakteristik: pengalaman sensori menjadi ancaman yang menakutkan.
Orang yang menderita halusinasi mulai merasakan hilang kontrol dan mulai
menjauhi diri dari sumber yang ada. orang tersebut merasakan kebingungan
oleh penglaman sensori dan menarik diri dari orang lain
Perilaku yang dapat di observasi:
a) meningkatkan sistem syaraf otomatis, tanda-tanda kecemasan seperti
meningkatnya tekanan darah,respirasi dan ritme jantung.
b) Bentuk perhatian mulai terbatas dan menyempit.
c) Asyik sendiri dengan pengalamansensori dan hilangnya kemampuan
untuk membesarkan halusinasi dari realita.
3) Fase ketiga : Mengendalikan – ansietas tingak berat
Pengalaman sensori menjadi penguasa
Karateristik: orang yang menderita halusinasi menyerah untuk mengalah
melawan pengalamanya. Bentuk halusinasi menjadi suatu kebutuhan. Orang
tersebut dapat mengalami hidup menyendiri jika pengalaman sosialnya
berakhir (psycotic).
Perilaku yang dapat diobservasi:
a) petunjuk yang berasal dari halusinasinya akan diikuti
b) kesulitan bersosialisasi dengan orang lain
c) perhatiannya hanya beberapa detik atau menit
d) gejala-gejala fisik dari kecemasan berat seperti
tremor,ketidakmampuan mengikuti petunjuk dan berkeringat

4) Fase keempat : menaklukan-ansietas tingkat panik.


Biasanya menjadi terfokus dan menjadi berbaur dengan delusi.
Karakteristik: pengalaman sensori dapat menjadi ancaman ketika orang
tersebut tidak mengikuti perintah. Halusinasi dapat berakhir dalam beberapa
jam atau hari jika tidak ada intervensi terapetik (“psychotic berat”).
Perilaku yang dapat di observasi:
a. bentuk terol seperti panik
b. potensial kuat untuk bunuh diri atau pembunuhan
c. aktifitas fisik yang mengarah pada bentuk halusinasi seperti agitasi,
tindakan kekerasan, menarik diri atau katatonia
d. tidak dapat berespon terhadap pengarahan atau petunjuk yang
kompleks.
e. tidak dapat berespon terhadap lebih dari satu orang.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang sangat ekstrim dan bahkan sangat
umum dalam Schizoprenia. Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol
dirinya sehingga klien dengan halusinasi sukar untuk berhubungan dengan orang lain.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi, seorang perawat
harus mempunyai kesadaran diri yang tinggi agar dapat mengenal dan menerima serta
mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara
therapeutik.Pemberian asuhanan keperawatan terhadap klien dengan halusinasi perawat
harus berkata jujur, empati, terbuka, dan selalu memberi penghargaan, tetapi tidak boleh
tenggelam, juga menyangkal halusinasi yang klien miliki. Asuhan keperawatan dimulai
dari tahap pengkajian sampai evaluasi.

1. Pengkajian
Pada tahap ini perawatan menggalin faktor-faktor seperti predisposi, faktor
predisposisi, perilaku, sumber koping dan mekanisme koping.
a. Faktor predisposisi
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibanngkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Hal dapat diperoleh baik
dari klien maupun dari keluarganya mengenai faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, biologi, yaitu faktor resiko yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress:
1) Faktor Perkembangan
Jika seseorangan mengalami hambatan dalam tugas perkembangan dan
hubungan internasional dengan orang lain terganggu, maka individu akan
dihadapi dengan stress dan kecemasaan pada dirinya.
2) Faktor Sosialkultural
Berbagai faktor dan lingkungan dan di masyarakat dapat menyebabkan orang
merasa diasingkan atau disingkirkan sehingga klien merasa kesepian dalam
lingkungan dimana dia berada, walaupun dia ada dalam lingkungan
sekitarnya yang ramai.
3) Faktor Biokimia
Faktor biokimia ini mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa,
dimana teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamine
neurotransmiter yang diperkirakan menghasilkan gejala penningkatan
aktivitas yang berlebihan sehingga dapat menghasilkan zat halusinogenik.
4) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis akan mengakibatkan akan
mengakibatkan stress dan kecemasan, orang yang mengalami psikosis akan
mengakibatkan atau menghasilkan hubuhngan yang penuh dengan
kecemasan tinggi. Peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh
anak mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan
gangguan orientasi realita.
5) Faktor biologi
Dalam Schizoprenia belum diketahui gen apa yang berpengaruh, tetapi hasil
penelitia menunjukan bahwa faktor keluarga menujukan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi
Yaitu stimulus yang diekspresikan oleh individu sebagai suatu tantangan,
ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra yang digunakan untuk koping.
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu partisipasi klien dalam
kelompok, terlalu lama diajak komunikasi, objek yang ada di lingkungan.

c. Perilaku
Respon klien terhadap halusinogen dapat berupa curiga. Ketakutan perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, ancaman, dirinya atau
orang lain. Oleh karena itu aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan yaitu dengan mengupayakan suatau proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan klien tidak menyendiri
sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak
berlangsung.
d. Dimensi spiritual
Manusia diciptakan tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan
manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar pada individu dengan
halusinasi, indivi tersebut cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak jadi,
Individu tidak sadar akan keberadaannya dan halusinasi menguasai dirinya,
individu tersebut kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

e. Sumber koping
Sumber koping seseorang individual dan alamiah serta tergantung pada luasnya
gangguan neurobilogical. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk
memecahkan atau menyelesaikan masalah. Dukungan sosial dan keyakinan
budaya serta dukungan keluarga, dapat membantu seseorang
menginterprestasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil.

f. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri. Dalam menghadapi rasa cemas pada klien halusinasi
biasanya digunakan mekanisme proyeksi yang dapat memberikan kemampuan
pada ego untuk mengatasi rangsangan yang mengancam dari luar sehingga
mengurangi kecemasan.

g. Manifestasi klinik
1) Bicara senyum dan tertawa sendiri
2) Mengatakan mendengar sesuatu, melihat, menghidu, mengecap, dan
merasa sesuatu yang tidak nyata.
3) Merusak diri sendiri/ orang lain / lingkungan
4) Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
5) Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal, sikap curiga dan
bermusuhan.
6) Tidak dapat memusatkan perhatian
7) Menarik diri,menghindari orang lain
8) Sikap curiga dan bermusuhan
9) Sulit membuat keputusan, ketakutan
10) Menyalahkan diri dan orang lain
11) Mudah tersinggung, jengkel, marah

Masalah keperawatan yang timbul pada klien sebagai berikut :


1) Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2) Perubahan sensori persepsi :halusinasi pendengaran
3) Kerusakan interaksi sosial :menarik diri
4) Gangguan konsep diri :harga diri rendah

2. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri: orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

Kerusakan interaksi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

(Kelliat Budi Anna, dkk, 1997)


3. Diagnosa keperawatanan
a. Resiko menciderai diri sendiri,orang lain dan lingkungan b/d halusinasi
pendengaran.
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran b/d isolasi sosial,
kerusakan interaksi sosial, menarik diri.
c. Gangguan interaksi sosial: menarik diri b/d hargai diri rendah.
4. Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa I: resiko menciderai diri sendiri,orang lain dan lingkungan b/d halusinasi
pendengaran.
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) sapa klien dengan ramah baik verbal dan non verbal
2) perkenalkan diri dengan sopan
3) tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
6) Beri perhatian kepada klien danperhatikan kebutuhan dasar
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2) Observasi tingkah laku klien dengan halusinasinya
3) Bantu klien mengenal halusinasinya
4) Diskusikan dengan klien mengenai situasi yang menimbulkan
halusinasi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi
2) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
3) Diskusikan cara memutus atau mengontrol timbulnya halusinasi
4) Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan yang ada diruang perawatan
seperti TAK.
d. Klien dapat dukngan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya
1) anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika halusinasi timbul.
2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung) tentang gejala
halusinasi dan cara merawat anggota keluarga dengan halusinasi.

e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.


1) diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frekuensi obat dan manfaat
obat.
2) Anjurkan klien untuk meminta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
3) Anjurkan klien bicara pada dokter tanpa konsultasi
4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
5) Bantu klien menggunakan obat dengan prnsip 5 (lima) benar.
Diagnosa II: perubahan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran b/d menarik diri.
Tujuan umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga terjadi halusinasi.
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Sapa klien dengan ramah.
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang klien sukai.
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukan sikap empati
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
b. Klien dapat menyebutkantentang perilaku menaik diri
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda- tandanya
2) Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
penyebab menarik diri
3) Diskusikan dengan klien perilaku menarik diri, tanda, serta
gejala yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan bergaul dengan orang lain
dan kerugian tidak bergaul dengan orang lain.
1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat atau kerugian bergaul
dengan orang lain.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
3) Diskusikan dengan klien tentang manfaat bergaul dengan
orang lain serta kerugiannya.
4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan bergaul dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan secara bertahap
1) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara
bertahap
3) Beri reinforcement positif atas kebersihan yang dicapai
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain
5) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan oleh klien
6) Motifasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7) Beri reinforcement atas keberhasilandalam mengikuti jegiatan ruangan
8) Klien dapat mengungkapkan perasannya bila bergaul dengan orang lain
e. Klien dapat berhubungan dengan orang lain
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila bergaul dengan orang
lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan tentang manfaat bergaul dengan
orang lain
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat bergaul dengan orang lain
f. Klien dapat memberdayakan system pendukunguntuk mengembangkan
kemampuan klien untuk b/d oerang lain
1) Bina hubungan saling percaya
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang perilaku menarik diri,
penyebeb, akibat dan cara menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
4) Anjurkan kepada keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal 1x dalam seminggu
5) Berikan reinforcement positif atas hal-hal yang dicapai oleh keluarga
Diagnosa III: Isolasi social; menarik diri b/d harga diri rendah
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komun ikasi terapeutik
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
1) diskusikan tentang kemampuan dan aspek yang dimiliki klien
2) hindarkan penilaian negative saat bertemu klien
3) berikan pujian yang realistic
4) diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
5) klien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
c. Rencana bersama klien aktifitas yang dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan
yang membutuuhkan bantuan total.
1) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
2) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakkan.
d. Klien dapat melakukan sesuai kondisi sakit dan kemampuan yang ada.
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
e. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
1) Eri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah
2) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

5. Evaluasi
Diagnosa 1: resiko menciderai dir, orang lain dan lingkungan b/d halusinasi
pendengaran.
Hasil yang diharapkan :
a. Terbina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat
b. Klien dapat mengenali halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol dan memutus halusinasinya secara mandiri
d. Adanya dubungankeluarga terhadap klien dalam mengontrol
halusinasinya
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Diagnosa 2: Perubahan sensori persepsi; halusinasi pendengaran b/d menarik diri
Hasil yang diharapkan:
a. Terbina hubungan saling percaya
b. Klien menyebutkan penyebab menarik diri
c. Klien dapat menyebutkan keuntugan dan kerugian b/d orang lain
d. Klien melaksanakan hubungan social secara bertahap
e. Klien mengungkapkan perasaannya setelah hubungan dengan orang
lain
f. Klien memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Diagnosa 3: Isolasi social; menarik diri b/d harga diri rendah
Hasil yang diharapkan:
a. Klien dapat menerima kehadiran perawat
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan, aspek positif yang ada.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d. Klien dapat membuat rencana kegiatan
e. Klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kondisi
f. Klien dapat memanfaatkan system pendukung.

You might also like