Professional Documents
Culture Documents
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA
( disodium ethylendiamintetraasetat/ tritiplex/ komplekson, dll ).
Kestabilan termodinamik (dari) suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana spesi ini akan
terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan
mencapai keseimbanagan.
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan kompleks
dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi pengamatan umum
berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku kompleks-kompleks dari berbagai
unsur, yaitu diantaranya :
2. Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris-pertama,
membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk kompleks-kompleks
inert.
ü Kompleks cukup memberikan perbedaan pH yang cukup besar pada daerah titik setara.
1. Asam nitrilotriasetat(III)
NITA
NTA
Komplekson I
2 . Asam trans-1,2-diaminosikloheksana-N,N,N’,N’-tetraasetat(IV)
EDTA
DcyTA
DCTa
Komplekson IV
Nama lainnya:
Kurva pada titrasi EDTA dibuat dengan memplot pM (logaritma negatif dari konsentrasi ion
logam bebas : pM = -log[Mn+]) pada sumbu y dan volume larutan EDTA yang ditambahkan
pada sumbu x.
Ø Faktor-faktor yang akan membantu menaikkan selektivitas, yaitu :
6. Indikator
7. Anion-anion
5. Kalmagit
8. Violet Katekol (Catechol Violet) atau Violet Pirokatekol (Pyrocatechol Violet)
1. Kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan.
2. Digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan
logam yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi
kompleks yang lebih stabil. Misalnya EDTA.
Korbl dan Pribil telah mengkelompokkan titrasi kompleksometri. Meliputi titrasi asam –
basa, demikian Ringbom. Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang
dipakai untuk mengetahui titik akhir.
Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu kelebihan titran yang pertama ditunjukkam atau
berkurangnya konsentrasi komponen tertentu sampai batas yang ditentukan, dideteksi.
Pertama, kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan. Kedua,
digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna tajam dengan logam
yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu logam telah diikat menjadi kompleks
yang lebih stabil. Misalnya EDTA.
Zat yang digunakan sebagai indikator dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan. Pertama,
senyawa – senyawa yang tidak berwarna. Kedua zat warna organik yang mempunyai sifat
sebagai indikator asam-basa dan mengandung gugus pembentuk khelat. Korbl menamakan
indikator tersebut Indikator Meakhromik. Dalam suatu titrasi dengan indikator tersebut,
titik akhir ditandai oleh perubahan dari warna kompleks indikator logam ke warna indikator
bebas.
Kesalahan absolut sama dengan jumlah logam yang tidak terikat menjadi kompleks pada titik
ekivalen. Jumlah logam yang diubah menjadi kompleks, sangat tergantung pada kepekaan
indikator yang dipakai. Kepekaan ini tergantung pada tetapan satabilitas atau tetapan
pembentukan kompleks. K untuk reaksi antara logam dengan indikator M + I ó MI,
didefinisikan sebagai K1= [ MI ] / [ M ] [ I ]. Dan tergantung pada konsentrasi indikator,
sebab indikator bertindak sebagai pembentuk kompleks, bersaing dengan titran. pH juga
mempengaruhi kesalahan titrasi kompleksometri.
Jika digunakan indikator metakhromik dua warna, warna larutan ditentukan oleh rasio A=
[ MI ] / [ M ]. Seperti pada indikator asam-basa, perubahan warna berlangsung pada interval
A=9 sampai A=1/9.
Pada indikator satu warna, titik akhir diamati jika konsentrasi kompleks indikator logam [ MI
] telah berkurang sampai nilai batas b = [ MI ]min berbeda-beda, tergantung absoptivitas molar
dari kompleks berwarna.
Kita tetapkan knsentrasi optimum indikator metakhromik dengan menggunakan rumus yang
menggambarkan hubungan antara kepekaan indikator ( U ) dengan konsentrasi,
menggunakan persamaan
U = A ( 1/K1 + C1/A + 1 )
Dimana C1 konsentrasi total indikator. Tentu, jika reaksi indikator makin peka, makin besar
perubahan nilai A yang diakibatkan oleh perubahan kecil konsentarsi logam ( bebas / terikat
pada indikator ), atau makin dekat turunan dU/dA = 1/K1 + C1/( A + 1 )2 terhadap
minimumnya. Minimum tercapai jika C1 = 0, sesuai dengan praktek. Paling baik jika
ditambahkan sedikit indikator metkhromik. Sama dengan persamaan kepekaaan bahwa
konsentrasi indikator praktis tidak berpengaruh jika C1 £ U.
Pada indikator satu wana, U = B ( 1/K1.C1 + 1 ) dan turunan pertama dU/dB = ( 1/K1.C1 ) + 1
mencapai minimum jika C1 sebesar mungkin. Disini inikator harus ditambahkan untuk
meniadakan disosiasi warna kompleks yang terbentuk dari logam dan iindikator agar sedikit
jumlah logam yang tak tertitrasi. Untuk perhitungan kesalahan titrasinya, perlu menentukan
kepekaan aktual dari indikator pada kondisi tertentu.
Kepekaan ini dapat ditetapkan baik secara percobaan atau nilai K1 dan C1 diketahui, dapat
dihitung dengan rumus untuk interval A dari 1/9 sampai 9, atau dengan nilai B yang
ditetapkan secara pecobaan. Kesalahan relatif didapat dari rumus ? = ( p – 1 ) x 100%
dimana p rasio konsentrasi logam C1 dan jumlah titran yang diperlukan Cy yang dapat
ditetapkan dari hubungan : p = 1 – U/Cm + ay/U.K
Tabel V
Tabel VI
Kesalahan relatif dengan mudah ditetapkan menggunakan monogram yang dipublikasi dalam
makalah asli Korbl dan Pribil. Dalam monogram ini nilai U/Cm dan ay/U.K terbaca langsung
dalam persen dan selisihnya menunjukkan kesalahan relatif total.
Masalah tajamnya perubahan warna indikator pada titik ekivalen titrasi kompleksometri,
sangat penting untuk ketelitian hasil, telah diteliti oleh Reilley dan Schmid.
Kestabilan kompleks-kompleks logam
EDTA
Ditulis oleh Ikhsan Firdaus pada 07-03-2009
Dalam praktek, kestabilan kompleks-kompleks logam EDTA dapat diubah dengan (a)
mengubah-ubah pH dan (b) adanya zat-zat pengkompleks lain. Maka tetapan kestabilan
kompleks EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat untuk suatu pH tertentu dalam larutan
air EDTA akan berbeda dari nilai yang dicatat untuk kondisi-kondisi baru ini dinamakan
tetapan kestabilan nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi. Jelaslah bahwa efek
dari kedua faktor ini perlu kita teliti dengan agak terperinci.
(a) Efek pH. Tetapan kestabilan nampak pada suatu pH tertentu dapat dihitung dari angka
banding K/a, diamana a adalah angka banding dari EDTA total yang tak tergabung (dalam
semua bentuk) terhadap EDTA dalam bentuk Y4-. Begitulah KH, tetapan kesatbilan namapak
untuk kompleks logam EDTA pada suatu pH tertentu, dapat ditulis dari pernyatan.
(b) Efek zat-zat pengkompleks lain. Jika suatu zat pengkompleks lain (misalnya NH3) juga
terdapat dalam larutan, maka dalam persamaan (6), [Mn+] akan berkurang karena
pengkompleksan ion logam itu dengan molekul-molekul amonia. Pengurangan dalam
konsentrasi efektif, ini akan mudah ditunjukkan, denganmenampilkan suatu faktor b, yang
didefinisikan sebagai angka banding (dari) jumlah konsentrasi semua bentuk ion logam yang
tak terkomplekkan dengan EDTA terhadap konsentrasi ion sederhana (terhidrasi). Maka
tetapan kestabilan namapak dari kompleks Logam EDTA, jika kita perhitungkan efek-efek
baik dari pH maupun dari adanaya zat-zat pengkompleks lain, diberikan oleh :
Dalam titrasi asam basa, titik akhir umumnya dideteksi dengan indikator. Pada titrasi EDTA,
suatu indikator yang peka ion logam (disingkat indikator-logam atau indikator ion-logam)
sering digunkan untuk mendeteksi perubahan-perubahan pH. Indikator demikian (yang
mengandung jenis-jenis gugusan-guusan sepit dan umumnya memiliki sistem resonansi yang
khas pada zat warna) membentuk kompleks dengan ion-ion logam khusus. Kompleks-
kompleks ini berbeda warnanya dari indikator yang bebas, dan akibatnya, terjadilah
perubahan warba yang mendadak pada titik ekivalen. Titik akhit titrasi dapat juga dievaluasi
dengan lain-lain metode, yang meliputi teknik-teknik potensiometri, amperometri,
konduktometri, dan spektrofotometri.
Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi EDTA. pH untuk titrasi
adalah 10 dengan indikator eriochrom black T. Pada pH lebih tinggi, 12, Mg(OH)2 akan
mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
Adanya penggangguan Cu bebas dari pipa – pipa saluran air dapat dimasking dengan H2S.
EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadang kala juga digunakan sebagai indikator
untuk penentuan Ca ataupun hidroksinaftol. Seharusnya Ca tidak ikut terkopresipitasi dengan
Mg, oleh karena itu EDTA direkomendasikan. Bagaimana juga indikator Patton-Reeder
terbaik untuk penentuan kalsium dalam air sudah dibandingkan dengan indikator lain.
Contoh lain adalah titrasi campuran Mg, Cu, Zn tanpa pemisahan pendahuluan, dengan
memenfaatkan reaksi masking-demasking selama titrasi dengan EDTA. Logam total dititrasi
pada pH 10 dengan indikator EBT. Kemudian Zn dan Cu dimasking dengan KCN, sehingga
Mg dalam larutan dapat ditentukan. Setelah titik akhir tercapai, formaldehid ditambahkan
untuk mendisosiasi kompleks Zn(CN)4, sehingga Zn dapat dibebaskan dan titrasi dilanjutkan
untuk menentukan Zn dalam larutan, dan jumlah Cu dapat dihitung dari perbedaan titrasi
dengan logam total.
DASAR
Pada umumnya kesadahan jumlah air, disebabkan oleh kandunngan garam Kalsium atau
Magnesium. Larutan ion Mg2+ dan ion Ca2+ dititar secara kompleksometri dengan larutan
EDTA dan digunakan petunjuk EBT. Pertama-tama EDTA akan bereaksi dengan ion Ca2+
,kemudian dengan ion Mg2+ dan akhirnya dengan senyawa rangkai Mg-EBT yang berwarna
merah anggur.Titik akhir pada pH 7-11, dengan adanya perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru yang berasal dari larutan penunjuk yang bebas.
REAKSI
Pipet gondok 50 mL
Pipet 2 mL
Erlenmeyer 100 mL
Buret
Contoh air Limbah
Larutan buffer pH 10
Indikator EBT
Larutan EDTA 0,01
CARA KERJA
5) Dititar dengan larutan EDTA 0,01 N hingga titik akhir dari merah anggur kebiru.
PERHITUNGAN
Vp × 1000
Ppm CaCO3/L =
Vc
DASAR
REAKSI
§ Buret
§ Contoh
§ Larutan buffer pH 10
CARA KERJA
6) Dititar dengan larutan EDTA 0,1 M hingga titik akhir warna biru
PERHITUNGAN
Mg contoh
Keterangan:
a = volume contoh
b = volume blanko
Bst Mg =24
DASAR
Attapulgite dalam tablet A dapat ditetapkan dengan cara titrasi kompleksometri. Attapulgite
dapat dititar dengan EDTA 0,05 M. Dengan indikator EBT akan menghasilkan titik akhir
berwarna biru kecoklatan.
Alat Titroprocessor
CARA KERJA
6. Wadah dan kertas saring dibilas dengan air sampai volume ± 90 ml.
10. Didinginkan dalam ice – bath 3 – 4°C, atau ditambahkan es kedalam erlenmeyer
sebanyak ± 50 g.
12. Dititar dengan larutan EDTA 0,05 M dari warna merah cerah berubah menjadi biru
muda kecoklatan.
13. Dilakukan pula hal yang sama terhadap attapulgite pembanding ( attapulgite dari pabrik
yang sama dengan yang digunakan untuk produk tersebut ). Dengan penimbangan 650 mg.
Tiap 1 ml EDTA 0,05 M ~ 9,7315 mg attapulgite.
PERHITUNGAN
dan
bobot standar
Atau
Keterangan :
%P = Kadar pembanding
Catatan : Perubahan warna pada titik akhir titrasi stabil dalam 10 detik
Jenis Komplekson
Ditulis oleh Ikhsan Firdaus pada 07-03-2009
Salah satu dari jenis reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatakan pembentukan suatau kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit
terdisosiasi. Salah satu contoh reakasinya adalah reaksi dari ion perak dengan ion sianida
untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2- yang sangat stabil:
Dalam isi laporan, yaitu pada bagian Komplekson, disana terdaapt empat jenis komplekson,
sedangkan dalam sumber yang lain disebutkan ada tiga macam komplekson, yaitu
diantaranya :
EDTA merupakan asam lemah yang mempunya nilai pK1 = 2,0, pK2 = 2,67 pK3 = 6,16, pK4
=10,26. Harga tersebut menunjukkan bahwa kedua proton yang pertama, lebih mudah lepas
dibandingkan dengan 2 proton lainnya. Asam bebas ini sukar larut dalam air, karena itu
jarang sekali dipakai dalam larutan standard.
Garam dinatriumnya (Na2H2Y) biasanya dipakai dalam kimia nalisis dengan nama:
Komplekson III,
Titriplex III,
Sesquesterne,
Trilon B
Versene
Chelaton 3
2. Asam nitroloasetat
Complexon I
NITA atau NTA
Asam ini mempunyai nilai pk1 = 1,9, pk2 = 2,5, pk3 = 9,7. Asam nitroloasetat bebas sukar
larut dalam air, jadi seperti halnya EDTA yang biasa dipakai dalam garam dinatriumnya.
Nama lainnya:
Complexon VI
DCYT atau DCTA
Zat ini akan membentuk senyawa kompleks lebih lambat jika dibandingkan dengan EDTA
sehingga mengakibatkan kesukaran pada penetapan titik akhir.
Dari ketiga komplekson di atas, yang paling banyak dipakai adalah komplekson III, sebab :
o Merupakan lignand heksadentat dan dalam rumus kompleksnya membentuk cincin
dengan 5 atom sehingga cukup mantap.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan
bahan pengkelat sebagai titran. Bayangkan, sebagai contoh, komponen trietilenatetramina,
sebuah ligan kuadridentat, yang sering sekali disingkat “trine”. Di sini, 4 atom nitrogen
terhubung oleh jembatan-jembatan etilena dalam sebuah molekul tunggal yang dapat
memenuhi angka koordinasi 4 dalam tembaga normal dalam satu langkah.
Dapat dianggap bahwa pembentukan dari ikatan nitrogen-tembaga pertama akan membawa
molekul nitrogen lain dari molekul trien sampai suatu kedekatan yang sedemikian rupa
sehingga pembentukan dari ikatan tambahan yang melibatkan nitrogen-nitrogen ini jauh lebih
mungkin terjadi daripada pembentukan ikatan-ikatan antar tembaga dengan molekul trien
lainnya
Proses Kimia dalam Dapur Tinggi
Kata Kunci: besi kasar, Besi kasar kelabu muda, Besi kasar kelabu tua, karbon dioksida
Operasi dapur tinggi modern secara ringkas sbb: Pada waktu bijih-bijih besi, bahan bakar dan
tambah dimasukkan kedalam dapur,partama-tama dihilangkan kelembaban dan kadar air pada
daerah suhu 200-30o°C.
Dengan meningkatnya suhu, terjadinya reaksi tak langsung terhadap bijih-bijih besi dengan
reaksi sbb:
Besi kasar
Ada dua macam besi kasar yang dihasilkan oleh dapur tinggi yaitu besi kasar putih dan besi
kasar kelabu.
1. Besi kasar kelabu (Kishy pig iron) Nama besi kasar ini didapat berdasarkan warna bidang
patahnya,yang berwarna kelabu muda sampai tua hampir hitam. Besi kasar kelabu lebih
halus lebih liat dibandingkan dengan besi kasar putih,Titik Cairnya -> 1300OC dan berat
jenisnya 7 Sampai 7,2, kg/dm3
Besi kasar kelabu ada 2 macam yaitu
o Besi kasar kelabu muda.Besi kasar ini mengandung silisium ½ % – 1 % dan
butirbutirnya halus baik untuk silinder mesin.
o -Besi kasar kelabu tua.
Sifat-sifatnya mudah dituang butir-butirnya kasar juga tahan terhadap tekanan tinggi
2. Besi kasar putih (Forge pig iron).Nama besi kasar ini juga didapat dari warna bidang
patahnya.Pada besi kasar ini zat arangnya sebagian besar berbentuk karbid besi (Fe3C),
sehingga sifatnya keras dan getas. Titik cairnya + 1100 °C. Kadar karbonnya 2,3 % – 3,5 %,
dan kadar mangannya agak besar. Besi kasar ini paling baik untuk digunakan untuk baja
berat jenisnya 7,58 – 7,73. kg/dm3