You are on page 1of 6

Buletin AgroBio 5(2):67-72

A1 merupakan mating type yang


Penyakit Hawar Daun paling dominan dan tersebar luas

(Phytophthora infestans (Mont.) di dunia, sedangkan mating type A2


relatif terbatas, terutama dijumpai

de Bary) pada Kentang dan Tomat: di Mexico (Nishimura et al., 1999).


Keberadaan kedua mating type ter-

Identifikasi Permasalahan di sebut telah memberi peluang ter-


jadinya perkawinan silang, sehing-

Indonesia ga terbentuk oospora yang beraki-


bat munculnya berbagai strain atau
ras baru P. infestans yang sangat
Haeni Purwanti beragam ciri-cirinya, terutama viru-
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian lensinya tanaman inangnya
(Romero dan Erwin, 1969). Pem-
ABSTRACT bentukan ras baru sering terjadi
Late Blight of Potato and Tomato [Phytophthora infestans (Mont.) de Bary]: Identification dan dalam waktu yang relatif sing-
of problems in Indonesia. Haeni Purwanti. Late blight of potato and tomato is one of the most
important diseases of potato and tomato in Indonesia. Damages by the disease had increased kat, sehingga mempersulit upaya
due to wide spread cultivation of modern high yielding potato and tomato varieties. The disease pengendalian menggunakan varie-
caused serious losses, yield reductions by late blight ranged from 10-100%. The main problem tas tahan. Akhir-akhir ini, sebaran
of late blight disease of potato and tomato was genetic variability of P. infestans and resistance
to metalaxyl. populasi P. infestans yang beragam
telah dilaporkan dari berbagai
Key words: Late blight, potato, tomato, identification
wilayah di Eropa, Amerika Serikat,
Amerika Tengah, dan Amerika
K entang dan tomat merupakan
salah satu komoditas sayuran
yang penting di Indonesia. Penyakit
pada tahun 1845 oleh Montagne
dan pada tomat oleh Payen tahun
1847. Pada tahun 1876, setelah me-
Selatan, tetapi laporan dari Asia
masing sangat terbatas. Di Indone-
sia, mating type A2 juga telah di-
hawar daun yang disebabkan oleh lakukan penelitian selama berta-
temukan (Nishimura et al., 1998).
jamur Phytophthora infestans hun-tahun, Anton de Bary mengu-
(Mont.) de Bary adalah penyakit kuhkan nama patogen P. infestans Berbagai teknik telah diguna-
yang sangat penting pada tanaman (Mont.) de Bary (Sherf dan Macnab, kan oleh para peneliti untuk meng-
kentang dan tomat di Indonesia 1986) sebagai penyebab penyakit kaji keragaman ciri-ciri P. infestans,
(Semangun, 1989). Penyakit ini hawar daun pada kentang. baik menggunakan teknik yang
mempunyai makna sejarah yang konvensional maupun teknik mole-
Penyakit hawar daun sangat
penting di Eropa, karena pada kuler. Beberapa teknik molekuler
merusak dan sulit dikendalikan, ka-
periode 1830-1845 telah menimbul- yang telah digunakan di antaranya
rena P. infestans merupakan jamur
kan kerusakan pada pertanaman adalah analisis allozyme, uji kepe-
patogen yang memiliki patogenisi-
kentang di Eropa dan Amerika. Ke- kaan terhadap metalaxyl, dan
tas beragam. Pada umumnya, pato-
rusakan yang ditimbulkan penyakit anali-sis genomik DNA dari isolate
gen ini berkembangbiak secara
tersebut telah menimbulkan kela- P. infestans.
aseksual dengan zoospora, tetapi
paran besar di Irlandia yang meng- dapat juga berkembangbiak secara Makalah ini merupakan
akibatkan ratusan ribu penduduk seksual dengan oospora. Jamur ini bahasan ringkas tentang kemajuan
meninggal. Peristiwa ini dikenal bersifat heterotalik, artinya perkem- peneliti-an penyakit hawar daun
dalam sejarah sebagai The Great bangbiakan secara seksual atau pada ken-tang dan tomat serta
Famine (Romero dan Erwin, 1969; pembentukan oospora hanya terja- perkiraan per-masalahannya di
Semangun, 1989). Sejak saat itu, di apabila terjadi mating Indonesia.
penyakit ini telah menjadi kendala (perkawin-an silang) antara dua
utama produksi kedua komoditas isolat P. infestans yang mempunyai PENYAKIT HAWAR DAUN
pertanian tersebut di dunia, ter- mating type (tipe perkawinan) DI INDONESIA
utama di daerah yang beriklim berbeda. Sebaran dan Arti Ekonomi
sejuk dan lembab (Mehrotra, 1980). Menurut Nishimura et al. (1999),
Pada kentang, patogen hawar daun hingga saat ini, di dunia hanya di- Di Indonesia, hawar daun atau
mula-mula dideskripsi di Perancis busuk daun (P. infestans) merupa-
jumpai dua mating type P. infes-
kan penyakit yang sangat penting
tans, yaitu A1 dan A2. Mating type
Hak Cipta  2002, Balitbiogen pada tanaman kentang dan tomat.
68 BULETIN AGROBIO VOL 5, NO. 2

Penyakit ini telah dijumpai sejak melebihi 90%, jika patogen jumpai 10 ras fisiologi P. infestans.
awal kedua tanaman tersebut di- menyerang kultivar yang rentan Selain penelitian ras, gatra peneliti-
budidayakan oleh petani, yaitu pa- pada awal pertanam-an. Penelitian an lain yang telah dilakukan adalah
da tahun 1794 (LIPI, 1980). Diduga yang dilakukan di Ethiopia, Kenya, pengaruh berbagai jenis fungisida,
penyakit ini semula berasal dari Rwanda, Uganda, dan Burundi terutama yang berbahan aktif
bibit kentang yang diimpor dari menunjukkan bahwa kehilangan meta-laksil, terhadap P. infestans.
Eropa. Di lapang, penyakit ini hasil dapat mencapai 40-70%, dan Peneli-tian yang berkaitan dengan
mula-mula menyerang daun besarnya kehilangan hasil sangat genetik populasi dan secara
kentang atau tomat. Pada infeksi tergantung baik pada kerentanan biomolekuler belum dilakukan.
yang berat seluruh daun yang varietas maupun pada kondisi
terinfeksi mem-busuk, sehingga lingkungan tempat tumbuh. KERAGAMAN GENETIK
akhirnya tanaman mati. Penyakit P. INFESTANS
ini juga dapat me-nyerang umbi Status Penelitian Penyakit Hawar
kentang, meskipun di Indonesia Daun di Indonesia Ras/Strain/Mating Type
jarang ditemukan gejala infeksi P. infestans
Sejak kentang diintroduksi ke
pada umbi (Ferling dan Iskandar, Indonesia tahun 1794, laporan hasil Status dan bentuk alat repro-
1995). penelitian tentang penyakit hawar duksi dari P. infestans menjadi to-
Menurut Direktorat Perlindung- tidak banyak dijumpai (LIPI, 1990), pik kontroversi setelah
an Hortikultura (2002), serangan kemungkinan karena penelitian Worthington Smith (1875)
pa-togen hawar daun kentang tidak banyak dilakukan. Suhardi menyatakan bahwa jaringan
selama tahun 2001 terjadi mulai (1979) melaporkan bahwa pada ta- kentang yang terinfeksi oosporanya
bulan Oktober dan intensitas naman kentang di Jawa Barat di- ditemukan di Inggris. Pada tahun
penyakit ter-tinggi terjadi pada
bulan November (Gambar 1). 700
Intensitas penyakit yang paling
Luas serangan (ha)

600
rendah terjadi pada bulan Juli, 500
Agustus, dan September, karena 400
pada bulan-bulan tersebut musim 300
200
kemarau, curah hujan dan 100
kelembaban udara rendah. 0
Infestasi penyakit hawar daun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kentang ter-tinggi di Indonesia Bulan
adalah Provinsi Jawa Tengah,
1 = Januari, 2 = Februari, 3 = Maret, 4 = April, 5 = Mei, 6 = Juni, 7 = Juli, 8 = Agustus,
karena Provinsi ini memiliki area 9 = September, 10 = Oktober, 11 = November, 12 = Desember
perta-naman kentang yang paling Gambar 1. Fluktuasi bulanan luas serangan penyakit hawar daun kentang selama tahun 2001
luas, yaitu di Kabupaten Wonosobo Sumber: Direktorat Perlindungan Hortikultura (2002)
(Gambar 2).
Kerusakan oleh penyakit hawar 3500
daun dapat mengakibatkan penu- 3000
Luas serangan (ha)

runan hasil antara 10-100% (Surya- 2500


ningsih, 1999). Di Belarusia (1999),
P. infestans dapat menyerang 2000

daun-daun tanaman bagian atas 1500


(daun muda) pada awal periode 1000
pertum-buhan vegetatif tanaman
500
dengan tingkat kerusakan daun
mencapai 80-100% pada varietas 0
yang ber-umur genjah, dan 70-80% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pada va-rietas yang berumur Provinsi
sedang dan dalam (Anoshenko, 1 = DI Aceh, 2 = Sumatera Utara, 3 = Sumatera Barat, 4 = Jambi, 5 = Sumatera Selatan,
1999). Hasil pe-nelitian Sengooba 6 = Lampung, 7 = Jawa Barat, 8 = Jawa Tengah, 9 = Jawa Timur, 10 = Bali, 11 = Sulawesi
Utara, 12 = Sulawesi Selatan
dan Hakiza (1999), menunjukkan
Gambar 2. Luas serangan penyakit hawar daun kentang berdasarkan provinsi tahun 2001
bahwa kehi-langan hasil dapat
Sumber: Direktorat Perlindungan Hortikultura (2002)
2002 H. PURWANTI: Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans (Mont.) de Bary) 69

1876, de Bary mula-mula type A2 ha-nya terdapat di Meksiko, isoenzim diawali oleh Tooley et al.
menyatakan bahwa oospora yang sehingga menimbulkan pertanyaan (1985). Setelah itu, banyak peneliti
ada pada jaringan kentang yang Mengapa hal tersebut dapat terjadi? yang mempelajari ciri-ciri populasi
sakit adalah kontaminan Pythium Baru pa-da tahun 1984 dilaporkan P. infestans baik secara fenotipik
vexans, tetapi 15 tahun kemudian oleh Hohl dan Iselin (1984) bahwa maupun secara genotipik dengan
ia menyatakan bahwa oospora P. infes-tans mating type A2 menggunakan berbagai macam
dapat dijumpai pada jaringan dijumpai di Swiss. Setelah itu, penanda, seperti mating type, allo-
kentang yang terinfeksi P. infestans. mating type A2 dilaporkan dijumpai enzyme, sensitifitas terhadap meta-
Selanjutnya, pada tahun 1956 de di berbagai Negara seperti Wales laxyl, virulensi, serta sidik jari DNA
Bary membandingkan (pairing) (Shaw et al., 1985), Mesir (El- nukleus (nuclear DNA fingerprint)
isolat-isolatnya dengan isolat P. Korany et al., 1990), Skotlandia dan sidik jari mitokondrial (mito-
infestans yang berasal dari lembah (Malcolmson, 1985), USA (Shattock chondrial DNA fingerprint) menggu-
dataran tinggi Toluka di Meksiko et al,. 1990), Jerman (Schober dan nakan teknik Restriction Fragment
Tengah dan diperoleh ba-nyak Rullich, 1986), Belan-da (Frinking et Length Polymorphism/RFLP (Fry et
sekali oospora (Niederhauser, al., 1987), Polandia (Ritch et al., al., 1993).
1956; Smoot et al., 1958). 1991), Rusia (Gorbo-rova et al., Nishimura et al. (1999) mene-
Menurut Gallegly dan Galindo 1989), Indonesia (Henf-ling, 1997; mukan empat isolat P. infestans
(1958), secara alami, populasi P. Nishimura et al., 1999), dan Jepang yang tergolong mating type A2 dari
infestans di Meksiko terdapat dua (Ogoshi et al., 1998). Berbagai Indonesia. Setelah dianalisis genoti-
mating type dengan perbandingan peneliti juga melaporkan bahwa pik alloenzymenya menggunakan
1 : 1. Mereka menggunakan simbol mating type A2 juga dijum-pai di enzim malat (Malic enzyme, Me)
A1 dan A2 untuk membedakan luar Meksiko (Cooke et al., 1993; hasilnya menunjukkan nilai 90/90,
mating type yang berbeda. Biasa- 1995; Daggett et al., 1993; Deahl et dengan enzim glukose fosfat
nya mating type A1 membentuk ba- al., 1991; El-Korany et al., 1990; isome-rase (glucose phosphate
nyak sporangia dan sporangiofora, Frinking et al., 1987; Herman-sen isomerase, Gpi) menunjukkan nilai
sedangkan mating type A2 hanya dan Amundsen et al., 1995; Kohl et 100/100, se-dangkan dengan enzim
membentuk agregat hifa saja al., 1994; Malcolmson, 1985; Mosa, peptidase (Pep) menunjukkan nilai
(Gambar 3). Sejak saat itu, telah di- 1992; Ritch et al., 1991; Shaw et al., 96/96.
nyatakan bahwa selain isolat P. 1985; Singh et al., 1993; Tantius et
infestans dari Meksiko, isolat dari al., 1986; Therrien et al., 1989; Resistensi terhadap Senyawa
USA, Kanada, Eropa Barat, Afrika Tooley et al., 1993; Nishimura et al., Metalaxyl
Selatan, dan India Barat tidak 1999).
Di masa lalu, fungisida yang
mem-punyai alat reproduksi Penelitian untuk mengidentifi- berbahan aktif metalaxyl sangat
seksual (Gallegly dan Galindo, kasi populasi P. infestans meng- efektif untuk mengendalikan
1958; Galin-do dan Galllegly, 1960). gunakan teknik genetika molekuler penya-kit hawar daun. Tetapi
Sampai tahun 1984, peneliti pada berdasarkan polimorfisme pengguna-annya yang
umumnya percaya bahwa mating berkepanjangan telah
mengakibatkan munculnya strain
P. infestans yang resisten terhadap
senyawa metalaxyl. Davidse et al.
(1983) melaporkan bahwa dari 222
isolat P. infestans yang diisolasi dari
daun kentang dan umbi yang ber-
asal dari 12 daerah yang berbeda,
41 isolat di antaranya resisten
terha-dap metalaxyl. dengan
konsentrasi 100 ppm atau lebih.
Dari Israel juga dilaporkan bahwa
beberapa isolat P. infestans asal
Israel resisten ter-hadap metalaxyl
dengan konsen-trasi 100 ppm
Gambar 3. Isolat mating type A1 membentuk sporangia dan sporangiofora (kiri), isolat mating
type A2 membentuk agregasi hifa (kanan) (Bilha et al., 1989). Nishimura et al.
Sumber: Mosa (1992) (1999) menemu-kan empat isolat
70 BULETIN AGROBIO VOL 5, NO. 2

P. infestans dari Indonesia yang gal dengan memakai metode isola- Analisis genotipik allozyme isolat P.
resisten terhadap metalaxyl; dua si yang dilakukan Mosa et al. infestans di Indonesia, hingga saat
isolat tahan terha-dap metalaxyl (1989), yaitu dengan cara potongan ini baru dilakukan oleh Nishimura
dengan konsentrasi >10 ppm, daun kentang yang terinfeksi P. et al. (1999), sehingga perlu
sedangkan dua isolat lainnya tahan infestans diletakkan pada irisan dilakukan lebih lanjut.
terhadap metalaxyl dengan kentang Irish Cobbler (r) pada ko-
konsentrasi >100 ppm. tak plastik yang diberi alas koran Kepekaan terhadap Metalaxyl
yang sudah dilembabkan dengan Pengujian kepekaan (sensitivi-
air destilasi kemudian diinkubasi tas) terhadap metalaxyl dilakukan
pada inkubator dengan suhu 18- dengan menumbuhkan isolat P.
PENELITIAN PENYAKIT HAWAR 20oC. Setelah 5-7 hari, miselia akan infestans pada medium agar rye A
DAUN YANG PERLU DILAKUKAN tumbuh pada irisan kentang ter- dengan menambahkan metalaxyl
DI INDONESIA sebut kemudian dipindah ke irisan (0; 0,1; 1; 10; dan 100 ppm). Setelah
kentang baru. Setelah itu, miselia 7 hari diinkubasi pada suhu 20oC di
Sampai saat ini, penelitian pe- baru yang tumbuh dipindahkan pa- ruang gelap, dengan menghitung
nyakit hawar daun di Indonesia da medium agar rye A atau V8 juice ED50 (dosis fungisida yang meng-
ma-sih terbatas pada identifikasi 20%. hambat 50% pertumbuhan
ras P. infestans dan pengendalian
miselia). Ternyata dua isolat A2
penya-kit dengan fungisida yang Determinasi Mating Type
dari Indone-sia tahan terhadap
berbahan aktif metalaxyl saja. Oleh
Determinasi mating type dilaku- metalaxyl 10 ppm dan dua isolat A2
karena itu, kegiatan penelitian lain
kan dengan menandingkan setiap lainnya ta-han terhadap metalaxyl
perlu di-lakukan untuk mendukung
isolat yang diperoleh dengan isolat 100 ppm (Nishimura et al., 1999).
keber-hasilan upaya pengendalian
P. infestans yang sudah diketahui
penya-kit hawar daun baik pada
(tester) A1 dan A2 pada medium KESIMPULAN
tomat maupun pada kentang
agar V8 juice 10%. Isolat tersebut
seperti ko-leksi isolat, determinasi 1. Meskipun P. infestans merupa-
diamati setelah 7-10 hari diinkubasi
mating type, dan analisis kan salah satu penyakit terpen-
pada suhu 20oC di ruang gelap.
alloenzyme mau-pun secara ting pada tanaman kentang dan
Apabila isolat yang dideterminasi
biomolekuler. tomat di Indonesia, namun
membentuk oospora dengan tester
Koleksi isolat P. infestans A1 dan tidak membentuk oospora infor-masi penelitian tentang
dengan tester A2 berarti isolat ter- variasi mating type, strain
Daun kentang atau tomat yang sebut dikatakan sebagai A2. Perla- resisten me-talaxyl, epidemilogi,
terinfeksi P. infestans dikumpulkan kuan setiap menguji isolat dengan dan varietas tanaman yang
dari beberapa provinsi di minimal dua ulangan (Mosa, 1992). resisten, masih sangat terbatas
Indonesia. Potongan daun yang Purwanti (1993) melaporkan bah- sehingga strategi
terinfeksi di-inokulasikan pada wa A2 lebih patogenik daripada A1 pengendaliannya sulit diterap-
medium agar rye B yang ditambah apabila diinokulasikan pada tanam- kan.
ampicillin sodium 200 ppm, an kentang Irish Cobbler (r). 2. Perubahan populasi mating type
nystatin 100 ppm, dan rifampicin 50 A1 dan A2 di Indonesia masih
ppm kemudian di-inkubasikan di Analisis Allozyme perlu dipelajari menggunakan
ruang gelap pada suhu 20oC. variasi populasi indigenous.
Ditemukannya polimorfisme
Setelah 2 minggu, mise-lia akan 3. Populasi mating type A2 di Indo-
isoenzim pada isolat P. infestans
tumbuh kemudian dipin-dahkan nesia yang diduga secara gene-
oleh Tooley et al. (1985) telah di-
pada medium agar miring rye A tik merupakan turunan A1
jadikan sebagai dasar penelitian
yang ditambah antibiotik se-perti masih perlu konfirmasi lebih
ge-netik P. infestans. Populasi
pada medium rye B dan disim-pan lanjut ten-tang sensitivitasnya
genetik isolat P. infestans asal
pada suhu 18oC di ruang gelap terhadap metalaxyl.
Meksiko dan dari luar Meksiko
(Caten dan Jinks, 1968; Nishimura,
polimorfik pada loki (loci) Gpi-1
et al., 1999). Kemungkinan keber- DAFTAR PUSTAKA
(glucose-phosphate isomerase)
hasilan metode isolasi tersebut be-
dan Pep-1 (peptidase), tetapi isolat Anoshenko, B. Yu,1999. The late blight
sar, karena telah diperlakukan
asal Meksiko berbeda ketika situation in Belarusia. In Late Blight
isolasi P. infestans dari Pacet dan
dianalisis dengan enzim ME (malic a Threat to Global Food Initiative on
Lembang (Jawa Barat) serta Late Blight Conference March 16-
enzyme) (Tooley et al., 1985).
Wonosobo (Jawa Tengah) yang ga- 19,1999 Quito, Equador.
2002 H. PURWANTI: Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans (Mont.) de Bary) 71

Bilha B., K. David, l. Yehonda, and C. tive Research between The RIV and behaviour. Trans. Brit. Mycol. Soc.
Yigal. 1989. Infection to potato, CIP. p. 37-44. 83:529-530.
sporangial germination, and respir-
Ferling dan Iskandar. 1995. Strategi Purwanti, H. 1993. Biological control of
ation of isolates Phytophthora infes-
pendahuluan cara pengendalian potato late blight caused by Phy-
tans from metalaxyl-sensitive and
penyakit Phytophthora infestans tophthora infestans. Master Thesis,
metalaxyl-resistant populations.
pada kentang secara terpadu. Hokkaido University, Sapporo,
Amer. Phyt. Soc. 79(8):832-836.
Risalah Kongres Nasional XII dan Japan.
Caten, C.E. and J.L. Jinks. 1968. Seminar Ilmiah PFI di Yogyakarta
6-8 September 1993. PFI, Yogya- Kohl, Y.J., S.B. Goodwin, A.T. Dyer,
Spontaneous variability of single
isolates of Phytophthora infestans. I. karta. hlm. 735-740. B.A. Cohen, A. Ogoshi, N. Sato,
Cultural variation. Can. J. Bot. 46: and W.E. Fry. 1994. Migrations and
Frinking, H.D., L.C. Davidse, and H. displacements of Phytophthora in-
329-348.
Limburg. 1987. Oospore formation festans populations in East Asian
by Phytophthora infestans in host countries. Phytopathology 84:922-
tissue after inoculation with isolates 927.
Cooke, L.R., T.S. Currie, and R.E. of opposite mating type found in the
Penney. 1993. The mating type of Netherlands. Neth. J. Plant Pathol. LIPI. 1980. Ubi-ubian. Lembaga Biologi
Phytophthora infestans in Northern 93:147-149. Nasional-LIPI, Balai Pustaka,
Ireland. Phytophthora Newsletter Jakarta.
19:4-5. Fry, W.E., S.B. Goodwin, A.T. Dyer,
J.M. Matuszak, A. Drenth, P.W. Malcolmson, J.F. 1985. Phytophthora
Cooke, L.R., R.E. Swan, and T.S. Tooley, L.S. Sujkowski, Y.J. Koh, infestans A2 compatibility type
Currie. 1995. Incidence of the A2 recorded in Great Britain. Trans.
B.A. Cohen, L.J. Spielman, K.L.
mating type of Phytophthora infes- Brit. Mycol. Soc. 85:531.
Deahl, D.A. Inglis, and K.P.
tans on potato crops in Northern
Sandlan. 1993. Historical and Mosa, A.A. 1992. Studies on popula-
Ireland. Potato Res. 38:23-29.
recent migrations of Phytophthora tion of Phytophthora infestans, the
Davidse L.C., Daniel L.D., and Cees J. infestans: chronology, pathway, and cause of potato late blight in Japan.
van W. 1983. Resistance to implication. Plant Dis. 77:653-661. Doctorate Dissertation, Hokkaido
metalaxyl in Phytophthora infestans University, Sapporo, Japan.
Gallegly, M.E. and J.A. Galindo. 1958.
in the Netherlands. Neth. J. Pl. Path. Mating types and oospores of Mosa, A.A., M. Kato, N. Sato, K.
89:1-20. Phytophthora infestans in nature in Kobayashi, and A. Ogoshi. 1989.
Daggett, S.S., E. Gotz, and C.D. Mexico. Phytopathology 48:274-277. Occurrence of the A2 mating type of
Therrien. 1993. Phenotypic Phytophthora infestans on potato in
Galindo, J.A. and M.E. Gallegly. 1960.
changes in population of Phytoph- Japan. Ann. Phytopathol. Soc.
The nature of sexuality of Phytoph-
thora infestans from eastern Ger- Japan. 55:615-620.
thora infestans. Phytopathology 50:
many. Phytopathology 83:319-323. 123-128. Mehrotra, R.S. 1980. Plant Pathology.
Deahl, K.L., R.W. Goth, R. Young, Tata McGraw Hill Publ., New Delhi.
Gorborova, Y. Ye, S.F. Bagirova, A.V.
S.L. Sinden, and M.E. Gallegly. Dolgova, Dyakov, and T. Yu. 1989. Niederhauser, J.S. 1956. The blight,
1991. Occurrence of the A2 mating Vegetative incompatibility of Phy- the blighter and the blighted. Trans.
type of Phytophthora infestans in the tophthora infestans (Mont.) de Bary. New York Acad. Sci. 19:55-63.
United State and Canada. Am. Proceeding of the Academy of
Potato J. 68:717-725. Science of the USSR 342:1245- Nishimura, R., K. Sato, W.H. Lee, U.P.
1248. Singh, P. Chang, E. Suryaningsih,
Direktorat Perlindungan Hortikultura.
S. Suwonakenee, P. Lumyong, C.
2002. Serangan optimum pada Henfling, J.W. 1997. Busuk daun ken- Chamswarng, W. Tang, S.K.
komoditi sayuran tahun 2001. tang. Buletin Teknis. Kerjasama Shrestha, M. Kato, N. Fujii, S.
Direktorat Jenderal Bina Produksi International Potato Center (CIP),
Hortikultura. Jakarta. 87 hlm. Akino, N. Kondo, K. Kobayashi,
World Education, dan Balai Peneliti- and A. Ogoshi. 1999. Distribution of
El-Korany, A.E., D.S. Shaw, and M.A. an Tanaman Sayuran. hlm. 12. Phytophthora infestans popula-tions
Abdel-Sattar. 1990. Phytophthora Hermansen, A. and T. Amundsen. in seven Asia countries. Ann.
infestans in Egypt. Phytophthora 1995. Mating types of Phytophthora Phytopathol. Soc. Japan 65:163-
Newsletter 16:41-42. infestans in Norway. In Dowley, L.J., 170.
Suryaningsih, E., E. Chujoi, and E. Bannon, L.R. Cooke, T. Keane, Ogoshi, A., K. Kobayashi, A.A. Mosa,
Kusmana. 1999. Identification of and E. O’Sullivan (Eds.). Phytoph- and N. Sato, 1988. Compatibility
potato cultivars resistance to late thora infestans 150. Boole Press, types of Phytophthora infestans in
blight through a Standard Inter- Dublin, Ireland. p. 77-82. Hokkaido. The 5th International Con-
national Field Trial (SIFT) in Indone- Hohl, H.R. and K. Iselin. 1984. Strains gress of Plant Pathology, Kyoto,
sia. In Potato Research in Indone- of Phytophthora infestans from Japan. p. 182.
sia. Research Result in a Series of Zwitzerland with A2 mating type
Working Papers, 1999. Collabora-
72 BULETIN AGROBIO VOL 5, NO. 2

Romero, S. and Erwin, D.S. 1969. Sengooba, T. and J.J. Hakiza. 1999. Tantius, P.H., A.M. Fyfe, D.S. Shaw,
Variation in pathogenicity among The current status of late blight and R.C. Shattock, 1986. Occur-
single-oospore cultures of Phytopth- caused by Phytophthora infestans in rence of the A2 mating type and
thora infestans. Phytopathology 59: Africa with empasis on Eastern and self-fertile isolates of Phytophthora
1310-1317. Southern Africa. In Late Blight a infestans in England and Wales.
Threat to Global Food Initiative on Plant Pathology 35:578-581.
Ritch, D.L., C.D. Therrien, S.S. Late Blight Conference, March 16-
Daggett, J.H. Sim, and L.S. 19, 1999. Quito Equador. Therrien, C.D., D.L. Ritch, L.C.
Sujkowski, 1991. Phytophthora Davidse, Jespers, B.K. Ad, and
infestans in Poland from 1987-1989, Smith, W.G. 1875. The resting spores L.J. Spielman. 1989. Nuclear DNA
nuclear DNA content, mating type of the potato fungus. Gardeners’ content, mating type and metalaxyl
and response to metalaxyl. Phyto- Chronicle 4:68-70. sensitivity of eighty-three isolates of
pathology 81:1190. Phytophthora infestans from Nether-
Smoot, J.J., F.J. Gough, H.A. lands. Mycol. Res. 92:140-146.
Shattock, R.C., D.S. Shaw, A.M. Fyfe, Lamney, J.J. Eichenmuller, and
J.R. Dunn, K.H. Loney, and J.A. M.E. Gallegly. 1958. Production and Tooley, P.W., W.E. Fry, and M.J.
Shatttock, 1990. Phenotypes of germination of oospores of Phy- Villarreal Gonzales. 1985. Isozyme
Phytophthora infestans collected in tophthora infestans. Phytopathology characterization of sexual and
England and Wales from 1985 to 48:165-171. asexual Phytophthora infestans
1988: Mating type, response to populations. J. Hered. 76:431-435.
Schober, B. and G. Rullich. 1986.
metalaxyl and isoenzyme analysis.
Oosporenbilding von Phytophthora Tooley, P.W., C.D. Therrien, J.H. Sim,
Plant Pathol. 39:242-248.
infestans (Mont.) de Bary. Potato E. O’Sullivan, and L.J. Dowley,
Shaw, D.S., A.M. Fyfe, P.G. Hibberd, Research 29:395-398. 1993. Mating type, nuclear DNA
and M.A. Abdel-Sattar. 1985. content and isozyme genotypes of
Suhardi. 1979. Penelitian pendahuluan Irish isolates of Phytophthora infes-
Occurrence of the rare A2 mating
beberapa ras fisiologi Phytophthora tans. Mycol. Res. 97:1131-1134.
type of Phytophthora infestans on
infestans pada tanaman kentang.
imported Egyptian potatoes and the
Kongres Nasional ke-5 PFI, Malang.
production of sexual progeny with
A1 mating types from UK. Plant
Pathology 34:552-556.
Sherf, A.F. and A.A. Macnab. 1986.
Vegetables diseases and their
control. John Wiley and Sons, New
York. 728 p.
Singh, B.P., S. Roy, S.K. Bhatta-
charyya, and G.S. Shekhawat,
1993. Occurrence of A2 mating type
of Phytophthora infestans in India.
Phytophthora Newsletter 19:6-7.
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit
tanaman hortikultura di Indonesia.
Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

You might also like