You are on page 1of 12

WATAK DAN KEPRIBADIAN DOKTER

INDONESIA BERDASARKAN PANCASILA DAN


KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA

KELOMPOK 22D

Al Anshari (1010311022)
Revivo Rinda Pratama(1010312025)
Ronna Firmana (1010312053)
Irfani Rahmi(1010312081)
Harmailinda(1010312109)
Daulat Azhari (1010313028)
Muhammad Ryan S (1010313064)
Renata Dwi Anddora (1010313105)
Siti Khairani (1010313108)
Atikah Mardhika Ihsan (1010313117)

Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
2010
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Setiap orang memiliki watak dan kepribadian yang berbeda. Ada baik dan buruk,
ada yang pemarah dan sabar, sombong dan rendah hati, sopan dan kasar, dan lainnya.
Namun seorang dokter haruslah memiliki watak dan kepribadian yang baik agar dapat
melayani orang dengan efisien. Sekarang ini banyak dokter yang mempunyai watak dan
kepribadian yang kurang baik. Mereka lebih mementingkan materi dibandingkan dengan
moril.
Selain itu juga terdapat beberapa dokter yang tidak bermoral seperti seorang
dokter yang memerkosa pasiennya. Sungguh disayangkan. Seorang pasien yang
mengharapkan kesembuhan melalui tangan seorang dokter malah diperlakukan tidak
senonoh seperti itu.
Di beberapa tempat juga ada dokter yang hanya melakukan komunikasi satu arah.
Dimana dokter tidak mau atau tidak membiarkan pasien memberikan usulan atau
pendapatnya. Padahal sebagai seorang dokter sangatlah penting untuk mendengarkan
pendapat pasien untuk hasil yang diinginkan.
Sekarang ini juga terdapat dokter yang melakukan aborsi bukan demi
keselamatan si bayi ataupun si ibu. Padahal dari segi agama jelaslah itu sangat melanggar
norma, karena hal itu sama saja dengan membunuh dan berarti orang yang melakukannya
berdosa berat! Ada juga yang melakukan aborsi dengan embel-embel materi. Itu lebih
tidak beradab lagi. Menyuntik mati seseorang juga merupakan suatu masalah yang sering
muncul di dunia kedokteran.
I.2 IDENTIFIKASI MASALAH

a. Bagaimanakah watak dan kepribadian yang harus dimiliki seorang dokter menurut
pancasila?
b. Bagaimanakah watak dan kepribadian yang harus dimiliki seorang dokter menurut
Kode Etik Kedokteran?

1.3 TUJUAN

a. Mengetahui watak dan kepribadian yang harus dimiliki seorang dokter menurut
pancasila.
b. Mengetahui watak dan kepribadian yang harus dimiliki seorang dokter menurut Kode
Etik Kedokteran.

BAB II
ISI
II.1 Kajian Teori
1.1. Pengertian Dokter Indonesia
Dokter Indonesia adalah dokter warganegara Indonesia yang berada di Indonesia
atau di luar negeri yang dapat terikat dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) atau bukan
anggota IDI.
Dokter Indonesia terikat oleh suatu etika yang termuat dalam Kode Etik
Kedokteran Indonesia (Kodeki). Penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia No.
221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002. Salah satu penetapan tersebut berbunyi
sebagai berikut: dengan penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia maka semua dokter
yang menjalankan profesi kedokterannya wajib berpegang teguh pada KODEKI tersebut.

1.2. Pengertian Pancasila


Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansekerta: pañca berarti lima
dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
berisi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1.1. Pengertian dan Isi Kode Etik Kedokteran


Merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan
praktek kedokteran. Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April
2002 tentang penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik Kedokteran
Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam Musyawarah Kerja Susila
Kedokteran Indonesia. Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu
adalah Kode Etik Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968
melalui Muktamar Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi
pada MuKerNas IDI XIII, tahun 1983.

Isi Kode Etik Kedokteran adalah:


KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Dokter.

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standard profesi yang tertinggi.

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan
setiap penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal
hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya

Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih
sayang ( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan
sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak
tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk
insani.

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial,
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.

Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.

Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi kedokteran/kesehatan.

II.2 Pembahasan
2.1. Kepribadian Dokter Berdasarkan Pancasila
2.1.1 Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ini tercermin dalam Sumpah Dokter yang berbunyi: …Demi Allah saya
bersumpah…….(untuk yang beragama Islam), sedangkan untuk penganut agama
lain disesuaikan dengan agama masing-masing, misalnya bagi mereka yang tidak
mengucapkan sumpah, perkataan sumpah diganti dengan janji (…….Demi Allah
saya berjanji……). Hal ini menunjukkan bahwa seorang dokter juga harus
memiliki sifat religious.
Kita tak dapat memungkiri bahwa Tuhan lah yang menciptakan manusia. Dan di
dalam kitab suci Al-Quran (untuk yang beragama Islam) telah dijelaskan bahwa
semua yang terjadi dimuka bumi ini adalah kehendak Allah. Kun fayakun, terjadi
maka terjadilah!. Sebagai seorang dokter, kita harus meyakininya, bahwa bukan
kita lah penentu hidup mati seseorang, melainkan Tuhan Yang Mahakuasa. Ini
mengisyaratkan kita harus tetap pada tugas utama kita, yaitu memberi pelayanan
kepada orang sakit dan berupaya untuk menyembuhkannya. Oleh karena itu, kita
tak patut untuk menyuntik mati seseorang meskipun keadaannya sangat kritis.

2.1.2 Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.


Sila ini dapat dilihat antara lain pada pasal 7d yang berbunyi: Setiap dokter harus
senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk insani.
Sudah sepantasnyalah bila setiap dokter mengingat dan bukan sekedar basa-basi
yang dilafalkan: Saya akan menghormati setiap hidup insani, mulai dari saat
pembuahan!
Janganlah para dokter menjadi dokter abortus untuk meraup keuntunngan karena
setiap insan itu berhak untuk hidup. Kita tak patut untuk merenggut hak itu. Selain
itu, dalam pelayanan, kita juga harus bersikap adil dan beradab. Seorang dokter
wajib melayani pasien sesuai dengan sebaik-baiknya standar profesi. Janganlah
kita bersikap ramah kepada orang-orang kaya saja, akan tetapi juga pada orang
yang tidak mampu karena setiap insan berhak mendapat pelayanan kesehatan.

2.1.3 Sila Ketiga: Persatuan Indonesia.


Dokter Indonesia sebagai warga negara Indonesia yang baik tentunya berkewajiban
untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan negara Indonesia yang kita cintai
ini.
misalnya saja, kita harus menjaga kesatuan antar dokter. Janganlah sesama kita
saling mengejek, mencela hanya untuk keuntungan pribadi. Hanya untuk meraup
keuntungan duniawi. Kita harus saling mendukung satu sama lain. Bahkan dengan
profesi lain pun kita juga harus bersatu padu karena dokter juga makhluk social
yang tak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Misalnya saja,
kita harus bekerjasama dengan perawat untuk merawat pasien karena kita tak dapat
merawat pasien dalam jumlah banyak sekaligus. Oleh karena itu tak patutlah kita
untuk angkuh, merasa yang paling hebat.

2.1.4 Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Dokter Indonesia sebagai warga negara Indonesia tentunya tunduk terhadap aturan-
aturan yang berlaku di negara kita dan mempercayakan aspirasinya pada lembaga
yang telah ditentukan. Saat ini, kita telah dapat menyampaikan aspirasi kita
melalui IDI ( Ikatan Dokter Indonesia ).
Selain itu, sila keempat ini juga kita aplikasikan dalam pelayanan kepada pasien.
Misalnya dengan Informed Consent, dimana kita harus meminta persetujuan pasien
untuk melakukan tindakan medis kepadanya ( kecuali situasi gawat darurat ). Hal
ini menunjukkan bahwa perlunya sikap mau bermusyawarah dan mendengarkan
pendapat orang lain. Meskipun dokter dianggap sebagai orang yang paling benar
dalam penanganan medis di lingkungan masyarakat.

2.1.5 Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Apa yang menjadi cita-cita negara Indonesia haruslah semua dokter Indonesia turut
mewujudkannya. Dengan memberikan pelayan kesehatan yang selayaknya kita
telah membantu mewujudkan keadilan social di negeri ini. Dalam pemberian
pelayanan kita tak lagi memilih sikap yang harus kita tunjukkan berdasarkan status
sosial. Semua sama rata.

2.2 Kepribadian Dokter Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia


Sesuai dengan Kodeki maka ada 17 pasal dengan perincian sebagai berikut: 9
pasal ( pasal 1 sampai 9) tentang Kewajiban Umum Dokter; 4 pasal (pasal 10 sampai 13)
tentang Kewajiban Dokter Terhadap Pasien; 2 pasal (pasal 14 dan 15) tentang Kewajiban
Dokter Terhadap Teman Sejawat; dan 2 pasal (pasal 16 dan 17) tentang Kewajiban
Dokter Terhadap Diri Sendiri.
Masalah etika dan hukum kadangkala masih dicampurbaurkan, sehingga
pengertiannya menjadi kabur Seseorang yang melanggar etika dapat saja melanggar
hukum dan tentu saja seorang yang melanggar hukum akan melanggar pula etika. Etika
adalah norma-norma akhlak atau moral yang berlaku pada kehidupan manusia
bermasyarakat. Dokter adalah bagian dari masyarakat sehingga haruslah berperilaku
mengikuti etik masyarakat tersebut. Dokter bisa saja dicap tidak beretika manakala
melawan arus etika di sekitarnya.
Dibuatnya Kodeki ini, rupanya Dokter Indonesia haruslah lebih nyata
mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokterannya untuk pengabdian kepada
sesama manusia dan tentunya juga dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Pada pasal 3 Kodeki, dikemukakan perbuatan yang bertentangan dengan etik,
yaitu:

a. Secara sendiri atau bersama-sama menerapkan pengetahuan dan ketrampilan


kedokteran dalam segala bentuk;
b. Menerima imbalan selain daripada yang layak, sesuai dengan jasanya, kecuali
dengan keikhlasan dn pengetahuan dan atau kehendak pasien;
c. Membuat ikatan atau menerima imbalan dari perusahaan farmasi/obat,
perusahaan alat kesehatan/kedokteran atau badan lain yang dapat mempengaruhi
pekerjaan dokter; dan
d. Melibatkan diri secara langsung atau tidak langsung untuk mempromosikan obat,
alat atau bahan lain guna kepentingan dan keuntungan pribadi dokter.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Tenaga medis di Indonesia, khususnya dokter, hendaklah membentuk
kepribadian yang sesuai dengan Pancasila sebagai dasar Negara dan identitas jati diri
bangsa. Seorang dokter juga harus menjalankan profesinya sesuai dengan Kode Etik
Kedokteran Indonesia yang telah disepakati dan ditentukan bersama. Sehingga, sosok
karakter seorang dokter dalam menjalankan tugasnya akan dihormati oleh masyarakat
dan pekerjaannya juaga akan sesuai dengan Pancasila dan Kode Etik Kedokteran
Indonesia.
III.2 Saran
Seorang dokter haruslah mempunyai ilmu pengetahuan mengenai
Pancasila dan mampu menghayatinya sebagai landasan dalam membentuk jati dirinya
sebagai warga Negara Indonesia. Tidak hanya itu,dalam menjalankan tugasnya seorang
dokter harus berlandaskan Kode Etik Kedokteran Indonesia untuk menjaga karakter
pribadinya sebagai seorang petugas pelayananan medis.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Indonesia, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode Etik
Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia, Medan:
USU Repository, 2006.
http://google.co.id/Hukum_Kedokteran

You might also like