You are on page 1of 33

Pengertian Sejarah dan Ruang Lingkup

A.Pengertian Sejarah

1.Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata


Menurut Jan Romein, kata “sejarah” memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris),
“geschichte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama,
yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa Arab,
“syajaratun” yang berarti “pohon” atau “keturunan” atau “asal-usul” yang kemudian berkembang
dalam bahasa Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”. Menurutnya kata
syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan.

2.Rumusan batasan pengertian sejarah


Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan pengertian
sejarah. Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah dapat diartikan sebagai
gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun
secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah
dimengerti dan dipahami.

B.Ruang Lingkup Studi Sejarah

1.Sejarah sebagai cerita


Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita, yaitu cerita
tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah pada
hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi. Ucapan teoritikus-teoritikus
sejarah seperti Renier: “nothing but a story”; Trevelyan: “the historian’s first duty is to tell the
story”; Huizinga: “the story of something that has happened”, semuanya mencerminkan gagasan
bahwa sejarah itu hakekatnya adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita.
Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah
bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun novel. Ia
adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode yang khusus yang
bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan
metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk
akhirnya disusun dengan cara-cara tertentu pula menjadi sebuah cerita yang menarik tentang
pengalaman masa lampau manusia itu.

2.Sejarah sebagai ilmu


Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu ilmu
pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah. Syarat-syarat keilmuan yang dimaksud adalah:
•Ada objek masalahnya
•Memiliki metode
•Tersusun secara sistematis
•Menggunakan pemikiran yang rasional
•Memiliki kebenaran yang objektif

Karena sejarah memiliki kesemua syarat keilmuan tersebut, termasuk memiliki metode sendiri
dalam memecahkan masalah, maka tidak ragu lagi akan unsur-unsur keilmuan dari sejarah.
Pendapat ahli sejarah Bury bahwa “history is a science, no less and no more” kiranya
memberikan penegasan akan hal itu. Meski demikian dalam kenyataannya banyak pihak yang
masih menyangsikan keberadaan sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu.
Dilihat dari cara kerja ilmiah, dua tahapan terakhir dalam metode sejarah yaitu interpretasi dan
historiografi masih sering dianggap sebagai titik-titik lemah. Interpretasi misalnya, dimana di
dalamnya terdapat unsur menyeleksi fakta sehingga sesuai dengan keseluruhan yang hendak
disusun, terkadang unsur subjektivitas penulis atau sejarawan seperti kecenderungan pribadinya
(personal bias), prasangka kelompoknya (group prejudice), teori-teori interpretasi historis yang
saling bertentangan (conflicting theories of historical interpretation) dan pandangan hidupnya
sangat mempengaruhi terhadap proses interpretasi tersebut.
Semuanya itu bisa membawa sejarawan pada sikap subjektif yang dalam bentuknya yang
ekstrim menjurus pada sikap emosional, bahkan mungkin irasional yang kurang bisa
dipertanggung jawabkan seperti kecenderungan mengorbankan fakta sejarah atau
memanipulasikannya demi suatu teori, pandangan hidup yang dipercayai secara berlebihan atau
keberpihakan pada penguasa. Memang sulit untuk menghindar dari subjektivitas, sehingga
sejarawan sangat dituntut untuk melakukan penelitian sejarah yang seobjektif mungkin atau
setidaknya sebagai suatu ideal. Pokoknya yang penting bagi sejarawan adalah seperti yang
pernah dikemukakan G. J. Renier, “we must not cheat”.

3.Beda sejarah dengan fiksi, ilmu sosial dan ilmu agama


a.Kaidah pertama: sejarah itu fakta
Perbedaan pokok antara sejarah dengan fiksi adalah bahwa sejarah itu menyuguhkan fakta,
sedangkan fiksi menyuguhkan khayalan, imajinasi atau fantasi.

b.Kaidah kedua: sejarah itu diakronik, ideografis dan unik


•Sejarah itu diakronik (menekankan proses), sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan
struktur). Artinya sejarah itu memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu sosial meluas dalam
ruang. Sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A
sampai waktu B. Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Contoh:
Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920; Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949; Gerakan Zionisme 1897-1948 dan sebagainya.
•Sejarah itu ideografis, artinya melukiskan, menggambarkan, memaparkan, atau menceritakan
saja. Ilmu sosial itu nomotetis artinya berusaha mengemukakan hukum-hukum. Misalnya sama-
sama menulis tentang revolusi, sejarah dianggap berhasil bila ia dapat melukiskan sebuah
revolusi secara menditil hingga hal-hal yang kecil. Sebaliknya ilmu sosial akan menyelidiki
revolusi-revolusi dan berusaha mencari hukum-hukum yang umum berlaku dalam semua
revolusi.
•Sejarah itu unik sedang ilmu sosial itu generik. Penelitian sejarah akan mencari hal-hal yang
unik, khas, hanya berlaku pada sesuatu, di situ (di tempat itu dan waktu itu). Sejarah menulis hal-
hal yang tunggal dan hanya sekali terjadi. Topik-topik sejarah misalnya Revolusi Indonesia,
Revolusi di Surabaya, Revolusi di Pesantren “X”, Revolusi di Desa atau Kota “Y”. Revolusi
Indonesia tidak terjadi di tempat lain dan hanya terjadi sekali pada waktu itu, tidak terulang lagi.
Sedang topik-topik ilmu sosial misalnya Sosiologi Revolusi, Masyarakat Desa, Daerah Perkotaan
yang hanya menerangkan hukum-hukum umum terjadinya proses tersebut.

c.Kaidah ketiga: sejarah itu empiris


Inilah antara lain yang membedakan antara sejarah dengan ilmu agama. Sejarah itu empiris, ia
berdasarkan pengalaman manusia yang sebenarnya, sedang ilmu agama itu lebih bersifat
normatif, mengikuti kaidah-kaidah hukum yang sudah ada, yang tercantum dalam Kitab Suci
masing-masing agama, yang dipercaya sebagai yang diwahyukan oleh Tuhan.
http://www.senduku.info/index.php?option=com_content&view=category&id=25:pengertian-
sejarah-dan-ruang-lingkup&Itemid=37

Pengertian Sejarah
kampus FKIP Add comments

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon, artinya sebuah
pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih kompleks atau
lebih maju.

Dalam bahasa Inggris, kata sejarah (history) berarti masa lampau umat manusia. Dalam bahasa
Jerman, kata sejarah (geschicht) berarti sesuatu yang telah terjadi. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadaraminta menyebutkan bahwa sejarah mengandung
tiga pengertian sebagai berikut:

1.
Sejarah berarti silsilah atau asal usul.
2.
Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
3.
Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa lampau.

Beberapa pengertian sejarah yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut.

* J.V. Bryce, Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat
oleh manusia.
* W.H. Walsh, Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi
manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa
lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.
* Patrick Gardiner, Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh
manusia.
* Roeslan Abdulgani, Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti
dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di
masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis
seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi
penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
* Moh. Yamin, Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan
beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.
* Ibnu Khaldun (1332-1406), Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum
manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.
* Moh. Ali, dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian
sejarah sebagai berikut:

1. jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.


2. cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar
kita.
3. ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa dalam
kenyataan di sekitar kita.

Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa
lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah
merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.

1.
Peristiwa yang abadi; peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang
masa.
2.
Peristiwa yang unik; peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis
sama untuk kedua kalinya.
3.
Peristiwa yang penting; peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan
orang banyak.

http://blog.unila.ac.id/redha/2010/04/12/definisi-ilmu-sejarah/
Sejarah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan)
silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.[1] Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang
digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.[2] Pengetahuan sejarah
meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara
berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah
disebut sejarawan.

Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya
(humaniora). Akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama
bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai
kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Ilmu sejarah dapat dibagi
menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Etimologi
* 2 Klasifikasi
* 3 Catatan sejarah
* 4 Sejarah dan prasejarah
* 5 Historiografi
* 6 Metode kajian sejarah
* 7 Belajar dari sejarah
* 8 Lihat pula
* 9 Referensi

[sunting] Etimologi

Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (‫شجرة‬: šajaratun) yang artinya pohon.
Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (‫) تاريخ‬. Adapun kata tarikh dalam
bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat
pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa
Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut
adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.
[sunting] Klasifikasi

Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian.
Bila beberapa penulis seperti H.G. Wells, Will Durant, dan Ariel Durant menulis sejarah dalam
lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing.

Ada banyak cara untuk memilah informasi dalam sejarah, antara lain:

* Berdasarkan kurun waktu (kronologis).


* Berdasarkan wilayah (geografis).
* Berdasarkan negara (nasional).
* Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
* Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).

Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara penulisannya seperti melihat
batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka
sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya
Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah sebagai "penata
batu-bata" dari fakta-fakta sosiologis.

Banyak orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai
sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor-faktor keilmuan, terutama faktor "dapat
dilihat atau dicoba kembali", artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka,
bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah
mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali untuk
selama-lamanya. Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan
menunjukkan keeksisannya dalam tataran ilmu.
[sunting] Catatan sejarah

Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti
catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan
monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai "sejarah penceritaan", atau oral
history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah
adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak
semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada
periodeyang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi,
atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah, termasuk: alasan
administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan perdagangan), alasan
politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara, politikus, atau orang-orang
penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah raga (misalnya: rekor Olimpiade),
catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi (misalnya surat-menyurat), dan hiburan.

Namun dalam penulisan sejarah, sumber-sumber tersebut perlu dipilah-pilah. Metode ini disebut
dengan kritik sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua macam, yaitu ekstern dan intern. Kritik
ekstern adalah kritik yang pertama kali harus dilakukan oleh sejarawan saat dia menulis
karyanya, terutama jika sumber sejarah tersebut berupa benda. Yakni dengan melihat validisasi
bentuk fisik karya tersebut, mulai dari bentuk, warna dan apa saja yang dapat dilihat secara fisik.
Sedang kritik intern adalah kritik yang dilihat dari isi sumber tersebut, apakah dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.

Wawancara juga dipakai sebagai sumber sejarah. Namun perlu pula sejarawan bertindak kritis
baik dalam pemilahan narasumber sampai dengan translasi ke bentuk digital atau tulisan.
[sunting] Sejarah dan prasejarah
Sejarah manusia dan prasejarah
Kotak ini: lihat • bicara • sunting
↑ sebelum Homo (Pliocene)

sistem tiga zaman prasejarah

* Zaman batu

>> Paleolitikum bawah: Homo, Homo erectus,


>> Paleolitikum tengah: awal Homo sapiens
>> Paleolitikum atas: perilaku modernitas
>> Neolitikum: peradaban

* Zaman perunggu

>> Near East | India • Europe • China • Korea


* Zaman besi

>> Bronze Age collapse • Ancient Near East • India • Europe • China • Japan • Korea • Nigeria

Sejarah

* Catatan terlama (2500–500 BCE)


* Zaman purbakala (500 BCE–500 CE)
* Zaman pertengahan (500–1500)
* Modern permulaan (1500–1800)
* Modern (1800 to present)

lihat pula: Modernitas, Futurologi


↓Masa depan

Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau sejarah yang
diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik profesional serta
pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19 dan 20, terdapat pula
informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang ilmu sosial lainnya terus
memberikan informasi yang baru, serta menawarkan teori-teori baru tentang sejarah manusia.
Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk
dalam ilmu sejarah, karena penelitian yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis?
Sebuah istilah baru, yaitu nirleka, dikemukakan. Istilah "prasejarah" digunakan untuk
mengelompokkan cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya
catatan sejarah tertulis.

Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan prasejarah mempersulit penelitian. Ahli sejarah
waktu itu mencoba meneliti lebih dar sekadar narasi sejarah politik yang biasa mereka gunakan.
Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru, seperti pendekatan sejarah ekonomi,
sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli
prasejarah seperti Vere Gordon Childe menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak
kejadian-kejadian penting di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan
bukan prasejarah murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa
peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum kedatangan
Columbus.

Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan antara
sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan.

Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah diketahui
sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu umat manusia (walau
sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan prasejarah, ada bidang ilmu pengetahuan
baru yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan
untuk mengetahui tentang sesuatu yang terjadi di masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan,
linguistik, genetika, dan lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh kebanyakan ahli
sejarah.
[sunting] Historiografi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Historiografi

Historiografi adalah adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah berdasarkan
sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa bias (pendapat subjektif)
yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah satu yang paling besar di
antaranya adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat dipelajari dari sudut pandang ideologis,
misalnya: historiografi Marxisme.

Ada pula satu bentuk pengandaian sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal dengan
sebutan "sejarah virtual" atau "sejarah kontra-faktual" (yaitu: cerita sejarah yang berlawanan --
atau kontra -- dengan fakta yang ada). Ada beberapa ahli sejarah yang menggunakan cara ini
untuk mempelajari dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan yang ada apabila suatu kejadian
tidak berlangsung atau malah sebaliknya berlangsung. Hal ini mirip dengan jenis cerita fiksi
sejarah alternatif.
[sunting] Metode kajian sejarah

Ahli-ahli sejarah terkemuka yang membantu mengembangkan metode kajian sejarah antara lain:
Leopold von Ranke, Lewis Bernstein Namier, Geoffrey Rudolf Elton, G. M. Trevelyan, dan A. J.
P. Taylor. Pada tahun 1960an, para ahli sejarah mulai meninggalkan narasi sejarah yang bersifat
epik nasionalistik, dan memilih menggunakan narasi kronologis yang lebih realistik.

Ahli sejarah dari Perancis memperkenalkan metode sejarah kuantitatif. Metode ini menggunakan
sejumlah besar data dan informasi untuk menelusuri kehidupan orang-orang dalam sejarah.

Ahli sejarah dari Amerika, terutama mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi dan sipil,
berusaha untuk lebih mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku, ras, serta kelompok
sosial dan ekonomi dalam kajian sejarahnya.

Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras


mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut mereka,
sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber sejarah
yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History (terj: Pembelaan akan Sejarah),
Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah modern dari Univeritas Cambridge di Inggris,
membela pentingnya pengkajian sejarah untuk masyarakat.
[sunting] Belajar dari sejarah

Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga
mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari
para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan
hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat
mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah
peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari
filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang
zaman.

Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai
sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: "Mereka yang tidak
mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya."

Filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya tentang
sejarah: "Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan
tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya." Kalimat ini
diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: "Satu-satunya hal
yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya."

Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh,
pernah pula berkata "Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya." Tetapi
sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang
sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: "Sejarah ditulis oleh sang pemenang."
Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari
taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah -- dan
pemelesetan fakta sejarah -- sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.

Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak
mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah
jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya
sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan.

Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah berulang, karena
setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor yang menyebabkan
berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh faktor ini muncul dan terulang lagi.
Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai suatu kejadian di masa lampau tidak dapat
secara sempurna diterapkan untuk kejadian di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap
bahwa pandangan ini tidak sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus
diambil dari setiap kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama
diambil dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting. Misalnya:
kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus ditingkatkan; walaupun setiap
kejadian bencana alam memang, dengan sendirinya, unik.
[sunting] Lihat pula
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah

I. Pengertian sejarah

Apa itu sejarah ?

Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang
telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia.

A. Heuristik dalam sejarah

Heuristik merupakan bagian dari penelitian sejarah. Heuristik adalah upaya penelitian yang
mendalam untuk menghimpun jejak-jejak sejarah atau mengumpulkan dokumen-dokumen agar
dapat mengetahui segala bentuk peristiwa atau kejadian-kejadian bersejarah di masa lampau.
Jejak-jejak atau dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun itu merupakan data-data yang sangat
berharga sehingga dapat dijadikan dasar untuk menelusuri peristiwa-peristiwa sejarah yang telah
terjadi di masa lampau. Namun, untuk menemukan jejak-jejak sejarah atau
dokumen-dokumen bersejarah itu tidaklah mudah . Para ahli atau sejarawan mulai dengan
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang peristiwa sejarah yang akan ditelitinya.

Mencari jejak sejarah tidak jauh berbeda dengan mencari jejak binatang buruan. Seorang
pemburu hendaknya telah mengetahui ke arah mana binatang buruannya berjalan, sehingga
mereka dapat melakukan penghadangan pada jalan-jalan yang akan dilalui oleh binatang buruan
itu. Seorang ahli atau sejarawan hendaknya telah memiliki suatu informasi yang akurat tentang
keberadaan dan kebenaran suatu peristiwa sejarah.

Jejak-jejak sejarah biasanya dapat ditemukan secara kebetulan oleh maryarakat. Banyak benda-
benda budaya peninggalan masa lalu ditemukan secara tidak disengaja. Jejak-jejak sejarah
masa lampau yang berupa berbagai bentuk perhiasan, peralatan rumah tangga, peralatan kerja
bahkan puin-puing bangunan kuno reperti candi yang masih berserakan sering ditemukan secara
kebetulan. Dari informasi penemuan itulah akhirnya para ahli atau sejarawan melakukan
penelitian lebih lanjut. Bahkan tanpa informasi yang berhasil diterima dari masyarakat, para ahli
atau sejarawan sangat sulit untuk menemukan jejak-jejak sejarah tentang masa lampau.

B. Sumber-sumber sejarah

Peristiwa yang terjadi di masa lampau dapat terungkap jika ada sumber-sumber sejarah yang
mendukungnya. Sumber rejarah terdiri atas :

1. Sumber lisan, yaitu keterangan langsung dari para pelaku atau saksi dari peristiwa yang terjadi
di masa lampau, atau dari orang-orang yang menerima keterangan itu secara lisan dari orang
lain. Misalnya seorang pejuang ’45 menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada orang lain.

2. Sumber tertulis, yaitu sumber sejarah yang diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulis
yang mencatat peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Misalnya prasasti, dokumen, naskah,
dan rekaman.

3. Sumber benda, yaitu sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan benda-benda
kebudayaan. Misalnya alat-alat atau benda-benda budaya ( kapak, gerabah, perhiasan, dan
manik-manik ).

Sumber-sumber rejarah itu belum dapat mengimformasikan secara pasti kebenaran yang
diceritakannya, sehingga para ahli sejarah hanxa dapat menafsirkan sebagian kecil dari peristiwa
itu atau kejadian tersebut .

C. Bukti dan fakta sejarah

Bukti dan fakta sejarah dapat diketahui melalui dua sumber asalnya yaitu bukti dan fakta yang
berasal dari sumber primer dan maupun sumber sekunder.

1. Bukti dan fakta dari rumber primer

Bukti dan fakta tentang peristiwa sejarah diuraikan oleh para pelaku utama atau saksi yang
mengalami suatu peristiwa sejarah. Namun, terkadang uraian para pelaku atau saksi dipandang
lemah, karena meninggalkan struktur obyektivitasnya. Biasanya para pelaku terrebut
menyembunyikan atau menenggelamkan bukti-bukti atau fakta-fakta yang melemahkan
kedudukannya dalam peristiwa sejarah tersebut.

2. Bukti dan fakta dari sumber sekunder

Bukti dan fakta tentang peristiwa sejarah diuraikan oleh seorang yang bukan pelaku atau saksi
dari peristiwa terrebut. Akibatnya, kebenaran dari peristiwa tersebut semakin berkurang.

D. Menentukan usia peninggalan sejarah

Untuk mengetahui usia dari peninggalan sejarah budaya manusia pada masa lampau ada tiga
cara yaitu :

1. Tipologi, ialah cara penentuan usia peninggalan budaya berdasarkan bentuk ( tipe) dari benda
peninggalan itu. Semakin sederhana bentuk peninggalan budaya manusia , maka usianya
semakim tua. Namun, dengan cara seperti ini sering kali timbul masalah, sebab benda yang
sederhana belum tentu dibuat lebih dulu dari pada benda yang lebih halus dan telah sempurna
buatannya.

2. Stratigrafi : merupakan cara penentuan usia suatu benda peninggalan budaya manusia
berdasarkan lapisan tanah. Semakin kebawah lapisan tanah tempat penemuan benda
peninggalan budaya manusia, maka semakin tinggi usianya. Dan semakin ke atas lapisan tempat
penemuan benda peninggalan manusia, maka semakin muda usianya.

3. Kimiawi : merupakan cara menentukan usia dari benda peninggalan budaya manusia
berdasarkan unsur-unsur kimi2 yang dikandung oleh benda tersebut.

Saya teringat pelajaran saat SMA, guru Sejarah dan guru PPKN sering bilang ” JASMERAH ”
yang mengingatkan bahwa jangan sekali-sekali melupakan sejarah.

Itulah sedikit ringkasan tentang heuristik, sumber, bukti dan fakta, dan penentuan peninggalan
sejarah. Jika ada kesalahan mohon dimaklumi :D . Terima kasih telah berkunjung di blog ini :) .
http://supeksa.wordpress.com/2010/11/19/pengertian-heuristik-sumber-sumber-bukti-dan-fakta-
dalam-sejarah/

E.Pengertian Bukti Sejarah

Bukti sejarah adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang terkait langsung dengan terjadinya
peristiwa tertentu yang keasliannya sudah tidak diragukan lagi karena telah melalui tahap
verifikasi dan kritik. Ia bisa berujud benda material atau hasil rekaman (tertulis, suara atupun
visual) dari kesaksian orang yang mengalami atau mengetahui langsung peristiwa tersebut.

F.Pengertian Fakta Sejarah

Pengertian fakta sejarah, menimbulkan banyak pendapat dari para sejarawan. Pendapat umum
yang selama ini berkembang menyatakan bahwa: pertama, fakta adalah apa yang benar-benar
telah terjadi dan kedua fakta sebagai bukti-bukti dari apa yang telah benar-benar terjadi. Menurut
Patrick Gerdiner, kedua pengertian itu adalah salah.
Menurut Gerdiner, bukti-bukti dari apa yang telah terjadi di masa lalu itu belum merupakan suatu
kebulatan gambaran tentang peristiwa masa lampau. Jadi lebih bersifat sebagai data yang
berserakan yang menyebabkan kita sering ragu, apakah itu benar-benar bukti dari peristiwa yang
kita cari itu. Dengan kata lain untuk bisa membuat pernyataan bulat bahwa sesuatu peirstiwa di
masa lampau benar-benar telah terjadi, diperlukan suatu proses untuk mengumpulkan dan
kemudian menguji bukti-bukti tersebut, melalui kegiatan kritik sumber terutama untuk
menentukan kebenarannya. Hasil dari proses inilah baru bisa kita namakan sebagai fakta
sejarah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fakta sejarah merupakan keterangan baik itu lisan,
tertulis, atau berupa benda-benda peninggalan sejarah yang kita peroleh dari sumber-sumber
sejarah setelah disaring dan diuji dengan kritik sejarah.

G.Sejarah Lokal di Indonesia: Contoh-contoh Peninggalan dan Monumen Peringatan Peristiwa


Sejarah di Kalimantan Timur

Beberapa peninggalan sejarah yang terdapat di Kalimantan Timur antara lain berupa:

1.Paleografi tujuh buah prasasti


Paleografi tujuh buah prasasti yang menggunakan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta.
Paleografi ini diperkirakan dibuat pada abad ke-5 Masehi, yang merupakan peninggalan kerajaan
Kutai. Sekaligus menjadi bukti sejarah bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di
Indonesia.

2.Bekas bangunan Keraton Kutai


Bangunan keraton kayu peninggalan Sultan Alimuddin dari kerajaan Kutai. Pada tahun 1936
bngunan ini dibongkar diganti dengan bangunan beton. Pembuatan bangunan keraton baru
tersebut dilakukan oleh HBM (Hollandsche Beton Maatschappij) Batavia dengan arsiteknya
Estourgie. Hingga pemerintahan akhir Kutai (1960) keraton ini masih tetap menjadi tempat
kediaman Sultan A. M. Parikesit hingga tahun 1971.

3.Musium Mulawarman
Pada tanggal 25 Nopember 1971, keraton Kutai ini diserahkan kepada Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur, yang kemudian pemerintah propinsi menyerahkannya kepada Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan dan dijadikan museum negara dengan nama Museum
Mulawarman. Disamping bangunan keraton, di dalam Museum Mulawarman sendiri terdapat
beraneka ragam koleksi peninggalan kesultanan Kutai Kartanegara, di antaranya singgasana,
arca, perhiasan, perlengkapan perang, tempat tidur, seperangkat gamelan, koleksi keramik kuno
dari China, dan lain sebagainya.

4.Candi Agung
Pandangan umum yang menyebut bahwa bangunan candi hanya terdapat di Jawa ternyata
salah. Di Kalimantan Timur juga terdapat bangunan candi yang disebut dengan Candi Agung.

H.Periodisasi Sejarah Indonesia

Tujuan utama mempelajari masa lalu adalah untuk mencari pola-pola tingkah laku dan
mengambil kesimpulan mengenai hubungan sebab-akibat yang muncul kembali pada waktu-
waktu yang berlainan dan di tempat-tempat yang berbeda. Terkait dengan masalah tersebut,
salah satu hal yang penting untuk diketahui adalah identifikasi periode-periode yang ditandai oleh
beberapa ciri tertentu yang kuat.
1.Tujuan pembabakan sejarah
•Memudahkan pemahaman dan pengertian tentang peristiwa tertentu yang terjadi dalam periode
tertentu
•Melakukan penyederhanaan
•Klasifikasi dalam ilmu sejarah
•Memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan

2.Beberapa kriteria dalam periodisasi atau pembabakan sejarah


•Kriteria geografis (kewilayahan)
•Kriteria urutan jaman
•Kriteria waktu atas dasar dinasti
•Kriteria waktu atas dasar perkembangan ekonomi, dan sebagainya.

3.Beberapa contoh periodisasi sejarah Indonesia


Ditinjau dari segi kronologi sejarah Indonesia, secara garis besar dibedakan menjadi dua.
Pertama adalah periode prasejarah yaitu masa sebelum manusia Indonesia mengenal tulisan.
Kedua adalah periode sejarah, yaitu masa setelah ditemukannya bukti-bukti tertulis di Indonesia.
Periodisasi Prasejarah Indonesia
a.Pembabakan prasejarah Indonesia menurut pendapat P. V. Van Stein Callenfels, Th. Van der
Hoop, dan H. R. Van Heekeran. Menurut para ahli ini ditinjau dari pendekatan atau kriteria jenis
teknologinya periode prasejarah Indonesia dibagi menjadi: Zaman Batu Tua (Paleolitikum),
Zaman Batu Madya (Mesolitikum), Zaman Batu Muda (Neolitikum), dan Zaman Logam (Zaman
Perunggu dan Zaman Besi). Masing-masing zaman tersebut menunjukkan tingkat pemahaman
dan penguasaan teknologi yang berbeda-beda dari masyarakatnya. Dalam hal ini zaman batu
madya memeiliki tingkat teknologi yang lebih maju dibanding zaman batu tua. Perbedaan yang
paling nyata adalah pada alat batu yang digunakan. Pada zaman batu madya alat batu yang
digunakan telah diasah atau diupam pada bagian tertentu yang diinginkan untuk mendapatkan
keruncingan atau ketajaman. Demikian juga zaman batu muda lebih maju teknologinya dari
zaman batu madya, dan seterusnya.
b.Pembabakan prasejarah Indonesia menurut pendapat R. P. Soejono. Menurutnya ditinjau dari
segi terjadinya hubungan antara lingkungan, manusia dan budayanya, periode prasejarah
Indonesia dibagi dalam beberapa pembabakan zaman, yaitu periode berburu dan meramu,
periode bercocok tanam dan periode perundagian.

Periodisasi Sejarah Indonesia


Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh sejarawan terkait dengan periodisasi sejarah
nasional Indonesia. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a.Pembabakan sejarah Indonesia menurut H. J. De Graaf (1949) dalam bukunya “Geschiedenis
van Indonesia” yang membagi sejarah Indonesia dalam lima babakan besar. Pertama, orang
Indonesia dan Asia Tenggara hingga 1650; kedua, bangsa Barat di Indonesia (1511-1800) yaitu
sejarah VOC; ketiga, orang Indonesia di Jaman VOC (1600-1800); keempat, VOC di luar
Indonesia; dan kelima, orang Indonesia dalam lingkungan Hindia Belanda (pasca 1800).
b. Pembabakan sejarah Indonesia menurut J. J. Meinninsma (1972) dalam bukunya
“Geschiedenis van de Nederlandsch Oost-Indische Bezettingen”. Meinninsma membagi periode
sejarah Indonesia dalam dua babakan utama. Pertama, Nederlandsch Indie masa VOC dan
kedua, Nederlandsch Indie masa Belanda.

Penelitian Historis (Sejarah)


Saturday, 11 April 2009 07:29 Hartoto
Print PDF
Tujuan Pembelajaran :
- Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan dapat :
- Memahami pengertian dan tujuan penelitian historis atau penelitian sejarah
- Menguasai macam-macam sumber data dan penilaiannya
- Menerangkan langkah-langkah dalam penelitian historis (sejarah)

Pengertian dan Tujuan Penelitian Historis


Pengertian Penelitian Historis
Secara umum dapat dimengerti bahwa penelitian historis merupakan penelaahan serta sumber-
sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis.
Atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan
yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan. Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan
penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud
membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, mengverifikasikan serta mensintesiskan bukti-bukti untuk mendukung bukti-bukti
untuk mendukung fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang
benar-benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat secara kronologis dengan tidak
memandang sepotong-sepotong objek-objek yang diobservasi.

Menurut Jack. R. Fraenkel & Norman E. Wallen, 1990 : 411 dalam Yatim Riyanto, 1996: 22
dalam Nurul Zuriah, 2005: 51 penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif
memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada
masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu
terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan,
menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu.
Sementara menurut Donald Ary dkk (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 22) dalam Nurul Zuriah ,
2005: 51 juga menyatakan bahwa penelitian historis adalah untuk menetapkan fakta dan
mencapai simpulan mengenai hal-hal yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan
objektif oleh ahli sejarah dalam mencari, mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk
mempelajari masalah baru tersebut.

Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pengertian penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu

* Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
* Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
* Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa,
ruang dan waktu;
* Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya
(tidak dapat dilakukan secara parsial).

Tujuan Penelitian Historis


Adapun yang menjadi tujuan penelitian sejarah atau historis adalah untuk memahami masa lalu,
dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau
(Jhon W. Best, 1977 dalam Yatim Riyanto, 1996: 23 dalam Nurul Zuriah 2005: 52).
Sedangkan Donal Ary (1980) dalam Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 52)
menyatakan bahwa penelitian historis untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang
bagaiman dan mengapa suatu kejadian masa lalu dapat terjadi serta proses bagaimana masa
lalu itu menjadi masa kini, pada akhirnya, diharapkan meningkatnya pemahaman tentang
kejadian masa kini serta memperolehnya dasar yang lebih rasional untuk melakukan pilihan-
pilihan di masa kini.

Berikutnya Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) dalam Yatim Riyanto (1996: 23)
dalam Nurul Zuriah (2005: 52) menyetakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah melakukukan
penelitian sejarah dengan tujuan untuk :

* Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin
mempelajari dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
* Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka
dapat mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
* Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
* Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan.
Misalnya pada awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke
atas, tetapi guru laki-laki tidak;
* Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.

Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa
kini dan masa mendatang.

Sumber-Sumber Data dalam Penelitian Historis


Oleh karena objek penelitian sejarah adalah peristiwa atau kehidupan masyarakat pada masa
lampau maka yang menjadi sumber informasi harus mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan metode penelitian lainnya. Beberapa sumber tersebut di antaranya adalah sebagai
berikut.
Sumber-sumber primer, yaitu data yang diperoleh dari cerita para pelaku perisriwa itu sendiri,
dan atau saksi mata yang mengalami atau mengetahui peristiwa tersebut. Contoh sumber-
sumber primer lainnya yang sering menjadi perhatian perhatian para peneliti di lapangan atau
situs di anataranya seperti, dokumen asli, relief dan benda-benda peninggalan masyarakat
zaman lampu.

Sumber informasi sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari sumber lain yang mungkin tidak
berhubungan langsung dengan peristiwa tersebut. Sumber sekunder ini dapat berupa para ahli
yang mendalami atau mengetahui peristiwa yang dibahas dan dari buku atau catatan yang
berkaitan dengan peristiwa, buku sejarah, artikel dalam ensiklopedia, dan review penelitian.Dari
adanya sumber primer dan sekunder ini, sebaiknya peneliti apabila mungkin lebih memberikan
bobot sumber-sumber data primer lebih dahulu, baru kemudian data sekunder, data tersier, dan
seterusnya.

Langkah-Langkah Dalam Penelitian Historis


Menurut M. Subana dkk. 2005: 88, adapun kerangka penelitiannya yaitu

* Pendefinisian Masalah
* Perumusan masalah
* Pengumpulan data
* Analisis data
* Kesimpulan

Sebagai contoh :
Judul :
Penelurusan komunisme di Indonesia Tahun 1945 hingga tahun 1965.
Perumusan masalah :
Apakah komunisme yang ada di masyarakat Indonesia merupakan warisan penjajah atau
kebudayaan asli ?
Pengumpulan data :
Analisis dokumen, wawancara
Dari sumber primer dan sumber sekunder
Analisis data :
Cenderung melibatkan analisis yang logis, bukan analisis statistika, kalau pun perlu statistika
hanya sebatas statistic deskriptif.
Kesimpulan :
Misalnya, tidak benar bahwa komunisme merupakan budaya warisan penjajah yang menular
pada bangsa kita.

Sedangkan menurut Yatim Riyanto (1996: 23) dalam Nurul Zuriah (2005: 53) ada 4 (empat)
langkah esensial dalam penelitian sejarah, yaitu sebagai berikut :

Merumuskan Masalah
Dalam merumuskan masalah historis terdapat beberapa persyaratan sebagaimana dalam
penelitian yang lain, yaitu
Seharusnya dinyatakan secara jelas dan ringkas

* Manageable, dan
* Memiliki rasional yang kuat.
* Menemukan Sumber Informasi sejarah yang Relevan

Secara umum sumber informasi yang relevan dalam penenlitian sejarah dapat dikelompokkan
menjadi 4 (empat) bagian berikut ini.

Dokumen
Dokumen, yaitu materi yang tertulis atau tercetak dalam bentuk buku, majalah, Koran, buku
catatan, dan sebagainya. Dokumen merujuk pada beberapa jenis informasi yang eksis ke dalam
bentuk tertulis atau cetak.

Rekaman yang Bersifat Numerik


Rekaman yang bersifat numeric, yaitu rekaman yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk data
numerik, mislanya skor tes, laporan sensus, dan sebagainya.

Pernyataan Lisan
Pernyataan lisan, yaitu melakukan interview dengan orang yang merupakan saksi saat peristiwa
lalu terjadi. Ini merupakan bentuk khusus dari penelitian sejarah yang disebut oral history.

Relief
Relief, yaitu objek fisik atau karakteristik visual yang memberikan beberapa informasi tentang
peristiwa masa lalu. Contohnya berupa bangunan monument, peralatan, pakaian dan
sebagainya.

Meringkas Informasi yang Diperoleh dari Sumber Historis


Langkah ini merupakan proses me-review dan meringkas dari sumber informasi sejarah. Dalam
hal ini peneliti berusaha untuk menentukan relevansi materi utama dengan pertanyaan atau
masalah yang diteliti, yang dapat dilakukan dengan rekaman data biografi yang lengkap dari
sumber, mengorganisasikan data berdasarkan kategori yang dihubungkan dengan masalah yang
diteliti, dan meringkas informasi yang berhubungan fakta, jumlah, dan pertanyaan yang penting).

Mengevaluasi Sumber Sejarah


Dalam langkah ini peneliti sejarah harus mengadopsi sikap kritis ke arah beberapa atau seluruh
sumber informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah yang merupakan dokumen atau
informasi. Dalam mengevaluasi sumber sejarah terdapat dua kritik yaitu

Kritik eksternal
Hal ini berguna untuk menetapkan keaslian atau auntentisitas data, dilakukan kritik eksternal.
Apakah fakta peninggalan ata dokumen itu merupakan yang sebenarnya, bukan palsu. Berbagai
tes dapat dipergunakan untuk menguji keaslian tersebut. Mislanya untuk menetapkan umumr
dokumen melibatkan tanda tangan, tulisan tangan, kertas, cat, bentuk huruf, penggunaan
bahasa, dan lain-lain.

Kritik Internal
Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal.
Walaupun dokumen itu asli, tetapi apakah mengukapkan gambaran yang benar? Bagaiaman
mengenai penulis dan penciptanya? Apakah ia jujur, adil dan benar-benar memahami faktanya,
dan banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul seperti diatas. Sejarahwan harus benar-benar
yakin bahwa datanya antentik dan kaurat. Hanya jika datanya autentik dan akuratlah sejarawan
bisa memandang data tersebut sebagai bukti sejarah yang sangat berharga untuk ditelaah
secara serius.

Hipotesis Dan Generalisasi Dalam Penelitian Sejarah


Dalam penelitian sejarah dapat juga diajukan hipotesis, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu
dinyatakan secara eksplisit. Biasanya sejarawan menyimpulkan bukti-buktidan secara cermat
menilai kepercayaannya. Jika buktinya ternyata cocok dengan hipotesisnya maka hipotesis
tersebut teruji.

Penulisan Laporan Penelitian Sejarah


Proses dalam penelitian laporan penelitian sejarah membutuhkan kreativitas, imajinasi kuat, dan
multirasio. Laporan tersebut hendaknya ditulis dengan gaya penulisan yang baik dan objektif.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan laporan tersebut dibuat dengan biasa-biasa saja, dan
supaya tidak menonton diberi warna pada pernyataannya, yang penting jangan smapai hilang
keasliannya. Mengenai format penulisan laporan tidak ada format yang baku, hal ini dapat
disesuaikan dengan kepentingan atau persyaratan institusi tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Zuriah, Nurul. 2005.Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.


Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Subana, M. dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah.
Bandung : Pustaka Setia.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Usman, Husaini, dkk. 1996. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Fakta Sejarah
Monday, 02 November 2009 13:05 Hamid Fahmi Zarkasyi
E-mail | Print | PDF

Sejarah dalam Islam bermula dari sebuah ajaran yang difahami dan dikembangkan oleh
manusia, kemudian tumbuh seperti sebuah “pohon” kehidupan (syajarah)

Oleh: Hamid Fahmy Zarkasyi

www.hidayatullah.com--Dalam masyarakat yang tak bertuhan alias sekuler, sejarah didekati


melalui tiga sisi. Pertama, pandangan siklus, artinya sejarah itu berjalan seperti sebuah siklus
dan mengalir alami. Tidak ada Tuhan atau tujuan di balik kejadian itu. Pandangan Yunani kuno
ini masih diminati oleh Nietzsche atau Spangler.
Kedua, pandangan providensial, artinya sejarah itu sepenuhnya dibimbing oleh Tuhan, dan
manusia tidak punya peran yang berarti. Ini bersifat deterministik. Tapi pandangan ketiga yang
juga deterministik adalah pandangan deterministik sekuler. Artinya sejarah itu diciptakan bukan
oleh kekuatan manusia, tapi oleh motif-motif ekonomi (Marxis, Hegel). Dalam ketiga pendekatan
tersebut, manusia dianggap tidak berkehendak, tak bercita-cita, tak bertanggung jawab, tak
bermoral alias tidak hidup.

Dalam Islam makna sejarah sejalan dengan makna realitas. Terdapat pandangan dualitas yang
tidak dualistis dan bukan pula dualism. Di satu sisi ada Tuhan yang menciptakan, ada alam
semesta yang diciptakan. Tapi Tuhan tidak menjadi bagian dari alam karena Ia transenden.
Tuhan mengatur dunia tanpa menjadi bagian daripadanya. Di sisi lain terdapat manusia yang
juga diciptakan. Manusia, meski diciptakan, ia bukan benda mati. Manusia diberi petunjuk dan
janji, diberi akal dan kehendak, serta diberi kebebasan untuk memilih arah perjalanan hidupnya
(sejarahnya). Hanya saja ia juga menggendong amanah, tugas, serta kewajiban. Dengan itu
semua manusia bebas berinteraksi denganNya.

Sejarah adalah eksposisi fakta dan realitas masa lalu, kata James Fenimore Cooper (1789 -
1851), seorang novelis dari Amerika. Tapi, James masih kurang terliti, sebab eksposisi atau
ekspresi masa lalu bukanlah sepenuhnya reproduksi dari realitas. Pikiran sangat berperan dalam
melakukan eksposisi, karena ia memiliki pandangan terhadap realitas. Pandangan itu adalah
worldview.

Oleh sebab itu penulis sejarah itulah yang mengarahkan jalannya perjalanan sejarah di masa
lalu. Jadi siapa berkuasa atau yang memenangkan wacana, menguasai. Persis seperti kata Alex
Haley (1921 - 1992), seorang penulis Amerika bahwa History is written by the winners. Maka dari
itu Norman Davies (1939 - ), sejarawan dan penulis Inggeris, menasehatkan dengan tegas,
“semua sejarawan harus menuturkan ceritanya dengan meyakinkan, kalau tidak maka akan
dilupakan.”

Ketika seseorang menulis sejarah, ia secara otomatis akan memasukkan data dan fakta secara
selektif. Data dan fakta yang sesuai diambil, yang tidak dibuang. “Fakta sejarah”, kata Carl
Becker (1873 - 1945), sejarawan Amerika, “tidak ada kecuali diciptakan oleh sejarawan, dan
setiap bagian yang diciptakannya itu beberapa bagian dari pengalaman pribadinya pasti masuk”.
Bagi sejarawan Inggeris A. J. P. Taylor (1906 - 1990), menjadi sejarawan di Prancis, katanya,
sama dengan menjadi tentara, politisi, dan dalam pengertian kuno menjadi seperti nabi dan guru
spiritual dan moral. Artinya, sejarawan menentukan banyak hal.

Sejarah Amerika Serikat yang ditulis oleh pendatang, akan jauh berbeda dari yang ditulis oleh
suku Amerika asli. Orang kulit putih pasti akan memulai sejarah Amerika, misalnya, dari
Declaration of Independence, sementara penulis dari suku asli akan menggali sejak terjadinya
pembunuhan masal oleh pendatang. Jadi sejarah adalah subyektif. Masing-masing penulis
memiliki worldview sebagai basis subyektifitasnya.

Muhammad Rasulullah sebagai Nabi terakhir adalah fakta. Namun, ia tidak akan menjadi fakta
sejarah, kecuali terdapat sejarawan yang mendudukkannya. Bagi sejarawan Muslim, pada fakta
tersebut terdapat fakta metafisis (berdasarkan wahyu) bahwa Tuhan sebelum itu telah mengutus
nabi-nabi dengan kitab-kitab. Ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara manusia dengan
Tuhan. Manusia memerlukan petunjuk, dan Tuhan mengetahui hal itu dan kemudian memberi
petunjuk. Tapi petunjuk Tuhan yang tertulis, diakhiri dengan Qur’an sebagai kitab penutup,
berikut Nabi Muhammad sebagai Nabi pamungkas, dan Islam sebagai agama yang
disempurnakan.

“Akhir” dalam pengertian menunjukkan sebuah perjalanan dari awal. Dari fakta-fakta empiris dan
non-empiris, dapat diangkatlah sebagai fakta sejarah bahwa Muhammad adalah Nabi terakhir.

Proses atau perjalanan itu merupakan bukti adanya interaksi antara perilaku manusia dan
kehendak Tuhan. Ini berarti interaksi Tuhan kepada manusia melalui kitab dan Nabi-nabi telah
telah berakhir. Manusia dijamin dapat menemukan kebenaran melalui Nabi dan kitab terakhir.
Penafsiran kita terhadap dua sumber itu akan dapat mencapai kebenaran.

Gelar Nabi terakhir mungkin disamakan orang dengan stempel Fukuyama terhadap perjalanan
sejarah Barat melalui judul bukunya The End of History, Akhir Sejarah. Tapi ada perbedaan
prinsipil di sini. Di Barat perjalanan sejarah ditentukan oleh faktor materi, terutama
perkembangan ekonomi. Manusia seperti tidak memiliki peran, sebab ekonomi dimaksud adalah
proses alami yang didorong semata-mata oleh materi. Dari pandangan materialistis dan sekuler
itulah kesimpulan Fukuyama berbunyi bahwa kapitalisme liberal dan demokrasi adalah model
terakhir dalam sejarah hidup manusia Barat. Tentu jauh sekali bedanya.

Dalam pandangan Islam, sejarah bergerak karena adanya kehendak manusia, bukan diatur oleh
hukum alam. Sejarah diatur oleh hukum Tuhan. Hukum Tuhan ada dalam alam, yang dalam
Islam disebut kitab terbuka atau tak tertulis. Kita tidak bisa memahami kitab terbuka kecuali
dibimbing oleh kitab tertulis yaitu al-Qur’an. Lagi dalam pandangan sekuler materialistis, sejarah
berakhir di bumi. Manusia hidup sekali dan sesudah itu mati dan selesai. Dalam Islam sejarah
berakhir pada Hari Perhitungan dan berada di luar sejarah dalam pengertian sekuler itu.

Jadi, sejarah dalam Islam harus ditulis dengan menggunakan cara pandang historis dan normatif.
Caranya dengan merekonstruksi cara-cara pembuatan fakta sejarah, membayangkan apa yang
terjadi. Selanjutnya menekankan perilaku manusia untuk merekonstruksi dengan sepenuh makna
kemanusiaannya. Dan terakhir, memberikan penilaian berdasarkan pandangan hidup Islam.

Jadi, penulisan sejarah adalah sebuah proses penggambaran fakta manusia secara obyektif, tapi
pada saat yang sama meletakkan obyek itu dalam neraca konsep yang terdapat dalam realitas
kitab Tuhan yang tertulis dan tidak tertulis. Maka sebagaimana kata sejarawan Yunani Dionysius
of Halicarnassus (hidup 1 SM), sejarah adalah filsafat yang mengajar dengan contoh.

Sejarah sebagai sebuah contoh, dapat dikaji dari firman Allah yang berbunyi, “Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat. (Ibrahim : 24-25).

Ini berarti bahwa sejarah dalam pandangan Islam bermula dari sebuah ajaran yang difahami dan
dikembangkan oleh manusia, yang kemudian tumbuh seperti sebuah pohon, yakni kehidupan
(syajarah). Pohon itu kemudian memberikan manfaat (rahmat) atau buahnya kepada manusia
lain dengan melalui hukum dan kehendak Tuhan. Jadi, sejarah dalam pandangan Islam adalah
interaksi antara nilai dan praktek kehidupan manusia yang dinaungi oleh kehendak dan hukum
Tuhan. Itulah syajarah yang tumbuh dan itulah sejarah yang hidup.

Manfaat mempelajari sejarah adalah:


1.Kegunaan edukatif
kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukatif atau pelajaran. banyak manusia yang
belajar dari sejarah.
belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan.pengalaman tidak hanya terbatas pada
pengalaman yangdialaminya sendiri,
melainkan juga dari generasi sebelumnya.manusia melalui belajar dari sejarah dapat
mengembangkan potensinya. kesalahan pada masa lampau, baik kesalahan sendiri maupun
kesalahan orang lain coba dihindari.
smentara itu, pengalaman yangbaik justru harus ditiru dan dikembangkan. dengan demikian,
manusia dalam menjalani kehidupannya tidak berdasarkan coba-coba saja (trial and error),
seperti yang dilakukan oleh binatang. manusia harus berusaha menghindari kesalahan yang
sama untuk kedua kalinya.
2.Kegunaan inspiratif
kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspiratif. berbagai kisah sejarah dapat
memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya. belajar dari kebangkitan nasional yang
dipeloporii oleh bedirinya organisasi perjuangan yangmodern di awal abad ke-20, masyarakat
Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan nasional ang ke2. Pada
kebangkitan nasional yang pertama, bangsa indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang
sekarang ini sudah dirasakan hasilnya.
untuk mengembangkan dan mempertahankan kemerdekaan , bangsa indonesia ingin melakukan
kebangkitan nasional yang ke-2 , dengan bercita-cita mengeajar ketertionggalan dari bangsa
asing. bangsa indonesia tidak hanya ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju,
bangsa yang mampu menyejahterakan rakyatnya. untuk itu, bangsa indonesia harus giat
menguasai IPTEK karena melalui IPTEK yang dikuasai, bangsa indonesia berpeluang menjadi
bangsa yang maju dan disegani, serta daapat ikut serta menjaga ketertiban dunia.
3.Kegunaan rekreatif
kegunaan sejaraha yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. kegunaan sejarah sebagai
kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. melalui penulisan kisah sejarah yang menarik
pembaca dapat terhibur. gaya penulisan yanghidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan
terasa mampu “menghipnotis” pembaca. pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari
seajarawan. konsekuensi rasa senang dan daya taraik penulisan kisah sejarah tersebut membuat
pembaca menjadi senang. membaaca menjadi media hiburan dan rekreatif. membaca telah
menjadi ibagian dari kesenangan. membaca tealah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu
kebutuhan yang untuk rekreatif.
pembaca dalam mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa senang layaknya
membaca novel, tetapi juga dapat berimajiasi ke masa lampau. disini peran sejarawan dapat
menjadi pemandu (guide). orang yang ingin melihat situasi suatu daerah di masa lampau
dapat membacanya dari hasil tulisan para sejarawan.
http://hapbiker.wordpress.com/2007/08/14/manfaat-mempelajari-sejarah/

Sejarah Thailand, Negeri yang Tak Pernah Dijajah

Thailand adalah penamaan Inggris untuk sebuah negara kerajaan di Asia Tenggara yang
berbatasan langsung dengan Laos, Kamboja, Malaysia, dan Myanmar. Menurut bahasa aslinya,
namanya Muang Thai. Negara ini juga pernah dinamakan Siam. Ibu kotanya Bangkok.

Penduduknya pada 2010 diperkirakan sekitar 70 juta jiwa, dengan luas daratannya lebih dari
setengah juta kilometer persegi. Rajanya bernama Bhumibol Adulyadej, yang berkuasa sejak 9
Juni 1946.

Ayutthaya

Kawasan Thailand sudah dihuni manusia sejak zaman paleolitikum, yaitu sekitar 10 ribu tahun
lalu. Seperti negara lain di Asia Tenggara, Thailand menerima pengaruh kuat dari budaya dan
agama di India, yang masuk ke Thailand sejak zaman Kerajaan Funan pada abad pertama
Masehi.

Setelah kejatuhan Kerajaan Khmer pada abad ke-13, berbagai negara tumbuh di sana, sebut
saja di antaranya Tai, Mon, dan Melayu, seperti bisa dilihat dari situs-situs arkeologi dan artefak
yang bertebaran di sana.

Namun negara pertama yang dianggap sebagai cikal bakal Thailand adalah Sukhothai, sebuah
negara Buddha yang berdiri pada 1238. Namun, satu abad kemudian, kekuasaan Sukhothai
meredup dan muncul Kerajaan Ayutthaya sebagai negara terkuat di kawasan itu.

Kekuasaan Kerajaan Ayutthaya berpusat di Menam, sedangkan di lembah utara Kerajaan Lanna
dan sejumlah kerajaan-kota kecil lainnya menguasai wilayah itu. Pada 1431, Khmer
meninggalkan Angkor setelah kekuatan Ayutthaya menyerang kota itu.

Ayutthaya menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia dengan menjalin kerja sama niaga
dengan Cina, India, Persia, dan Arab. Para pedagang Eropa tiba di kawasan itu pada abad ke-
16, dimulai dengan Portugis, diikuti Prancis, Belanda, dan Inggris.

Buffer

Setelah kejatuhan Ayutthaya pada 1767 di tangan Burma, Raja Taksin yang Agung
memindahkan ibu kota Thailand ke Thonburi selama 15 tahun. Era Rattanakosin pun dimulai
pada 1782, mengikuti mantapnya Bangkok sebagai ibu kota Dinasti Chakri di bawah kekuasaan
Raja Rama I yang Agung. Seperempat sampai sepertiga penduduk di wilayah Thailand adalah
budak.

Meski mendapat tekanan terus dari bangsa Eropa, Thailand adalah satu-satunya bangsa di Asia
Tenggara yang tidak pernah dijajah. Ada dua alasan mengapa Thailand tetap merdeka.

Pertama, Thailand memiliki sistem suksesi yang mantap pada abad ke-19. Kedua, Thailand
mampu mengeksploitasi persaingan dan ketegangan antara Indocina Prancis dan Kerajaan
Inggris. Hasilnya, Thailand menjadi negara buffer antara berbagai negara di Asia Tenggara yang
dijajah dua kekuatan, Inggris dan Prancis.

Meski begitu, akibat berbagai kesepakatan menjelang akhir abad ke-19, lama-lama wilayah
kekuasaan Thailand digerogoti juga. Sisi timur Mekong jatuh ke tangan Prancis, sedangkan Shan
(sekarang Burma) dan Semenanjung Malaya jatuh ke tangan Inggris.

Kudeta

Pada 1932, sebuah revolusi tak berdarah oleh kelompok militer dan para pejabat sipil yang
dipimpin Khana Ratsadon menghasilkan transisi kekuasaan, yakni Raja Prajadhipok dipaksa
mengabulkan keinginan rakyat Siam untuk membuat konstitusi, yang mengakhiri monarki absolut
selama berabad-abad.

Pada Perang Dunia II, Thailand “membantu” Jepang melawan sekutu. Tapi seusai perang,
Thailand menjadi sekutu Amerika Serikat. Seperti kebanyakan negara berkembang lainnya
selama Perang Dingin, Thailand selalu dirongrong oleh ketidakstabilan politik yang ditandai
kudeta demi kudeta oleh militer. Hal itu bahkan masih berlangsung hingga tahun-tahun terakhir.

Lokasi
Negeri seluas 510.000 kilometer ini kira-kira seukuran dengan Perancis. Di sebelah barat dan
utara, Thailand berbatasan dengan Myanmar, di timur laut dengan Laos, di timur dengan
Kamboja, sedangkan di selatan dengan Malaysia (Peta).

Secara geografis, Thailand terbagi enam: perbukitan di utara di mana gajah-gajah bekerja di
hutan dan udara musim dinginnya cukup baik untuk tanaman seperti strawberry dan peach;
plateau luas di timur laut berbatasan dengan Sungai Mekong; dataran tengah yang sangat subur;
daerah pantai di timur dengan resor-resor musim panas di atas hamparan pasir putih;
pegunungan dan lembah di barat; serta daerah selatan yang sangat cantik.

Waktu
Jam di Thailand sama persis dengan Indonesia (GMT +7).

Iklim
Thailand memiliki iklim tropis yang ramah, dengan musim semi dari Maret sampai Mei, musim
hujan - namun tetap banyak matahari - di Juni sampai September, dan musim dingin dari Oktober
sampai Februari. Rata-rata suhu tahunan adalah 28 derajat C.

Sejarah
Kebudayaan Masa Perunggu diduga dimulai sejak 5600 tahun yang lalu di Thailand (Siam).
Kemudian, datang berbagai imigran antara lain suku bangsa Mon, Khmer dan Thai. Salah satu
kerajaan besar yang berpusat di Palembang, Sriwijaya, pernah berkuasa sampai ke negeri ini,
dan banyak peninggalannya yang masih ada di Thailand. Bahkan, seni kerajinan di Palembang
dengan Thailand banyak yang mirip.

Di awal tahun 1200, bangsa Thai mendirikan kerajaan kecil di Lanna, Phayao dan Sukhotai.
Pada 1238, berdirilah kerajaan Thai yang merdeka penuh di Sukhothai ('Fajar Kebahagiaan'). Di
tahun 1300, Sukhothai dikuasai oleh kerajaan Ayutthaya, sampai akhirnya direbut oleh Burma di
tahun 1767. Jatuhnya Ayutthaya merupakan pukulan besar bagi bangsa Thai, namun tak lama
kemudian Raja Taksin berhasil mengusir Burma dan mendirikan ibukotanya di Thon Buri. Di
tahun 1782 Raja pertama dari Dinasti Chakri yang berkuasa sampai hari ini mendirikan ibukota
baru di Bangkok.

Raja Mongkut (Rama IV) dan putranya, Raja Chulalongkorn (Rama V), sangat dihormati karena
berhasil menyelamatkan Thailand dari penjajahan barat. Saat ini, Thailand merupakan negara
monarki konstitusional, dan kini dipimpin oleh YM Raja Bhumibol Adulyadej.

Agama
Buddha Theravada adalah agama yang dianut lebih dari 90% penduduk Thai yang religius.
Thailand juga sangat mendukung kebebasan beragama, dan terdapat umat Muslim, Kristen,
Hindu dan Sikh yang bebas menganut agamanya di Thailand. Untuk alamat tempat ibadat, klik di
sini.

Bahasa
Meskipun bahasa Thai hampir tak dapat dimengerti oleh wisatawan, namun bahasa Inggris
dipahami luas di tempat-tempat utama seperti Bangkok, dan juga menjadi bahasa bisnis resmi di
sana. Nama-nama jalan menggunakan bahasa Inggris di bawah bahasa Thai.

Satu keunikan yang kami temukan adalah adanya kemiripan dengan bahasa Indonesia yang
berasal dari Sansekerta, seperti 'putra', 'putri', 'suami', 'istri', 'singa', 'anggur', dan sebagainya.
Selain itu, biro penerjemahan juga banyak tersedia, baik untuk bahasa Thai, Inggris, dan
Indonesia.

Formalitas
Warganegara Indonesia dengan tujuan liburan bebas visa selama 30 hari ke Thailand.

Keuangan
Mata uang Thailand adalah Baht, yang pada saat website ini dibuat setara dengan Rp 270. Bank-
bank dan tempat penukaran mata uang banyak tersedia di Thailand. Hotel, toko dan restoran
utama menerima kartu kredit internasional seperti Visa, Master Card, American Express dan
Diners.

Transportasi
Bandara internasional Bangkok adalah Don Muang, yang terhubung dengan berbagai
penerbangan dari seluruh penjuru dunia. Anda juga bisa melanjutkan perjalanan ke seluruh dunia
melalui Don Muang. Selain itu, juga terdapat bandara internasional di Phuket, Hat Yai, dan
Chiang Mai di utara Thailand.
Kereta api tersedia dari Singapura dan Kuala Lumpur. Di laut, banyak kapal berlayar menuju
Thailand, misalnya cruise ship Star Virgo yang singgah di Phuket.

Transportasi di Bangkok

Transportasi umum di Bangkok antara lain BTS Skytrain, kereta bawah tanah, bis, taksi dan tuk-
tuk. Anda harus menawar dahulu harganya sebelum naik Tuk-tuk ini.

Di sungai Chao Phraya, juga banyak terdapat taksi sungai atau perahu. Terdapat pula yang
khusus untuk wisatawan, dilengkapi pemandu yang berbahasa Inggris.

PERINGATAN: Jika ada pengemudi taksi atau Tuk Tuk yang mengajak Anda ke suatu tempat
tertentu, jangan mau. Tolaklah tegas (katakan "No, thanks"), kalau perlu ganti kendaraan. Untuk
keadaan darurat, hubungi Tourist Police Center, Unicohouse Building, Soi Lang Suan, Phloen
Chit Rd. Bangkok (Tel 6521721-6),

Alamat Penting:
Tourism Authority of Thailand
1600 New Phetchaburi Road, Makkasan, Ratchathewi , Bangkok 10400, THAILAND
Tel: 6602 250 5500 (120 automatic lines)
Fax: 6602 250 5511
http://www.tourismthailand.org
E-mail Address: center@tat.or.th

The Embassy of the Republic of Indonesia


600-602 Pecthburi Road
Ratchatewi, Bangkok 10400
Thailand
http://www.kbri-bangkok.com
Tel: (66-2) 2523135-40
Fax: (66-2) 2551267
Email: kukbkk@ksc11.th.com

Sejarah Kerajaan Thai


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Peninggalan kerajaan Sukhothai

Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur pendek,
Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan Kerajaan
Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar dibandingkan
Sukhothai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India. Hubungan
dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun mengalami
tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang
tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk ancaman kekerasan,
mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya banyak kelonggaran bagi
pedagang-pedagang Britania.

Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun 1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional.
Sebelumnya dikenal dengan nama Siam, negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada
tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya
pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut, Thailand bersekutu dengan Jepang; tetapi saat
Perang Dunia II berakhir, Thailand menjadi sekutu Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi
dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, namun Thailand mulai bergerak ke arah
demokrasi sejak tahun 1980-an.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Sukhothai
* 2 Ayutthaya
* 3 Siam
* 4 Thailand modern
* 5 Catatan

[sunting] Sukhothai
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Sukhothai

Kerajaan Sukhothai adalah salah satu kerajaan tertua di Thailand yang berpusat di sekitar kota
Sukhothai, berdiri sejak tahun 1238 sampai 1438. Sebelumnya wilayah kerajaan ini adalah
bagian dari Kerajaan Khmer.

Pada puncak kejayaannya di bawah raja ketiga Ramkhamhaeng, Sukhothai diperkirakan


terbentang dari wilayah yang sekarang termasuk Myanmar) sampai ke dalam wilayah Laos
modern, serta ke arah selatan di Semenanjung Malaya. Setelah kematian Ramkhamhaeng,
Sukhothai melemah dan berbagai kerajaan bawahannya mulai melepaskan diri. Pada tahun
1438, status Sukhothai berubah hanya menjadi sekedar provinsi dari Ayutthaya.[1]
[sunting] Ayutthaya
Reruntuhan kota lama Ayutthaya
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Ayutthaya

Kerajaan Ayutthaya didirikan pada tahun 1350 Raja Ramathibodi I (Uthong), yang mendirikan
Ayyuthaya sebagai ibu kota kerajaannya dan mengalahkan dinasti Kerajaan Sukhothai pada
tahun 1376. Dalam perkembangannya, Ayyuthaya sangat aktif melakukan perdagangan dengan
berbagai negara asing seperti Tiongkok, India, Jepang, Persia dan beberapa negara Eropa. [2]

Setelah melalui pertumpahan darah perebutan kekuasaan antar dinasti, Ayutthaya memasuki
abad keemasannya pada perempat kedua abad ke-18. Di masa yang relatif damai tersebut,
kesenian, kesusastraan dan pembelajaran berkembang. Perang yang terjadi kemudian ialah
melawan bangsa luar. Ayyuthaya mulai berperang melawan dinasti Nguyen (penguasa Vietnam
Selatan) pada tahun 1715 untuk memperebutkan kekuasaan atas Kamboja.

Meskipun demikian ancaman terbesar datang dari Burma dengan pemimpin Raja Alaungpaya
yang baru berkuasa setelah menaklukkan wilayah-wilayah Suku Shan. Pada tahun 1765 wilayah
Thai diserang oleh dua buah pasukan besar Burma, yang kemudian bersatu di Ayutthaya.
Ayutthaya akhirnya menyerah dan dibumihanguskan pada tahun 1767 setelah pengepungan
yang berlarut-larut.[3]
[sunting] Siam
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kerajaan Siam

Setelah serbuan Burma yang membumihanguskan ibukota Ayutthaya, Jenderal Taksin


mendirikan kerajaan baru pada tahun 1769 yang beribukota di Thonburi (sekarang termasuk
dalam Bangkok) dan menyatukan kembali bekas kerajaan Ayutthaya. Taksin kemudian dianggap
gila dan dieksekusi tahun 1782[4], dan digantikan oleh Jenderal Chakri, yang menjadi raja
pertama dinasti Chakri dengan nama Rama II. Tahun yang sama dia mendirikan ibukota baru di
Bangkok, di seberang sungai Chao Phraya dari ibukota lama yang didirikan Jenderal Taksin.
Pada tahun 1790-an Burma berhasil diusir dari Siam.

Para penerus Rama I harus menghadapi ancaman kolonialisme Eropa setelah kemenangan
Britania di Burma tahun 1826. Pada tahun yang sama Siam menandatangani perjanjian dengan
Britania Raya, dan tahun 1833 Siam menjalin hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.
[5]Perjanjian Anglo-Siam 1909 menentukan batas-batas Siam dengan Malaya, sedangkan
serangkaian perjanjian dengan Perancis mematok batas timur dengan Laos dan Kamboja.[6]

Kudeta tahun 1932 mengakhiri monarki absolut di Thailand, dan mengawali munculnya kerajaan
Thailand modern.
[sunting] Thailand modern

Kudeta tahun 1932 mengubah Siam menjadi Thailand modern yang berupa monarki
konstitusional.[7] Perubahan nama dari Siam menjadi Thailand sendiri baru diumumkan Perdana
Menteri Plaek Pibulsonggram (Phibun) pada tahun 1939. Pemerintahan Perdana Menteri Phibun
ini ditandai dengan bangkitnya nasionalisme Thai.[8]

Pada bulan Januari 1941, Thailand menginvasi Indocina Perancis, dan memulai perang Thai-
Perancis. Thailand berhasil merebut Laos, sedangkan Perancis memenangkan pertempuran laut
Koh-Chang. Perang tersebut berakhir lewat mediasi Jepang. Perancis dipaksa Jepang untuk
melepaskan wilayah sengketa kepada Thailand.

Dalam perang dunia II Thailand memberi hak kepada Jepang untuk menggerakkan pasukannya
dalam wilayah Thailand menuju Malaya, yang pada saat itu dikuasai Inggris. Pada bulan
Desember 1941 Thailand dan Jepang menyetujui persekutuan militer yang berisi persetujuan
Jepang untuk membantu Thailand untuk merebut kembali wilayah yang diambil Britania dan
Perancis (Shan, Malaya, Singapura, sebagian Yunnan, Laos dan Kamboja). Sebagai imbalannya,
Thailand akan membantu Jepang menghadapi Sekutu.[9]

Setelah kekalahan Jepang,, Thailand diperlakukan sebagai negara yang kalah oleh Britania dan
Perancis. Namun dukungan Amerika Serikat terhadap Thailand membatasi kerugian yang
diderita Thailand. Thailand harus mengembalikan wilayah yang diperolehnya dari kedua negara
Eropa tersebut, namun Thailand sendiri tidak diduduki. [10]Thailand kemudian menjadi sekutu
Amerika Serikat menghadapi ancaman komunisme dari negara-negara tetangganya.

Pada tahun 1967, bersama-sama dengan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina, Thailand
mendirikan ASEAN dan aktif sebagai anggota di dalamnya.

Suku Melayu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Question book-new.png
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian.
Silakan bantu memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki.
Melayu
Malay people.jpg
Hang Tuah • Hassanal Bolkiah • Enrique dari Malaka • Mahathir bin Mohamad • Mizan Zainal
Abidin • P. Ramlee • Parameswara • Ratu Hijau • Sheikh Muszaphar Shukor • Siti Nurhaliza •
Sudirman Arshad • Tunku Abdul Rahman
Jumlah populasi

2004:e. 22 juta.
Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan
Brunei, Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura,
Penduduk mayoritas
Malaysia 12.3 juta (Perkiraan 2006) [1]
Brunei 0.25 juta (Perkiraan 2006) [2]
Penduduk minoritas
Indonesia 6.9 juta (Sensus 2000) [3]
Thailand 1.9 juta (Perkiraan 2006) [4]
Singapura 0.45 juta (Sensus 2000) [5]
Bahasa
Bahasa Indonesia, Bahasa Melayu, Bahasa Melayu Bengkulu, Bahasa Melayu Jambi,Bahasa
Melayu Palembang, Bahasa Melayu Riau, Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Melayu Kedah,
Bahasa Melayu Brunei
Agama
Islam
Kelompok etnis terdekat
Aceh, Minangkabau, Banjar
Wanita Melayu di Kalimantan Selatan atau Kalimantan Timur (litografi oleh C. F. Kelley
berdasarkan gambar oleh Carl Bock, tahun 1887)

Suku Melayu merupakan etnis yang termasuk ke dalam rumpun ras Austronesia. Suku Melayu
dalam pengertian ini, berbeda dengan konsep Bangsa Melayu yang terdiri dari Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Suku Melayu bermukim di sebagian besar
Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, Mindanao,
Myanmar Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat
Karimata. Di Indonesia, jumlah Suku Melayu sekitar 3,4% dari seluruh populasi, yang sebagian
besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan,
Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat.[6] Suku Melayu juga terdapat di Sri Lanka, Kepulauan
Cocos (Keeling) (Cocos Malays), dan Afrika Selatan (Cape Malays).
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Sejarah
* 2 Etimologi
o 2.1 Orang Gunung
o 2.2 Kerajaan Malayu
* 3 Melayu Malaysia
* 4 Kaum Melayu Singapura (Golongan Bumiputera)
* 5 Rumpun Melayu
* 6 Lihat pula
* 7 Catatan
* 8 Pranala luar

[sunting] Sejarah

Suku Melayu tergolong ke dalam Deutero Melayu (Melayu Muda) yang merupakan bagian dari
gelombang besar kedua migrasi ras Melayu-Austronesia dari daratan Asia yang terjadi sekitar
300 S.M [7]. Pada abad ke-7, masyarakat yang bermukim di hilir Sungai Batang Hari, Jambi
membentuk Kerajaan Malayu. Dan istilah Melayu diambil dari nama kerajaan tersebut. Secara
geografis, pada mulanya Melayu hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut, yang
meliputi wilayah Sumatera bagian tengah. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu akhirnya
takluk dan digantikan oleh Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang [8]. Pemakaian istilah
Melayu-pun meluas hingga ke luar Sumatera, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang
berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia.

Seperti terlihat dalam prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu Sriwijaya yang
berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta membawa adat budaya dan
Bahasa Melayu ke negeri seberang. Bahasa Melayu akhirnya menjadi lingua franca
menggantikan Bahasa Sanskerta [9]. Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi
peradaban Melayu. Runtuhnya Sriwijaya pada abad ke-13, dan bangkitnya Kesultanan Malaka
pada abad ke-15, berakibat pindahnya pusat mandala Melayu ke Semenanjung Malaysia [10][11]
[12].
Pada tahun 1511, pemerintahan Melayu di Malaka takluk oleh kekuatan tentara Portugis. Sejak
itu pusat peradaban Melayu kembali ke tanah Sumatera, ditandai dengan berdirinya kerajaan-
kerajaan kuat seperti Kerajaan Aceh dan Kerajaan Dharmasraya. Masuknya agama Islam ke
Nusantara pada abad ke-12, diserap baik-baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya
terjadi di kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan kerajaan-
kerajaan Melayu. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan
Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, dan Kesultanan Siak. Kedatangan kolonialis
Eropa telah menyebabkan terdiasporanya orang-orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka,
dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka banyak mengisi pos-pos kerajaan seperti menjadi
syahbandar, ulama, dan hakim.

Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh


langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak
masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia, Malaysia, dan Brunei
Darussalam.
[sunting] Etimologi

Ptolemy (90 - 168 M) dalam karyanya Geographia mencatat sebuah tanjung di Aurea
Chersonesus (Semenanjung Melayu) yang bernama Maleu-kolon, yang diyakini berasal dari
Bahasa Sanskerta, malayakolam atau malaikurram[13]. Berdasarkan G. E. Gerini, Maleu-Kolon
saat ini merujuk pada Tanjung Kuantan atau Tanjung Penyabung di Semenanjung Malaysia.
[sunting] Orang Gunung

Pada Bab 48 teks agama Hindu Vuya Purana yang berbahasa Sanskerta, kata Malayadvipa
merujuk kepada sebuah propinsi di pulau yang kaya emas dan perak. Disana berdiri bukit yang
disebut dengan Malaya yang artinya sebuah gunung besar (Mahamalaya). Meskipun begitu
banyak sarjana Barat, antara lain Sir Roland Braddell menyamakan Malayadvipa dengan
Sumatera [14]. Sedangkan para sarjana India percaya bahwa itu merujuk pada beberapa gunung
di Semenanjung Malaysia [15][16][17][18][19].
[sunting] Kerajaan Malayu

Dari catatan Yi Jing, seorang pendeta Budha dari Dinasti Tang, yang berkunjung ke Nusantara
antara tahun 688 - 695, dia menyebutkan ada sebuah kerajaan yang dikenal dengan Mo-Lo-Yu
(Melayu), yang berjarak 15 hari pelayaran dari Bogha (Palembang), ibu kota Sribogha (Sriwijaya).
Dari Ka-Cha (Kedah), jaraknyapun 15 hari pelayaran [20]. Berdasarkan catatan Yi Jing, kerajaan
tersebut merupakan negara yang merdeka dan akhirnya ditaklukkan oleh Sabogha. Petualang
Venesia yang terkenal, Marco Polo dalam bukunya Travels of Marco Polo menyebutkan tentang
Malauir yang berlokasi di bagian selatan Semenanjung Melayu. Kata "Melayu" dipopulerkan oleh
Kesultanan Malaka yang digunakan untuk membenturkan kultur Malaka dengan kultur asing
yakni Jawa dan Thai [21]. Dalam perjalanannya, Malaka tidak hanya tercatat sebagai pusat
perdagangan yang dominan, namun juga sebagai pusat peradaban Melayu yang berpengaruh
luas [22].
[sunting] Melayu Malaysia
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Masyarakat Melayu di Malaysia

Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu adalah masyarakat Melayu berintikan orang Melayu
asli tanah Semenanjung Malaya (Melayu Anak Jati), ditambah suku-suku pendatang dari
Indonesia dan tempat lainnya yang disebut Melayu Anak Dagang seperti Jawa, Minangkabau,
Riau, Mandailing, Aceh, Bugis, Bawean, Banjar, Champa dan lain-lain. Semua diikat oleh agama
Islam dan budaya Melayu Malaysia. Ras lain yang beragama Islam juga dikategorikan Kaum
Melayu, seperti Tionghoa Muslim, India Muslim, dan Arab. Sehingga Melayu juga berarti
etnoreligius yang merupakan "komunitas umat Islam Malaysia" yang ada di Kerajaan Islam
tersebut, karena jika ada konsep Sultan (umara) berarti juga ada ummat yang dilindunginya.

Namun, etnis Melayu di Malaysia Barat (Malaya) yang tidak terikat dengan perlembagaan
Malaysia secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Johor, Melayu
Kelantan dan Melayu Kedah[rujukan?]. Melayu Johor sebagai suku etnis terbesar, banyak
terdapat di sekitar ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeri Johor itu sendiri. Selain itu,
masyarakat Melayu yang tinggal di negeri Terengganu, Pahang, Selangor, Malaka dan Perak
juga bisa digolongkan sebagai Melayu Johor. Di Malaysia Timur terdapat pula komunitas Melayu,
yaitu Melayu Sarawak dan Melayu Brunei yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu
Semenanjung Malaya. Suku Melayu Sarawak biasanya terdapat di Negara Bagian Sarawak,
serta lebih berkerabat dengan Suku Melayu Pontianak dari Kalimantan Barat. Sedangkan Suku
Melayu Brunei biasanya menetap di bagian utara Sarawak, Pantai Barat Sabah, serta Brunei
Darussalam.
[sunting] Kaum Melayu Singapura (Golongan Bumiputera)
Komposisi Sukubangsa dalam Populasi Melayu di Singapura 1931-1990 Kelompok Etnis Melayu
1931 1947 1957 1970 1980 1990
Total 65,104 113,803 197,059 311,379 351,508 384,338
Malay 57.5% 61.8% 68.8% 86.1% 89.0% 68.3%
Javanese 24.5% 21.7% 18.3% 7.7% 6.0% 17.2%
Baweanese (Boyanese) 14.4% 13.5% 11.3% 5.5% 4.1% 11.3%
Bugis 1.2% 0.6% 0.6% 0.2% 0.1% 0.4%
Banjar 0.7% 0.3% 0.2% 0.1% N.A. N.A.
Other Malay Groups / Indonesians 1.7% 2.1% 0.9% 0.4% 0.8% 2.9%

(Reference: Arumainathan 1973, Vol 1:254; Pang, 1984, Appendix m; Sunday Times, 28 June
1992)
[sunting] Rumpun Melayu

* Suku Melayu (muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri atas :
o Melayu Tamiang
o Melayu Palembang, dalam sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.
o Melayu Bangka-Belitung, pada sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu. [23]
o Melayu Deli
o Melayu Riau
o Melayu Jambi
o Melayu Bengkulu
o Melayu Pontianak

* Suku bangsa serumpun di Sumatera :


o Suku Minangkabau (muslim)
o Suku Kerinci (muslim)
o Suku Talang Mamak (non muslim)
o Suku Sakai (non muslim)
o Orang Laut
o Suku Rejang (muslim)
o Suku Serawai (muslim)
o Suku Pasemah (muslim)

* Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar) :


o Suku Sambas (muslim)
o Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam)
o Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei (muslim)
o Suku Banjar (muslim)
o Suku Kutai (muslim)
o Suku Berau (muslim)
o Suku Bukit (non muslim)

* Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :


o Suku Betawi (muslim)
[sunting] Lihat pula

Scribd
Upload a Document
Search Documents
collections icon
publishers icon
documents icon
pages icon
people icon
Explore
Tri_11x6
Documents

* Books - Fiction
* Books - Non-fiction
* Health & Medicine
* Brochures/Catalogs
* Government Docs
* How-To Guides/Manuals
* Magazines/Newspapers
* Recipes/Menus
* School Work
* + all categories
*
* Featured
* Recent

People

* Authors
* Students
* Researchers
* Publishers
* Government & Nonprofits
* Businesses
* Musicians
* Artists & Designers
* Teachers
* + all categories
*
* Most Followed
* Popular

* Sign Up
*|
* Log In

1
First Page
Previous Page
Next Page
/ 5
Sections not available
Zoom Out
Zoom In
Fullscreen
Exit Fullscreen
Select View Mode
View Mode
BookSlideshowScroll
Readcast
Add a Comment
Embed & Share
Reading should be social! Post a message on your social networks to let others know what you're
reading. Select the sites below and start sharing.
Readcast this DocumentTransparent
Login to Add a Comment
Share & Embed
Add to Collections
Download this Document for Free
Auto-hide: off
Suku Melayu
Melayuatau suku Melayu dalam pengertian mutakhir merujuk kepada penuturbahas a
Melayu dan mengamalkan adat budaya orang Melayu, walau sudah mengalami akulturasi

dengan bangsa asing lainnya yang datang dari luar Kepulauan Indo Melayu (Nusantara),
terutama pengaruh agama Islam yang kuat. Suku Melayu merupakan bagian dari suku-
suku ras Deutero Melayu. Suku Melayu modern merupakan keturunan orang Melayu
kuno dari Kerajaan Melayu. Menurut sensus tahun 2000, suku Melayu meliputi 3,4% dari
populasi Indonesia dan mendiami beberapa propinsi di Sumatera dan Kalimantan Barat.
Suku Melayu juga terdapat di Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan Afrika Selatan.
Melayu Cape Town di Afrika Selatan merupakan keturunan suku Melayu dan sejumlah
suku lainnya yang berasal dari Nusantara seperti Makassar, Banten, Ternate dan lain-lain.
Jadi Melayu Cape Town merupakan kumpulan beberapa etnis yang kebetulan semuanya
muslim lebih tepat disebut ras Indo-Melayu atau disederhanakan dengan sebutan ras
Melayu.

Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha
pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera, jadi secara geografis
semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang merupakan sebagian dari
wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya pemakaian istilah Melayu mencakup
wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah Kerajaan Malayu tersebut, mencakup
negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu
seperti disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama. Ibukota Kerajaan Melayu semakin
mundur ke pedalaman karena seranganS riw ijaya dan masyarakatnya diaspora keluar
Bumi Melayu, belakangan masyarakat pendukungnya yang mundur ke pedalaman
berasimilasi ke dalam masyarakatM inangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu
Minangkabau
) yang merupakan salah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya

berpengaruh luas hingga ke Filipina membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin


meluas, tampak dalam prasasti Keping Tembaga Laguna. Bahasa Melayu kuno yang
berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat "o" seperti Melayu Jambi, Minangkabau,
Kerinci, Palembang dan Bengkulu. Semenanjung Malaka dalam Nagarakretagama
disebut Hujung Medini artinya Semenanjung Medini. Dalam perkembangannya orang
Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia (= Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada
masa perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang pusat mandalanya adalahK es ultanan
Malaka, istilah Melayu bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung Malaysia)

yang akhirnya disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu. Tetapi nayatalah bahwa
istilah Melayu itui berasal dari Indonesia. Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar
daerah Semenanjung Malaka berlogat "e". Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh
Portugis tahun1512 sehingga penduduknya diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan
Nusantara. Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi

diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau
Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di
Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang
semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku. Penduduk asli Sumatera sebelumnya

kedatangan pemakai bahasa Melayu tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku
Mentawai. Dalam perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan
makna, sehingga muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan
Nusantara. Secara persfektif historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang menjadi
nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai rumpun Indo-
Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero Melayu
(Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai dengan kedatangan
dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik mengalami penyempitan
makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang sebenarnya didalamnya juga telah
mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.

M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan menjelaskan sebagai


berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari faktor genekologi seperti
kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku berpuak Melayu walau moyang
mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan lainnya. Beberapa tempat di
Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan Batak yang mengaku Orang
Kampong - Puak Melayu. Ini semua karena diikat oleh kesamaan agama yaitu Islam,
Bahasa dan Adat Resam Melayu. Orang Melayu memegang filsafat: Berturai, Bergagan,
Bersyahadat".

Selanjutnya M. Muhar Omtatok menjabarkan, Berturai bermakna mempunyai sopan


santun baik bahasa dan perbuatan dan memegang teguh adat resam, menghargai orang
yang datang,serta menerima pembaharuan tamaddun yang senonoh. Bergagan bermakna
keberanian dan kesanggupan menghadapi tantangan, harga diri dan kepiawaian.
Bersahadat bermakna Orang Melayu disebut Melayu jika sudah mengucap kalimat
syahadat, yaitu mengakui Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul panutan.
Anak Melayu lebih dahulu diperkenalkan mengaji al Qur’an, baru mengenal ilmu
pengetahuan yang lain. M. Muhar Omtatok yang bermukim di Kota Medan Pulau
Sumatera ini, menambahkan; Kata “Laailaha Illallah Muhammadarosulullah” sebagai
gerbang keislaman, selalu dipakai Orang Melayu dalam berbagai amalan, karena melayu
percaya bahwa semua amalan akan tidak tertolak dalam pemahaman Islam jika mengucap
Laailaha Illallah Muhammadarosulullah. Makanya jika seorang anak berkelakuan
menyimpang dari kaedah yang diatur, maka ia disebut, “Macam anak siarahan, Macam
anak tak disyahadatkan”.
Rumpun Melayu

Rumpun Melayu merupakan pengelompokan suku bangsa Melayu dan sejumlah suku
bangsa lainnya yang memiliki kedekatan bahasa, budaya, sejarah dan hukum adat yang
terhimpun dalam Lingkungan Hukum Adat Melayu meliputi wilayah Semenanjung
Melayu, sebagian Sumatera, sebagian Kalimantan dan Jakarta. Rumpun Melayu
merupakan sebagian dari bangsa Indo-Melayu (ras Melayu). Suku-suku bangsa rumpun
Melayu menggunakan bahasa Melayu Lokal. Rumpun Melayu ada yang tinggal di
pedalaman merupakan suku-suku bangsa yang sedang berkembang seperti suku Talang
Mamak (Melayu Petalangan), suku Sakai dan lain-lain. Tetapi pada umumnya rumpun
Melayu tinggal dekat dengan wilayah pesisir sehingga dengan mudah bahasa Melayu
tersebar luas melalui jalur perdagangan laut. Sejak masa sebelum kedatangan agama
Islam, dari tanah asalnya orang Melayu (disebut Melayu Hindu) bermigrasi ke daerah
lainnya dengan mendirikan Kampung Melayu (Benua Melayu) di tanah rantau, bahkan
bahasanya menjadi bahasa lingua franca bagi berbagai suku bangsa. Sejak tumbuhnya
agama Islam, agama tersebut menjadi pengikat yang kuat bagi suku Melayu dan
mengikat suku lainnya luluh ke dalam identitas Melayu sebagai etnoreligius dengan
prasyarat beragama Muslim sehingga didapatkan suku Melayu Deli yang juga bercampur
darah dengan suku Karo, atau di Kalimantan dengan suku Dayak. Di lain pihak dengan
pengikat bahasa Melayu (bahasa Melayu Lokal) berbagai suku bangsa yang umumnya
orang Muslim luluh ke dalam identitas baru menjadi berbagai suku baru seperti suku
Melayu Betawi, suku Banjar dan lain-lain. Berbagai suku bangsa inilah yang membentuk
rumpun Melayu.

Di Kalimantan yang merupakan tanah asal bahasa Melayu Purba, yang disebut Orang
Melayu dalam arti sempit hanya mengacu kepada orang Melayu Pontianak (muncul
1771) yang bertutur mirip bahasa Melayu Riau dan disebut suku Melayu, tetapi dalam
arti luas (rumpun Melayu) mencakup beberapa suku beragama Islam seperti
Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam), suku Sambas, suku Kedayan (suku Brunei), suku
Banjar, suku Kutaidan suku Berau. Di Kalimantan Selatan, suku Dayak (non muslim)
yang memiliki unsur bahasa Melayu adalah suku Bukit (Dayak Meratus
) yang bahasanya

termasuk bahasa Melayu Lokal sehingga disebut juga sebagai bahasa Melayu Bukit.
Diperkirakan beberapa suku bangsa yang memiliki unsur-unsur bahasa Melayu tersebut
tergolong ke dalam kelompok bahasa Proto Melayu (Proto suku Melayu). Di perbatasan
Kalimantan Barat dengan Sarawak terdapat pula suku-suku Dayak yang bahasanya
digolongkan Dayak Melayik yaitu Dayak Kanayatn, Dayak Salako (keduanya rumpun
Dayak Darat) dan juga rumpun Iban yang tergolong kelompok bahasa Proto Malayic
yang tidak terpengaruh bahasa Sanskerta, Arab dan sebagainya, dan merupakan induk
dari kelompok bahasa Proto Melayu. Di dalam kelompok bahasa Proto Melayu terdapat
orang Melayu Kuno yang menurunkan suku bangsa Melayu modern. Kemungkinan di
Kalimantan telah terdapat beberapa lapisan kemunculan masyarakat pengguna bahasa
Melayu, yaitu Melayu Purba (Dayak Melayu), Melayu Hindu, dan terakhir Melayu Islam.

Suku Melayu (muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri atas :
o
Melayu Tamiang
o
Melayu Palembang
o
Melayu Deli
o
Melayu Riau
o
Melayu Jambi
o
Melayu Bengkulu
o
Melayu Pontianak

Suku bangsa serumpun diSu matera :
o
Suku Minangkabau(mus lim)
o
Suku Kerinci(mus lim)
o
Suku Talang Mamak (non muslim)
o
Suku Sakai (non muslim)
o
Orang Laut/lo n co n g
o
Suku Rejang(mus lim)
o
Suku Serawai(mus lim)
o
Suku Pasemah(mus lim)

Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar) :
o
Suku Sambas(mus lim)
o
Senganan /Haloq (Dayak masuk Islam)
o
Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei(mus lim)
o
Suku Banjar(mus lim)
o
Suku Kutai(mus lim)
o
Suku Berau(mus lim)
o
Suku Bukit (non muslim)

Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :
o
Suku Betawi(mus lim)
Ras Indo-Melayu (Melayu Polinesia)

Rumpun Melayu dan sejumlah rumpun suku bangsa lainnya di Kepulauan Indo-Melayu
dan sekitarnya merupakan ras Indo-Melayu atau ras Indo Melayu Jawa biasa disingkat ras
Melayu. Ras Indo-Melayu merupakan sebagian dari bangsaAus trones ia yang berasal
Yunnan. Kelompok pertama dikenal sebagai rumpun ras Proto Melayu.M ereka
berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 SM

). Keturunannya adalah
Orang Aslidi Semenanjung Malaysia, Dayakdi Sarawak, Batakdan Komeringdi
Sumatera.
Kelompok kedua dikenal sebagai ras Melayu Deutero. Mereka berpindah keAs ia
Tenggara pada Zaman Logam kira-kira 1500 SM. Ras Melayu Muda (Deutero Melayu)

lebih pandai dan dan mahir daripada ras Melayu Tua (Proto Melayu), khususnya dalam
bidang astronomi, pelayaran dan bercocok tanam. Jumlah mereka lebih banyak daripada
ras Proto Melayu. Mereka menghuni kawasan pantai dan lembah di Asia Tenggara.
Kedua kelompok ini dikenal sebagai bangsa Austronesia. Kedatangan bangsa Austonesia
ke wilayah ini mendesak penghuni terdahulu yaitu bangsa Negrito, bangsa Wedda
(Dravida) dan bangsa Papua-Melanesia (Austrolomelanesoid) baik dengan pembasmian

maupun dengan asimilasi. Orang Arab menyebut Kepulauan Indo-Melayu dengan


sebutan Jawi (artinya Jawa) dan bangsa-bangsa lainnya ada pula yang menamakan
seluruh kepulauan Nusantara ini dengan Jawa. Javanishu sebutan ras Indo-Melayu di
Srilangka, tentunya tidak hanya terdiri atas suku Jawa. Demikan pula Jawa Suriname juga
mencakup suku Sunda dan Tapanuli.
Melayu Malaysia

Melayu Malaysia yang disebut Kaum Melayu adalah masyarakat Melayu berintikan
orang Melayu asli Tanah Semenanjung (Melayu Anak Jati) ditambah suku-suku dari ras
Indo-Melayu pendatang dari Indonesia dan tempat lainnya yang disebut Melayu Anak
Dagangs eperti suku Jawa, suku Minang, suku Riau (di Indonesia disebut Melayu Riau),
suku Mandailing, suku Aceh, suku Bugis, suku Bawean, suku Banjar, suku Champadan

lain-lain. Semua diikat oleh agama Islam dan budaya MelayuM alays ia , sehingga ras lain yang
beragama Islam juga dikategorikan Kaum Melayu seperti Tionghoa Muslim, India Muslim dan
Arab. Sehingga Melayu juga berarti etnoreligius yang merupakan
komunitas umat Islam Malaysia yang ada di Kerajaan Islam tersebut, karena jika ada
konsep Sultan (umara) berarti juga adaum m at yang dilindunginya.
Namun, etnis Melayu di Malaysia yang tidak terikat dengan Perlembagaan Malaysia
secara umumnya terbagi kepada tiga suku etnis terbesar, yaitu Melayu Johor, Melayu
Kelantandan Melayu Kedahdi Semenanjung Malaysia. Melayu Johor sebagai suku etnis
terbesar, banyak terdapat di sekitar ibukota Malaysia, Kuala Lumpur dan negeriJ ohor itu
sendiri. Selain itu, masyarakat Melayu yang tinggal di negeri Terengganu, Pahang,
Selangor, Malakadan Perak juga bisa digolongkan sebagai Melayu Johorw alaupun
mereka bertutur dalam dialek yang agak berbeda berbanding bahasa Melayu baku
kelainan-a (Melayu Johor).
Manakala, di Malaysia Timur pula, wujud juga komunitas Melayu Sarawak danM elayu
Brunei yang mempunyai dialek yang berbeda dengan Melayu Semenanjung. Suku

Melayu Sarawak biasanya terdapat di NegeriSaraw ak, manakala suku Melayu Brunei
biasanya menetap di bagian utara Sarawak dan Pantai BaratSabah yang berjiran dengan
negara Brunei Darussalam.
Suku Melayu
Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document
Report this document?

Objektivitas dan Subjektivitas Dalam Sejarah

02 Mar 2009 Leave a Comment

by adianfuadi in Coretan Pena Ku Tags: Motif aceh kupiah Meukoutop

Membaca tulisan “kupiah Meukoutop, Meluruskan Jatidiri Aceh” oleh Nab Bahany AS ( Serambi,
1 februari 2008). Menanggapi atas tulisan Mustapa Ahmad (Serambi, 10 desember 2008).
Menarik bagi saya untuk ikut berbagi pengetahuan di blog saya ini sebatas kemampuan yang
saya ketahui tampa bermaksud mendikte saudara Nab Bahany AS dan Mustafa Ahmad.

Pertama perlu kita ketahui bahwasanya masuknya penjajah belanda secara langsung atau tidak
langsung membetuk budaya dan karakter bangsa Indonesia yang dahulu dikenal dengan nama
nusantara. Dan pemerintah belanda dengan VOCnya berhasil pula menemukan titik lemah
bangsa Indonesia seperti di Aceh penjajah Belanda mengirimkan seorang orientalisnya bernama
Christian Snouck Hurgronje, Dalam waktu yang relatif singkat, Snouck mampu mengkaji sisi-sisi
kehidupan masyarakat Aceh secara menyeluruh mulai tradisi keagamaan, adat istiadat, sampai
pemikiran politik. Hasil penelitian ini kemudian digunakan Belanda sebagai senjata ampuh untuk
menundukkan Aceh, tahun 1905.

Kemudian dengan memamfaatkan kelemahan- kelemahan yang di miliki bangsa Indonesia


penjajah belanda menciptakan politik pecah belah ( Devide et Impera). Tujuannya agar bangsa
kita tidak bersatu dan mereka dapat mudah menjajah Indonesia.

Perbedaan agama, suku, budaya dan adat istiadat sengaja di pertajam. Bahkan belanda melaga
antara agama dan kaum adat. Feodalisme dalam masyarakat di pertahankan. Hubungan para
raja dengan rakyat di pisahkan. Cerdik pandai pribumi di sekolahkan dan di doktrin ajaran
mereka yang kelak di mamfaatkan buat antek belanda.

Bila sekarang ada yang mengatakan kalau kupiah Meukoutop dan perhiasan pinto aceh adalah
budaya cangkokan dari belanda bisa jadi itu benar adanya apalagi aceh merupakan daerah
jajahan belanda juga, namum perlu di teliti juga kebenarannya dan ini tidak semudah membalikan
telapak tangan.

Louis Gottschalk dalam sebuah bukunya berjudul Understanding Histoy: A Primer Of Historical
Method menulis bahwa selain peninggalan benda dan situs – situs sejarah, kadang – kadang
faktor sejarah di peroleh dari kesaksian dan karenanya merupakan fakta arti (facts of meaning) .
Fakta – fakta semacam ini tidak dapat dilihat, di rasakan, di kecap, di dengar, atau di cium
baunya. Dapat dikatakan bahwa fakta – fakta itu merupakan lambang atau wakil dari pada
sesuatu yang pernah nyata ada, tetapi fakta – fakta itu tidak memiliki kenyataan objektif sendiri.
Dengan perkataan lain, fakta – fakta itu hanya terdapat di dalam pikiran pengamat atau
sejarawah karenya dapat di sebut “subyektif”. Untuk dapat di pelajari secara objektif dalam arti
tidak memihak dan bebas dari reaksi pribadi harus punya existensi yang merdeka di luar pikiran
manusia. Akan tetapi kenagan tidak mempumyai existensi di luar pikiran manusia sedangkan
banyak sejarah di dasarkan atas kenangan yakni kesaksian tertulis atau lisan.

Ada Terdapat suatu prasangka kasar terhadap pengetahuan “subyektif” sebagai suatu yang lebih
rendah dari pada pengetahuan “objektif”, sebagian besar Karena kata “subjektif” telah
memperoleh arti “khayalan” atau boleh di kata di dasarkan atas pertimbagan pribadi makanya
tidak benar atau berat sebelah. Pengetahuan dapat di peroleh dengan jalan melakukan
peyelidikan yang tidak memihak. Memang sikap tidak memihak dan objektif mungkin sulit di
proleh dan kesimpulan yang bedasakan subjektif lebih mudah di bantah.

Dalam sejarah dunia yang di pelajari di sekolah. Ada di sebut – sebut benua Australia adalah
tempat buangan bagi kerajaan Inggris Raya yang luas pada masa itu. Jadi bangsa Australia
dengan demikian adalah keturunan orang – orang buangan . Dunia mengetahui itu dan orang
Australia sendiri menerima keyataan itu. Bahkan Fakultas –fakultas sejarah di Australia
meyelidiki siapa itu nenek moyang mereka.

Apa yang dapat kita ambil dari cara pandang orang Australia ini yang termasuk salah satu negara
maju dan bangsa makmur di dunia. Mereka tidak malu meyingkapi asal usul nenek moyang
mereka sebagi orang buangan. Lantas kenapa pula kita mesti malu jika benar perhiasan pinto
aceh adalah budaya cangkokan dari belanda.

You might also like