You are on page 1of 8

JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 19, No.

01 April 2008 : 69 – 77

1PENGUJIAN DAN USULAN LABELISASI KINERJA


MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH
(SPLIT SYSTEM AC)
Prihadi Setyo Darmanto1), Windy Hermawan Mitrakusumah2)
1)
KK Konversi Energi, Prodi Teknik mesin FTI-ITB, prihadi2001@yahoo.com.
2)
Jurusan Teknik Refrigerasi, Politeknik Negeri Bandung

ABSTRAK

Makalah ini menyajikan hasil pengujian kinerja tiga merk mesin pengkondisi udara tipe terpisah
(split system AC) dengan kapasitas pendinginan sekitar 7200 Btu/h (2 kW) yang dijual di Indonesia.
Kinerja ketiga mesin pengkondisi udara uji ini dievaluasi dan dipergunakan sebagai dasar kriteria
usulan klasifikasi efisiensi energi (lbelisasi). Klasifikasi (labelisasi) ini berguna sebagai pedoman
bagi para pengguna yang berkaitan dengan pemakaian konsumsi energi listrik. Pengujian dilakukan
sesuai standar ASHRAE No 37-1978 dan ARI No 240-94. Berdasarkan hasil pengujian tersebut
peneliti mengusulkan klasifikasi pada masing-masing obyek uji dengan kriteria utama berdasarkan
nilai hasil pengujian Energy Efficiency Ratio (EER) yang diperoleh. Dengan kriteria yang telah
diusulkan ketiga mesin pengkondisi udara uji secara kebetulan mewakili tiga kelas dari lima kelas
usulan klasifikasi.
Keywords : Split Type AC - Energy Efficiency Ratio - star method classification

PENDAHULUAN
Harga bahan bakar semakin mahal akhir-akhir ini. Dilain pihak ketersediaan bahan bakar fosil semakin
menipis pula seiring laju pemakaiannya yang semakin meningkat. Salah satu dampak yang terasa di Indonesia
adalah semakin besar pula subsidi yang harus dikeluarkan oleh negara untuk penyediaan bahan bakar ini. Padahal
bahan bakar ini juga merupakan sumber energi utama penyediaan listrik di negara kita. Sementara pembangunan
pembangkit sedang berjalan seiring dengan meningkatnya laju kebutuhan listrik, yang dapat kita lakukan dalam
jangka pendek adalah penghematan pemakaian listrik di segala lini. Dalam kehidupan modern, peralatan rumah
tangga yang didayai dengan listrik seperti lemari es, pengkondisi udara, kipas angin, pompa air dan lain-lain
merupakan salah satu pemakai listrik yang prosentasenya tidak dapat kita abaikan. Khusus di suatu daerah yang
memiliki kondisi udara luar yang kurang nyaman akibat temperatur dan kelembaban relatif udara rata-rata tinggi
seperti kebanyakan kota tepi pantai Indonesia, pengkondisi udara sangat diperlukan dan merupakan pemakai listrik
dengan prosentase besar. Pada umumnya kantor-kantor pemakai pengkondisi udara, sekitar 60% atau lebih
pemakaian listriknya adalah untuk peralatan ini. Salah satu cara penghematan yang dapat dilakukan adalah
memakai peralatan dengan efisiensi yang tinggi. Pengujian kinerja mesin pengkondisi udara (AC) dari berbagai
jenis selalu dilakukan dalam rangka penghematan energi dan sosialisasi terhadap konsumen (ANSI / ASHRAE
Standard 37-1978). Disamping itu hal ini juga dipakai sebagai motivator bagi produsen peralatan agar selalu
meningkatkan efisiensi peralatan yang dihasilkan dan dipasarkannya. Namun demikian sosialisasi rating effisiensi
setiap jenis peralatan dengan berbagai merk yang tersedia di pasar Indonesia dirasa sangat kurang memadai, selain
peraturannya yang belum dibakukan, belum dibakukan pula standard pengujiannya, sehingga menyulitkan
konsumen dalam memilih peralatan yang paling baik dari sisi pemakaian daya listrik.
Klasifikasi peralatan rumah tangga telah dilakukan di beberapa negara dan telah pula diterapkan untuk berbagai
peralatan dengan memberikan label bintang (*) berdasarkan hasil pengujian kinerjanya. Lima kelas bintang
biasanya dipakai dalam klasifikasi. Bintang satu (*) menunjukkan kelas terburuk dan bintang lima (*****)
menunjukkan kelas terbaik. Bagi lampu listrik barangkali di Indonesia sudah mulai dilakukan yang diprakarsai oleh
Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi, Departemen Sumber Daya dan Energi bekerjasama dengan PT
PLN. Akan tetapi belum demikian untuk peralatan rumah tangga lainnya seperti lemari es, pengkondisi udara,
kipas angin, dan pompa air. Barangkali salah satu kendalanya adalah sarana pengujian, yang sebenarnya telah
tersedia di beberapa Perguruan Tinggi dan Lembaga penelitian, namun perlu pendataan dan akreditasi. Sedangkan

69
Prihadi Setyo Darmanto, Windy Hermawan Mitrakusumah, Pengujian Dan Usulan Labelisasi

di negara maju, pengujian kinerja merupakan syarat agar suatu produk dapat dipasarkan dengan aman dan baik
serta menunjang program penghematan energi. Sebagai contoh di Amerika juga telah diterbitkan standard
pengujian ASHRAE 117-2000 untuk pengujian kinerja freezer dan hasil pengujian dengan standard ini juga dipakai
sebagai dasar klasifikasi efisiensi peralatan.
Di dalam penelitian ini, 3 (tiga) merk contoh mesin pengkondisi udara tipe terpisah (split system AC) dengan
kapasitas pendinginan sekitar 7200 Btu/h (0,6 TR) yang dipasarkan di Indonesia dipilih sebagai sample. Ketiga
mesin sample uji ini diuji dan dievaluasi kinerjanya untuk kemudian dikelompokkan dalam kelas klasifikasi
efisiensi energi yang diusulkan berdasarkan nilai rasio efisiensi energi (EER). EER adalah perbandingan antara
kapasitas pendinginan dengan daya listrik yang terpakai yang diperoleh dari hasil pengujian.

METODE PENGUJIAN, EVALUASI KINERJA DAN SPESIFIKASI TEKNIK MESIN PENGKONDISI


UDARA UJI
Metode pengujian
Pengujian ketiga mesin pengkondisi udara tipe terpisah mengikuti standar ASHRAE No 37-1978 dan ARI No 240-
94, dengan penempatan mesin pengkondisi udara uji dalam ruangan (AC Test Chamber) secara skematik
ditunjukkan pada Gambar 1. Sesuai standard ARI, keterangan dari set-up peralatan pengujian tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Ruang Tertutup.
Pengujian kapasitas pendinginan dan EER dilakukan dalam ruang tertutup yang secara termal terisolasi. Ukuran
bagian dalam ruang untuk meletakkan unit indoor dan unit outdoor adalah sebesar panjang = 2,93 m, lebar = 2,93
m, dan tinggi = 2,45 m. Ruang untuk unit outdoor dikondisikan agar selalu bertemperatur tertentu dengan mengatur
pemanas ruangan dan pendingin ruangan. Pada pengujian ini dipilih 2 (dua) tingkat keadaan temperatur ruang
untuk unit outdoor yaitu 30 oC dan 35 oC. Untuk mempertahankan ruangan pada temperatur tersebut digunakan
pemanas listrik ruangan dengan kapasitas bervariasi antara 750 W sampai dengan 2250 W dan pendingin udara
(koil evaporator dengan kapasitas pendinginan sekitar 1,5 HP). Sebagai indikator temperatur ruang, digunakan
thermometer digital APPA51 jenis K.
b) Titik pengukuran dan besaran yang diukur
Pengukuran temperatur dilakukan dengan sensor termokopel jenis K, yang terhubung dengan perekam buatan
YOKOGAWA dengan tipe DARWIN DC100 Data Collector. Pengukuran temperatur dilakukan pada beberapa
posisi antara lain:
− udara masuk dan keluar koil pendingin di unit indoor, ( Ts dan Tr)
− koil evaporator, (Tcoil)
− beberapa titik di dalam ruangan indoor (Tkabin) dan outdoor (T adalah temperatur udara lingkungan di sekitar
kondensor) untuk kemudian dirata-ratakan nilainya.
Pengukuran daya listrik menggunakan watt-meter, dan untuk arus listrik serta tegangan menggunakan
multimeter digital.

70
JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 19, No. 01 April 2008 : 69 – 77

1 2 5

4 7
3

Keterangan :
1 = Ruang kondensor (unit outdoor).
2 = Pendingin
8 3 = Pemanas listrik
4 = Unit outdoor
5 = Ruang pengujian (tempat unit indoor)
6 = Unit indoor yang diuji
7 = Pemanas ruangan (sebagai beban panas)
8 = Peralatan pengambilan data pengujian

Gambar 1. Skema Pengujian Mesin Pengkondisi Udara dalam AC Test Chamber.

c) Simulasi Beban pendinginan.


Pada pengujian ini, sebagai beban pendinginan digunakan pemanas ruangan, berupa beberapa lilitan nikelin
dengan tahanan tertentu dan daya yang dapat diatur. Daya pemanas setiap elemen lilitan adalah 750 W. Pada
ruangan unit indoor disiapkan 3 (tiga) unit elemen pemanas ruangan, tetapi pada pelaksanaannya hanya
digunakan 2 (dua) elemen saja, dengan daya total sebesar 1500W. Sedangkan langkah pengujian dari sistem
pengkondisi udara uji adalah sebagai berikut:
a. Persiapkan alat ukur dan pencatatan parameter yang diukur.
b. Ruangan indoor dan outdoor dikondisikan pada temperatur 30oC.
c. Atur termostat AC pada temperatur 18oC. Temperatur tersebut dipilih karena mengingat setting terendah
yang dapat diperoleh oleh unit mesin pengkondisi udara yang diuji adalah pada nilai tersebut.
d. Setelah temperatur dalam ruang merata 30 oC, pemanas ruangan dijalankan, pencatatan mulai dilakukan, dan
kemudian sistem AC dijalankan.
e. Pengamatan dilakukan untuk setiap 10 menit hingga didapatkan AC uji mati dan hidup, atau hingga
temperatur ruang/udara supply tidak mengalami penurunan lagi, pada saat ini dianggap sistem dalam keadaan
tunak.
f. Ulangi langkah a-e untuk pengaturan temperatur ruang kondensor (unit outdoor) sebesar 35oC.
2.2. Pengolahan Data
Berdasarkan persamaan kesetimbangan energi, besaran-besaran yang akan dicari dalam pengujian ini dapat
ditentukan. Energi yang harus diserap oleh evaporator adalah sama dengan energi yang dilepaskan oleh udara
dalam ruang yang harus didinginkan. Energi yang dikandung udara tersebut dapat berasal dari pemanas ruangan,
energi masuk akibat perbedaan temperatur ruang uji dengan ruang di sekitarnya, dan juga dari motor fan. Dalam
pengolahan data, besaran-besaran tersebut tidak dihitung satu persatu, tetapi yang dihitung adalah besarnya beban
panas yang dipindahkan dari udara saat melalui koil pendingin. Asumsi yang dipakai dalam pengujian adalah
pengaruh perubahan kelembaban ruangan terhadap beban pendinginan evaporator diabaikan mengingat dari hasil
pengukuran kelembaban relatif (RH) ruangan cukup rendah. Besarnya laju energi dalam bentuk panas tersebut
dinyatakan sebagai berikut (Roy J. Dossat,1981):

71
Prihadi Setyo Darmanto, Windy Hermawan Mitrakusumah, Pengujian Dan Usulan Labelisasi

Laju energi yang dilepas oleh udara (Qu) di evaporator dalam satuan watt (W) adalah:
Q u = m u .( h r − h s ) (1)
dengan notasi berikut:
mu = ρ.A.Vu = Laju aliran massa udara melalui koil [kg/detik]
ρ = massa jenis udara [kJ/m3]
A = Luas penampang saluran udara (m2)
Vu = Kecepatan aliran di penampang saluran udara (m/s) diukur dengan hot wire anemometer
hr = Entalpi udara balik (saat memasuki koil evaporator) [J/kg] diukur berdasarkan hasil pengukuran temperatur
bola basah dan bola kering.
hs = Entalpi udara catu (saat keluar dari koil evaporator) [J/kg]
Perhitungan Energy Efficiency Ratio (EER), didasarkan pada persamaan berikut[5] :
Qu
EER = (2)
Winput
Nilai daya kompresor (Winput) diperoleh dari hasil pengukuran memakai watt-meter.

SPESIFIKASI MESIN YANG DIUJI


Dengan memilih mesin pengkondisian udara uji yang mempunyai rating daya listrik sekitar 0,75 PK, berikut ini
diberikan spesifikasi teknik masing-masing mesin yang diuji di dalam penelitian ini. Agar tidak mendeskriditkan
salah satu atau beberapa merk, merk disembunyikan dan hanya kode saja yang diberikan sebagai data. Tabel 1
menunjukkan data teknis dari ketiga mesin pengkondisi udara yang diuji dalam penelitian ini yang diperoleh dari
manual mesin beserta kode yang diberikan untuk setiap merk agar mudah membedakannya. Kode diberikan
berdasarkan model indoor unit dan outdoor unit masing-masing yang ditunjukkan dalam manual alat.

Tabel 1: Data ketiga Mesin Pengkondisi Udara Uji berdasarkan manual alat
Out-Door Unit CU – C7BKN5 LSNB0766CN AU – A7Y
In-door Unit CS – C7BKN LSNB0766CN AH – AP7Y
Kode Pengujian CS-C7BKN/CU-C7BKN5 LSNB0766CN AH – AP7Y /AU – A7Y
Tegangan (V) dan 220-240 220-240 220-240
Frekuensi (Hz) jala- 50 50 50
jala listrik
Arus listrik (A) 2,7 – 2,8 3,4 3,0 – 3,1
Daya kompresor (W) 550 – 610 720 650 - 690
Kapasitas pendinginan 7200 7000 7200
(Btu/h)
Refrigerant R 22 R 22 R 22
EER 3,36 – 3,64 - -

HASIL PENGUJIAN DAN DISKUSI


Pengujian dilakukan untuk ketiga mesin uji masing-masing pada temperatur ruang kondensor 30oC dan 35oC.
Beban pendinginan yang harus diatasi oleh evaporator dievaluasi berdasarkan pers. (1). Sedangkan daya kompresor
yang digunakan diukur dengan Watt-meter.Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan yang telah dilakukan,
pemakaian daya untuk ketiga mesin AC uji pada temperatur ruang outdoor unit 30 oC diberikan pada Gambar 2.
Sedangkan hasil pengujian pada temperatur ruang kondensor 35oC diperlihatkan pada Gambar 3. Dengan
menggunakan persamaan (2) nilai EER dapat dievaluasi dan hasil perhitungan untuk ketiga mesin AC uji berturut-
turut diperlihatkan pada Gambar 4 pada temperatur ruang kondensor 30oC dan Gambar 5 untuk temperatur ruang
kondensor 35oC. Dari Gambar 2 dan Gambar 3, nampak bahwa pemakaian daya dari ketiga mesin uji mempunyai
nilai yang berbeda-beda. Pada kondisi mendekati tunak, mesin uji tipe LSNB0766CN membutuhkan daya terbesar
dibanding dua mesin uji lainnya baik pada temperatur ruang kondensor 30oC maupun 35oC. Pemakaian daya
terkecil dicapai oleh mesin tipe CS-C7BKN/CU-C7BKN5, sedangkan mesin tipe AH – AP7Y / AU – A7Y
memerlukan daya dengan nilai berada diantara kedua mesin uji lainnya pada kisaran sekitar 650 W hingga 700 W.
Seperti pada umumnya siklus refrigerasi, daya kompresor akan meningkat dengan meningkatnya temperatur udara

72
JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 19, No. 01 April 2008 : 69 – 77

pendingin kondensor, yang terlihat dari hasil pengujian ini.


EER mesin dievaluasi dengan menggunakan pers. (2) di mana evaluasi beban pendinginan di evaporator dilakukan
dengan pers. (1) berdasarkan hasil pengukuran laju massa aliran, temperatur ruangan uji, dan temperatur udara saat
meninggalkan evaporator. Hasil pengujian nilai EER dari ketiga mesin uji diperlihatkan pada Gambar 4 dan
Gambar 5 untuk temperatur udara ruangan kondensor berturut-turut diset 30oC dan 35oC. dari kedua gambar
tersebut nampak bahwa nilai EER berkisar antara 6,8 hingga 13,6. AC uji tipe LSNB0766CN memiliki nilai
tertinggi pada temperatur ruang kondensor 30oC dan pada temperatur ruang kondensor 35oC nilai EER tertinggi
dicapai oleh mesin uji tipe CS-C7BKN/CU-C7BKN5. Untuk AC uji tipe AH – AP7Y / AU – A7Y memiliki nilai
EER terrendah baik pada temperatur ruang kondensor yang dikondisikan pada temperatur 30oC maupun pada
temperatur bola kering 35o. Seperti pada umumnya siklus refrigerasi kompresi uap berpendingin udara, nilai EER
akan turun dengan naiknya temperatur udara pendingin kondensor. Pernyataan ini juga terbukti dalam pengujian
ini. Dari hasil pengujian tampak bahwa pada temperatur ruang kondensor 30oC, nilai tertinggi EER hasil pengujian
pada kondisi tunak hampir mencapai 13,6 (empat), sedangkan pada temperatur ruang kondensor 35oC nilai tertinggi
EER yang diperoleh tidak lebih dari 13,5. Dalam kesimpulan nanti akan diusulkan klasifikasi peringkat kinerja
mesin AC uji berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam standard ANSI / ASHRAE No 37-1978 yaitu nilai EER
yang dikonversikan dalam satuan [Btu/h/W], yaitu beban pendinginan dalam (Btu/h) per satuan daya listrik (W)
yang dikonsumsi oleh kompresor.
(W) 800
a 700
600
Day
500
400
300 CS – C7BKN / CU – C7BKN5
LSNB0766CN
200 AH – AP7Y / AU – A7Y
100
0
0 50 100 150 200
Waktu Pengamatan (menit ke)
Gambar 2. Perbandingan konsumsi daya listrik pada temperatur ruangan kondensor 30oC
(W) 900
Daya 800
700
600
500
400 CS – C7BKN / CU – C7BKN5
300 LSNB0766CN
200 AH – AP7Y / AU – A7Y
100
0
0 50
100 150 200 250
Waktu Pengamatan (menit ke)
Gambar 3. Perbandingan konsumsi daya listrik pada temperatur ruangan kondensor 35oC

73
Prihadi Setyo Darmanto, Windy Hermawan Mitrakusumah, Pengujian Dan Usulan Labelisasi

15,3
13,6
EER
11,9
10,2
8,50
6,80
5,10
3,40 CS – C7BKN / CU – C7BKN5
LSNB0766CN
1,70 AH – AP7Y / AU – A7Y
0,00
0 50 100 150 200
Waktu Pengamatan (menit ke)
Gambar 4. Perbandingan EER pada temperatur ruangan kondensor 30oC.
15,3
13,6
R
11,9
EE

10,2
8,50
6,80
5,10
CS – C7BKN / CU – C7BKN5
3,40
LSNB0766CN
1,70 AH – AP7Y / AU – A7Y
0,00
0 50 100 150 200
Waktu Pengamatan (menit ke)
Gambar 5. Perbandingan EER pada temperatur ruangan kondensor 35oC

KESIMPULAN DAN USULAN LABELISASI


Kesimpulan
Dari pengujian kinerja mesin pengkondisian udara (AC) tipe split yang telah dilakukan sesuai standard ANSI /
ASHRAE No 37-1978, standard ANSI 41.2-1987 dan ANSI/ARI 210/240-94 dapat disimpulkan beberapa hal
antara lain:
1. Tiga merk AC dengan kode pengujian C7BKN/CU-C7BKN5, LSNB0766CN dan AH – AP7Y / AU – A7Y
dengan kapasitas pendinginan sekitar 7000 (Btu/h) telah diuji. Pada saat operasi telah mencapai kondisi mantap
(dianggap tunak karena baik temperatur koil, EER, dan daya input praktis sudah tidak berubah lagi) hasil
pengujian menunjukkan bahwa untuk ketiga merk AC tersebut daya yang dibutuhkan bervariasi dan berbeda
dengan yang tercantum dalam spesifikasi teknis peralatan.
2. Sedangkan nilai EER yang diperoleh juga bervariasi selama pengujian berlangsung dimana secara umum pada
kondisi tunak tersebut nilai EER yang terbesar, untuk pengujian dengan temperatur udara di sekitar outdoor unit
sebesar 30oC sesuai dengan saran dari standard yang dipergunakan sebagai patokan dalam pengujian yang telah
dilakukan, dicapai oleh AC uji dengan kode pengujian SNB0766CN (dengan nilai EER 11,678 [(Btu/h)/W]),
disusul oleh AC dengan kode pengujian C7BKN/CU-C7BKN5 (dengan nilai EER 10,582 [(Btu/h)/W]),
kemudian AC dengan kode AH – AP7Y / AU – A7Y memiliki nilai EER yang paling rendah diantara tiga AC
uji tersebut (dengan nilai EER 7,602 [(Btu/h)/W].

74
JURNAL TEKNIK GELAGAR, Vol. 19, No. 01 April 2008 : 69 – 77

Usulan Labelisasi
Dalam rangka menunjang kelanjutan program klasifikasi oleh pemerintah Indonesia, penulis mengusulkan
sebagai kriteria pemberian bintang (labelisasi) adalah nilai EER pada kondisi tunak saja. Hal ini didasarkan pada
kriteria yang umum dipakai di masyarakat international (misalnya program ENERGY STAR ® di Amerika dan di
Thailand) dengan catatan nilai EER diberi satuan [(Btu/h)/W]. Pada umumnya EER suatu mesin pengkondisian
udara tipe terpisah lebih tinggi dari 5,5 [(Btu/h)/W].
Berdasarkan kriteria klasifikasi efisiensi pemakaian listrik diusulkan nilai EER seperti yang dipergunakan oleh
Thailand yaitu :
a. Mesin AC tipe terpisah dikategorikan memiliki efisiensi rendah sekali (lowest) bila nilai EER berada pada
kisaran sama dengan 7 hingga 8 [(Btu/h)/W] dan diberi label bintang satu atau (*).
b. Kategori efisiensi rendah (low) bila nilai EER berada pada kisaran sama dengan 8 hingga 9 [(Btu/h)/W] dan
diberi bintang dua atau (**).
c. Mesin AC tipe terpisah dikategorikan memiliki efisiensi cukup (moderate) bila nilai EER berada pada kisaran
sama dengan 9 hingga 10 [(Btu/h)/W] dan diberi bintang tiga atau (***).
d. Kategori efisiensi tinggi (high) bila nilai EER berada pada kisaran sama dengan 10 hingga 11 [{Btu/h)/W] dan
diberi bintang empat atau (****)
e. Golongan efisiensi tinggi sekali (highest) bila nilai EER lebih tinggi dari 11 [(Btu/h)/W] dan diberi bintang lima
atau (*****).
f. Sedangkan AC tipe terpisah dengan nilai EER kurang dari 7 sebaiknya tidak diberi klasifikasi dan tidak diberi
label bintang.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, dengan asumsi usulan klasifikasi didasarkan pada hasil pengujian dengan
temperatur ruang kondensor 30oC dimana diperoleh nilai EER yang lebih tinggi dibanding pada pengujian pada
ruang kondensor 35oC serta dengan alasan untuk tidak mendeskreditkan satu produkpun, ketiga mesin
pengkondisian udara tipe terpisah yang telah diuji termasuk dalam kategori sebagai berikut:
a. Mesin uji dengan kode LSNB0766CN dengan EER 11,678 [(Btu/h)/W] termasuk kategori efisiensi tinggi
sekali (highest efficiency) atau kalau diberi bintang memperoleh bintang lima atau (*****).
b. Mesin uji dengan kode C7BKN/CU-C7BKN5 yang memiliki nilai EER 10,582 [(Btu/h)/W] termasuk kategori
efisiensi tinggi (high efficiency) atau kalau diberi label bintang memperoleh bintang empat atau (****).
c. Mesin uji dengan kode AH – AP7Y / AU – A7Y yang memiliki EER 7,603 [(Btu/h)/W] termasuk kategori
efisiensi rendah sekali (lowest efficiency) atau kalau diberi bintang memperoleh bintang satu (*).
Usulan yang didasarkan hasil pengujian dalam penelitian ini hanyalah sekedar contoh dengan catatan kriteria
yang diusulkan disepakati dan ada kesepakatan pula antara pemerintah dengan para produser mesin pengkondisian
udara tipe terpisah yang dipasarkan di Indonesia.
Dengan adanya labelisasi tersebut diharapkan masyarakat mendapat pencerahan sekaligus perlindungan sebagai
konsumen dari peralatan pengkondisi udara (AC) tipe terpisah.

DAFTAR PUSTAKA

75
Prihadi Setyo Darmanto, Windy Hermawan Mitrakusumah, Pengujian Dan Usulan Labelisasi

ANSI / ASHRAE Standard 37-1978, “Methods of Testing for Rating UNITARY AIR CONDITIONING AND
HEAT PUMPEQUIPMENT”, The American Society of Heating, Refrigeration, and Air-Conditioning Engineer,
Inc., New York, 1978.
ANSI / ASHRAE Standard 41.2-1987, “STANDARD METHODS FOR LABORATORY AIR-FLOW
MEASUREMENT”, The American Society of Heating, Refrigeration, and Air-Conditioning Engineer, Inc.,
New York, 1987.
ANSI/ARI 210/240-94, “Unitary Air-Conditioning and Air-Source Heat Pump Equipment”, Air-Conditioning and
Refrigeration Institute, 1994.
ASHRAE HANDBOOK, CD Version. 1996-1999.
Roy J. Dossat, Principles of Refrigeration, 2nd Edition - SI Version, John Willey & Sons, New York, 1981.

76

You might also like