You are on page 1of 4

Ihtiram

Ihtiram artinya saling menghargai atau saling hormat menghormati kepada sesama
manusia. Saling harga menghargai adalah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap
muslim sebagai wujud dari Akhlaqul mahmudah.
Islam sangat menekankan pada dua dimensi nilai yang harus selalu diwujudkan yaitu
akhlaq yang terpuji dan ‘aqidah atau keimanan yang benar, dua-duanya harus seiring
sejalan. Aqidah yang benar akan membuahkan akhlaq yang baik. Akhlaq yang baik
harus berakar pada aqidah yang benar.
Salah satu sifat yang mesti diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari ialah saling
menghargai kepada sesama manusia dengan berlaku sopan, tawadhu, tasamuh,
muru’ah (menjaga harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku ‘adil dan lain
sebagainya. Perhatikan sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia“ (HR .Ahmad
dan Baihaqi)
Dalam pergaulan sehari-hari kita dituntut untuk menampakkan akhlaq yang mulia
dalam tutur kata dan perilaku dan bahkan menjadi syarat kesempurnaan Iman seorang
mukmin, Rasulullah bersabda :
“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling
bagus akhlaqnya. Dan orang-orang yang paling baik diantara kamu ialah mereka yang
paling baik terhadap istrinya.” (HR. Tirmidzi ).
Orang pandai mengatakan : “ Al-Islam mahjubun bil muslimin” artinya bahwa Islam
itu terhijab oleh (perilaku) kaum muslimin.
Banyak kaum muslimin yang kurang perhatian terhadap perilakunya, terutama dalam
pergaulan saling hormat menghormati kepada sesamanya, sehingga timbul kesan
terhadap citra baik Islam seolah-olah Islam tidak mengatur sopan santun.
Harga menghargai ditengah pergaulan hidup, setiap muslim punya tanggung jawab
moral untuk mempertahankan dan mewujudkan citra baik Islam dengan
menampakkan tutur kata, sikap dan tingkah laku, cara berpakaian, cara bergaul, lebih
bagus daripada orang lain.
Ihtiram menjadi hal yang sangat essensi ditengah-tengah pergaulan antar sesama
lebih-lebih dalam tata pegaulan antar sesama muslim.
Ihtiram Dalam Pergaulan
1. Kepada kedua orang tua
Allah berfirman :
“Dan ( Allah ) Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapak-mu dengan sebaik-
baiknya, jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “AH” dan janganlah kamu membentak dan ucapkanlah kepada
mereka dengan perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra : 23 ).
Ayat ini menunjukan bahwa orang yang paling berhak mendapatkan rasa hormat
adalah orang tua, dosa besar bila rasa hormat ini diabaikan.
2. Kepada sesama.
Firman Allah :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Luqman : 18).
Sombong ditandai dengan dua sifat yang menonjol : bathrul haq wa ghantun nas,
menolak haq (kebenaran) dan menghina manusia. Kedzaliman dan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi seseorang besumber pada rasa angkuh, tidak menghormati
orang lain. Allah melarang perbuatan mengabaikan Ihtiram, karena pebuatan itu akan
melahirkan pelanggaran yang serius. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
: “ Barang siapa yang tidak belas kasihan kepada yang lebih kecil dan tidak
menghargai kehormatan yang lebih tua maka ia bukan dari golongan kami.” (HR.
Bukhari dari Ibnu Umar ra).
Jadi jelas kesombongan, angkuh, tidak sayang kepada yang kecil (lemah) dan tidak
menghargai kehormatan yang lebih tua (besar), bukan watak orang-orang beriman.
KODE ETIK SESAMA MUSLIM
“ Sesungguhnya Abu Hurairah r.a, menuturkan, aku mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: ‘Hak seorang muslim atas muslim lainnya itu ada lima; (1) menjawab
salam, (2) menengok orang sakit, (3) mengantarkan jenazah, (4) memenuhi undangan,
dan (5) menjawab bangkis.’.” (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 1164 dan Muslim:
4022. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari)
Hadis di atas menggambarkan betapa ajaran Islam yang paripurna itu mengatur
urusan yang kelihatan seperti sepele, padahal nilainya sangat besar dan bermanfaat
bagi peradaban manusia modern. Menjawab salam adalah salah satu ajaran yang
mengandung arti perdamaian. Menengok orang yang sakit dan mengantarkan jenazah
adalah ajaran yang mengandung nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial. Memenuhi
undangan dan menjawab bangkis dengan doa bagi saudaranya juga termasuk nilai-
nilai sosial yang harus dilestarikan oleh pemeluknya.
a. Menjawab Salam
Salam dapat mewujudkan perdamaian antar sesama yang dapat mengantarkan
seseorang menuju surga. Tentu saja hal tersebut tidak berarti cukup dengan
menyebarkan salam semata, melainkan harus disertai juga dengan beribadah yang
khusyu’ kepada Allah dan mengaplikasikannya dalam tataran sosial. Dalam sebuah
hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr r.a, Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sembahlah Allah Yang Maha Pengasih, berikanlah makanan, dan sebarkanlah salam,
maka kamu sekalian akan masuk surga dengan penuh kesejahteraan.” (Hadis Hasan
Shahih, Riwayat al-Tirmidzi: 1778, Ibnu Majah: 3684, Ahmad: 6298. teks hadis di
atas riwayat al-Tirmidzi)
b. Menengok orang yang sakit.
Nabi s.a.w. jika mendengar kabar ada salah seorang sahabatnya yang sakit, maka
beliau menengoknya. Tidak hanya kepada sesama muslim, beliau pun tidak segan
untuk menengok mereka yang non-muslim, bahkan musyrik sekalipun. Diceritakan,
pada masa pra hijrah, di Makkah ada seorang musyrik yang selalu mengganggu Nabi
s.a.w. untuk pergi ke masjid. Suatu ketika ia jatuh sakit, sehingga hari itu Nabi s.a.w.
merasa aman beribadah. Akhirnya beliau mencari tahu kabar orang musyrik tersebut.
Setelah diketahui bahwa orang itu sakit, beliau pun langsung menengoknya.
Demikianlah, dakwah Islam disebarkan dengan keramahan dan penuh persahabatan.
Amir berkata, aku mendengar al-Nu’man bin Basyir berkata, Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Kamu melihat kaum mukminin dalam hal sayang menyayangi, cinta
mencintai, dan kasih mengasihi, bagaikan satu tubuh. jika ada salah satu anggota
tubuh yang mengeluh (sakit), maka anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan
tidak bisa tidur dan demam.” (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 5552, Muslim:
4685, dan Ahmad: 17648. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari)
c. Mengantarkan Jenazah
Ketika saudara sesama muslim itu diketahui tutup usia, seyogyanya seorang muslim
melayat dan bertakziyah pada keluarga yang ditinggalkan. Selanjutnya ia bersama
kaum muslimin lainnya mendoakan, menshalatkan, dan ikut mengantarkan
jenazahnya ke tempat pemakaman. Khusus bagi jenazah non-muslim, sebagaimana
yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, kita diperbolehkan melayatnya
dan menghibur keluarganya yang ditinggalkan.
d. Memenuhi undangan
Selain itu, umat muslim pun dituntut untuk ikut bergembira ketika ada saudaranya
sesama muslim yang mendapatkan anugerah Tuhan. Merayakan sebuah resepsi adalah
bukti rasa syukur seorang hamba kepada Tuhannya. Ketika seorang muslim
mengundang muslim lainnya untuk menghadiri acara tasyakurannya, misalnya
walimah, maka sebagai seorang muslim yang diundang harus menghadirinya.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a. mengatakan, bahwa sesungguhnya
Rasulullah s.a.w. bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu diundang pada
suatu resepsi, maka datangilah!” (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 4775, Muslim:
2574, Abu Dawud: 3247, dan Ibnu Majah: 1904. teks hadis di atas riwayat al-
Bukhari)
Kendati demikian, Rasulullah s.a.w. mengkritik secara tegas kebanyakan orang yang
merayakan walimah dengan memilah para undangan berdasarkan kelas ekonomi di
masyarakat. Sikap sombong dan angkuh inilah yang dijadikan inti dari kritik Nabi
s.a.w. berkenaan dengan sebagian praktik walimah di masyarakat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. beliau menuturkan bahwa sesungguhnya Nabi
s.a.w. bersabda, “Seburuk-buruknya makanan adalah makanan yang dihidangkan
dalam acara resepsi pernikahan, orang-orang kaya diundang untuk menghadirinya,
sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Siapa yang tidak menghadiri
undangan, maka sungguh ia telah durhaka pada Allah dan Rasul-Nya.” (Hadis Shahih,
Riwayat al-Bukhari: 4779 dan Muslim: 2585. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari)
e. Mendoakan ketika bersin
Mengenai persoalan bangkis (bersin-bersin), Islam pun tak luput mengatur kode
etiknya. Ketika ada seorang muslim yang bangkis, kemudian mengucapkan hamdalah,
maka seorang muslim yang mendengarnya dianjurkan untuk menjawabnya dengan
doa semoga ia dirahmati Allah. Setelah itu, orang yang bangkis menjawabnya dengan
doa semoga saudaranya itu mendapat petunjuk dan kebaikan dari Allah. Hal ini
sebagaimana diatur dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a,
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda, “Apabila salah
seorang di antara kamu bangkis, maka hendaklah ia mengucapkan “alhamdulillah”
(segala puji bagi Allah). Sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah
mengucapkan “Yarhamkumullah” (semoga Allah merahmatimu). Apabila diucapkan
kepadanya “Yarhamukumullah”, maka hendaklah ia (yang bangkis) menjawab,
“Yahdikumullah wa yushlihu Balakum” (semoga Allah memberi petunjuk padamu
dan menjadikan perkaramu baik).” (Hadis Shahih, Riwayat al-Bukhari: 5756 dan Abu
Dawud: 4377. teks hadis di atas riwayat al-Bukhari)
3. Hormat kepada yang lebih tua.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang muda
menghormati pada orang tua karena tuanya (usianya), melainkan Allah akan
membalas dengan penghormatan orang yang menghormatinya pula dia karena usiaya
kelak.” HR. Tirmidzi dari Anas ra)
Hadits ini memerintahkan kepada kita agar berlaku tawadhu dan ihtiram (menghargai)
kepada orang tua atau yang dituakan.
4. Baik kepada tetangga hormat kepada tamu.
Dalam merealisir “Ihtiram“ dalam pergaulan juga meliputi tetangga dan tamu,
Rasulullah bersabda : “Barang siapa iman kepada Allah dan hari akihirat, maka
hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya dan barang sipa beriman kepada Allah
dan hari akhirat maka hendaklah ia menghormati tamunya.” ( HR. Asy-Syaukhani /
Bukhari-Muslim ).
Ini juga merupakan dua aplikasi wujud kebenaran iman yang benar, dengan kata lain
bahwa setiap seorang mukmin punya tanggung jawab untuk :
Bersikap dan berperilaku baik terhadap tetangga, sikap Ihtiram (saling menghormati)
menimbulkan pergaulan yang sehat dan kehidupan yang tentram.
Sebaliknya berbuat atau berperangai buruk terhadap tetangga akan memperburuk pula
terhadap pergaulan di masyarakat.
Berlaku Ihtiram terhadap tamu artinya sebagai tuan rumah harus menghargai dan
menghormati tamu siapa pun orangnya. Dan sebagai tamu pun harus menghormati
tuan rumah dengan berlaku sopan.

You might also like