You are on page 1of 38

“GERBANG INDAH NUSANTARA” DALAM MENURUNKAN

KEMISKINAN :
BEBERAPA PENGALAMAN PRAKTIK
Tatang A. Taufik

Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Disampaikan dalam Seminar Regional


“Realita, Tantangan, dan Inovasi Daerah Mengurangi
Kemiskinan melalui Pengembangan Ekonomi Lokal”
di Mataram, 11 September 2006
OUTLINE

1. PENDAHULUAN
2. KONSEP/PENDEKATAN
3. BEBERAPA TANTANGAN GENERIK YANG UTAMA
4. PERUMUSAN AGENDA KOLABORASI
5. BEBERAPA PRAKARSA YANG TENGAH
DILAKSANAKAN
6. BEBERAPA PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK
7. BEBERAPA REKOMENDASI
8. CATATAN PENUTUP

Aug 8, 2008 2
PENDAHULUAN
• PEL/D : Peningkatan kesejahteraan ~ penurunan
kemiskinan
• Peningkatan daya saing dan kohesi sosial :
pengetahuan, inovasi, difusi dan pembelajaran ~
sistemik (bersistem dan sistematik)
• Pilar : Pengembangan sistem inovasi ~ Platform dan
pendekatan
• Beberapa pokok pemikiran dan pengalaman praktik

Aug 8, 2008 3
PENDEKATAN : SKEMATIK POLA PIKIR ~
PEL/D
UU No. 18/2002 : Kesejahteraan/
• Mengembangkan perekonomian Kemakmuran
negara
• Meningkatkan dan
menyerasikan sosial budaya
bangsa
• Memperkuat pertahanan negara
Daya Saing dan Kohesi Sosial

Klaster Industri
Sistem Inovasi

Isu-isu Kontekstual

Kecenderungan dan Tantangan Universal 


Kemajuan Iptek, Ekonomi Ekonomi Faktor-faktor
Globalisasi
Inovasi Pengetahuan Jaringan Lokalitas

Aug 8, 2008 4
BEBERAPA LANDASAN LEGISLASI TERKAIT
1. UU No. 18 tahun 2002 (Sisnas P3Iptek):
• Filosofi yang mendasarinya adalah “sistem inovasi” sebagai
• suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan, interaksi dan
proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi
dan difusinya, termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik, serta proses
pembelajaran atau
• sistem yang mengandung dan membentuk keterkaitan yang tidak terpisahkan dan
saling memperkuat antara unsur-unsur kelembagaan, sumber daya, serta jaringan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam satu keseluruhan yang utuh di lingkungan
Negara Republik Indonesia ~ UU No. 18/2002.
• Tujuan Sisnas P3Iptek :
• memperkuat daya dukung ilmu pengetahuan dan teknologi bagi keperluan
mempercepat pencapaian tujuan negara, serta
• meningkatkan daya saing dan kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan
negara dalam pergaulan internasional.

2. Perundangan lain terkait, contoh: UU No. 32 tahun 2004 (Pemerintahan


Daerah) & UU 33/2004 (Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah). UU
32/2004 :
• tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum, dan daya saing daerah (Pasal 2, Ayat 3); dan
• kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban antara lain:
memajukan dan mengembangkan daya saing daerah (Pasal 27, Ayat 1, butir g).

3. UU No. 25 tahun 2004 (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional/SPPN);


4. Perpres No. 7 tahun 2005 (RPJM) dan Kebijakan sektoral/industrial (mis.
KPIN).

Aug 8, 2008 5
PEL/D
• Faktor kunci : perbaikan mindset, melakukan empowering, dan
membangun proses pembelajaran (learning process) semua
pihak (penentu kebijakan, aktor bisnis, akademisi, dan
masyarakat umum)

• Implikasi kebijakan :
• Perlunya fokus strategis dan kerangka kebijakan yang koheren
(strategic focus & coherent policy framework);
• Proses partisipatif dalam merumuskan kebijakan dan menyusun
agenda kolaboratif dan kontekstual;
• Mendorong pola-pola resource & power sharing, dan benefit &
risk sharing dalam mengatasi isu-isu strategis yang menjadi
tanggung jawab bersama;
• Meningkatkan economic and knowledge spillover dan modal
sosial dalam meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
sumber daya, kapabilitas, dan berabagi kemajuan serta
membangun keberdayaan dan kemandirian masyarakat;
• Melakukan akselerasi perbaikan dan mendorong sustainabilitas
dari prakarsa masyarakat maupun langkah-langkah interventif.

Aug 8, 2008 6
KOHERENSI KEBIJAKAN INOVASI
Koherensi kebijakan pada dasarnya setidaknya menyangkut
tiga dimensi, yaitu:
• Koherensi horisontal yang menentukan bahwa masing-masing
kebijakan yang terkait atau kebijakan-kebijakan sektoral
dikembangkan untuk saling mengisi dan/atau memperkuat
atau meminimumkan ketidakkonsistenan (”inkonsistensi”)
dalam tujuan yang (mungkin) saling bertentangan;
• Koherensi vertikal yang menentukan bahwa keluaran yang
dicapai/diperoleh sesuai atau konsisten dengan yang
dimaksudkan (direncanakan) oleh pembuat kebijakan;
• Koherensi temporal yang berkaitan dengan keadaan bahwa
kebijakan yang diambil/ditetapkan saat ini akan tetap efektif di
masa mendatang dengan membatasi potensi ”inkoherensi”
dan dapat memberikan semacam panduan bagi perubahan
(dan berkaitan dengan manajemen transisi).

Aug 8, 2008 7
KERANGKA UMUM POLA KOORDINASI

Prakarsa Tematik dan/atau Spesifik

N
A D
S Dimensi Nasional Dimensi Daerah A
I E
O R
N A
Kerangka Kebijakan Inovasi
A H
L Kondisi Umum (Framework Conditions)

Aug 8, 2008 8
REFORMASI KEBIJAKAN INOVASI
• Perlunya perubahan peran pemerintah dalam kebijakan inovasi untuk
mencapai/mengembangkan koherensi kebijakan dan ”membuka”
(proses kebijakan) serta melakukan reformasi dan memastikan proses
pembelajaran dalam sistem kebijakan, baik pada tataran
nasional/pusat maupun daerah.

• Pentingnya peran aktif dan kepeloporan pemerintah daerah serta


koordinasi yang baik dengan pemerintahan tingkat nasional dan
jaringan internasional. Ini dipandang semakin menentukan
keberhasilan penguatan sistem inovasi dalam peningkatan daya saing
dan kohesi sosial di daerah dan nasional secara keseluruhan.

• Sebagai ikhtiar dalam mendorong pengembangan sistem inovasi


secara sinergis, baik pada tataran nasional maupun daerah yang
sesuai dengan konteks spesifik masing-masing daerah, prakarsa
praktik kebijakan inovasi yang baik perlu dikembangkan secara
bersama dan sebagai agenda bersama. Semangat dan langkah untuk
merealisasikan hal demikian diajukan untuk menjadi keserentakan
gerakan secara nasional – ”Gerakan Membangun Sistem Inovasi dan
Daya Saing Daerah di Seluruh Wilayah Nusantara (Gerbang Indah
Nusantara).”

Aug 8, 2008 9
ISU / TANTANGAN GENERIK:
Kegagalan pasar, kegagalan pemerintah & kegagalan
sistemik

1. Kelemahan kerangka umum.


2. Kelemahan keterkaitan, interaksi &
kerjasama difusi inovasi atau praktik
baik/terbaik dan/atau hasil litbang.
3. Kelemahan kelembagaan dan daya dukung
iptek/litbang serta rendahnya kemampuan
absorpsi UKM.
4. Persoalan budaya inovasi.
5. Kelemahan fokus, rantai nilai, kompetensi &
sumber pembaruan ekonomi dan sosial.
6. Tantangan global.
Aug 8, 2008 10
PERUMUSAN AGENDA KOLABORASI
• Keberhasilan membangun sistem inovasi dalam meningkatkan daya saing dan
kohesi sosial membutuhkan keterpaduan baik pada setiap sektor/bidang atau
tataran yang berbeda maupun antara sektor/bidang atau tataran yang berbeda.
Keserentakan dapat dilakukan melalui pendekatan rule and order dengan
instrumen regulatif yang bersifat mandatory dan mengikat bagi semua pihak.
Namun ini dikhawatirkan memerlukan proses panjang dan dalam kondisi saat
ini bisa kontra produktif. Karenanya, pola koordinasi yang lebih ”terbuka”
dipandang lebih sesuai untuk memprakarsai gerakan.

• Keterpaduan prakarsa sangat ditentukan oleh keberhasilan merumuskan


konsep kerangka kebijakan inovasi (innovation policy framework)
• yang menjadi acuan bersama,
• diterjemahkan ke dalam tindakan dengan sasaran yang jelas dan terukur,
• secara konsisten diimplementasikan,
• dipantau dan dievaluasi, serta
• diperbaiki secara terus-menerus.

• Karena itu, rumusan kerangka kebijakan untuk mengawali agenda kolaboratif


dinilai sebagai salah satu titik masuk penting dalam membangun efektivitas
gerakan ke depan.

• Proses dan produk kebijakan inovasi yang baik pada dasarnya merupakan
proses dan produk pembelajaran. Karena itu “gerakan” perlu memberikan
ruang bagi proses pembelajaran dalam kebijakan, termasuk additionality
dalam agenda tindak kongkrit di lapangan.

Aug 8, 2008 11
BEBERAPA PERTIMBANGAN
• Tema kebijakan inovasi yang dinilai mendasar
(fundamental) dan luas;
• Bersifat universal bagi konteks nasional dan daerah
serta kondisi sektoral/industrial pada umumnya di
Indonesia, namun memberikan ruang fleksibilitas
bagi penyesuaian kekhasan (konteks) lokal/daerah;
• Bidang-bidang yang saling berkaitan dan bersifat
cross-cutting issues;
• Merupakan faktor kunci (sangat penting) bagi
prakarsa-prakarsa berdasarkan situasi saat ini dan
antisipasi ke depan;
• Dapat menjadi agenda kolaboratif pada tataran
nasional dan daerah.

Aug 8, 2008 12
HEKSAGON KEBIJAKAN INOVASI

3 5

2 6
1

• Mengembangkan kerangka umum yang kondusif bagi inovasi


dan bisnis.
• Memperkuat kelembagaan dan daya dukung iptek/litbang dan
mengembangkan kemampuan absorpsi UKM.
• Menumbuhkembangkan kolaborasi bagi inovasi dan
meningkatkan difusi inovasi, praktik baik/terbaik dan/atau hasil
litbang.
• Mendorong budaya inovasi.
• Menumbuhkembangkan dan memperkuat keterpaduan
pemajuan sistem inovasi dan klaster industri nasional dan
daerah.
• Penyelarasan dengan perkembangan global.
Aug 8, 2008 13
BEBERAPA PRAKARSA
• Dialog reformasi kebijakan di tingkat nasional. Ini
termasuk dalam bentuk:
• dialog dalam DRN, fora peningkatan kapasitas di KNRT, focus
Group discussion/FGD Sistem Inovasi Nasional, visi dan misi
iptek 2025, strategi dan prinsip kemitraan iptek, sistem insentif
riset;
• prakarsa sistem pengetahuan/teknologi masyarakat: kajian,
rancangan kebijakan, inventarisasi, dokumentasi,
pengembangan, perlindungan hukum;
• beberapa pemetarencanaan teknologi (technology
roadmapping) terkait dengan program prioritas nasional.
• Kemitraan dengan daerah sebagai dukungan
peningkatan kemampuan daerah (prakarsa
pengembangan sistem inovasi daerah/SID dan
klaster industri/KI di daerah dalam PEL), seperti
• Fora informasi (termasuk awareness campaign), diskusi
dan peningkatan kapasitas stakeholders tentang PEL, SID,
KI dan TIK.

Aug 8, 2008 14
BEBERAPA PRAKARSA
• Panduan dan bantuan teknis dalam
pengembangan/penguatan kelembagaan kolaboratif
di daerah: misalnya dalam pengembangan Dewan
Peningkatan Daya Saing/DPDS, Dewan Riset
Daerah/DRD, Tim Klaster Industri daerah. Daerah
yang tengah didampingi: Kabupaten Tegal,
Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Barru.
Daerah yang direncanakan didampingi: Kota
Pekalongan, Badan Koordinasi Antar Daerah/BKAD
Subosukowonosraten).

• Panduan dan bantuan teknis dalam penyusunan


dokumen Strategi Inovasi Daerah.

Aug 8, 2008 15
BEBERAPA PRAKARSA
• Panduan dan/atau bantuan teknis dalam tematik spesifik
daerah, beberapa contoh:
• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-Government
(model percontohan: Kabupaten Jembrana).
• panduan dan bantuan teknis dalam pengembangan e-Learning
(termasuk kerjasama yang tengah dikembangkan dengan UNDIKSHA –
Singaraja).
• kemitraan dan bantuan teknis dalam pengembangan pemuda
pewirausaha pemula inovatif (bekerjasama dengan Kementerian
pemuda dan Olah Raga).
• kolaborasi nasional dan daerah dalam pengembangan dan
pemanfaatan, serta difusi open source software/OSS (filosofi using
more is better; Digital Retrieval - Local & Global; Collaborative Work
Group Software; Tele/distance Capabilities. Ini juga sebagai upaya
dalam mengatasi isu digital/knowledge divide).
• bantuan teknis dalam pengembangan stasiun TV lokal di daerah
perbatasan.
• Peningkatan peran swasta dalam PEL (forum nasional
corporate social responsibility/CSR, peningkatan kapasitas
stakeholder dalam PEL)
• Kemitraan litbang dengan swasta, termasuk UKM.

Aug 8, 2008 16
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK
• Kerangka kebijakan. Kerangka kebijakan yang “sesuai dan disepakati
bersama” perlu dikembangkan sebagai pijakan (platform) para pihak untuk
membangun langkah yang lebih terpadu. Reformasi kebijakan perlu
diletakkan dalam agenda jangka panjang dan dilakukan dengan
kesungguhan, konsisten dan bertahap.

• Peningkatan kapasitas penentu kebijakan dan stakeholder.


Reformasi kebijakan adalah suatu proses pembelajaran, bukan saja bagi para
penentu kebijakan tetapi juga beneficiaries dan stakeholders kunci lainnya.
Cara dan kemampuan/keterampilan para pihak perlu dikembangkan agar
semakin mampu menghasilkan proses dan produk kebijakan yang semakin
baik.

• Proses partisipatif. Setiap pihak memiliki peran masing-masing yang


perlu terus dikembangkan. Namun kebijakan yang baik memerlukan peran
dan upaya komplementatif dan sinergis banyak pihak. Proses partisipatif
merupakan cara yang sesuai dalam melakukan reformasi kebijakan,
menumbuhkembangkan proses pembelajaran kebijakan dan merupakan
investasi sangat penting dalam membangun modal sosial.

• Intensitas interaksi fasilitator, pakar, penentu kebijakan dan


aktor/stakeholders kunci lain. Intensitas interaksi fasilitator, pakar,
penentu kebijakan dan aktor/stakeholders kunci lain sangat mempengaruhi
“keberhasilan” dalam mengawali dan memelihara momentum prakarsa
tindakan kolaboratif.

Aug 8, 2008 17
PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK ~
Tantangan
• Proses panjang untuk meningkatkan pemahaman tentang beberapa
konsep dan praktik, termasuk membangun “kemitraan” yang
sinergis.
• Perbaikan paradigma, perubahan mindset, sikap dan cara tindak
semua aktor (penentu kebijakan, swasta, ornop, dan masyarakat). Ini
juga terkait dengan good will, willingness to change, komitmen mitra
dan komitmen bersama.
• Dimensi politik.
• Local champions, pioneering, leadership dan pelembagaan proses.
• Langkah-langkah “kecil” dan momentum perbaikan.
• Komunikasi.
• One size doesn’t fit all. Upaya pengembangan/penguatan sistem
inovasi daerah memang dapat memanfaatkan “pelajaran” dari pihak
lain (daerah/negara lain), termasuk memanfaatkan praktik-praktik
baik/terbaik (good/best practices). Para pihak pun sebenarnya tidak
perlu “terjebak” dalam reinventing the wheel. Akan tetapi segi-segi
positif universal yang diperoleh (dari keberhasilan/kegagalan) tetap
memerlukan “penyesuaian” kontekstual sesuai dengan karakteristik
dan perkembangan masing-masing “kasus” daerah.

Aug 8, 2008 18
REKOMENDASI PERAN DAERAH
• Menyusun dan memperbaiki strategi inovasi daerah
masing-masing secara terus-menerus, menetapkan
tujuan strategis kebijakan dan sasaran-sasarannya
sesuai dengan konteks masing-masing daerah, serta
mengimplementasikannya secara konsisten;
• Mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak
yang berkompeten (misalnya DRN, KRT,
kementerian/departemen terkait, lembaga litbang dan
perguruan tinggi dan/atau lembaga lainnya) dalam
upaya-upaya pengembangan sistem inovasi daerah,
termasuk penataan/ pengembangan basisdata
(indikator) penting di masing-masing daerah (khususnya
yang relevan dengan sistem inovasi dan daya saing)
yang sedapat mungkin kompatibel dengan daerah lain
dan nasional;
• Berpartisipasi aktif dalam prakarsa pembelajaran
inovasi, termasuk kebijakan inovasi.
Aug 8, 2008 19
SETIAP DAERAH PERLU PROAKTIF

 Membuat/menetapkan inovasi sebagai “jantung” pembaruan/


pembangunan dalam keseluruhan bidang ekonomi di setiap
daerah;
 Memperbaiki kerangka dan instrumen legislasi serta iklim
daerah yang mendukung/kondusif bagi perkembangan inovasi
dan bisnis;
 Mengembangkan pasar yang dinamis bagi inovasi,
pengetahuan/ teknologi dan praktik-praktik baik;
 Meningkatkan investasi dalam inovasi;
 Memperkuat manajemen bidang-bidang kebijakan;
 Mengembangkan keterampilan/kapasitas bagi pembelajaran
kebijakan inovasi;
 Mengembangkan penadbiran inovasi (innovation governance)
yang efisien, termasuk kerangka dan instrumen-instrumen
kebijakan yang fokus sesuai dengan konteks daerah.

Aug 8, 2008 20
PERAN NASIONAL

• Mengembangkan kerangka kebijakan inovasi yang terkoordinasi


dan terpadu sebagai acuan bagi para pihak dalam
melaksanakan perannya dalam pengembangan sistem inovasi
di Indonesia;
• Meningkatkan koherensi beragam kebijakan di bawah ranah
kompetensinya (mandatnya) sebagai bagian integral dari
kebijakan inovasi nasional;
• Mengembangkan program/kegiatan prioritas dalam kerangka
sistem inovasi nasional, termasuk misalnya program payung,
pola hibah bersaing dan/atau bentuk-bentuk patungan
(sharing) ”pusat – daerah,” pola pembiayaan set aside
dan/atau kemungkinan pola anggaran struktural DAU, DAK
atau dekonsentrasi;
• Memprakarsai/mengembangkan kerangka proses pembelajaran
dalam kebijakan inovasi;
• Bekerjasama dengan daerah dalam mengembangkan program
terpadu pengembangan sistem inovasi dan melakukan
pengkajian bersama berkaitan dengan proses pengembangan
sistem inovasi, kebijakan inovasi dan kinerjanya;
• Mengembangkan prakarsa percontohan, bekerjasama dengan
beberapa daerah;

Aug 8, 2008 21
PERAN NASIONAL

• Mendorong inovasi di sektor swasta dan publik dengan


mengorganisasikan pertukaran informasi dan pengalaman
dalam mendorong dan mendiseminasikan informasi tentang
inovasi di lingkungan industri dan sektor publik;
• Memprakarsai dan mendorong upaya peningkatan kapasitas para
pihak (misalnya melalui pelatihan, semiloka, kampanye
keperdulian dan upaya relevan lainnya) terkait dengan
kebijakan dan faktor/aspek penting yang mempengaruhi
kinerja inovasi dan daya saing bisnis dan daerah;
• Mengembangkan kerjasama internasional dalam pengembangan
sistem inovasi, termasuk dalam penadbiran kebijakan
inovasi;
• Mendorong difusi praktik-praktik baik (termasuk penadbiran
kebijakan inovasi) di seluruh wilayah Indonesia;
• Menyebarluaskan pelaporan/publikasi berkaitan dengan
perkembangan sistem inovasi di Indonesia.

Aug 8, 2008 22
PERAN BERSAMA

• Mengembangkan mekanisme yang sesuai bagi koordinasi


horisontal maupun “vertikal” untuk mengatasi secara
bertahap persoalan-persoalan koherensi pada berbagai
dimensi;
• Mengembangkan prakarsa bersama mekanisme koordinasi,
terutama mekanisme koordinasi terbuka, sebagai salah satu
cara untuk lebih memungkinkan proses pembelajaran
bersama dalam pengembangan dan implementasi kebijakan
inovasi;
• Meningkatkan kerjasama dan prakarsa-prakarsa bersama
(kolaboratif) terutama dalam mengembangkan kerangka
bersama (di daerah, daerah – daerah, dan daerah –
pusat/nasional, maupun untuk kerjasama internasional) dalam
rangka memperkuat inovasi di seluruh wilayah Indonesia.

Aug 8, 2008 23
DESAIN AKTIVITAS AWAL

WP 1: Forum pertemuan dan Sekretariat:


WP Leader : . . .

WP 3: Perluasan pemahaman,
community of practice, bantuan
teknis
WP leader : . . . .
WP leader : . . . . WP 5: Fora/ Konferensi
nasional dan antologi

WP leader : . . . .
WP 4: Pemetaan, identifikasi
WP 2: Aktor, aktivitas, dan Isu/kebutuhan nasional, kajian
metodologi kebijakan
WP leader : . . . .
WP leader : . . . .

Aug 8, 2008 24
DESAIN AKTIVITAS AWAL
• WP 1. Forum: Sekretariat dan Seri Pertemuan: Diskusi,
pembelajaran, pertukaran pengalaman.
• WP 2. Pemetaan Aktor, Aktivitas Penting, dan Metodologi
terkait dengan Sistem Inovasi dan Kebijakan Inovasi:
Pemutakhiran pemetaan aktor/stakeholders kunci dan
deskripsi aktivitas terkait dengan sistem inovasi di daerah,
wilayah tertentu dan/atau Indonesia.
• WP 3. Perluasan Pemahaman, Pengembangan Community of
Practice, Bantuan Teknis (Technical Assistance): Peningkatan
kapasitas penentu kebijakan, peneliti, dan stakeholders kunci
lain, serta pengembangan jaringan kemitraan; dan Bantuan
teknis.
• WP 4. Pemetaan, Identifikasi Isu/Kebutuhan Nasional, Kajian
Inovasi: Kajian, advokasi, advis kebijakan; dan penghimpunan
dan diseminasi “praktik baik/terbaik.”
• WP 5: Fora/Konferensi nasional dan Antologi: Konferensi
nasional sistem inovasi dan kebijakan inovasi, serta
“penghimpunan” bahan dan hasil (pengembangan knowledge
management).

Aug 8, 2008 25
PENUTUP
• Peningkatan daya saing dan kohesi sosial perlu menjadi strategi
pokok dalam PEL/D dalam rangka peningkatan
kesejahteraan/penurunan kemiskinan di daerah. Pilar dalam hal ini
adalah pengembangan/penguatan sistem inovasi daerah.

• Dalam praktik implementasinya, konsep/pendekatan sistem inovasi


dan klaster industri dapat diibaratkan sebagai dua sisi dari mata uang
logam daya saing. Melalui semangat berkompetisi dan berkolaborasi,
para aktor perlu semakin mampu untuk bermain sesuai dengan
peran/fungsi dan kompetensi yang dibutuhkannya dalam membentuk
dan memperbaiki mata uang logam yang semakin bernilai.

• Gerbang Indah Nusantara pada intinya merupakan suatu upaya untuk


memperbaiki proses koordinasi dan sebagai semangat dan ajakan
keprakarsaan (kepeloporan) bersama, untuk menumbuhkembangkan
kolaborasi sinergis dalam pengembangan/penguatan sistem inovasi
daerah. Ini, secara bertahap, diharapkan dapat menjadi gerakan
bersama para pemangku kepentingan (setiap sektor ekonomi
dan/atau pembangunan, setiap tataran pemerintahan, setiap
daerah/wilayah, dan “lintas bidang”) dalam mengembangkan/
memperkuat sistem inovasi (daerah dan nasional) sebagai landasan
dan pilar peningkatan daya saing dan kohesi sosial dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi dan
semakin adil.

Aug 8, 2008 26
PENUTUP
• Heksagon kebijakan inovasi ditawarkan sebagai advis bagi kerangka
kebijakan inovasi (innovation policy framework) nasional dan daerah
diusulkan dan dapat menjadi tititk masuk dan/atau pijakan untuk
memperbaiki koordinasi dan meningkatkan koherensi kebijakan.
• Bagaimana pun, keberhasilan suatu gerakan berpangkal dari SDM
yang memiliki “idealisme” dan menjunjung moral/etika untuk
melakukan perbaikan, semangat perbaikan sikap, perilaku dan
keterampilan, berkembang menjadi budaya. Setiap daerah pun perlu
berupaya mengatasi “kekurang-memadaian SDM berkualitas”
dan/atau “kesenjangan” pengetahuan, serta mendorong secara
agresif upaya-upaya reversed brain drain. Langkah-langkah yang
dikembangkan akan perlu mencapai suatu “masa kritis” (critical
mass), agar menjadi gerakan yang mampu membawa kepada
perbaikan signifikan.
• Inovasi pada umumnya tidak terjadi dalam keterisolasian. Karena itu,
mengembangkan/memperkuat jaringan dan kemitraan perlu dilakukan
dalam berbagai segi dan proses pengembangan/penguatan sistem
inovasi daerah. Pengembangan/penguatan sistem inovasi daerah
merupakan suatu proses pembelajaran bersama, yang
keberhasilannya pada akhirnya akan ditentukan oleh kesungguhan
dan konsistensi para pihak yang terlibat.

Aug 8, 2008 27
WHY CHANGE?

Insanity is doing the same


thing over and over again
and expecting different . . .

‘If you do
what you always did,
you will get
Albert Einstein
what you always got’
We cannot solve problems
using the same kind of thinking
we used when we created them . .
Aug 8, 2008
.. 28
PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Terimakasih
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung BPPT II, Lt 21
Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta 10340
Telp. (021)-3169813
Fax. (021)-3169811
E-mail: tik@inn.bppt.go.id
http: //www.inn.bppt.go.id

Aug 8, 2008 29
FAKTOR PENTING : Sisnas P3Iptek

• Faktor pertama adalah kemampuan menumbuhkan


jaringan antara unsur-unsur kelembagaan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk membentuk rantai
yang mengaitkan kemampuan melakukan pembaruan di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
kemampuan memanfaatkan kemajuan yang terjadi ke
dalam barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomis.
Melalui jaringan itu terjadi berbagai bentuk transaksi
sehingga sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalir dari unsur kelembagaan yang satu ke unsur
kelembagaan yang lain. Dengan demikian, sumber daya
yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif.
• Faktor kedua adalah kemampuan menumbuhkan iklim
usaha yang kompetitif . . . .
• Faktor ketiga adalah kemampuan menumbuhkan daya
dukung . . .

Aug 8, 2008 30
Tujuan Sisnas P3Iptek

• Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan


Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan
memperkuat daya dukung ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi keperluan mempercepat pencapaian
tujuan negara, serta meningkatkan daya saing dan
kemandirian dalam memperjuangkan kepentingan
negara dalam pergaulan internasional.

Aug 8, 2008 31
Pasal 5 dan 13 UU No. 18 tahun 2002

• Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan


Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berfungsi
membentuk pola hubungan yang saling memperkuat
antara unsur penguasaan, pemanfaatan, dan
pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam satu
keseluruhan yang utuh untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
• Unsur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri
atas unsur kelembagaan, unsur sumber daya, dan
unsur jaringan ilmu pengetahuan dan teknologi.
• Pasal 13 : Pemerintah mendorong kerja sama antara
semua unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam pengembangan jaringan informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi

Aug 8, 2008 32
Pasal 15 UU No. 18 tahun 2002
• Jaringan Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan,
dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
berfungsi membentuk jalinan hubungan interaktif yang
memadukan unsur-unsur kelembagaan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan kinerja
dan manfaat yang lebih besar dari keseluruhan yang
dapat dihasilkan oleh masing-masing unsur
kelembagaan secara sendiri-sendiri. ~ SINERGI
POSITIF
• Untuk mengembangkan jaringan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), perguruan tinggi, lembaga litbang, badan
usaha, dan lembaga penunjang, wajib mengusahakan
kemitraan dalam hubungan yang saling mengisi,
melengkapi, memperkuat, dan menghindarkan terjadinya
tumpang tindih yang merupakan pemborosan. ~
KEMITRAAN

Aug 8, 2008 33
UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah

 tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan


kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan
daya saing daerah (Pasal 2, Ayat 3); dan
 kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai
kewajiban antara lain: memajukan dan
mengembangkan daya saing daerah (Pasal 27, Ayat
1, butir g).

“Pengetahuan, teknologi, inovasi, difusi” ~


elemen sangat penting bagi pencapaian tujuan
tersebut.

Aug 8, 2008 34
SISTEM INOVASI
Permintaan (Demand)
Konsumen (permintaan akhir)
Produsen (permintaan antara)

Sistem Pendidikan Sistem Industri


dan Litbang
Sistem Politik Perusahaan
Pendidikan dan Besar
Pelatihan Profesi Intermediaries
Pemerintah Lembaga Riset
Pendidikan Tinggi Brokers UKM “Matang/
dan Litbang Mapan”
Penadbiran
(Governance)
Litbang Pemerintah PPBT
Kebijakan RPT
Supra- dan Infrastruktur Khusus
Standar dan Dukungan Inovasi HKI dan Perbankan
Norma dan Bisnis Informasi Modal Ventura

Framework Conditions
Kondisi Umum dan Lingkungan Kebijakan pada Tataran Internasional, Pemerintah Nasional, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Kebijakan Industri/ Budaya
Kebijakan Ekonomi Kebijakan Keuangan • Sikap dan nilai
• Sektoral
Kebijakan ekonomi makro • Keterbukaan terhadap
• Kebijakan moneter Kebijakan Promosi & Infrastruktur Umum/
• pembelajaran dan
Kebijakan fiskal Investasi Dasar
• perubahan
Kebijakan pajak • Kecenderungan terhadap
• Kebijakan perdagangan Alamiah
• SDA (Natural Endowment) Inovasi dan kewirausahaan
Kebijakan persaingan • Mobilitas

Sumber : Taufik (2005) Catatan : RPT = Riset dan Pengembangan Teknologi (Research and Technology Development)
PPBT = Perusahaan Pemula (Baru) Berbasis Teknologi.
Aug 8, 2008 35
SISTEM INOVASI DAN KEBIJAKAN INOVASI

 Sistem Inovasi: suatu kesatuan dari sehimpunan aktor,


kelembagaan, hubungan, interaksi dan proses produktif yang
mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan
difusinya (termasuk teknologi dan praktik baik/terbaik), serta
proses pembelajaran.
 Kebijakan inovasi (innovation policy) merupakan kelompok
kebijakan yang mempengaruhi kemajuan-kemajuan teknis dan
bentuk inovasi lainnya, yang pada dasarnya bertujuan:
 Membangun/mengembangkan kapasitas inovatif setiap “simpul”
(fungsi/kegiatan/proses) dalam sistem inovasi;
 Meningkatkan/memperlancar aliran pengetahuan dalam dan
antarfungsi/kegiatan/proses dalam sistem inovasi (ini juga berarti
meningkatkan proses pembelajaran dalam sistem); dan
 Memperkuat hubungan dan keterkaitan rantai nilai vertikal dan
horisontal antar- fungsi/kegiatan/proses produksi, litbang, adopsi
dan difusi (termasuk komersialisasi) dan fungsi/kegiatan/proses
penunjang dalam sistem inovasi.

Aug 8, 2008 36
Kerangka Kebijakan Inovasi
Kebijakan Ekonomi Makro
 Moneter
Kebijakan Pendidikan  Fiskal Kebijakan Industri
 Pengetahuan dan  Investasi
 Perdagangan
Keterampilan  Perpajakan - Subsidi
 Kreativitas  Insentif
 Profesionalisme  Regulasi - Deregulasi
 Kewirausahaan

Kebijakan Litbang Kebijakan Inovasi Kebijakan Daerah

Kebijakan Sains Kebijakan Teknologi

Kemajuan Industri: Daya Saing, Kapasitas Inovatif,


Tingkat Difusi, Pembelajaran, Kewirausahaan

Perbaikan Bisnis
yang Ada

Perkembangan
Perkembangan
Bisnis Pemula
Investasi
yang Inovatif

Aug 8, 2008 37
MEMBANGUN KEUNGGULAN DAYA
SAING DAERAH

Produk

• SDM
• Kompetensi
• Spesialisasi
Organisasi/Perus. ~ Mikro

• Himpunan SDM & Entitas Organisasi


• Hubungan - Jaringan - Interaksi
• Kolaborasi - Sinergi

SISTEM INOVASI - KLASTER INDUSTRI ~ Meso

Faktor Lokalitas & Konteks Global


DAERAH ~ Makro

Aug 8, 2008 38

You might also like