Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Karlina (081810301055)
LABORATORIUM BIOKIMIA
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS JEMBER
2010
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
BAB I. PENDAHULUAN
(id.wikipedia.org/wiki/Nenas).
2.2 Enzim
Enzim adalah suatu biokatalisator yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan
dapat membantu mempercepat reaksi biokimia tertentu. Enzim yang terdapat
dalam makanan dapat berasal dari bahan mentahnya atau mikroorganisme yang
terdapat pada makanan tersebut. Bahan makanan seperti daging, ikan susu, buah-
buahan dan biji-bijian mengandung enzim tertentu secara normal ikut aktif
bekerja di dalam bahan tersebut. Enzim dapat menyebabkan perubahan dalam
bahan pangan. Perubahan itu dapat menguntungkan ini dapat dikembangkan
semaksimal mungkin, tetapi yang merugikan harus dicegah. Perubahan yang
terjadi dapat berupa rasa, warna, bentuk, kalori, dan sifat-sifat lainnya.
Enzim merupakan biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino
dalam komposisi dan susunan rantai yang teregulasi dan tetap. Enzim memegang
peranan sangat penting dalam berbagai reaksi intra sel. sebagai protein, enzim
diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi termasuk
konversi energi dan metabolisme defensif sel.
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
Kata enzyme atau enzim berasal dari kata Yunani, en (in) dan zyme yang
berarti sesuatu di dalam sel. Istilah enzyme dikemukakan untuk pertama kalinya
oleh Kuhne yang banyak mengadakan penyelidikan tentang fermentasi pada tahun
1878. Selanjutnya Büchner menemukan bahan cairan sel ragi yang masih mampu
melakukan fermentasi seperti yang dilakukan oleh sel hidupnya (Lehninger,
1997). Enzim dihasilkan oleh sel hidup (eukariota dan prokariota) dan berfungsi
sebagai katalis biologis yang spesifik, namun aktivitasnya dipengaruhi oleh
kondisi fisik dan kimia. Enzim dapat bereaksi dengan substansi asam atau basa,
memiliki sensitifitas tinggi dan termolabil, akan mengalami denaturasi karena
panas, asam, basa, garam organik, radiasi, pelarut organik, dan dapat mengalami
presipitasi (Pandey and Sinha, 1997).
Enzim memiliki massa molekuler 1,2 x 104 hingga lebih dari 1 juta Dalton,
sehingga enzim tampak berukuran amat besar dibanding substrat atau gugus
fungsional targetnya. Beberapa enzim dikenal sebagai protein sederhana karena
hanya terdiri dari polipeptida, tidak mengandung gugus kimiawi selain residu
asam amino, dan aktivitas katalitiknya hanya bergantung pada struktur proteinnya
tersebut. Enzim kompleks memerlukan tambahan komponen kimia bagi
aktivitasnya atau yang disebut kofaktor. Kofaktor dapat berupa suatu molekul
anorganik seperti Mo, Se, ion Fe2+, Fe3+, Mn2+, Zn2+, Cu2+, Mg2+, K+ atau Ni2+,
maupun suatu molekul organik kompleks yang disebut koenzim. Beberapa enzim
membutuhkan baik koenzim maupun satu atau lebih ion logam bagi aktivitasnya.
Pada beberapa enzim, koenzim atau ion logam hanya terikat secara lemah atau
dalam waktu sementara pada protein, namun pada enzim lain senyawa ini terikat
kuat, atau terikat secara permanen yang dalam hal ini disebut gugus prostetik.
Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama dengan
koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim. Koenzim dan ion logam
bersifat stabil sewaktu pemanasan, sedangkan bagian protein yang disebut
apoenzim, terdenaturasi oleh pemanasan. Spesifitas enzim dipengaruhi oleh sifat
ikatan enzim, substrat dan sifat gugusan katalitiknya yang juga dipengaruhi oleh
kofaktor-kofaktor organik maupun ion hidrogen yang ada (Lehninger, 1997).
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
E+S ES E+P
kovalen dengan rantai polipeptida enzim tersebut. Adapun deretan asam amino
disekitar lokasi aktifnya :
-Cys – Gly – Ala – Cys – Trp
Asn – Gly – Asp – Pro – Cys – Gly – Ala – Cys – Cys – Trp
Sistein (Cys) menunjukkan tempat lokasi aktifnya (Tookong, 1979).
Sebagian besar enzim bromelain digunakan untuk mempertahankan
ketahanan daging pada suhu dingin dan untuk melunakkan daging (Soebowo,
1992). Nenas liar mengandung lebih banyak bromelain dari pada nenas yang
dibudidayakan. Namun, nenas yang mudah didapat adalah nenas budidaya
sehingga dalam praktikum digunakan nenas budidaya dengan jumlah yang lebih
banyak agar didapatkan lebih banyak enzim bromelain. Kandungan protein setiap
bagian nenas bermacam – macam yaitu :
Kandungan Enzim Bromelain pada Tanaman Nenas (Omar dkk, 1978).
Bagian Tanaman Persen (%)
2.7 Protein
Protein adalah suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh manusia
yaitu sebagai zat pembangun, bahan bakar, dan zat pengatur. Sebagai bahan
pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang
terjadi di dalam tubuh, terutama pada masa pertumbuhan. Protein juga mengatur
berbagai proses di dalam tubuh, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya
enzim, hormon, antibodi dan lain-lain (Poedjiadi, 1994).
Protein merupakan suatu polipeptida yang mempunyai berat molekul yang
sangat bervariasi, berkisar antara 5000 bagi protein kecil sampai jutaan atau lebih,
pada protein dengan rantai polipeptida yang panjang (Lehninger, 1995).
Bila suatu protein dihidrolisa dengan asam alkali atau enzim akan
dihasilkan campuran asam-asam amino. Sebuah molekul asam amino terdiri dari
sebuah gugus amino, gugus karboksil, atom hidrogen dan gugus R yang terikat
pada sebuah atom C yang dikenal sebagai α (Winarno, 1992).
Struktur molekul asam amino dapat dilihat pada gambar :
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
H
H O
N C C
H OH
R
Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino yang saling berikatan
satu sama lain. Ikatan antara asam amino yang lain dengan mengeluarkan satu
molekul air, ikatan ini sering disebut ikatan peptida (Arbianto, 1996). Gugus
karboksil suatu asam amino berikatan dengan gugus amino dari molekul asam
amino lain kaan menghasilkan dipeptida. Kemudian gugus asam amino dan
karboksil bebas dari peptida tersebut dapat bereaksi lagi dengan asam-asam amino
lainnya membentuk polipeptida. Ikatan peptida tersebut dapat dilihat pada
gambar:
H O H H O
H2N C C N C C OH
R1 R2
CBB G 250 merupakan zat pewarna protein. Zat warna tersebut berupa 3 bentuk:
kation (merah), netral (hijau), anion (biru). Dalam keadaan asam, zat warna
dominan dalam bentuk kationik terprotonasi ganda yang berwarna merah
(Amax=470nm). Ketika berikatan dengan protein maka terkonversi menjadi bentuk
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
stabil yang tidak terprotonasi. Ini merupakan bentuk komplek protein yang
berwarna biru yang terdeteksi pada panjang gelombang 595 nm yang di uji
dengan spektrofotometer.
Beberapa interaksi zat kimia protein dan zat kimia berwarna akan memberi
gangguan terhadap hasil uji yang dilakukan. Gangguan tersebut salah satunya
disebabkan adanya senyawa non-protein yang memiliki kemampuan dari untuk
menggeser tingkat keseimbangan dari zat warna diantara 3 spesi berwarna.
Gangguan-gangguan tersebut dapat diminimalisasi atau dihilangkan dengan cara
menggunakan protein BSA atau bovine gamma-globulin.
Metode Bradford merupakan salah satu metode penentuan kadar protein
yang menggunakan standart BSA. Standart BSA digunakan karena biayanya
murah, mudah dalam memperolehnya serta BSA cenderung lebih sensitif dari
pada protein secara umum. BSA merupakan standart yang relatif yang baik.
Standart relatif yang baik adalah standart protein yang memberikan warna yang
hampir sama dengan protein yang di uji.
Metode Bradford didasarkan pada pengikatan secara langsung zat warna
Coomassine Brilliant Blue G250 (CBBG) oleh protein yang mengandung residu
asam amino dengan rantai samping aromatik (Tyrosine, Tryptophan dan
Phenylalanine) atau bersifat basa (Arginine, Histidine dan Leucine). Reagen CBB
G 250 bebas berwarna merah-kecoklatan (λmaks 470 nm), sedangkan dalam
suasana asam reagen CBBG akan berada dalam bentuk anion yang akan mengikat
protein membentuk warna biru (λmaks 595 nm). Jumlah CBBG yang terikat pada
protein proporsional dengan muatan positif yang ditemukan pada protein. Ikatan
yang terjadi merupakan ikatan ionik, karena muatan negatif CBB G 250 akan
berikatan dengan muatan positif yang dimiliki seluruh protein. Metode ini relatif
cepat, spesifik, dan sensitif untuk protein. Metode Bradfoed lebih aman karena
hanya tanin dan sesium klorida yang menjadi inhibitor pada metode ini. Selain itu
kelebihan dari metode Bradfoed ini adalah bersifat insensitif terhadap interference
dan reagen yang biasa terdapat dalam larutan protein.dengan kata lain,tidak
pengaruh terhadap zat lain (Cahya Panji, 2010).
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
3.1.2 Bahan
Buah nenas
70 ml NaCl pH 7
100 gram NH4SO4
80 ml NaCl pH 5
Larutan BSA 5 ml
Kasein 5 ml
Reagen bradford
30 gram NaH2PO4
60 gram Na2HPO4
Aquades
Aquademin
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
d. Uji keoptimalan pH
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
d. Uji keoptimalan pH
Hasil(1), hasil(2), dan hasil(3) yang diperoleh diatur dengan pH 3; 5; 6
dengan suhu 25°C. Ditambah 1 mL kasein (substrat) kemudian diukur
Absorbannya dengan spektrometer yang dihubungkan dengan AVO meter.
Kurva Kalibrasi
0.98
0.96
0.94
0.92
Absorbans
0.9
0.88
0.86
0.84
0.82
0.8
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
y = 0.011x + 0.845
Konsentrasi
R² = 0.654
Pelet 1 pH 3
8.00E-02 E+S ES
7.50E-02 E
Tegangan (mV)
7.00E-02
ES 0,0122 mV
6.50E-02
0,019 mV
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
13:49:26 13:50:53 13:52:19 13:53:46 13:55:12 13:56:38
Waktu
menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan laju konstan dari kurva pada
tegangan 0,0610 mV dari jam 13:52:17 sampai jam 13:55:47 yang berbeda
dengan laju konstan awal sebelum penambahan kasein yaitu pada tegangan 0,0733
mV.
Pelet 1 pH 5
8.00E-02 E+S ES
7.50E-02 E
Tegangan (mV)
7.00E-02 ES 0,0106 mV
6.50E-02 0,0161 mV
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:03:50 14:04:34 14:05:17 14:06:00 14:06:43 14:07:26 14:08:10
Waktu
Pelet 1 pH 6
E+S ES
8.00E-02
E
7.50E-02
ES
Tegangan (mV)
7.00E-02 0,0085 mV
0,0161 mV
6.50E-02
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:10:1914:11:0214:11:4614:12:2914:13:1214:13:5514:14:3814:15:22
Waktu
Pelet 2 pH 3
8.00E-02 E+S ES
7.50E-02 E
Tegangan (mV)
7.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:16:0514:16:4814:17:3114:18:1414:18:5814:19:4114:20:2414:21:07
Waktu
14:17:17. Setelah itu kurva kembali turun selama 10 detik sampai tegangan
0,0553 mV pada jam 14:17:27 dan konstan selama 10 detik sampai jam 14:17:37.
Setelah jam 14:17:37 kurva naik kembali terus menerus selama 60 detik dari jam
14:17:47 dengan tegangan 0.0554 mV sampai jam 14:18:47 dengan tegangan
0,0567 selama 60 detik dan dari jam 14:18:47 akhirnya kurva konstan pada
tegangan 0,0567 mV sampai akhir pengamatan pada jam 14:20:17. Naik turunnya
kurva terjadi selama 110 detik setelah penambahan kasein menunjukkan reaksi
kesetimbangan yang terjadi antara enzim bromelein dengan kasein yang menuju
kesetimbangan dengan kompleks enzim subtrat. Namun, suasana asam pada
larutan yaitu pH 3 menyebabkan kompleks enzim bromelein dengan kasein stabil
tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan laju konstan dari kurva pada
tegangan 0,0567 mV dari jam 14:18:47 sampai jam 14:20:17 yang berbeda
dengan laju konstan awal sebelum penambahan kasein yaitu pada tegangan 0,0734
mV.
Pelet 2 pH 5
E+S ES
7.50E-02
E
7.00E-02
Tegangan (mV)
0,0113 mV 0,0119 mV
6.50E-02 ES
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:21:5014:22:3414:23:1714:24:0014:24:4314:25:2614:26:1014:26:53
Waktu
bergerak turun selama 10 detik sampai tegangan 0, 0604 mV pada jam 14:23:00
yang menunjukkan adanya aktifitas enzim bromelein terhadap kasein yaitu
pembentukan kompleks enzim bromelein dengan kasein. Setelah jam 14:23:00
kurva kembali naik terus-menerus selama 20 detik sampai tegangan 0,0619 mV
pada jam 14:23:20 Setelah itu kurva kembali turun menerus selama 50 detik dari
tegangan 0,0609 mV pada jam 14:23:20 sampai jam 14:24:10 dengan tegangan
0,0598. Pada jam 14:24:10 akhirnya kurva konstan pada tegangan 0,0598 mV
sampai akhir pengamatan pada jam 14:26:20. Naik turunnya kurva terjadi selama
80 detik setelah penambahan kasein menunjukkan reaksi kesetimbangan yang
terjadi antara enzim bromelein dengan kasein yang menuju kesetimbangan dengan
kompleks enzim subtrat (ES). Namun, suasana asam pada larutan yaitu pH 5
menyebabkan kompleks enzim bromelein dengan kasein stabil tanpa
menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan laju konstan dari kurva pada
tegangan 0,0598 mV dari jam 14:24:10 sampai jam 14:26:20 yang berbeda
dengan laju konstan awal sebelum penambahan kasein yaitu pada tegangan 0,0717
mV.
Pelet 2 pH 6
E+S ES
7.50E-02
E
7.00E-02 ES
0,0068 mV 0,0064 mV
Tegangan (mV)
6.50E-02
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:26:5314:27:3614:28:1914:29:0214:29:4614:30:2914:31:1214:31:55
Waktu
enzim bromelein sudah stabil selama 20 detik sampai jam 14:27:53, kemudian
ditambahkan 10 µL kasein 0,001%. Setelah penambahan kasein 0,001% pada jam
14:27:53, kurva tegangan bergerak turun selama 20 detik sampai tegangan 0, 0592
mV pada jam 14:28:13 yang menunjukkan adanya aktifitas enzim bromelein
terhadap kasein yaitu pembentukan kompleks enzim bromelein dengan kasein.
Setelah jam 14:28:13 kurva kembali naik terus-menerus selama 30 detik sampai
tegangan 0,0686 mV pada jam 14:28:43 dan turun terus-menerus selama 90 detik
sampai jam 14:30:13 dengan tegangan 0,0658 mV. Akhirnya kurva konstan pada
tegangan 0,0658 mV dari 14:30:13 sampai akhir pengamatan pada jam 14:31:33.
Naik turunnya kurva terjadi selama 140 detik setelah penambahan kasein
menunjukkan reaksi kesetimbangan yang terjadi antara enzim bromelein dengan
kasein yang menuju kesetimbangan dengan kompleks enzim subtrat. Namun,
suasana asam pada larutan yaitu pH 6 menyebabkan kompleks enzim bromelein
dengan kasein stabil tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan laju
konstan dari kurva pada tegangan 0,0658 mV dari jam 14:30:13 sampai jam
14:31:33 yang berbeda dengan laju konstan awal sebelum penambahan kasein
yaitu pada tegangan 0,0722 mV.
Penentuan pH optimum dari fraksinasi 50% – 75% (pelet(3)) diperoleh
berbagai aktifitas enzim bromelein dengan pH yang berbeda yang disajikan dalam
bentuk grafik-grafik berikut:
Pelet 3 pH 3
8.00E-02 E+S ES
E
7.50E-02
Tegangan (mV)
7.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:31:5514:32:3814:33:2214:34:0514:34:4814:35:3114:36:1414:36:58
Waktu
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
Pelet 3 pH 5
8.00E-02 E+S ES
E
7.50E-02
Tegangan (mV)
7.00E-02
0,0161 mV 0,0136 mV
6.50E-02 ES
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:37:4114:38:2414:39:0714:39:5014:40:3414:41:1714:42:0014:42:43
Waktu
tegangan 0,0605 mV dari jam 14:39:56 sampai jam 14:42:26 yang berbeda
dengan laju konstan awal sebelum penambahan kasein yaitu pada tegangan 0,0748
mV.
Pelet 3 pH 6
8.00E-02 E+S ES
E
7.50E-02
0,0036 mV
Tegangan (mV)
7.00E-02
6.50E-02 0,0147 mV
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
14:42:43 14:44:10 14:45:36 14:47:02 14:48:29
Waktu
tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan laju konstan dari kurva pada
tegangan 0,0568 mV dari jam 14:45:32 sampai jam 14:48:02 yang berbeda
dengan laju konstan awal sebelum penambahan kasein yaitu pada tegangan 0,0748
mV.
Dari semua uji keoptimalan pH pada setiap hasil fraksinasi dengan pH
yang berbeda diperoleh data berikut:
Tabel 4.4.a. Data hasil penentuan pH optimum
yaitu dimulai dengan mengencerkan larutan hasil(1), hasil(2) dan hasil(3) yang
merupakan larutan pelet yang dihasilkan dari fraksinasi dalam NaCl pH 5 dan
buffer fosfat menjadi 10 kali konsentrasi awal. Pengenceran ini dilakukan agar
saat diuji menggunakan spektrometer UV dapat terbaca atau transmitan dari
sumber sinar dapat terbaca. Spektrometer UV yang digunakan dihubungkan
dengan AVOmeter pada bagian analog di sisi belakang spektrometer sehingga
readout yang akan dibaca adalah perubahan tegangan dari enzim (E), kompleks
enzim subtrat (ES) dan kesetimbangan enzim dan subtrat sebagai reaktan dan
kompleks enzim subtrat (ES) sebagai produk menggunakan komputer yang telah
dilengkapi aplikasi PClink.
Hasil(1), hasil(2) dan hasil(3) menggunakan pH–meter dipastikan pH-nya
berada pada pH 5 dengan menambahkan HCl untuk mengasamkannya dan
menambahkan NaOH untuk membasakanya. Variasi temperatur yang dilakukan
dibagi menjadi 3 range, yaitu range 31°C – 40°C, 51°C – 60°C dan 71°C – 80°C.
Range temperatur yang dilakukan berdasarkan hipotesis sementara dengan
informasi temperatur optimum enzim bromelein bearada pada range 45°C – 60°C
(Wikipedia). Enzim bromelein hanya dapat membentuk kompleks enzim subtrat
dengan kasein saat temperatur optimum tanpa menghasilkan produk karena
percobaan yang dilakukan tanpa kofaktor saat menambahkan kasein ke dalam
enzim bromelein.
CH3 CH3
H3C CH3 H3C
H3C
H
H3C CH3 H3C
H N 2- + CH3 H - +
S S N H3C H N
-
O NH
N H2N O
O CH3 N N
H O CH3
H CH3
H2N H2N
O O
NH NH H3C H3C
H S
H
CH3 CH3
keasamannya tinggi dari pada atom C karbonil yang lain. Atom O yang terikat
pada C karbonil memiliki keelektronegatifan yang tinggi daripada atom C
karbonilnya sehingga pasangan elektron yang membentuk ikatan rangkap antara
atom C karbonil dengan atom O lebih sering berada di atom O dari pada atom C
karbonil. Atom N pada cincin histidin memiliki muatan formal positif (+) yang
artinya kekurangan elektron karena berikatan dengan atom H dari sistein, dan
pasangan elektron dari atom N yang memiliki ikatan peptida dari kasein akan
membentuk ikatan hydrogen dengan atom H yang terikat pada atom N di cincin
histidin sehingga akan membentuk kompleks dengan dengan subtrat. Jika ada
kofaktor maka pasangan elektron dari atom O yang memiliki muatan formal
negatif (-) akan terganggu dan akhirnya akan memutus ikatan peptida dari kasein.
0,0036 mV
8.40E-02
8.20E-02
0,0133 mV
8.00E-02
7.80E-02
7.60E-02
7.40E-02
9:12:14 9:12:58 9:13:41 9:14:24 9:15:07 9:15:50 9:16:34 9:17:17 9:18:00
Waktu
09:14:09 kurva menurun kembali selama 10 detik menjadi 0,0819 mV pada jam
09:14:19 dan akhirnya naik terus-menerus selama 170 detik sampai akhir
pengamatan yaitu pada jam 09:17:09. Naik turunnya kurva terjadi selama 210
detik setelah penambahan kasein menunjukkan reaksi kesetimbangan yang terjadi
antara enzim bromelein dengan kasein yang menuju kesetimbangan dengan
kompleks enzim subtrat. Namun, suasana asam pada larutan yaitu pH 5 dengan
temperatur 36°C menyebabkan kompleks enzim bromelein dengan kasein stabil
tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan kenaikan kurva tegangan
yang tidak sampai sama dengan tegangan awal yaitu tegangan pada kisaran
0,0872 mV sampai 0,0873 mV.
8.40E-02
8.20E-02
0,0102 mV
8.00E-02
7.80E-02
7.60E-02
7.40E-02
9:54:43 9:55:26 9:56:10 9:56:53 9:57:36 9:58:19 9:59:02 9:59:46
Waktu
detik. Kurva naik kembali selama 20 detik menjadi tegangan 0.0846 mV pada jam
09:57:09, kemudian kurva kembali turun selama 20 detik menjadi tegangan
0.0841 mV pada jam 09:57:29. Setelah jam 09:57:29 kurva naik selama 70 detik
menjadi tegangan 0,0849 mV dan pada tegangan ini kurva berjalan konstan
selama 10 detik sehingga pada jam 09:58:49 kurva kembali turun selam 20 detik
sampai akhir pengamatan yaitu pada jam 09:59:09 dengan tegangan 0,0847 mV.
Naik turunnya kurva selama 220 detik yang menunjukkan pengaruh temperatur
terhadap aktifitas enzim bromelein dengan subtrat kasein yang membentuk
kesetimbangan dengan kompleks enzim bromelein kasein tanpa menghasilkan
produk yang ditunjukkan dengan tegangan yang tidak dapat kembali seperti
tegangan awal yang merupakan tegangan enzim bromelein.
7.50E-02
7.00E-02
6.50E-02
6.00E-02
5.50E-02
5.00E-02
10:41:3110:42:1410:42:5810:43:4110:44:2410:45:0710:45:5010:46:34
Waktu
menurun kembali selama 10 detik menjadi 0,0674 mV pada jam 09:43:10. Setelah
jam 09:43:10 kurva kembali naik selama 40 detik sampai jam 10:43:50 dengan
tegangan 0,0744 mV. Kemudian kurva turun kembali selama 20 detik sampai jam
10:44:20 dengan tegangan 0,0698 mV dan akhirnya kurva kembali naik selama
120 detik sampai akhir pengamatan yaitu pada jam 10:46:20. Naik turunnya kurva
terjadi selama 220 detik setelah penambahan kasein menunjukkan reaksi
kesetimbangan yang terjadi antara enzim bromelein dengan kasein yang menuju
kesetimbangan dengan kompleks enzim subtrat. Namun, suasana asam pada
larutan yaitu pH 5 dengan temperatur 77°C menyebabkan kompleks enzim
bromelein dengan kasein stabil tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan
dengan kenaikan kurva tegangan yang tidak sampai sama dengan tegangan awal
yaitu pada tegangan 0,0846 mV.
8.40E-02
8.20E-02 0,0124 mV
ES
8.00E-02
7.80E-02
7.60E-02
7.40E-02
9:18:43 9:19:26 9:20:10 9:20:53 9:21:36 9:22:19 9:23:02 9:23:46
Waktu
Hasil fraksinasi 25% - 50% pada temperatur 35°C diperoleh kurva yang
menunjukkan aktifitas enzim bromelein terhadap kasein 0,001% yang dimulai
pada jam 09:19:05. Pengukuran tegangan 1 mL enzim bromelein yang dilakukan
memperoleh kurva tegangan enzim bromelein yang berkisar pada tegangan 0,0877
mV. Setelah 40 detik yaitu pada jam 09:19:45 dengan tegangan 0,0877 mV,
enzim ditambahkan substrat kasein sebanyak 10 µL. Penambahan subtrat
mengakibatkan tegangan menurun selama 10 detik menjadi 0,0753 mV pada jam
09:19:55. Setelah mengalami penurunan, kurva kembali naik selama 50 detik
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
menjadi 0,0861 mV pada jam 09:20:45 dan konstan selama 40 detik pada
tegangan 0,0861 mV sampai jam 09:21:25. Kemudian kurva turun selama 10
detik menjadi 0,0860 mV pada jam 09:21:35 dan akhirnya kurva konstan pada
tegangan 0,0860 mV dari jam 09:20:35 sampai 09:23:05. Naik turunnya kurva
terjadi selama 110 detik setelah penambahan kasein menunjukkan reaksi
kesetimbangan terjadi antara enzim bromelein dengan kasein yang menuju
kesetimbangan dengan kompleks enzim subtrat. Namun, suasana asam pada
larutan yaitu pH 5 dengan temperatur 35°C menyebabkan kompleks enzim
bromelein dengan kasein stabil tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan
dengan kenaikan kurva tegangan yang tidak sampai sama dengan tegangan awal
yaitu tegangan pada kisaran 0,0877 mV.
8.20E-02
8.00E-02
7.80E-02 0,0122 mV
7.60E-02
7.40E-02
7.20E-02
7.00E-02
10:24:1410:24:5810:25:4110:26:2410:27:0710:27:5010:28:3410:29:17
Waktu
Hasil fraksinasi 25% – 50% pada temperatur 54°C diperoleh kurva yang
menunjukkan aktifitas enzim bromelein terhadap kasein 0,001% yang dimulai
pada jam 10:25:02. Pengukuran tegangan 1 mL enzim bromelein yang dilakukan
memperoleh kurva tegangan enzim bromelein yang berkisar pada tegangan 0,0847
mV. Setelah 20 detik yaitu pada jam 10:25:22 dengan tegangan 0,0847 mV,
enzim ditambahkan substrat kasein sebanyak 10 µL. Penambahan subtrat
mengakibatkan tegangan menurun selama 10 detik menjadi 0,0725 mV pada jam
10:25:32. Setelah mengalami penurunan, kurva kembali naik selama 140 detik
menjadi 0,0820 mV pada jam 10:27:12 dan kurva konstan selama 10 detik.
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
Namun, setelah jam 10:27:12 kurva kembali turun selama 100 detik sampai akhir
pengamatan yaitu pada jam 10:29:02. Naik turunnya kurva terjadi selama 220
detik setelah penambahan kasein yang menunjukkan reaksi kesetimbangan terjadi
antara enzim bromelein dengan kasein yang menuju kesetimbangan dengan
kompleks enzim subtrat. Namun, suasana asam pada larutan yaitu pelet 2 dengan
temperatur 54°C menyebabkan kompleks enzim bromelein dengan kasein stabil
tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan kenaikan kurva tegangan
yang tidak sampai sama dengan tegangan awal yaitu tegangan pada kisaran
0,0847 mV.
8.00E-02
0,0092 mV
7.50E-02 0,0162 mV
7.00E-02
6.50E-02
6.00E-02
10:48:4310:49:2610:50:1010:50:5310:51:3610:52:1910:53:0210:53:46
Waktu
Hasil fraksinasi 25% – 50% pada temperatur 74°C diperoleh kurva yang
menunjukkan aktifitas enzim bromelein terhadap kasein 0,001% yang dimulai
pada jam 10:49:27. Pengukuran tegangan 1 mL enzim bromelein yang dilakukan
memperoleh kurva konstan pada tegangan enzim bromelein yang berkisar antara
tegangan 0,0832 mV sampai 0,0833 mV. Setelah 20 detik, pada jam 10:49:47
dengan tegangan 0,0833 mV, enzim ditambahkan substrat kasein sebanyak 10 µL.
Penambahan subtrat mengakibatkan tegangan menurun selama 10 detik menjadi
0,0671 mV pada jam 10:49:57. Setelah mengalami penurunan, kurva naik selama
20 detik menjadi 0,0764 mV pada jam 10:50:17. Namun, setelah jam 10:50:17
kurva menurun kembali selama 40 detik menjadi 0,0722 mV pada jam 10:50:57.
Setelah jam 10:50:57 kurva kembali naik selama 30 detik sampai jam 10:51:27
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
dengan tegangan 0,0743 mV. Setelah itu kurva turun kembali selama 10 detik
sampai jam 10:51:37 dengan tegangan 0,0734 mV. Setelah jam 10:51:37 kurva
kembali naik selama 40 detik sampai jam 10:52:17 dengan tegangan 0,0750 mV
dan kemudian kurva turun secara perlahan selama 50 detik dari jam 10:52:17
sampai akhir pengamatan yaitu pada jam 10:53:27 dengan tegangan 0,0741 mV.
Naik turunnya kurva terjadi selama 220 detik setelah penambahan kasein yang
menunjukkan reaksi kesetimbangan terjadi antara enzim bromelein dengan kasein
sebagai reaktan dengan kompleks enzim bromelein kasein. Namun, suasana asam
pada larutan yaitu pH 5 dengan temperatur 74°C menyebabkan kompleks enzim
bromelein dengan kasein stabil tanpa menghasilkan produk yang ditunjukkan
dengan kenaikan kurva tegangan yang tidak sampai sama dengan tegangan awal
yaitu pada tegangan 0,0833 mV.
8.60E-02
8.20E-02
8.00E-02
7.80E-02
9:24:29 9:25:12 9:25:55 9:26:38 9:27:22 9:28:05 9:28:48 9:29:31
Waktu
Hasil fraksinasi 50% - 75% pada temperatur 32°C diperoleh kurva yang
menunjukkan aktifitas enzim bromelein terhadap kasein 0,001% yang dimulai
pada jam 09:24:59. Pengukuran tegangan 1 mL enzim bromelein yang dilakukan
memperoleh kurva tegangan enzim bromelein yang berkisar antara tegangan
0,0887 mV sampai 0,0886 mV. Setelah 20 detik yaitu pada jam 09:25:19 dengan
tegangan 0,0886 mV, enzim ditambahkan substrat kasein sebanyak 10 µL.
Penambahan subtrat mengakibatkan tegangan menurun selama 10 detik menjadi
0,0795 mV pada jam 09:25:29. Setelah mengalami penurunan, kurva kembali naik
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
selama 20 detik menjadi 0,0820 mV pada jam 09:25:49. Namun, setelah jam
09:25:49 kurva menurun kembali selama 160 detik menjadi 0,0804 mV pada jam
09:28:29 dan konstan selama 20 detik berada pada tegangan 0,0804 mV. Selama
10 detik setelah jam 09:28:49 kurva bergerak naik menjadi tegangan 0,0805 mV.
Naik turunnya kurva terjadi selama 240 detik setelah penambahan kasein
menunjukkan reaksi kesetimbangan antara enzim bromelein dengan kasein
sebagai reaktan yang menuju kompleks enzim bromelein dan kasein sebagai
produk. Namun, suasana asam pada larutan yaitu pH 5 dengan temperatur 32°C
menyebabkan kompleks enzim bromelein dengan kasein stabil tanpa
menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan kenaikan kurva tegangan yang
tidak sampai sama dengan tegangan awal yaitu tegangan pada kisaran 0,0887 mV
sampai 0,0886 mV.
8.40E-02
8.20E-02
0,0096 mV
8.00E-02
7.80E-02
7.60E-02
7.40E-02
10:30:4310:31:2610:32:1010:32:5310:33:3610:34:1910:35:0210:35:4610:36:29
Waktu
Hasil fraksinasi 50% – 75% pada temperatur 55°C diperoleh kurva yang
menunjukkan aktifitas enzim bromelein terhadap kasein 0,001% yang dimulai
pada jam 10:31:25. Pengukuran tegangan 1 mL enzim bromelein yang dilakukan
memperoleh kurva tegangan enzim bromelein yang berkisar antara tegangan
0,086 mV sampai tegangan 0,0862 mV. Setelah 30 detik yaitu pada jam 10:31:55
dengan tegangan 0,0860 mV, enzim ditambahkan substrat kasein sebanyak 10 µL.
Penambahan subtrat mengakibatkan tegangan menurun selama 10 detik menjadi
0,0764 mV pada jam 10:32:05. Setelah mengalami penurunan, kurva kembali naik
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
selama 10 detik menjadi 0,0802 mV pada jam 10:32:15 dan setelah jam 10:32:15
kurva menurun selama 20 detik sampai pada jam 10:32:35 dengan tegangan
0,0761 mV. Kemudian kurva kembali naik selama 10 detik menjadi 0,0794 mV
pada jam 10:32:45 dan kembali turun selama 10 detik pada tegangan 0,0793 mV
pada jam 10:32:55. Setelah jam 10:32:55, kurva kembali naik selama 30 detik
menjadi 0,0808 mV pada jam 10:33:25 dan mengalami penurunan kurva selama
40 detik sampai tegangan 0,0787 mV. Setelah mengalami penurunan, kurva
kembali naik sampai akhir pengukuran yaitu selama 90 detik menjadi 0,0826 mV
pada jam 10:35:35. Naik turunnya kurva terjadi selama 220 detik setelah
penambahan kasein menunjukkan reaksi kesetimbangan antara enzim bromelein
dengan kasein yang menuju kesetimbangan dengan kompleks enzim subtrat.
Namun, suasana asam pada larutan yaitu pelet 2 dengan temperatur 55°C
menyebabkan kompleks enzim bromelein dengan kasein stabil tanpa
menghasilkan produk yang ditunjukkan dengan kenaikan kurva tegangan yang
tidak sama dengan tegangan awal yaitu tegangan pada kisaran 0,086 mV.
8.00E-02
0,0137 mV 0,0076 mV
7.50E-02
7.00E-02
6.50E-02
6.00E-02
10:55:1210:55:5510:56:3810:57:2210:58:0510:58:4810:59:3111:00:14
Waktu
Hasil fraksinasi 50% - 75% pada temperatur 74°C diperoleh kurva yang
menunjukkan aktifitas enzim bromelein terhadap kasein 0,001% yang dimulai
pada jam 10:55:24. Pengukuran tegangan 1 mL enzim bromelein yang dilakukan
memperoleh kurva tegangan enzim bromelein yang berkisar antara tegangan
0,0833 mV sampai 0,0831 mV. Setelah 20 detik yaitu pada jam 10:55:44 dengan
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan uji aktifitas enzim bromelein pada bonggol nenas yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada bonggol nenas diperoleh crude enzim bromelein dengan kadar 7,27272
mg/L dan hasil fraksinasi 0% – 25% (pelet(1)) dengan kadar enzim
bromelein 4,18 mg/L; 25% –50% (pelet(2)) dengan kadar enzim bromelein
1,36 mg/L; 50% – 75% (pelet(3)) dengan kadar enzim bromelein 0,27 mg/L.
2. Aktifitas enzim bromelein dari setiap hasil fraksinasi optimum pada pH 3
dari variasi pH yang dilakukan yaitu pH 3; 5; 6 pada temperatur 25°C
dengan ditunjukkan perubahan tegangan enzim bromelein setelah 10 detik
penambahan kasein 0,001%, yaitu pada hasil fraksinasi 0% – 25% (pelet(1))
perubahan tegangan yang diperoleh 0,019 mV; 25% –50% (pelet(2))
perubahan tegangan yang diperoleh 0,0188 mV; 50% – 75% (pelet(3))
perubahan tegangan yang diperoleh 0,0191 mV.
3. Aktifitas enzim bromelein dari setiap hasil fraksinasi optimum pada
temperatur antara 71°C – 80°C dari variasi temperatur yang dilakukan yaitu
range antara 31°C – 40°C; 51°C – 60°C; 71°C – 80°C pada pH5 dengan
ditunjukkan perubahan tegangan enzim bromelein setelah 10 detik
penambahan kasein 0,001%, yaitu pada hasil fraksinasi 0% – 25% (pelet(1))
perubahan tegangan yang diperoleh 0,0124 mV; 25% –50% (pelet(2))
perubahan tegangan yang diperoleh 0,0162 mV; 50% – 75% (pelet(3))
perubahan tegangan yang diperoleh 0,0137 mV.
5.2 Saran
Dari percobaan ini dapat disarankan agar variasi yang dilakukan baik suhu
maupun temperatur saat uji aktifitas enzim bromelein lebih banyak dan bervariasi
agar data aktifitas optimum enzim bromelein dapat diketahui secara spesifik.
Selain itu umur dari nenas yang digunakan juga divariasi agar dapat diketahui
umur nenas dengan kadar enzim bromelein yang terbanyak.
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Penambahan (NH4)2SO4 pada setiap fraksinasi:
a) Fraksinasi 0 – 25%
V 20mL
B x 00 134 2,68 gram
1000 1000
b) Fraksinasi 25 – 50%
V 20mL
B x 00 146 2,92 gram
1000 1000
c) Fraksinasi 50 – 75%
V 20mL
B x 00 159 3,18 gram
1000 1000
M 1V1 M 2V2
10 mg 30 L M 2 100 L
L
10 mg 30 L
L
M2 3 mg
100 L L
Penghitungan Kadar
Persamaan garis kurva kalibrasi yang diperoleh y 0,011 x 0,845
a) Supernatan
Diperoleh absorbans 0,925
Jadi M
0,925 0,845 mg 7,27 mg
0,011 L L
b) Pelet 1
Diperoleh absorbans 0,891
Jadi M
0,891 0,845 mg 4,18 mg
0,011 L L
c) Pelet 2
Diperoleh absorbans 0,860
Jadi M
0,860 0,845 mg 1,36 mg
0,011 L L
Laporan Praktikum Bioregulator 2010
d) Pelet 3
Diperoleh absorbans 0,848
Jadi M
0,848 0,845 mg 0,27 mg
0,011 L L