Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
dewasa ini yang semakin banyak mengalami kemerosotan kepada etika dan moral.
Karo Protestan (GBKP) yang bertempat di Jl. Raya Pemogan No. 237 Suwung
gereja GBKP bisa diartikan sebagai suatu proses dalam menuju katekisan yang
“dewasa dan mandiri” maksudnya ialah bahwa warga jemaat yang dipersiapkan
menjadi warga sidi (ngawan) memahami apa yang ia percayai dengan sungguh-
keturunan keluarga. Katekisan sendiri berasal dari hati yang bulat mengenal
Tuhan yang berkarya di dunia, sejak sepanjang sejarah Israel, Gereja mula-mula,
1
ke-kinian hingga Yesus akan datang kembali dan menempatkan Tuhan sebagai
Gembala. Artinya, kesadaran untuk bersekutu dengan Tuhan sebagai upaya untuk
Nya, sudah merupakan kerinduan yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya sendiri.
bahwa hidupnya sebagai orang yang beriman yang sekaligus juga adalah sebagai
dirinya pribadi saja, tetapi juga ditempatkan bagi kepentingan “Tubuh Kristus”
dan dunia.
Hal ini dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga, dan
Runggun, Klasis, Sinodal hingga umat Allah di segala waktu maupun tempat
maupun dalam tindakan, seperti tindakan saling mendoakan satu dengan lainnya,
pemberi harapan bagi orang yang putus asa, pemberi semangat bagi orang yang
2
Melihat kondisi orang Kristen semacam itulah maka kehadirannya akan
kehadiran orang Kristen masih didambakan oleh karena fungsinya yang tidak
ubah ini. Nilai Ilahi yang kekal harus dapat dipertahankan oleh anal-anak Tuhan.
Oleh kuat Kuasa Tuhan sajalah mereka sanggup bertahan. Maka dengan itu
moralitas Kristiani dalam segala aspeknya harus dijunjung dan dipelihara supaya
(moral) yang menjadi dasar untuk bertindak (aktualisasi diri) dalam membangun
integritas diri yang mencintai keluarga, Gereja dan terlebih lagi Masyarakat.
kebutuhan dasar atau pokok manusia, dimana hal ini dirasa penting untuk
diutarakan karena memiliki visi dan misi yang sama dengan pelayanan iman
3
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
217-219).
Hal yang menjadi daya tarik lainnya yang dilihat berdasarkan ketiga
lembaga GBKP untuk membentuk karaktek jemaat yang unggul dan merujuk
terhadap teladan Kristus maka perkembangan iman jemaat menjadi sesuatu yang
yang kurang terpuji maka akan lebih banyak diakibatkan oleh adanya kesempatan
serta tidak disertai dengan rasa taqwa dan iman yang kuat terhadap apa yang
diyakininya. Selain itu faktor kurangnya rasa perhatian dan kasih sayang dari
orang terdekat juga akan menjadi pemicu utama untuk seseorang dapat melakukan
tindakan yang tentu tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Sehingga inilah
sebenarnya misi yang ingin dicapai oleh lembaga GBKP untuk mengurangi
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat serta kadang tidak terkendali,
maka GBKP merasa perlu untuk melakukan pengendalian sosial dalam lingkup
karena masalah kebutuhan manusia yang tak pernah puas terhadap apa yang sudah
dimilikinya maka tentu pedoman mengenai cara bersikap dan berperilaku yang
4
baik tentu akan menjadi satu hal yang mampu menjawab kepada krisis moral yang
mengangkat hal ini menjadi satu penelitian yang tentu menarik untuk dikaji dan
dimana tradisi belajar Ngawan tentu akan mewakilinya. Ngawan merupakan suatu
tahapan atau proses dimana seseorang yang sudah dinilai dewasa dalam gereja
pembentukan karaktek unggul dan sesuai dengan teladan Yesus Kristus. Adapun
pusat GBKP adalah sekitar 6 bulan, sedangkan di gereja lain misalnya katakalah
masing misalnya pada orang Batak Karo biasa disebut dengan Ngawan/Katekisasi
tetapi orang Batak Toba akan menyebutnya dengan naik Sidi. Sedangkan
defenisinya secara sederhana yaitu memiliki penekanan yang sama kepada proses
5
2. Setiap bahasan menggunakan metodenya sendiri sesuai dengan sub-pokok
pengajar.
6
1.3.1 Tujuan Penelitian
Bertitik tolak kepada keadaan moral bangsa yang semakin merosot dan
Ngawan dirasa perlu untuk dilakukan. Umumnya konsep keadilan berarti bahwa
setiap orang berhak memperoleh haknya; setiap orang menerima apa yang
seharusnya diterima. Dalam keadaan adil maka hak semua orang dapat ditentukan
secara konsisten dan bijak. Hukum-hukum berlaku bagi semua orang secara sama.
Tidak ada lagi perbedaan dan pilih kasih atau diskriminasi. Orang berhak untuk
diperlakukan secara sama dengan orang lain karena ia adalah seorang manusia dan
setiap manusia sangat tinggi harganya. Kini tidak hanya manusia semua ciptaan
dihargai hak maupun keberadaannya. Begitu luhur, mulia, serta tinggi nilai
keadilan yang terwujud. Kebahagian manusia dapat tercapai dengan adanya sikap
tidak mementingkan diri sendiri, dan diikuti dengan upaya hidup bagi orang lain
(berbagi kehidupan).
Namun dalam kenyataannya, nilai luhur itu sering tidak terasa. Yang
muncul justru malah ketidakadilan. Keadilan sering menjadi milik orang atau
yang kuat mau menindas yang lemah. Orang pintar memakai kepintarannya
7
pada tanggal 1 Mei 2006 yang lalu, berketepatan dengan Hari Buruh se-Dunia
aset berharga malah kini dianggap sebagai ancaman yang berbahaya. Jika prinsip
Yang benar bisa jadi salah (tertuduh) dan yang salah jadi pemenang asal punya
uang, kuasa, pengaruh, serta relasi. Seharusnya semua orang sama tanpa
berpikir dan bertindak dengan adil. Ikut aktif menaburkan benih-benih keadilan.
Lambat-laut pula generasi penerus kini dan nanti tentu akan memperlihatkan
suasana Kerajaan Allah dimanapun mereka berada. Adanya keadilan sebagai salah
satu wujud/tanda mulai baiknya nilai norma dan moral masyarakat. Tujuan yang
kedua berkaitan dengan cara dilakukannya akan diprogramkan oleh gereja setiap
tahunnya dan untuk peserta minimal harus sudah duduk pada kelas 1 Sekolah
Pokok Utama (PU) materi pengajaran katekisasi yang didukung oleh Tujuan
Kurikulernya (TK). Pokok Utama ini diterangi oleh Pokok Bahasan (PB) yang
mempunyai Tujuan Instruksional Umum (TIU) yang dijabarkan dalam Sub Pokok
Bahasan (SPB) yang juga mempunyai Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Pada
akhir sub-pokok bahasan akan ada pertanyaan yang harus didiskusikan yang
8
berhubungan dengan pencapaian evaluasi serta dialog maupun kesaksian daripada
peserta katekisan.
Kualifikasi tenaga Pengajar, nama, serta jangka waktu atau lama belajar. Tujuan
yang ketiga berkaitan dengan dampak yang dirasakan peserta, dimana lebih
mengarah kepada pembentukan etika dan moral. Etika maupun moral yang baik
perbuatan yang melanggar kesusilaan, melanggar hukum, orang yang lekas marah
dan yang melanggar kehendak Allah. Tindakan-tindakan tercela itu pada abad ke-
buat orang untuk tujusn politik, ekonomi dalam skala besar dan secara terbuka
melalui mas media, pidato maupun tulisan sehingga orang yang terkena sangat
juga mencari kepuasan duniawi seperti memakai narkotika dan melakukan seks
bebas di luar nikah. Banyak juga umat Kristen turut terlibat kepada tindakan-
tindakan tersebut karena uang, dimana mereka kebanyakan adalah orang yang
kehilangan kemampuan untuk menahan diri dan tidak mengetahui lagi apa yang
9
Berdasarkan apa yang sudah diprogramkan, maka pada intinya
Penelitian ini akan dilandaskan terhadap 2 (dua) aspek manfaat yang saling
berkaitan dan menunjang satu sama lain, dimana kedua hal itu merupakan sebuah
kesatuan yang utuh sehingga saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
praktis terutama bagi pemecahan masalah atau problema yang ada di masyarakat.
Kegunaan pertama sangat terasa terutama bagi kita yang setiap harinya berusaha
perilaku masyarakat yang terus mengalami dinamika sesuai dengan realita dan
kebutuhan zaman. Pada hakikatnya, karena isu yang menarik dari topik ini adalah
yang sedang mengalami krisis jati diri. Secara faktual pula dapat diperhatikan
dalam kehidupan masyarakat maka telah terjadi banyak hal yang dulunya
dianggap begitu tabuh, namun sekarang merupakan hal yang lumrah untuk
hubungan antar manusia di dalam satu masyarakat yang sudah tersusun secara rapi
terhadap hukum jadi yang mempunyai kuasa, maka dia yang akan diutamakan.
Pepatah ini pula dalam kaitan dengan topik penelitian yang diangkat mempunyai
korelasi secara timbal-balik, sehingga hal penting yang dapat disimpulkan yang
10
saling terkait satu dengan yang lain. Lazimnya, dalam mencapai tujuan kasih dan
pelayanan iman maka lembaga GBKP mencoba menerapkan beberapa cara praktis
yang dikembangkan melalui ajaran kasih dan teladan Kristus, sehingga mampu
menyentuh semua kalangan dari berbagai segi maupun golongan maka pada
pegangan yang bersifat lunak maupun mudah dicerna baik dari generasi muda
sampai kepada yang lebih tua. Hal-hal ini biasanya berupa petuah-petuah ataupun
pengendalian sosial yang lebih ketat, yang kemudian begitu berguna buat
umat sehingga merekapun dapat merasa langsung kena dengan kehidupan pribadi
Saat memikirkan dan merumuskan permasalahan ini maka ada satu hal
penting yang terlintas dalam benak, yakni perasaan sedih maupun prihatin
terhadap begitu banyak kekacauan yang semakin marak dan tidak dapat
terbalik karena apa yang seharusnya menjadi sakral dan disucikan, maka kini
Perasaan saling berbagi dan cinta kasih pula mengalami banyak kemunduran serta
11
keterbelakangan, dimana karena zaman sudah semakin moderen maka tanpa sadar
telah menuntut umat manusia untuk bertindak sebagai pemangsa bagi sesamanya.
Hal ini berarti dalam era kekinian sekarang, maka semakin banyak dari anggota
gagasan dari beberapa peluang diskusi yang dilakukan dengan para sahabat
atuaran yang sudah digariskan atau ditetapkan maka perihal inilah yang
memberikan motivasi kepada Penulis untuk mengangkat topik ini lebih lanjut
keseimbangan pola pikir kepada materi, inti masalah yang akan diutarakan, serta
memakai teori penelaah dari Ruth Fulton Benedict tentang Teori Pola
dimana sebenarnya diliris ke publik terutama untuk dapat menyajikan inti teori
tersebut secara lebih jelas dan mudah dimengerti orang. Tokoh-tokoh sosial
12
maupun Antropologi yang pernah menyinggung teori konfigurasi kebudayaan ini,
diantaranya yakni Edward Sapir dalam artikelnya “Culture, Genuine and Spurius”
isi daripada kedua artikelnya ini maka beliau secara jelas mencoba memaparkan
bahwa dalam suatu konfigurasi yang utuh pula memiliki apa yang dinamakannya
selain relevan dengan materi dan topik yang akan diangkat, maka titik tolak
lainnya yakni karena melihat bahwasannya tata kelakuan atau pola kebudayaan
yang dianut oleh etnis Karo yang sudah sejak dini telah mengarahkan anak-
disadari maka lambat-laut hal ini telah menjadi sebuah kebiasaan ataupun perilaku
yang mengalami media pewarisan dari anak ke orang tua, sehingga harapan dari
orang tua supaya sang anak tetap bertahan serta tidak lupa terhadap budaya asli
Karo.
1.4.2 Konsep
13
Pada hakikatnya penelitian ini karena berkaitan dengan masalah
pengendalian sosial serta pengendalian sikap dan perilaku, maka secara nyata
cakupan data yang ditemukan pula akan dicoba dibatasi terhadap adanya
berdirinya gereja GBKP pula sudah diarahkan kepada lembaga masyarakat yang
semangat moril kepada jemaatnya, supaya dapat melakukan apa yang terbaik
dalam keseharian mereka sehingga kasih dan teladan Yesus Kristus akan semakin
tampak nyata pada kehidupan orang percaya. Menurut Soerjono Soekanto dalam
bukunya “Sosiologi sebagai suatu Pengantar”, maka ada 4 (empat) jenis bagian
norma yang peranannya lemah karena kurang mengikat serta adapula yang
mempunyai kekuatan daya ikat yang cukup tegas, sehingga pada umumnya
rinci lagi supaya dapat membedakan yang mana sebenarnya yang bersifat tidak
pengertian yang mengacu kepada kriteria dan bagian norma yang diakui dalam
hukuman yang cukup berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu
14
yang dihubunginya. Misalnya dalam kasus kita bertemu dengan kerabat
maupun teman yang kebetulan baru dikenal, maka tentu saja untuk tiap
sekedar melakukan komunikasi dan membuka suatu obrolan. Ada saja orang
yang minum tanpa mengeluarkan bunyi; serta ada pula yang mengeluarkan
lumrah, namun pasti ada dari sebagian orang yang berpikir bahwa cara
seperti itu merupakan hal yang tidak sopan serta kurang menghargai
keberadaan dari orang lain yang berada di sekitarnya. Secara faktual maka
cara ini akan diupayakan untuk lebih gencar diterapkan lembaga GBKP
terutama pada kehidupan yang sudah semakin terbalik serta tidak lagi
sama, dimana hal ini dilakukan untuk membuktikan bahwa banyak orang
15
berpikir memasuki ranah ini, tentu akan dijelaskan dengan adanya kebiasaan
dari masyarakat manapun di dunia dalam memberi hormat kepada orang lain
yang lebih tua daripadanya. Apabila perbuatan tadi tidak dilakukan, maka
lebih tua merupakan suatu kebiasaan yang tak dapat diganggu gugat lagi
karena hal itu merupakan bagian dari budaya Indonesia sebagai bangsa
Timur yang beretika dan bersopan santun yang baik. Menurut visi iman dari
GBKP maka pemikiran ini pula, selain dipakai dalam mengajarkan jemaat
untuk tetap menghormati orang yang lebih tua maka akan diupayakan
orang akan lebih sayang terhadap dirinya dan juga kepada orang lain
baik kepada pribadi maupun kelompok mampu dihindari secara bijak. Pakar
Mac Iver dan Page, juga pernah berkomentar mengenai kebiasaan yang
tidak semata-mata, hanya dianggap sebagai sebuah cara dalam perilaku saja.
16
daripada wujud ideal kepada kasih dan kebaikan. Tata-kelakuan, di satu
3. Konsep selanjutnya adalah tata kelakuan, dimana perihal ini berfungsi dalam
dalam masyarakat. Sebaiknya sewaktu-waktu tentu pula ada saja orang yang
dengan visi dan misi lembaga GBKP yang tetap memberikan motivasi serta
semangat pantang menyerah kepada jemaat, maka tata kelakuan yang selalu
diterapkan yakni menjaga keutuhan dan kerja sama antara sesama apapun
latar belakang suku serta budayanya karena pada dasarnya semua orang
17
4. Kriteria selanjutnya yang dirasa perlu untuk dijelaskan dalam tataran
konsep, yakni tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-
dari anak remaja menuju ke dewasa tentu ada suatu tradisi belajar yang
disebut sekolah Ngawan atau Sidi. Hal ini telah dilakukan sebagai sebuah
memasuki masa dewasa yang mulai harus berpikir mandiri dan tidak
kesiapan dari sang anak. Namun pada umumnya banyak para orang tua
terutama dari kalangan suku Karo akan menganggap penting mengenai hak
ini, sehingga apabila usia anak sudah dilihat cukup siap dan mantang maka
dengan tanpa banyak tanya lagi mereka pastinya akan mengarahkan buah
18
umumnya, juga terdapat suatu kepercayaan bahwa kehidupan terdiri dari
beberapa tahap yang harus dilalui dengan seksama. Jadi apabila seseorang
diantaranya seperti upacara perkawinan dan potong gigi serta rambut bayi
yang baru tumbuh pada adat Jawa. Diambil berupa gagasan pemikiran dari
1.5 Model
19
Masyarakat suku atau etnis Karo
Persekutuan kategorial
Mamre dan Moria dan Kategorial Pemuda
KA/KR
20
Bagan di atas berusaha untuk memberi asumsi mengenai budaya Karo
peran sekolah Ngawan akan mengambil bagian yang cukup signifikan untuk
konfigurasi atau pola berupa komunikasi dua arah dari setiap lembaga kategorial
gereja baik Mabre (Bapak), Moria (Ibu), Permata (Pemuda), maupun KA/KR pula
secara nyata telah membantu dalam menyelesaikan problem dan berbagai masalah
yang ditemui secara musyawarah dan mufakat. Rasa saling membangun dan
mendorong pertumbuhan iman dan kasih merupakan bagian dari respon atau
partisipasi anggota jemaat dalam pembentukan norma maupun tata kelakuan yang
sesuai dengan teladan Kristus. Jadi dapat dilukiskan bahwa tipe-tipe temperamen
orang dalam segala masyarakat tentu akan berbuat sesuai dengan tipe dominan
terkandang dapat meledak karena hal yang dianggap mustahil untuk terjadi
melihat perkembangan dunia yang sudah semakin terbalik dan tidak lagi
memperhatikan norma maupun tata kelakuan yang santun, pada akhirnya sepakat
untuk menjadikan bantuan atau media gereja untuk menyampaikan kabar baik
dalam terang serta kasih Kristus. Fungsi integrasi dan kekompakan yang
21
diwujudkan dalam saling membangun serta mendorong pertumbuhan kasih yang
mengalah kepada teladan sikap Kristus inilah yang menjadi slogan dari GBKP,
terutama untuk memberi contoh yang baik supaya setiap orang mampu melakukan
Protestan), yang bertempat pada Jalan Raya Pamogan No. 237 Suwung Kauh-
Denpasar Selatan. Singkatnya lokasi ini merupakan tempat beribadah dari penulis
memperoleh maupun mengolah data. Selain itu penulis juga merupakan bagian
dari kelompok Pemuda dalam gereja yang selalu mendapat arahan maupun
bimbingan yang positif, sehingga dapat melakukan yang terbaik dari apa yang
bisa dilakukan dan sampai hari ini mampu menjalani kegiatan serta rutinitas
pribadi maupun kampus dengan baik dan tanpa ada sesuatu hal buruk yang
diskusi dan obrolan kecil yang dilakukan Penulis dengan sesama pemuda-pemudi
gereja sesudah proses ibadah selesai. Melalui kesempatan perbincangan dan tutur
terhadap moral sehingga kebanyakan malah merusak diri sendiri serta melakukan
beberapa hal buruk yang begitu merugikan kehidupan bangsa maupun negara,
22
dimana kesemuanya merupakan akibat dari kemajuan dan perkembangan ilmu
dalam dua sektor yakni sektor Denpasar dan Bukit. Pada data Permata 2010
menunjukkan ada sekitar 43 orang terdaftar pada sektor Denpasar dan 20 orang
pada sektor Bukit, dimana anggota kebanyakan adalah masih berstatus mahasiswa
dan sebagian lagi ada yang bekerja. Susunan Kepengurusan Permata Runggun
GBKP Denpasar tahun 2009-2011 terdiri dari beberapa bidang antara lain Bidang
Bidang Keuangan. Pada intinya setiap bidang mempunyai tugas dan kewajiban
23
Jenis data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis merupakan
data kualitatif dan kuantitatif, dimana ada data yang berwujud dalam bentuk
naratif tentang kajian penelitian yang akan ditunjang oleh data angka untuk
macam, dimana bersifat primer maupun sekunder. Data primer bersumber dari
lebih banyak diperoleh dari melihat dan membaca literatum mengenai berbagai
menjadi lebih baik dan berguna bagi kepentingan banyak orang, serta beberapa
sumber telaah pustaka terkait dengan inti permasalahan dalam pembuatan hasil
akhir guna mempertajam analisis pada sub-sub bahasan yang akan dibahas dan
kebenarannya,
kebenarannya, maka Penulis akan didasari atas tahapan-tahapan
tahapan-tahapan mendasar dalam
melakukan penelitian kepada ilmu-ilmu budaya yang bersifat ilmiah yang dapat
1. Observasi (Pengamatan)
24
Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data dengan melaksanakan
maupun sejauh mana daya nalar anggota jemaat dalam merespon dan menerima
apa yang telah disampaikan, berkaitan dengan pembentukan sikap dan perilaku
2. Metode Wawancara
dalam dua golongan besar, yakni ada yang disebut dengan wawancara berencana
yang disasar, dimana kesemuanya itu merupakan syarat utama yang harus
seleksi data pun didasarkan kepada proses yang sangat mantang dan berencana.
responden yang telah dipilih untuk ditanya maka secara berkala menggunakan
daftar pertanyaan yang seragam yang dilengkapi pula dengan bahasa dan Tata
Unit yang seragam. Hal ini dilakukan terutama untuk mencegah terjadinya
kemungkinan besar kalau respons yang diperoleh tidak mempunyai nilai seragam
25
berencana, dalam prakteknya hampir sama dengan kuesioner yang diajukan
adalah untuk mengukur tentang pendapat umum ataupun kerapkali dipakai dalam
anggota jemaat GBKP sebagai contoh kecil dari komunitas masyarakat Republik
berkisar mengenai fakta terkait mengenai topik Penulisan (Danandjaja, 2005: 95-
97).
97).
3. Kajian Pustaka
sumber-sumber tertulis yang relevan dengan topik penulisan dari sumber literatum
buku, media cetak, maupun jurnal yang dikeluarkan oleh kampus dan Yayasan
26
Dalam menunjang metode pendekatan yang telah ditentukan dalam
mencari serta menemukan data yang valid dan akurat, maka mau tidak mau harus
analysis). Analisis data merupakan proses menelaah seluruh hasil tangkapan data
semuanya tuntas maka data yang telah terkumpul baik yang diperoleh dari kajian
pustaka maupun observasi selanjutnya lalu kemudian akan di analisis lagi sesuai
Selain itu karena penelitian ini bernuasa budaya, maka dalam melakukan
analisis terhadap data atau fakta yang ditemukan di lapangan tentu akan bertitik
tolak kepada pendekatan yang holistik dan menyeruluh. Artinya bahwa dari setiap
hasil tuangan data tentu akan diperoleh sebuah fakta dan kejelasan yang mengarah
kepada kesatuan yang utuh, dimana dari kesemuanya akan menghasilkan suatu
simpulan yang dianggap sebagai sebuah solusi dalam memecahkan masalah yang
ada. Dengan demikian maka nantinya memang apa yang telah dihasilkan dari
dalamnya ada sikap maupun perilaku yang mampu menyesuaikan diri dengan
keadaan serta sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku sehingga tindakan
yang melanggar hukum dan tidak bertanggung jawab mungkin akan dapat
ditekan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28