You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor badaniah


atau organobiologi, emosional, sosial dan faktor intelektual.
Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan cara
terjadinya dan gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang timbul pada
masa kanak atau remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Gangguan kepribadian bukan
keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak, meskipun dapat mendahului
dan timbul bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah
suatu proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau
berkepanjangan, depresi lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau
penyakit/cedera otak.
Hingga sekarang sudah banyak teori tentang kepribadian dikemukakan. Perbedaan
yang ada lebih banyak ditekankan pada tekanan yang diberikan pada salah satu aspek
struktur atau fungsi kepribadian atau pada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun ke dalam
dirinya baik yang datang dari lingkunganya (dunia luarnya), maupun yang berasal dari
dirinya sendiri (dunia dalamnya), sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan
fungsional yang khas bagi manusia itu.
Dengan mempelajari perilaku dan sifat-sifat kepribadian seseorang, maka kita dapat
mengalami kepribadian yang sebenarnya. Kepribadian sangat berbeda dengan watak dan
temperamen. Watak ialah kepribadian yang diperngaruhi oleh motivasi yang menggerakkan
kemauan sehingga orang bertindak. Tabiat atau temparamen ialah kepribadian yang lebih
tergantung kepada keadaan badaniah.
Gangguan kepribadian meliputi berbagai keadaan dan pola perilaku yang klinis
bermakna yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya hidup yang khas dari
individu serta cara berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain. Beberapa dari keadaan
dan pola perilaku ini timbul secara dini dalam masa pertumbuhan atau perkembangan
individu, sebagai hasil dari baik faktor konstitusional maupun pengalaman sosial, sementara
lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Kepribadian


Terdapat berbagai definisi atau pengertian mengenai kepribadian. Kusumanto
Setyonegoro mengatakan: Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan
yang dialami secara subjektif oleh seseorang. Definisi lain mengemukakan bahwa
kepribadian ialah pola perilaku yang khas bagi seseorang yang menyebabkan orang itu dapat
dikenal dari pola perilakunya itu. Atau kepribadian menunjuk kepada keseluruhan pola
pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi
yang terus-menerus dalam hidupnya.
Jadi kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun di dalam
dirinya dan yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya terhadap segala
rangsang, baik yang datang dari lingkungannya (dunia luarnya), maupun yang berasal dari
dirinya sendiri (dunia dalamnya) sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan
fungsional yang khas bagi manusia itu. Definisi-definisi di atas mengemukakan kepribadian
dalam arti kata empirik (lihat di bawah ini), Terdapat 3 kelompok pengertian kepribadian,
yaitu pengertian populer, falsafat dan empirik.
Kepribadian dalam arti kata populer sama dengan kualitas seseorang yang
menyebabkan ia disenangi atau tidak disenangi oleh orang lain.
Kepribadian dalam arti kata falsafat ialah sesuatu yang rasional (dapat berpikir,
mempunyai daya penalaran) dan individual (merupakan kesatuan yang dapat berdiri sendiri,
mempunyai ciri-ciri khas). Kepribadian itu merupakan inti manusia (yaitu bila kita menjawab
pertanyaan dalam falsafah: “Apakah manusia itu”) yang mengatur dan mengawasi
perilakunya secara tidak dapat dilihat oleh orang lain dan yang merupakan penyebab utama
segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia.
Kepribadian dalam arti kata empiris ialah jumlah perilaku yang dapat diamati dan
yang mempunyai ciri-ciri biologik, psikologik, sosiologik, dan moral yang khas baginya,
yang dapat membedakannya dari kepribadian yang lain. Akan tetapi harus diingat bahwa
jumlah perilaku atau jumlah sifat seseorang tidak sama dengan kepribadiannya yang
sebenarnya. Perilaku dan sifat hanya merupakan manifestasi kepribadian orang itu. Dengan
mempelajari perilaku atau sifat-sifat kepribadian seseorang maka kita dapat menyelami
kepribadian yang sebenarnya.

2
II.2. Gangguan Kepribadian
II.2.1. Pengertian Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian adalah kondisi patologik dari ciri kepribadian seseorang yang
menjadi tidak fleksibel dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup, sehingga
menimbulkan hendaya di dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan subjektif bagi
dirinya.
Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat kepribadian
yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. akibatnya, dia
akan mengalami “kerusakan” berat dalam hubungan sosialnya atau dalam bidang pekerjaanya
atau dirinya terasa sangat menderita.
Gejala-gejala dari orang dengan gangguan kepribadian biasanya alloplastik. Artinya,
orang dengan gangguan kepribadian akan berusaha merubah lingkungan untuk disesuaikan
dengan keinginannya. Selain itu, gejala-gejalanya juga egosintonik. Artinya, orang dengan
gangguan kepribadian dapat menerima dengan baik gejala-gejalanya. Umumnya orang
dengan gangguan kepribadian menolak bantuan secara psikiatrik.
Sampai saat ini penyebab gangguan kepribadian belum diketahui dengan pasti.
Tetapi, terdapat beberapa faktor diduga mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan
kepribadian. Faktor-faktor tersebut adalah :
• Faktor Genetik
Ternyata saudara kembar satu telur dari penderita gangguan kepribadian juah lebih banyak
yang menderita gangguan kepribadian dibandingkan dengan saudara kembar dua telur.
• Faktor biologik
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan kepribadian.
Orang yang menderita gangguan kepribadian dibandingkan dengan saudara kembar dua
telur.
• Faktor Psikologik
Sigmund Freud menduga ciri kepribadian berhubungan erat dengan fiksasi pada salah satu
fase perkembangan sebelumnya. Misalnya, orang yang pasif dan dependen mempunyai
fiksasi pada fase oral. Selanjutnya, Wilhem Reich mengemukakan bahwa gejala gangguan
kepribadian sangat ditentukan oleh jenis defen mekanisme yang dipergunakannya.
Misalnya, orang dengan gangguan kepribadian paranoid menggunakan defen mekanisme
proyeksi, orang dengan gangguan kepribadian kompulsif menggunakan defen mekanisme
isolasi, dan orang dengan gangguan kepribadian histrionik menggunakan defen
mekanisme dissosiasi.

3
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa 5 sampai 10% penduduk dewasa
menderita gangguan kepribadian. Jadi prevalensi gangguan kepribadian ternyata 5 sampai 10
kali lebih tinggi dari prevalensi skizofrenia dan gangguan afektif berat, serta hampir sama
dengan prevalensi gangguan neurotik.
Prevalensi gangguan kepribadian lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang
dipenjarakan dan penduduk dengan sosial ekonomi rendah.

II.2.2. Meramalkan akibat gangguan kepribadian


Biasanya gejala gangguan kepribadian akan menetap seumur hidup. Tetapi, sebagian
kecil orang dengan gangguan kepribadian mengalami pengurangan gejala dengan
bertambahnya usia.
Orang dengan gangguan kepribadian mempunyai kemungkinan lebih besar akan
mengalami kesulitan berupa hal, seperti :
• Pekerjaan
Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan
dibandingkan populasi umum, mereka mungkin akan sering ganti-ganti pekerjaan.
• Penyesuaian diri dalam perkawinan
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri dalam perkawinannya.
• Hubungan Sosial
Orang dengan gangguan kepribadian sering mengalami kesulitan berhubungan sosial
dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sering bertengkar dengan tetangga, atau teman
sekantor.
• Kecenderungan penyalahgunaan zat
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang menyalahgunakan zat, terutama
alkohol
• Sering berurusan dengan petugas hukum
Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering berurusan dengan petugas hukum,
seperti polisi.

II.2.3. Berbagai Jenis Gangguan Kepribadian


Kurt Schneider (1923) membagi gangguan kepribadian menjadi sepuluh jenis
menurut sifat yang terganggu paling menonjol.

4
Eugen Kahn (1928) membagi gangguan kepribadian menjadi tiga kelompok, yaitu
gangguan dorongan, temperamen dan watak.
Pembagian gangguan kepribadian menurut DSM-IV dikelompokkan dalam tiga
cluster:
Cluster A: - gangguan kepribadian paranoid
- gangguan kepribadian skizoid
- gangguan kepribadian skizotipal
Cluster B: - gangguan kepribadian antisosial
- gangguan kepribadian ambang
- gangguan kepribadian histrionik
- gangguan kepribadian narsistik
Cluster C: - gangguan kepribadian menghindar
- gangguan kepribadian tergantung
- gangguan kepribadian anankastik
- gangguan kepribadian yang tidak ditentukan

GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID


Kepribadian paranoid ialah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang
menonjol; orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang yang lain dianggap sebagai
seorang agresor terhadapnya, ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai
pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai
akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman
dan mendapatkan banyak musuh.
Dalam kepribadian paranoid kita menemukan secara berlebihan kecenderungan yang
sudah umum, yaitu suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, menolak apriori
sifat-sifat orang lain yang tidak memenuhi ukuran yang telah dibuatnya sendiri. Untuk
mempertahankan rasa harga diri, dibuatnya keterangan yang tidak masuk akal tentang
kesalahan-kesalahannya, tetapi yang memuaskan emosinya sendiri. Sering diduganya bahwa
orang lainlah yang tidak adil, bermusuhan dan agresif.
Hypersensitif, banyak curiga, iri hati dan cemburu, merasa diri penting,
kecenderungan selalu menyalahkan orang lain dan mencurigai orang lain bermotivasi buruk
terhadap dirinya. Ciri-ciri tersebut menghalangi penderita untuk mendapatkan hubungan
interpersonal yang memuaskan.

5
Kriteria diagnostik gangguan paranoid :
A. Ketidakpercayaan dan kecurigaan yang pervasif kepada orang lain sehingga motif
mereka dianggap sebagai berhati dengki, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Menduga, tanpa dasar yang cukup, bahwa orang lain memanfaatkan,
membahayakan, atau mengkhianati dirinya.
2. Preokupasi dengan keraguan yang tidak pada tempatnya tentang loyalitas atau
kejujuran teman atau rekan kerja
3. Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu
bahwa informasi akan digunakan secara jahat melawan dirinya
4. Membaca arti merendahkan atau mengancam yang tersembunyi dari ucapan atau
kejadian yang biasa
5. Secara persisten menanggung dendam, yaitu tidak memaafkan kerugian, cedera, atau
kelalaian
6. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi
orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah atau balas menyerang
7. Memiliki kecurigaan yang berlulang, tanpa pertimbangan, tentang kesetiaan
pasangan atau mitra seksual.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik, atau gangguan psikotik lain dan bukan karena efek fisiologis langsung dari
kondisi medis umum.

Diagnosa Banding
- Gangguan delusional : karena waham yang terpaku tidak ditemukan pada
gangguan kepribadian paranoid
- Skizofrenia paranoid : karena halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan
pada gangguan kepribadian paranoid
- Gangguan kepribadian ambang : karena pasien paranoid jarang mampu
terlibat secara berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien
ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat perilaku
antisosial.
- Gangguan skizoid : adalah menarik dan menjauhkan diri tetapi tidak memiliki
gagasan paranoid.

6
Terapi :
- Psikoterapi : bila diminta bantuan, maka dalam bimbingan dititik-beratkan
pada pengalaman subjektif dalam pribadinya dan pada interaksi dengan dokter.
- Farmakoterapi :berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada
sebagian besar kasus suatu obat antiansietas seperti diazepam (Valium) adalah memadai.
Tetapi mungkin perlu untuk menggunakan suatu antipsikotik, seperti thioridazine
(Mellaril) atau haloperidol (Haldol),d alam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk
menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional.

GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID


Malu-malu, hypersensitif, menyendiri, menghindarkan hubungan rapat dan
kompetitif dan sering sekali eksentrik. Sering melamun dan tidak dapat menyatakan perasaan
marah. Terhadap pengalaman-pengalaman yang menggangu dirinya biasanya dia beraksi
tidak perduli
Kriteria diagnostik untuk kepribadian skizoid
A. Pola pervasif pelepasan dari hubungan sosial dan rentang pengalaman emosi yang
terbatas dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan ditemukan
dalam berbagai korteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian
dari keluarga
2. Hampir selalu memilih kegiatan secara sendirian
3. Memiliki sedikit, jika ada, rasa tertarik untuk melakukan pengalamam seksual
dengan orang lain
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada aktivitas
5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dieprcaya selain sanak saudara derajat
pertama
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan Skizofrenia, gangguan, suatu gangguan
mood dengan ciri psikotik, gangguan psikotik lain atau suatu gangguan perkembangan
pervasif, dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.

7
Diagnosis Banding
- Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal,
pasien dengan gangguan skizoid tidak memiliki sanak saudara skizofrenik, dan mereka
mungkin memiliki riwayat pekerjaan yang berhasil, jika terisolasi.
- Secara teoritis, perbedaan utama antara pasien gangguan kepribadian
skizotipal dan pasien gangguan kepribadian skizoid adalah bahwa pasien skizotipal
menunjukkan kemiripan yang lebih banyak dengan pasien skizofrenik dalam hal
keanehan persepsi, pikiran, perilaku dan komunikasi
- Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah terisolasi tetapi memiliki
keinginan kuat untuk berperan serta dalam aktivitas, suatu karakteristik yang tidak
ditemukan pada pasien dengan gangguan kepribadian skizoid.
Terapi:
- Psikoterapi : psikoterapi suportif, bimbingan dalam cara hidup, anjuran untuk
mengambil bagian dalam kegiatan sosial dan hubungan antar manusia
- Farmakologi terapi : farmakoterapi dengan antipsikotik dosis kecil,
antidepresan dan psikostimulan telah efektif pada beberapa pasien.

GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL


Sering ditemukan pelbagai campuran kecemasan, depresi, dan afek disforik lainnya.
Selama periode stres yang berat dapat timbul gejala psikotik yang sepintas. Karena keanehan
cara pikirnya orang dengan gangguan kepribadian skizotipal cenderung berkeyakinan
eksentrik, seperti keyakinan agama yang aneh-aneh.
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Skizotipal (5)
A. Pola pervasif defisit sosial dan interpersonal yang ditandai oleh ketidaksenangan akut
dengan, dan penurunan kapasitas untuk, hubungan erat dan juga oleh penyimpangan
kognitif atau persepsi dan perilaku eksentrik, dimulai pada masa dewasa awal dan
tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Gagasan yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) kecuali waham yang
menyangkut diri sendiri)
2. Keyakinan aneh atau pikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak konsisten
dengan norma kultural (misalnya, percaya takhyul [superstitiousness], percaya dapat
melihat apa yang akan terjadi [clairvoyance], telepati, atau indera keenam, pada
anak-anak dan remaja khayalan atau preokupasi yang kacau)
3. Pengalaman persepsi yang tidak lazim, termasuk ilusi tubuh

8
4. Pikiran dan bicara yang aneh (misalnya, samar samar, sirkumstansialitas, metaforik,
terlalu berbelit-belit, atau stereotipik)
5. Kecurigaan atau ide paranoid
6. Afek yang tidak sesuai atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau janggal
8. Tidak memiliki teman akrab atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama
9. Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak menghilang dengan keakraban dan
cenderung disertai dengan ketakutan paranoid ketimbang pertimbangan negatif
tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik lain, atau suatu gangguan perkembangan pervasif.

Diagnosa Banding
- Secara teoritis, pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal dapat
dibedakan dari pasien gangguan kepribadian skizoid dan menghindar oleh adanya
keanehan dalam perilaku, pikiran, persepsi, dan komunikasi mereka dan kemungkinan
oleh riwayat keluarga yang jelas adanya skizofrenia.
- Pasien gangguan kepribadian skizotipal dapat dibedakan dari pasien
skizofrenik oleh tidak adanya psikosis. Jika psikosis memang ditemukan, gejala tersebut
adalah singkat dan terpecah.
- Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan, tetapi tidak
memiliki perilaku yang aneh seperti pada pasien gangguan kepribadian skizotipal.

Terapi :
- Psikoterapi : pikiran yang aneh dan ganjil dari pasien gangguan kepribadian
skizotipal harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan,
praktek religius yang aneh, dan okulitis. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas
tersebut atau mengadili kepercayaan atau aktivitas mereka.
- Farmakoterapi : Medikasi antipsikotik berguna untuk mengatasi gagasan
mengenai diri sendiri, waham, dan gejala lain dari gangguan dan dapat digunakan
bersama-sama dengan psikoterapi. Hasil yang positif telah dilaporkan dengan
haloperidol. Anti depresan digunakan jika ditemukan suatu komponen depresif dari
kepribadian.

9
GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL
Di sini pola tingkah laku berkali-kali berlawanan dengan peraturan masyarakat.
Penderita sangat egois, tidak dapat setia kawan, tidak memperdulikan nilai sosial dan tidak
bertanggung jawab, kasar, impulsif, idak bisa merasa bersalah atau belajar dari pengalaman
atau hukuman. Bila mengalami frustasi selalu selalu menyalahkan orang lain dan
membenarkan diri sendiri.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Anti sosial


A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak
usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) berikut :
1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum
seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi
dasar penahanan.
2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong,
menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan
keuntungan atau menipu orang lain untuk mendapatkan keuntungan atau kesenangan
pribadi.
3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan
4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau
penyerangan yang berulang
5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain
6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan
berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban
finansial.
7. Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh terhadap atau
mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain.
B. Individu sekurang-kurangnya berusia 18 tahun
C. Terdapat tanda-tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun.
D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata-mata selama perjalanan skizofrenia atau
suatu episode manik.

10
Diagnosa Banding
- Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal dimana
gangguan kepribadian antisosial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang.
- Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, klinisi harus
mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latar belakang
kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis gangguan
kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau mania
dapat menjelaskan gejala.

Terapi:
- Psikoterapi : belum diketahui pengobatan yang optimal tetapi dokter dapat membantu
penderita dan keluarganya mengambil keputusan tentang penanganan. Bila perlu dapat
diadakan institusionalisasi untuk sementara waktu. Pada umumnya dapat dianjurkan
kedua-duanya baik terapi individual maupun terapi kelompok. Kadang-kadang terjadi
perbaikan terutama pada umur 30 dan 40 tahun. Perbaikan ini tidak harus disertai dengan
penyesuaian diri yang baik. Banyak penderita yang masih terus memperlihatkan
kesukaran hubungan antar manusia, iritabilitas, rasa permusuhan terhadap suami atau
istri, tetangga dan agama. Alasan yang sering diberikan oleh penderita tentang perbaikan
ini adalah kematangan, perkawinan, takut dipenjarakan dan tanggung jawab yang
bertambah.
- Farmakoterapi : digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul –
seperti kecemasan, penyerangan, dan depresi – tetapi, karena pasien seringkali
merupakan penyalahgunaan zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien
menunjukkan bukti-bukti adaya gangguan defisit-atensi hiperaktivitas, psikostimulan,
seperti methylphenidate (Ritalin), mungkin digunakan. Harus dilakukan usaha untuk
mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan
perilaku impulsif dengan obat antiepileptik, khususnya jika bentuk gelombang abnormal
ditemukan pada EEG.

GANGGUAN KEPRIBADIAN AMBANG


Sering ditemukan sikap melawan terhadap masyarakat dan pandangan pesimistik.
Juga sering ada pergantian antara sikap ketergantungan dengan sikap mandiri. Apabila ada
periode stres yang berat, kadang-kadang ada gejala psikotik yang lama dan parahnya tidak
cukup menegakkan diagnosis tambahan.

11
Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Ambang (3,5)
Pola pervasif ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan afek, dan impulsivitas
yang jelas pada dewasa awal dan ditemukan dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Usha mati-matian untuk menghindari ketinggalan yang nyata atau khayalan. Catatan
tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi dari yang ditemukan dalam kriteria
5.
2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan kuat yang ditandai oleh perubahan
antara ekstrim-ekstrim idealisasi dan devaluasi
3. Gangguan identitas : citra diri atau perasaan diri sendiri yang tidak stabil secara jelas
dan persisten.
4. Impulsivitas pada sekurangnya dua bidang yang potensial membahayakan diri
sendiri (misalnya, berbelanja, seks, penyalahgunaan zat, ngebut gila-gilaan, pesta
makan). Catatan : tidak termasuk perilaku bunuh diri atau mutilasi diri yang
ditemukan dalam kriteria 5.
5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang kali, atau perilaku mutilasi
diri.
6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas mood yang jelas (misalnya, disforia
episodik kuat, iritabilitas atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam dan
jarang lebih dari beberapa hari)
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Kemarahan yang kuat dan tidak pada tempatnya atau kesulitan dalam
mengendalikan kemarahan (misalnya, sering menunjukkan temper, marah terus
menerus, perkelahian fisik berulang kali).
9. Ide paranoid yang transien dan berhubungan dengan stres, atau gejala disosiatif yang
parah

Diagnosis Banding
- Pembedaan dari skizofrenia dilakukan berdasarkan tidak adanya episode
psikotik, gangguan pikiran, atau tanda skizofrenia klasik lainnya yang berkepanjangan
yang dimiliki pasien ambang.
- Pasien gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan pikiran yang sangat
aneh, gagasan yanga neh, dan gagasan menyangkut diri sendiri yang rekuren

12
- Pasien gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh kecurigaan yang ekstrim.
Pada umumnya, pasien gangguan kepribadian ambang menunjukkan perasaan kekosongan
yang kronis, impulsivitas, mutilasi diri, episode psikotik singkat, usaha bunuh diri
manipulatif, dan biasanya keterlibatan yang menuntut dalam hubungan erat.

Terapi
- Psikoterapi : interaksi dengan anggota staf yang terlatih dari berbagai disiplin
dan dibekali dengan terapi kerja, rekreasional, dan kejuruan.
- Farmakoterapi : antidepresan memperbaiki mood yang terdepresi yang sering
ditemukan pada pasien. MAOI adalah efektif dalam memodulasi perilaku impulsif pada
beberapa pasien. Benzodiazepin, khususnya alprazolam, membantu kecemasan dan
depresi, tetapi beberapa pasien menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat tersebut.
Antikonvulsan seperti karbamazepin, padat meningkatkan fungsi global pada beberapa
pasien. Obat serotonergik, seperti fluoxetine, adalah membantu pada beberapa kasus.

GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK


Labilitas emosi, bereaksi secara berlebihan, dramtisasi diri sendiri untuk menarik
perhatian dan menggoda hati orang lain (dengan sadar atau tidak sadar). Kepribadian ini juga
menunjukkan infantilitas, sifat egosentris, sombong dan biasanya disertai banyak tuntutan.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Histrionik


Pola pervasif emosionalitas dan mencari perhatian yang berlebihan, dimulai pada masa
dewasa muda dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau
lebih) berikut :
1. Tidak merasa nyaman dalam situasi di mana ia tidak merupakan pusat perhatian
2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada
tempatnya atau perilaku provokatif
3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang dangkal
4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada
dirinya
5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian
6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang berlebihan
7. Mudah disugesti, yaitu, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan sebenarnya.

13
Diagnosis Banding
- Perbedaan antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan kepribadian
ambang adalah sukar. Pad agangguan kepribadian ambang, usaha bunuh diri, difusi
identitas dan episode psikotik singkat adalah lebih sering. Walaupun kedua kondisi dapat
didiagnosis pada pasien yang sama, klinisi harus memisahkan keduanya.
- Gangguan somatisasi sindroma Briquet) dapat terjadi bersama-sama dengan
gangguan kepribadian histrionik.
- Pasien dengan gangguan psikotik singkat dan gangguan disosiatif mungkin
perlu mendapatkan diagnosis penyerta gangguan kepribadian histrionik.

Terapi
- Psikoterapi : dokter harus waspada bila pada permulaan pengobatan sudah
kelihatan ada perbaikan, karena ini mungkin hanya untuk menyenangkannya. Karena
kemampuan komunikasinya kurang, maka yang dibimbing adalah perilaku yang nyata
saja.
- Farmakoterapi : dapat ditambahkan jika gejala adalah menjadi sasarannya
(seperti penggunaan antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, obat antiansietas
untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK


Sering ada afek depresif, sering juga ada perhatian terhadap diri sendiri ecara
berlebih disertai preokupasi dalam berdandan dan berusaha agar dirinya tetap tampak muda,
disertai rasa iri hati kronik dan mendalam terhadap orang lain. Kadang-kadang ada pula
preokupasi dengan rasa nyeri dari berbagai keluhan fisik. Apabila ada kekurangan, kekalahan
atau perilaku yang tidak bertanggung jawab dari dirinya, maka orang tersebut sering
membenarkan diri dengan rasionalisasi, atau berdusta. Perasaannya sering dipalsukan agar
memberi kesan kepada orang lain.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Narsistik (5)


Pola pervasif kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), membutuhkan kebanggaan, dan
tidak ada empati, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :

14
1. Memiliki rasa kepentingan diri yang besar ( misalnya melebih-lebihkan bakat
dan kemampuannya, mengharap untuk dikenal sebagai seorang yang hebat tapi tidak
sepadan)
2. Preokupasi dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecerdasan,
kecantikan, atau cinta ideal yang tidak terbatas.
3. Yakin bahwa ia adalah khusus dan unik dan dapat dimengerti hanya oleh
atau harus berhubungan dengan orang lain (atau institusi) yang khusus atau memiliki
status tinggi.
4. Membutuhkan kebanggaan yang berlebihan
5. Memiliki perasaan bernama besar, yaitu, harapan yang tidak beralasan akan
perlakuan khusus atau kepatuhan ototmatis sesuai harapannya
6. Eksploitatif secara interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang
lain untuk mencapai tujuannya sendiri.
7. Tidak memiliki empat ; tidak mau mengenali atau mengetahui perasaan dan
kebutuhan orang lain
8. Sering cemburu terhadap orang lain dan merasa orang lain juga cemburu
kepada dirinya
9. Memperlihatkan kesombongan, sikap congkak dan sombong.

Diagnosis banding
- Gangguan kepribadian ambang, histrionik dan antisosial sering ditemukan
bersama-sama dengan gangguan kepribadian narsistik, yang berarti bahwa diagnosis
banding adalah sukar. Pasien dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki
kecemasan yang lebih kecil daripada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan
kehidupan mereka cenderung kurang kacau.
- Usaha bunuh diri juga lebih mungkin berhubungan dengan pasien gangguan
kepribadian ambang dibandingkan pasien gangguan kepribadian narsistik.
- Pasien gangguan kepribadian antisosial memberikan riwayat perilaku
impulsif, seringkali disertai dengan penyalahgunaan alkohol atau zat lain, hal tersebut
seringkali menyebabkan mereka mendapatkan masalah dengan hukum
- Dan pasien gangguan kepribadian histrionik menunjukkan ciri-ciri
eksibisionisme dan manipulativitas interpersonal yang mirip dengan pasien gangguan
kepribadian narsistik.

15
Terapi:
- Psikoterapi : dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heinz Kohut
menganjurkan pamakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan; tetapi
banyak penelitian yang diperlukan untuk mengabsahkan diagnosis dan untuk menentukan
terapi yang terbaik.
- Farmakoterapi : lithium telah digunakan pada pasien yang memiliki
pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Karena pasien gangguan
kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara burukdan adalah rentan terhadap
depresi, suatu anti depresan mungkin juga digunakan.

GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR


Depresi, kecemasan dan kemarahan pada diri sendiri karena gagal ntuk membina
hubungan sosial.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian menghindar


Pola pervasif hambatan sosial, perasaan tidak cakap, dan kepekaan berlebihan terhadap
penilaian negatif, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Menghindari aktivitas pekerjaan yang memerlukan kontak interpersonal yang bermakna
karena takut akan kritik, celaan dan penolakan
2. Tidak mau terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan disenangi
3. Menunjukkan keterbatasan dalam hubungan intim karena rasa takut dipermalukan atau
ditertawai
4. Preokupasi dengan sedang dikritik atau ditolak dalam situasi sosial
5. Terhambat dalam situasi interpersonal yang baru karena perasaan tidak adekuat
6. Memandang diri sendiri tidak layak secara sosial karena merasa dirinya tidak menarik
atau lebih rendah dari orang lain
7. Tidak biasanya enggan untuk mengambil risiko pribadi atau melakukan aktivitas baru
karena dapat membuktikan penghinaan.

Diagnosis Banding
- Pasien gangguan kepribadian menghindar menginginkan interaksi sosial,
dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian skizoid, yang ingin sendirian.

16
- Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah tidak menuntut, tidak
mudah marah, atau tidak dapat diramalkan seperti pasien gangguan kepribadian ambang
dan histrionik.
- Gangguan kepribadian menghindar dan gangguan kepribadian dependen
adalah serupa. Pasien gangguan kepribadian dependen dianggap memiliki ketakutan yang
lebih tinggi akan penelantaran atau tidak dicintai dibandingkan pasien gangguan
kepribadian menghindar; tetapi gambaran klinisnya mungkin tidak dapat dibedakan.
Terapi:
- Psikoterapi : latihan ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat
mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk
meningkatkan harga diri mereka.
- Farmakoterapi : telah digunakan untuk menangani kecemasan dan depresi
jika ditemukan sebagai gambaran beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi pada pasien dengan
gangguan kepribadian menghindari, khususnya jika mereka menghadapi situasi yang
menakutkan.

GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN


Mudah lelah, kurang bersemangat, kurang minat, terlalu sensitif terhadap stres dan
emosi sukar diajak bersenang-senang. Selalu terdapat preokupasi bahwa dirinya akan
ditinggalkan, kecuali apabila ia telah berhasil membentuk hubungan yang permanen dengan
seseorang yang dapat memuaskan kebutuhan ketergantungannya.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Dependen (3,5)


Kebutuhan yang pervasif dan berlebihan untuk diasuh, yang menyebabkan perilaku tunduk
dan menggantung dan rasa takut akan perpisahan, dimulai pada masa dewasa awal dan
tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih) berikut :
1. Memiliki kesulitan dalam mengambil keputusan setiap hari tanpa sejumlah besar nasehat
dan penenteraman dari orang lain
2. Membutuhkan orang lain untuk menerima tanggung jawab dalam sebagian besar bidang
utama kehidupannya
3. Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan ketidaksetujuan pada orang lain. Catatan:
tidak termasuk rasa takut yang realistik akan ganti rugi

17
4. Memiliki kesulitan dalam memulai proyek atau melakukan hal dengan dirinya sendiri
(karena tidak memiliki keyakinan diri dalam pertimbangan atau kemampuan ketimbang
tidak memiliki motivas atau energi)
5. Berusaha berlebihan untuk mendapatkan asuhan dan dukungan dari orang lain, sampai
pada titik secara sukarela melakukan hal yang tidak menyenangkan
6. Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena timbulnya rasa takut tidak
mampu merawat diri sendiri
7. Segera mencari hubungan dengan orang lain sebagai sumber pengasuhan dan dukungan
jika hubungan dekatnya berakhir
8. Secara tidak realistik terpreokupasi dengan rasa takut ditinggal untuk merawat dirinya
sendiri.

Diagnosis Banding (4)


- Ketergantungan adalah faktor yang menonjol pada pasien gangguan
kepribadian histrionik dan ambang; tetapi, pasien gangguan kepribadian dependen
biasanya memiliki hubungan jangka panjang dengan orang pada siapa mereka
tergantung, bukannya pada sejumlah orang, dan mereka tidak cenderung manipulatif.
Pasien gangguan kepribadian skizoid dan skizotipal mungkin tidak dapat dibedakan dari
pasien gangguan kepribadian menghindar
- Perilaku ketergantungan dapat terjadi pada pasien dengan agorafobia, tetapi
pasien agorafobik cenderung memiliki tingkat kecemasan yang jelas atau bahkan panik.
Terapi :
- Psikoterapi : terapi perilaku, latihan ketegasan, terapi keluarga dan terapi
kelompok, semuanya telah digunakan, dengan keberhasilan pada banyak kasus.
- Farmakoterapi : telah digunakan untuk mengatasi gejala spesifik seperti
kecemasan dan depresi, yang sering merupakan gambaran penyerta gangguan
kepribadian dependen. Pasien tersebut yang mengalami serangan panik atau yang
memiliki tingkat kecemasan perpisahan yang tinggi mungkin tertolong oleh imipramine
(Tofranil). Benzodiazepine dan obat serotonergik juga telah berguna. Jika depresi atau
gejala menarik diri pada pasien berespon terhadap psikostimulan, obat tersebut
digunakan.

GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF KOMPULSIF

18
Terlalu menitikberatkan konformitas dan kepatuhan terhadap standar moralitas.
Orang-orang dalam kelompok ini bersifat kaku, tidak fleksibel, selalu menekankan kewajiban
dan disiplin, sukar bersantai. Perfeksionisme, kaku, pemalu, dan pengawasan diri yang tinggi.

Kriteria Diagnostik Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif (5)


Pola pervasif preokupasi dengan urutan, perfeksionisme, dan pengendalian mental dan
interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai pada
masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh empat
(atau lebih) berikut :
1. Terpreokupasi dengan perincian, aturan, daftar, urutan, susunan atau jadwal sampai
tingkat dimana aktivitas usama hilang
2. Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (misalnya, tidak
mampu menyelesaikan suatu proyek karena tidak memenuhi standarnya sendiri yang
terlalu ketat
3. Secara berlebihan setia kepada pekerjaan dan produktivitas sampai mengabaikan
aktivitas waktu luang dan persahabatan (tdak disebabkan oleh kebutuhan ekonomi yang
besar)
4. Terlalu berhati-hati, teliti, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika atau nilai-
nilai (tidak disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius).
5. Tidak mampu membuang benda-benda yang usang atau tidak berguna walaupun tidak
memiliki nilai sentimental
6. Enggan untuk mendelegasikan tugas atau untuk bekerja dengan orang lain kecuali
mereka tunduk dengan tepat caranya mengerjakan hal
7. Memiliki gaya belanja yang kikir baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain; uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana dimasa depan
8. Menunjukkan kekauan dan keras kepala.

Diagnosis Banding (4)


Jika ditemukan obsesi atau kompulsi yang rekuren, gangguan obsesif-kompulsif
harus ditulis dalam Aksis I. Kemungkinan pembedaan yang paling sukar adalah antara
pasien rawat jalan dengan sifat obsesif-kompulsif dan pasien dengan gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif. Diagnosis gangguan kepribadian bermakna dalam efektivitas pekerjaana
tau sosialnya. Pada beberapa kasus, gangguan delusional terjadi bersama-sama dengan
gangguan kepribadian dan harus dicatat.

19
Terapi:
- Psikoterapi : individu ini sama sekali tidak mersa sakit, abnormal atau
menyimpang. Ia tidak dapat dibawa berobat ke dokter oleh orang-orang di lingkungan
yang menderita karenanya, juga karena perilakunya sering berguna dalam masyarakat
atau pekerjaan. Bila penderita mengalami gangguan badaniah atau ganguan psikiatrik
yang lain sehingga ia mengunjungi seorang dokter, maka hubungan penderita-dokter ini
dapat dijadikan hubungan yang dependen pada dokter dalam jangka panjang. Dan dengan
nasehat serta efek obat apa saja maka paling sedikit keadaannya dan akibat pada
lingkunganya dapat dicegah jangan sampai bertambah buruk.
- Farmakoterapi : Clonazepam (Klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan
antikonvulsan; pemakaian obat ini telah menurunkan gejala pada pasien dengan
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif parah. aPakah obat ini digunaka pada gangguan
kepribadian adalah tidak diketahui. Clomipramine (Anafranil) dan obat serotonergik
tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif
timbul.

GANGGUAN KEPRIBADIAN YANG TIDAK DITENTUKAN (5)


Kategori ini adalah untuk gangguan-gangguan fungsi kepribadian yang tidak
memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian spesifik. Contohnya adalah adanya ciri-ciri
lebih dari satu gangguan kepribadian spesifik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk
salah satu gangguan kepribadian (“kepribadian campuran”), tetapi bersama-sama
menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam satu atau lebih
fungsi penting (misalnya, sosial atau pekerjaan). Kategori ini juga dapat digunakan jika
klinisi menganggap bahwa suatu gangguan kepribadian spesifik yang tidak dimasukkan ke
dalam klasifikasi ini adalah sesuai. Contohnya adalah gangguan kepribadian pasif-agresif dan
gangguan kepribadian depresif.

GANGGUAN KEPRIBADIAN PASIF – AGRESIF


Orang dengan gangguan kepribadian pasif-agresif ditandai oleh obstruksionisme
(senang menghalang-halangi), menunda-nunda, sikap keras kepala dan tidak efisien.

Kriteria Riset Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif (5)

20
A. Pola perpasif sikap negatifistik dan resistensi pasif terhadap tuntutan akan kinerja yang
adekuat, dimulai pada masa dewasa awal dan tampak dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) berikut :
1. Secara pasif menolak memenuhi tugas sosial dan pekerjaan rutin
2. Mengeluh tidak dimengerti dan tidak dihargai oleh orang lain
3. Cemberut dan argumentatif
4. Tanpa alasan mengkritik dan mencemooh atasan
5. Menunjukkan rasa cemburu dan kebencian terhadap mereka yang tampaknya lebih
beruntung
6. Suara yang diperkeras dan keluhan terus menerus atas ketidak beruntungan dirinya
7. Berganti-ganti antara tantangan permusuhan dan perasaan dosa
B. Tidak terjadi semata-mata selama episode depresif berat dan tidak diterangkan lebih baik
oleh gangguan distimik.
Diagnosis Banding
Gangguan kepribadian pasif-agresif perlu dibedakan dari gangguan kepribadian
histrionik dan ambang; tetapi, pasien gangguan kepribadian pasif-agresif adalah dramatik,
afektif dan agresif secara terbuka dibandingkan dengan pasien gangguan kepribadian
histrionik dan ambang.

Terapi
- Psikoterapi : pasien gangguan kepribadian pasif-agresif yang mendapatkan psikoterapi
suportif memiliki hasil yang baik. Tetapi psikoterapi untuk pasien dengan gangguan
kepribadian pasif-agresif memiliki banyak kekurangan : dalam memenuhi kebutuhan
pasien seringkali mendukung patologi mereka, tetapi menolak permintaan mereka adalah
menolak mereka. Klinisi harus mengobati kecenderungan bunuh diri terhadap tiap
ekspresi kemarahan yang tersembunyi dan bukan sebagai orang yang akan mengobati
kehilangan obyek pada gangguan depresif berat.
- Farmakoterapi : antidepresan harus diresepkan hanya jika ada indikasi klinis depresi dan
kemungkinan bunuh diri. Beberapa pasien berespon terhadap benzodiazepine dan
psikostimulan, tergantung pada keadaan klinis.

Gangguan Kepribadian Depresif


Orang dengan gangguan kepribadian depresif ditandai oleh sifat seumur hidup yang
masuk ke dalam spektrum depresif. Mereka adalah pesimistik, anhedonik, terikat pada

21
kewajiban, meragukan diri sendiri, dan tidak gembira secara kronis. Gangguan ini baru
diklasifikasikan dalam DSM-IV, tetapi kepribadian melankolik telah digambarkan pada awal
abad ke 20 oleh dokter psikiatrik Eropa, seperti Ernst Kretschmer.

Diagnosis Banding
Gangguan distimik adalah gangguan mood yang ditandai oleh fluktuasi besar dalam
mood dbandingkan yang ditemukan pada gangguan kepribadian depresif. Gangguan
kepribadian adalah kronis dan seumur hidup, sedangkan gangguan distimik adalah episodik,
dapat terjadi pada setiap waktu, dan biasanya memiliki stresor pencetus. Kepribadian depresif
dapat dianggap sebagai spektrum kondisi afektif dimana gangguan distimik dan gangguan
depresif memiliki varian yang lebih parah.
Pasien gangguan kepribadian menghindar adalah introvert dan tergantung tetapi
cenderung lebih merasa cemas daripada depresi, dibandingkan orang dengan kepribadian
depresif.

Terapi
- Psikoterapi : merupakan pengobatan terpilih untuk gangguan kepribadian depresif. Pasien
berespon terhadap psikoterapi berorientasi tilikan, dan, karena tes realitas pasien adalah
baik, mereka mampu menggali tilikan ke dalam psikodinamika penyakitnya dan
memahami efeknya pada hubungan interpersonal meraka. Terapi kognitif membantu
pasien mengerti manifestasi kognitif dari perasaan rendah diri dan pesimisme mereka.
Jenis psikoterapi lain yang berguna adalah psikoterapi kelompok dan terapi interpersonal.
- Psikofarmakologi :
Pemakaian medikasi anti depresan, khususnya obat serotonerik tertentu seperti setraline
(Zoloft), 50 mg sehari. Beberapa pasien berespon terhadap dosis kecil psikostimulan,
seperti amfetamin, 5-10 mg sehari. Pada semua kasus, obat psikofarmakologis harus
dikombinasikan dengan psikoterapi untuk mencapai efek yang maksimal.

22
BAB III
PENUTUP

Kepribadian ialah ekspresi keluar mengenai pengetahuan serta perasaan yang


dialami secara subjektif oleh seseorang dan ekspresi keluar yang dapat diamati ini, menunjuk
pada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh orang itu
dalam usaha penyesuaian diri yang terus menerus dalam hidupnya sehingga ia dapat dikenal
dari polanya itu.
Pematangan kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor badaniah,
psikologik dan sosial, terutama pada masa kanak-kanak.
Gangguan kepribadian menurut DSM-IV dibagi menjadi tiga cluster, yaitu :
• Cluster A : kepribadian paranoid, skizoid dan skizotipal
• Cluster B : kepribadian antisosial, ambang, histrionik, narsistik
• Cluster C : kepribadian menghindar, tergantung, anankastik dan tidak spesifik
Dalam pengobatan perlu diingat bahwa sifat-sifat gangguan kepribadian termasuk
dalam pola seumur hidup dan penderita tidak mempunyai motivasi dasar untuk berubah.
Terapi dapat memfokus pada aspek kerugian akibat perilaku ini. Selain daripada terapi
individu yang berlangsung lama, ada baiknya bila penderita dimasukkan ke dalam terapi
kelompok sehingga ia dapat belajar cara-cara yang baru mengenai hubungan antara manusia.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association, Diagnostic Criteria from DSM-IV, American


Psychiatric Association; Washington DC; 1994.
2. Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan
R.I, Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia; Edisi III;
Jakarta; 1993.
3. Kaplan H.I, M.D and Sadock B.J, M.D; Theories of Personality and Psychopathology in
Synopsis of Psychiatry, sixth edition; William and Wilkins; Baltimore USA ; 1991.
4. Maramis. W.F; Gangguan Kepribadian dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa; Airlangga
University Press; Surabaya; 1995.
5. Rebecca J. Frey, “Personality Disorders” in Gale Encyclopedia of Medicine. Gale
Research, 1999.
6. Sadock B.J, Md and Sadock V. A, M.D; Personality Disorders in Comprehensive Text
Book of Psychiatry; seventh edition; Volume I A : Lippincot Williams and Wilkins;
Philadelphia USA; 2000.

24
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................... 2
II.1. Pengertian Kepribadian ....................................................... 2
II.2. Gangguan Kepribadian ........................................................
............................................................................2
II.2.1. Pengertian Gangguan Kepribadian .......................
............................................................................3
II.2.2. Meramalkan akibat Gangguan Kepribadian .........
............................................................................3
II.2.3. Berbagai Jenis Gangguan Kepribadian ................
............................................................................4
BAB III. PENUTUP ..............................................................................
..........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
..........................................................................24

25

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-
Nya, sehingga referat ujian dengan judul “GANGGUAN KEPRIBADIAN” dapat penyusun
selesaikan tepat pada waktunya. Adapun referat ujian ini disusun dalam rangka menjalankan
kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta periode 27
Nopember – 30 Desember 2006.
Dengan selesainya referat ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Agnes Tineke W.R, Sp.KJ selaku penguji pertama
2. dr. Tony Setiabudhi, Sp.KJ (K), PhD selaku penguji kedua
3. Dokter-dokter yang telah turut memberikan bimbingan pengetahuan dan saran.
Demikian referat ujian ini disusun dengan segala keterbatasan kemampuan penyusun
yang masih banyak kekurangannya. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata semoga referat ujian ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Jakarta, Desember 2005

Penyusun

26
ii

27
Referat Ujian Psikiatri

GANGGUAN KEPRIBADIAN

Penguji I :

Dr. Agnes Tineke W. R. Sp.Kj

Penguji II :

Dr. Tony Setiabudhi, Sp.KJ (K), PhD

Disusun oleh :
Julia Ike H
030.00.292

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA SOEHARTO HERDJAN JAKARTA
PERIODE 27 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2006

28
29

You might also like