You are on page 1of 38

MATAKULIAH

PEMASARAN DAN DAYA SAING DAERAH

BAHAN PRESENTASI

PROFIL DAN PEMETAAN DAYA SAING DAERAH

OLEH:

NICOLAUS EDWALDUS DHANGA MUDE, STP


09/304365/PEK/14993

PROGRAM MAGISTER EKONOMIKA PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
I. PEMETAAN DAYA SAING DAERAH
KABUPATEN/KOTA SECARA KESELURUHAN
(BERDASARKAN INDIKATOR INPUT DAN OUTPUT)
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA SECARA KESELURUHAN

TINGG
I BAIK

DAYA SAING DAERAH KAB/KOTA KINERJA INDIKATOR-INDIKATOR


SECARA KESELURUHAN PEMBENTUKNYA

RENDAH
BURU
K

Potret daya saing daerah kabupaten/kota di Indonesia


secara keseluruhan merupakan representatif dari INDIKATOR PEMBENTUK DAYA SAING DAERAH:
kinerja indikator-indikator pembentuknya, semakin baik INPUT:
1. PEREKONOMIAN DAERAH
kinerja indikator-indikator tersebut , maka semakin 2. SDM DAN KETENAGAKERJAAN
tinggi pula daya saing daerah suatu kabupaten/kota, 3. LINGKUNGAN USAHA PRODUKTIF
4. INFFRASTRUKTUR, SDA, DAN LINGKUNGAN
sebaliknya apabila kinerja indikator-indikator tersebut 5. PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN
rendah, maka semakin rendah pula daya saing OUTPUT:
1. PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
kabupaten/kota tersebut (PPSK BI dan LP3E FE 2. PDRB PER KAPITA
3. TINGKAT KESEMPATAN KERJA
UNPAD, 2007:44).
Sepuluh Persen Peringkat Teratas Daya Saing Daerah
Kabupaten/Kota secara Keseluruhan di Indonesia
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kota Bontang (Kaltim) 31,54 23. Kota Medan (Sumut) 3,78
2. Kab. Mimika (Papua) 15,12 24. Kab.Musi Banyuasin (Sumsel) 3,75
3. Kab. Kutai Timur (Kaltim) 10,18 25. Kab. Kutai Barat (Kaltim) 3,72
4. Kota Kediri (Jatim) 9,98 26. Kab. Bireuen (NAD) 3,66
5. Kab. Siak (Riau) 9,22 27. Kota Samarinda (Kaltim) 3,60
6. Kota Lhokseumawe (NAD) 9,16 28. Kab. Bogor (Jabar) 3,54
7. Kab. Kutai Kartanegara (Kaltim) 9,08 29. Kab. Sidoarjo (Jatim) 3,53
8. Kab. Aceh Utara (NAD) 8,20 30. Kab. Tangerang (Banten) 3,41
9. Kab. Sumbawa Barat (NTB) 7,86 31. Kab. Malinau (Kaltim) 3,40
10. Kab. Bengkalis (Riau) 7,25 32. Kota Cirebon (Jabar) 3,37
11. Kab. Natuna (Rikep) 7,03 33. Kab. Pasir (Kaltim) 3,37
12. Kota Cilegon (Banten) 6,55 34. Kota Semarang (Jateng) 3,34
13. Kota Surabaya (Jatim) 5,94 35. Kota Padang (Sumbar) 3,29
14. Kota Batam (Rikep) 5,87 36. Kab. Penajam Paser Utara (Kaltim) 3,24
15. Kab. Sorong (Papua Barat) 5,20 37. Kab. Kampar (Riau) 3,19
16. Kota Balikpapan (Kaltim) 5,19 38. Kota Yogyakarta (DIY) 3,10
17. Kab. Bekasi (Jabar) 5,12 39. Kab. Cilacap (Jateng) 3,07
18. Kab. Rokan Hilir (Riau) 4,97 40. Kota Tarakan (Kaltim) 3,05
19. Kota Banda Aceh (NAD) 4,01 41. Kab. Sorong Selatan(Papua Barat) 3,03
20. Kota Tangerang (Banten) 3,91 42. Kab. Bulungan (Kaltim) 2,98
21. Kab. Berau (Kaltim) 3,86 43. Kab. Bandung (Jabar) 2,96
22. Kab. Bandung (Jabar) 3,81 44. Kab. Gresik (Jatim) 2,96
Daerah yang Mendominasi Sepuluh Persen Teratas Peringkat
Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota secara Keseluruhan di Indonesia
Berdasarkan hasil perhitungan
indeks daya saing daerah
secara keseluruhan, daerah
kabupaten/kota yang Daerah yang Basis
menempati persentil pertama
Daerah yang Kaya akan didominasi oleh kab/kota yang
Ekonomi pada
Sumberdaya Alam memiliki basis ekonomi yang Sektor Industri dan
(SDA) bersumber pada kekayaan Jasa
SDA dan/atau daerah yang (Daerah Perkotaan)
memiliki aktivitas ekonomi
berbasis sektor industri dan
sektor jasa. Hal ini
menunjukkan bahwa suatu
daerah kab/kota di Indonesia
akan memiliki daya saing
daerah yang tinggi apabila
Kota Bontang, didukung oleh keunggulan Kota Surabaya,
Kab. Mimika, dari sisi kekayaan SDA atau Kota Batam,
Kab. Kutai Kartanegara, aktivitas ekonomi berbasis KotaCilegon,
sektor industri atau sektor
Kab. Aceh Utara, jasa relatif dibandingkan Kota Tangerang,
Kota Balikpapan, dengan daerah kab/kota Kota Semarang,
Dll. lainnya. Kab. Bandung
Daerah yang Mendominasi Sepuluh Persen Terbawah Peringkat Daya Saing Daerah
Kabupaten/Kota secara Keseluruhan di Indonesia
Memiliki karakteristik nilai tambah
yang rendah
Peran sektor Pemerintah yang
dominan (government size dan
belanja pelayanan publik yang
Daerah dengan Basis Ekonomi cukup besar)
Pada Sektor Primer Penduduk sedikit
(Khususnya Pertanian) Sedikitnya angkatan kerja

NTT,
Bengkulu,
Maluku

Daerah kabupaten/kota yang berada pada peringkat sepuluh persen terbawah, umumnya merupakan
daerah dengan basis ekonomi yang bersandar pada sektor primer (khususnya pertanian). Dengan
basis ekonomi sektor pertanian, secara implisit daerah ini mempunyai karakteristik nilai tambah yang
rendah. Kabupaten/kota dalam kelompok ini juga ditandai dengan peran sektor Pemerintah yang relatif
cukup dominan (ditandai dengan government size dan belanja pelayanan publik yang cukup besar). Di
lain pihak kabupaten/kota yang ada pada sepuluh persen terbawag memiliki penduduk yang sedikit,
yang berakibat pada sedikitnya jumlah angkatan kerja.
2. PEMETAAN DAYA SAING DAERAH
KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN
INDIKATOR INPUT
2.1.PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN TOTAL INPUT
Sepuluh Persen Peringkat Teratas Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Total Input
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)
NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score
1. Kab. Aceh Utara (NAD) 31,54 23. Kota Kediri (Jatim) 3,78
2. Kab. Mimika (Papua) 15,12 24. Kab. Malinau (Kaltim) 3,75
3. Kota Bontang (Kaltim) 10,18 25. Kab. Sidoarjo (Jatim) 3,72
4. Kab. Natuna (Rikep) 9,98 26. Kota. Tangerang (Banten) 3,66
5. Kota Lhokseumawe (NAD) 9,22 27. Kota Semarang (Jateng) 3,60
6. Kota Surabaya (Jatim) 9,16 28. Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 3,54
7. Kab. Siak (Riau) 9,08 29. Kota Yogyakarta (DIY) 3,53
8. Kab. Kutai Kartanegara (Kaltim) 8,20 30. Kab. Kutai Barat (Kaltim) 3,41
9. Kab. Kutai Timur (Kaltim) 7,86 31. Kota Bekasi (Jabar) 3,40
10. Kota Cilegon (Banten) 7,25 32. Kota Denpasar (Bali) 3,37
11. Kab. Bengkalis (Riau) 7,03 33. Kota Balikpapan (Kaltim) 3,37
12. Kab. Bireuen (NAD) 6,55 34. Kab. Rokan Hilir (Riau) 3,34
13. Kota Tangerang (Banten) 5,94 35. Kota Batam (Rikep) 3,29
14. Kab. Bekasi (Jabar) 5,87 36. Kab. Serang (Banten) 3,24
15. Kab. Bogor (Jabar) 5,20 37. Kota Padang (Sumbar) 3,19
16. Kota Bandung (Jabar) 5,19 38. Kab. Bulungan (Kaltim) 3,10
17. Kota Banda Aceh (NAD) 5,12 39. Kab. Berau (Kaltim) 3,07
18. Kab. Sumbawa Barat (NTB) 4,97 40. Kab. Gresik (Jatim) 3,05
19. Kab. Sorong (Papua Barat) 4,01 41. Kota Samarinda (Kaltim) 3,03
20. Kab. Sorong Selatan(Papua Barat) 3,91 42. Kota Palembang (Sumsel) 2,98
21. Kota Medan (Sumut) 3,86 43. Kota Makassar (Sulsel) 2,96
22. Kab. Bandung (Jabar) 3,81 44. Kab. Penajam Paser Utara (Kaltim) 2,96
Daerah yang Mendominasi Sepuluh Persen Teratas Peringkat
Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Total Input
Luar Jaw
Jaw a
a Daerah yang Basis
Daerah yang Kaya akan Potret daya saing Ekonomi pada
Sumberdaya Alam kabupaten/kota berdasarkan Sektor Industri dan
indikator input ini
(SDA) menghasilkan Jasa
pengelompokan sebagian (Daerah Perkotaan)
besar daerah kedalam dua
kelompok, yaitu
1. Daerah kab/kota yang
memiliki basis ekonomi yang
bersumber pada kekayaan
SDA. Pada umumnya berada
di luar Pulau Jawa
Kab. Aceh Utara, Kota Surabaya,Kota Cilegon,
Kab. Mimika, 2. Daerah kab/kota dengan Kab. Tangerang,Kab. Bekasi,
basis ekonomi sebagian
Kota Bontang, besar dari aktivitas sektor Kota. Bandung,Kota Medan,
Kota Lhokseumawe, industri dan sektor jasa. Pada Kab. Bandung,Kota Kediri,
umumnya berada di Pulau
Kab. Kutai Kartanegara, Jawa. Kab. Sidoarjo,
Kab. Sorong,Dll. Kota Semarang
Sepuluh Persen Peringkat Terbawah Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Total Input
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Sintang (Kalbar) 1,096 23. Kab. Luwu Utara (Sulsel) 1,026
2. Kota Tidore Kep. (Maluku Ut) 1,096 24. Kab. Seram Bag.Timur (Maluku) 1,005
3. Kab. Dompu (NTB) 1,090 25. Kab. Bombana (Sultgra) 1,003
4. Kab. Mamuju Utara (Sulbar)) 1,087 26. Kab. Mamuju (Sulbar) 1,000
5. Kab. Bone Bolango (Gorontalo) 1,085 27. Kab. Kaur (Bengkulu) 0,983
6. Kab. Tojo Una Una (Sulteng) 1,081 28. Kab. Timor Tengah Selatan (NTT) 0,982
7. Kab. Pasaman (Sumbar) 1,079 29. Kab. Bengkulu Utara (Bengkulu) 0,968
8. Kab. Banggai Kep. (Sulteng) 1,077 30. Kab. Rote Ndao (NTT) 0,958
9. Kab. Bantaeng (Sulsel) 1,075 31. Kab. Majene (Sulbar) 0,956
10. Kab. Buton (Sul. Tenggara) 1,063 32. Kab. Lebong (Bengkulu) 0,944
11. Kab. Konawe Selatan (Sultgra) 1,062 33. Kab. Gorontalo (Gorontalo) 0,944
12. Kab. Manggarai (NTT) 1,061 34. Kab. Boalemo (Gorontalo) 0,941
13. Kab. Flores Timur (NTT) 1,056 35. Kab. Manggarai Barat (NTT) 0,938
14. Kab. Bima (NTB) 1,052 36. Kab. Sumba Barat (NTT) 0,932
15. Kab. Maluku Tengah (Maluku) 1,051 37. Kab. Jeneponto (Sulsel) 0,929
16. Kab. Melawi (Kalbar) 1,048 38. Kab. Kupang (NTT) 0,926
17. Kab. Sampang (Jatim) 1,048 39. Kab. Seram Bag.Barat (Maluku) 0,922
18. Kab. Belu (NTT) 1,046 40. Kab. Seluma (Bengkulu) 0,901
19. Kab. Rejang Lebong (Bengkulu) 1,037 41. Kab. Mukomuko (Bengkulu) 0,888
20. Kab. Sikka (NTT) 1,035 42. Kab. Timor Tengah Utara (NTT) 0,878
21. Kab. Kepahiang (Bengkulu) 1,031 43. Kab. Bengkulu Selatan (Bengkulu) 0,864
22. Kab. Wakatobi (Sultgra) 1,027
Daerah yang Mendominasi Sepuluh Persen Terbawah Peringkat
Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Total Input

BENGKUL
Daerah dengan Basis U Daerah yang miskin
Ekonomi Akan Sumberdaya
Pada Sektor Pertanian) DAN Alam (SDA)
NTT

Sepuluh persen peringkat terbawah daya saing


Kondisi geografis yang daerah berdasarkan indikator agregat input ini,
kurang menguntungkan, hampir setengahnya diduduki oleh kab/kota yang
akibatnya kurangnya minat berada di Propinsi Bengkulu dan NTT. Hal ini
dunia usaha dikarenakan kedua propinsi ini merupakan
Kering dab tandus provinsi yang memiliki kondisi geografis yang
Miskin akan sumberdaya kurang menguntungkan dibandingkan dengan
alam (SDA) daerah yang lain di Indonesia dan kurang dapat
Produktivitas sektor menarik minat dunia usaha. Daerah ini pada
pertanian rendah umumnya kering dan tandus serta miskin akan
sumberdaya alam (SDA). Sebagian besar
penduduknya masih bekerja di sektor pertanian
dengan produktivitas yang rendah.
2.2.PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN SUBINDIKATOR PEREKONOMIAN DAERAH

10% Peringkat Teratas Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Perekonomian Daerah
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)
NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score
1. Kab. Aceh Utara (NAD) 4,329 23. Kab. Berau (Kaltim) 0,876
2. Kota Bontang (Kaltim) 3,596 24. Kota Balikpapan (Kaltim) 0,844
3. Kab. Mimika (Papua) 3,156 25. Kota Batam (Rikep) 0,838
4. Kota Lhokseumawe (NAD) 2,760 26. Kota Medan (Sumut) 0,793
5. Kab. Siak (Riau) 2,340 27. Kab. Kaimana (Papua Barat) 0,780
6. Kab. Kutai Kartanegara (Kaltim) 2,339 28. Kab. Luwu Timur (Sulsel) 0,767
7. Kab. Kutai Timur (Kaltim) 2,029 29. Kab. Bulungan (Kaltim) 0,766
8. Kab. Bengkalis (Riau) 2,020 30. Kab. Kampar (Riau) 0,743
9. Kab. Bireuen (NAD) 1,880 31. Kab. Pasir (Kaltim) 0,737
10. Kab. Sumbawa Barat (NTB) 1,781 32. Kab. Nunukan (Kaltim) 0,700
11. Kota Kediri (Jatim) 1,417 33. Kab. Kutai Barat Kaltim) 0,695
12. Kota Surabaya (Jatim) 1,392 34. Kab. Indramayu (Jabar) 0,694
13. Kota Banda Aceh (NAD) 1,386 35. Kab. Cilacap (Jateng) 0,689
14. Kab. Natuna (Rikep) 1,261 36. Kab. Sidoarjo (Jatim) 0,686
15. Kab. Sorong (Papua Barat) 1,194 37. Kab. Penajam Paser Utara (Kaltim) 0,672
16. Kab. Rokan Hilir (Riau) 1,089 38. Kab. Labuhan Batu (Sumut) 0,669
17. Kab. Sorong Selatan(Papua Barat) 1,042 39. Kab. Sukamara (Kalteng) 0,659
18. Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 1,021 40. Kota Padang (Sumbar) 0,650
19. Kab. Bekasi (Jabar) 0,985 41. Kota Yogyakarta (DIY) 0,647
20. Kab. Malinau (Kaltim) 0,968 42. Kota Samarinda (Kaltim) 0,615
21. Kota Cilegon (Banten) 0,924 43. Kota Tangerang (Banten) 0,611
22. Kab. Musi Banyuasin (Sumsel) 0,888 44. Kota Denpasar (Bali) 0,587
10% Peringkat Terbawah Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Perekonomian Daerah
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Wonosobo (jateng) 0,167 23. Kab. Maluku Utara (Maluku) 0,153
2. Kab. Timor Tengah Utara (NTT) 0,167 24. Kab. Jeneponto (Sulsel) 0,153
3. Kab. Aceh Tenggara (NAD) 0,166 25. Kab. Pamekasan (Jatim) 0,153
4. Kab. Ponorogo (Jatim) 0,165 26. Kab. Asmat (Papua) 0,152
5. Kab. Hulu Sungai Utara (Kalsel) 0,164 27. Kab. Tojo Una Una (Sultengah) 0,152
6. Kab. Hulu Sungai Tengah (Kalsel) 0,164 28. Kab. Bondowoso (Jatim) 0,152
7. Kab. Sikka (NTT) 0,163 29. Kab. Seram Bag.Timur (Maluku) 0,149
8. Kab. Sampang (Jatim) 0,163 30. Kab. Bengkulu Utara (Bengkulu) 0,149
9. Kab. Bombana (Sultgra) 0,163 31. Kab. Konawe Selatan (Sultgra) 0,148
10. Kota Ternate (Maluku Utara) 0,163 32. Kab. Pemalang (Jateng) 0,147
11. Kab. Lombok Timur (NTB) 0,163 33. Kab. Grobogan (Jateng) 0,143
12. Kab. Belu (NTT) 0,162 34. Kab. Blora (Jateng) 0,143
13. Kab. Rembang (Jateng) 0,161 35. Kab. Bone Bolange (Gorontalo) 0,142
14. Kab. Sumba Barat (NTT) 0,160 36. Kab. Kep. Sula (Maluku Utara) 0,140
15. Kab. Wonogiri (Jateng) 0,160 37. Kab. Seram Bag. Barat (Maluku) 0,137
16. Kab. Demak (Jateng) 0,159 38. Kab. Mappi (Papua) 0,136
17. Kab. Polewali Mamasa (Sulbar) 0,158 39. Kab. Manggarai Barat (NTT) 0,130
18. Kab. Buton (Sulawesi Tenggara) 0,158 40. Kab. Gorontalo (Gorontalo) 0,128
19. Kab. Kaur (Bengkulu) 0,158 41. Kab. Bengkulu Sel. (Bengkulu) 0,122
20. Kab. Halmahera Barat (Maluku Ut.) 0,154 42. Kab. Halmahera Ut.(Maluku Ut.) 0,121
21. Kab. Wakatobi (Sultgra) 0,154 43. Kab. Seluma (Bengkulu) 0,115
22. Kab. Lombok Barat (NTB) 0,154
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN SUBINDIKATOR
PEREKONOMIAN DAERAH

SUB
INDIKATOR VARIABEL
INDIKATOR Hasil pemetaan sepuluh persen peringkat
INPUT
INPUT teratas daya saing daerah kab/kota berdasarkan
indikator perekonomian daerah, menunjukkan
PEREKONOMIAN •Primer
DAERAH Produktivitas •Sekunder bahwa seluruh kab/kota pada Provinsi
Sektoral •Tersier Kalimantan Timur kecuali Kota Tarakan
termasuk kedalam sepuluh persen peringkat
SDM DAN KETE- teratas. Sedangkan untuk peringkat sepuluh
NAGAKERJAAN Keuangan •Kapasitas persen terbawah, kab/kota yang berada pada
Daerah fiskal daerah kelompok ini pada umumnya memiliki peringkat
•Government
LINGKUNGAN
daya saing yang rendah dari variabel-variabel
size
USAHA PROUKTIF yang termasuk dalam sub indikator
Keterbukaan
,Investasi, perekonomian daerah, kecuali untuk variabel
dan •Potensi ekspor government size. Masih tingginya government
INFRASTRUKTUR, total daerah size lebih disebabkan karena kinerja
SDA, LINGKUNGAN
Kemahalan
•Total investasi
Daerah per kapita perekonomian yaitu PDRB yang masih rendah.
•Indeks Hal ini terbukti dari rendahnya nilai dan
PERBANKAN DAN kemahalan kapasitas fiskal daerah, yang mencerminkan
LEMB.KEUANGAN daerah
rendahnya kinerja perekonomian dari daerah
•Firm Density
tersebut.
2.3.PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN SUBINDIKATOR SDM DAN KETENAGAKERJAAN

10% Peringkat Teratas Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator SDM dan Ketenagakerjaan
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Bandung (Jabar) 0,669 23. Kab. Aceh Besar (NAD) 0,384
2. Kab. Bogor (Jabar) 0,614 24. Kab. Paniai (Papu) 0,382
3. Kab. Tangerang (Banten) 0,585 25. Kab. Aceh Utara (NAD) 0,381
4. Kota. Surabaya (Jatim) 0,580 26. Kab. Banyuwangi (Jatim) 0,381
5. Kota Bandung (Jabar) 0,504 27. Kab. Brebes (Jateng) 0,377
6. Kab. Malang (Jatim) 0,476 28. Kab. Merauke (Papua) 0,375
7. Kota Bekasi (Jabar) 0,469 29. Kab. Serang (Banten) 0,375
8. Kota Medan (Sumut) 0,461 30. Kab. Polewali Mamasa (Sulbar) 0,375
9. Kab. Jember (Jatim) 0,446 31. Kab. Jayawijaya (Papua) 0,373
10. Kab. Mimika (Papua) 0,441 32. Kab. Deli Serdang (Sumbar) 0,368
11. Kab. Sidoarjo (Jatim) 0,437 33. Kab. Bireuen (NAD) 0,368
12. Kab. Bekasi (Jabar) 0,426 34. Kota. Lhokseumawe (NAD) 0,368
13. Kab. Cianjur (Jabar) 0,415 35. Kota Palembang (Sumsel) 0,365
14. Kab. Garut (Jabar) 0,403 36. Kab. Kediri (Jatim) 0,362
15. Kota Semarang (Jateng) 0,403 37. Kab. Tasikmalaya (Jabar) 0,360
16. Kab. Sukabumi (Jabar) 0,399 38. Kota Jayapura (Papua) 0,359
17. Kab. Cirebon (Jabar) 0,398 39. Kab. Banyumas (Jateng) 0,356
18. Kab. Karawang (Jabar) 0,394 40. Kab. Sleman (DIY) 0,355
19. Kota Depok (Jabar) 0,387 41. Kab. Cilacap (Jateng) 0,354
20. Kota Tangerang (Banten) 0,387 42. Kab. Pasuruan (Jatim) 0,354
21. Kab. Puncak Jaya (Papua) 0,385 43. Kab. Yapen Waropen (Papua) 0,352
22. Kota Sorong (Papua Barat) 0,384 44. Kab. Sorong (Papua Barat) 0,352
10% Peringkat Terbawah Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator SDM dan Ketenagakerjaan
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Sikka (NTT) 0,169 23. Kab. Lembata (NTT) 0,158
2. Kab. Seruyan (Kalteng) 0,168 24. Kab. Boalerno (Gorontalo) 0,157
3. Kab. Pasaman (Sumbar) 0,168 25. Kab. Maluku Tenggara (Maluku) 0,157
4. Kab. Sukamara (Kalteng) 0,168 26. Kab. Timor Tengah Selatan (NTT) 0,157
5. Kab. Dharmasraya (Sumbar) 0,168 27. Kab. Dompu (NTB) 0,157
6. Kab. Tapin (Kalsel) 0,165 28. Kab. Solok Selatan (Sumbar) 0,157
7. Kab. Bangka Tengah (Bangka Belitung) 0,165 29. Kab. Maluku Tenggara Barat (Maluku) 0,156
8. Kab. Alor (NTT) 0,165 30. Kab. Jeneponto (Sulsel) 0,155
9. Kab. Bangka Selatan (Bangka Belitung) 0,165 31. Kab. Balangan (Kalsel) 0,154
10. Kab. Katingan (Kalteng) 0,165 32. Kab. Seram Bagian Timur (Maluku) 0,154
11. Kab. Sumbawa Barat (NTB) 0,164 33. Kab. Halmahera Timur (Maluku Utara) 0,153
12. Kab. Pulau Buru (Maluku) 0,164 34. Kab. Mukomuko (Bengkulu) 0,153
13. Kab. Lebong (Bengkulu) 0,164 35. Kab. Rote Ndao (NTT) 0,150
14. Kab. Luwu Timur (Sulsel) 0,164 36. Kab. Timor Tengah Utara (NTT) 0,149
15. Kab. Halmahera Tengah (Maluku Utara) 0,164 37. Kab. Kepulauan Aru (Maluku) 0,148
16. Kab. Manggarai Barat (NTT) 0,163 38. Kab. Murung Raya (Kalteng) 0,146
17. Kab. Banggai Kep.(Sulawesi tengah) 0,162 39. Kab. Nias Selatan (Sumut) 0,146
18. Kab. Pohuwato (Gorontalo) 0,162 40. Kab. Sumba Timur (NTT) 0,143
19. Kab. Kep. Mentawai (Sumbar) 0,161 41. Kab. Mamuju (Sulbar) 0,137
20. Kab. Bengkayang (Kalbar) 0,160 42. Kab. Mamuju Utara (Sulbar) 0,114
21. Kab. Pakpak Bharat (Sumut) 0,159 43. Kab. Majene (Sulbar) 0,035
22. Kab. Ngada (NTT) 0,159
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN SUBINDIKATOR
SDM DAN KETENAGAKERJAAN

Dominasi Dominasi
SUB
INDIKATOR VARIABEL 10% 10%
INDIKATOR Teratas terbawah
INPUT
INPUT
PEREKONOMIAN •Jumlah Penduduk
DAERAH •Rasio Kab/kota di luar
Kab/kota di
ketergantungan Pulau Jawa
SDM •Rata-rata lama Pulau Jawa (NTT)
SDM DAN KETE- sekolah penduduk
NAGAKERJAAN
•Angka Harapan Dominasi 10% peringkat teratas adalah kab/kota di pulau Jawa
Hidup karena dari sisi kependudukan, sebagian besar penduduk
LINGKUNGAN Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa. Rasio ketergantungan
USAHA PROUKTIF KETEN kab/kota yang termasuk 10% peringkat teratas di pulau Jawa
AGAKER •Rata-rata lama pada umumnya rendah. Sebagian besar kab/kota di pulau
JAAN sekolah tenaga Jawa memiliki rata-rata lama sekolah tenaga kerja yang masih
INFRASTRUKTUR, kerja berada diatas rata-rata nasional. Selain itu kab/kota yang ada
SDA, LINGKUNGAN •Jumlah di pulau Jawa memiliki jumlah angkatan kerja yang lebih tinggi
Angkatan Kerja dibandingkan kab/kota yang lain di Indonesia.Dominasi 10%
•Laju peringkat terbawah adalah kab/kota di luar pulau Jawa,
PERBANKAN DAN Pertumbuhan terutama di Provinsi NTT. Hal ini dikarenakan nilai dari
LEMB.KEUANGAN jumlah angkatan variabel-variabel yang termasuk dalam sub indikator SDM dan
kerja Ketenagakerjaan untuk kab/kota yang termasuk dalam
kelompok ini di bawah nilai rata-rata nasional, sehingga
peringkat daya saingnya untuk sub indikator SDM dan
ketenagakerjaan secara relatif berada jauh di bawah kab/kota
lainnya di Indonesia.
2.4.PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN
SUBINDIKATOR LINGKUNGAN USAHA PRODUKTIF
10% Peringkat Teratas Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Lingkungan Usaha Produktif
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Malinau (Kaltim) 0,901 23. Kab. Kutai Timur (Kaltim) 0,410
2. Kab. Sorong Selatan (Papua Barat) 0,811 24. Kota Yogyakarta (DIY) 0,408
3. Kab. Sarmi (Papua) 0,707 25. Kab. Aceh Jaya (NAD) 0,403
4. Kab. Teluk Bintuni (Papua Barat) 0,672 26. Kab. Gayo Lues (NAD) 0,397
5. Kab. Manokwari (Papua Barat) 0,656 27. Kota Bontan (Kaltim) 0,395
6. Kab. Waropen (Papua) 0,608 28. Kab. Asmat (Papua) 0,394
7. Kab. Bulungan (Kaltim) 0,579 29. Kota Solok (Sumbar) 0,393
8. Kab. Sorong (Papua Barat) 0,557 30. Kab. Mappi (Papua) 0,386
9. Kab. Kutai Barat (Kaltim) 0,553 31. Kota Tarakan (Kaltim) 0,385
10. Kab. Fak Fak (Papua Barat) 0,547 32. Kab. Yapen Waropen (Papua) 0,385
11. Kota Padang Panjang (Sumbar) 0,529 33. Kota Banda Aceh (NAD) 0,380
12. Kota Sabang (NAD) 0,527 34. Kab. Sukamara (Kalteng) 0,370
13. Kab. Boven Digoel (Papua) 0,504 35. Kota Payahkumbu (Sumbar) 0,370
14. Kota Ambon (Maluku) 0,489 36. Kota Malang (Jatim) 0,369
15. Kab. Rokan Hulu (Riau) 0,483 37. Kota Banjarmasin (Kalsel) 0,366
16. Kab. Kutai Kartanegara (Kaltim) 0,468 38. Kab. Natuna (Rikep) 0,365
17. Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 0,455 39. Kota Bukit Tinggi (Sumbar) 0,365
18. Kab. Penajem Paser Utara (Kaltim) 0,455 40. Kota Denpasar (Bali) 0,364
19. Kab. Merauke (Papua) 0,440 41. Kab. Halmahera Tengah (Maluku Utara) 0,352
20. Kab. Nunukan (Kaltim) 0,434 42. Kota Langsa (NAD) 0,350
21. Kab. Jayapura (Papua) 0,426 43. Kab. Badung (Bali) 0,348
22. Kab. Keerom (Papua) 0,411 44. Kota Semarang (Jateng) 0,346
10% Peringkat Terbawah Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Lingkungan Usaha Produktif
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Serdang Berdagai (Sumut) 0,113 23. Kab. Sumba Barat (NTT) 0,100
2. Kab. Manggarai (NTT) 0,113 24. Kab. Muara Enim (Sumsel) 0,098
3. Kab. Bengkulu Utara (Bengkulu) 0,112 25. Kab. Bone (Sulsel) 0,095
4. Kab. Solok (Sumbar) 0,112 26. Kab. Rote Ndao (NTT) 0,094
5. Kab. Lampung Barat (Lampung) 0,111 27. Kab. Garut (Jabar) 0,092
6. Kab. Boalemo (Gorontalo) 0,111 28. Kab. Tanah Karo (Sumut) 0,091
7. Kab. Sambas (Kalbar) 0,110 29. Kab. Lampung Selatan (Lampung) 0,090
8. Kab. Ogan Komering Ilir (Sumsel) 0,109 30. Kab. Bojonegoro (Jatim) 0,089
9. Kab. Pamekasan (Jatim) 0,109 31. Kab. Gorontalo (Gorontalo) 0,088
10. Kab. Musi Banyuasin (Sumsel) 0,108 32. Kab. Rejang Lebong (Bengkulu) 0,087
11. Kab. Pontianak (Kalbar) 0,107 33. Kab. Timor Tengah Utara (NTT) 0,087
12. Kab. Bolaang Mongondow (Sulut) 0,107 34. Kab. Lampung Timur (Lampung) 0,078
13. Kab. Gunung Kidul (DIY) 0,106 35. Kab. Labuhan Batu (Sumut) 0,077
14. Kab. Sumbawa Barat (NTB) 0,105 36. Kab. Mukomuko (Bengkulu) 0,075
15. Kab. Lebong (Bengkulu) 0,105 37. Kab. Dairi (Sumut) 0,073
16. Kab. Asahan (Sumut) 0,104 38. Kab. Indramayu (Jabar) 0,072
17. Kab. Seluma (Bengkulu) 0,103 39. Kab. Langkat (Sumut) 0,069
18. Kab. Sintang (Kalbar) 0,103 40. Kab. Sampang (Jatim) 0,069
19. Kab. Bekasi (Jabar) 0,103 41. Kab. Simalungun (Sumut) 0,069
20. Kab. Probolinggo (Jatim) 0,102 42. Kab. Bengkulu Selatan (Bengkulu) 0,068
21. Kab. Tanggamus (Lampung) 0,101 43. Kab. Kupang (NTT) 0,067
22. Kab. Tapanuli Selatan (Sumut) 0,100
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN SUBINDIKATOR
LINGKUNGAN USAHA PRODUKTIF

Dominasi •Belanja pelayanan


SUB
INDIKATOR VARIABEL 10% publik per kapita
INDIKATOR Teratas •Jumlah perda
INPUT
INPUT bermasalah
•Jumlah sektor basis
PEREKONOMIAN •Belanja daerah
DAERAH pelayanan publik Kab/kota di •Tingkat kepadatan
per kapita Kaltim, Papua, penduduk
•Jumlah peraturan
SDM DAN KETE- Papua Barat
daerah yang
NAGAKERJAAN
bermasalah Lingkungan usaha produktif merupakan ukuran seberapa besar daerah
PEME dapat menarik minat dunia usaha untuk melakukan kegiatan usaha di
RINTAH daerah tersebut dengan cara menciptakan kondisi ideal bagi dunia usaha
LINGKUNGAN dalam melakukan aktivitasnya. Berdasarkan hasil pemetaan sepuluh
USAHA PROUKTIF persen peringkat teratas daya saing daerah kab/kota di Indoensia
•Jumlah sektor basis
berdasarkan sub indikator lingkungan usaha produktif, setengahnya
daerah didominasi oleh kab/kota di Provinsi Kalimantan Timur,. Papua, dan Papua
INFRASTRUKTUR, •% penduduk dengan Barat. Hal tersebut terutama didorong oleh tingginya peringkat daya saing
SDA, LINGKUNGAN pendidikan tertinggi untuk variabel-variabel seperti: belanja pelayanan publik perkapita, jumlah
MASYA perda yang bermasalah, jumlah sektor basis daerah, dan variabel tingkat
RAKAT
universitas
•Poverty gap index kepadatan penduduk. Sedangkan untuk kab/kota di pulau Jawa yang
masuk dalam kelompok ini terutama didorong oleh tingginya peringkat
PERBANKAN DAN •Tingkat kepadatan
variabel seperti: jumlah perda yang bermasalah,% penduduk dengan
LEMB.KEUANGAN penduduk pendidikan tertinggi universitas, dan jumlah sektor basis daerah.
Sementara kab/kota yang termasuk ke dalam sepuluh persen peringkat
terbawah , pada umumnya merupakan daerah-daerah yang kurang
memiliki daya tarik ekonomi yang dapat menarik minat dunia usaha untuk
melakukan aktivitas ekonomi di daerah-daerah tersebut.
2.5. PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN
SUBINDIKATOR INFRASTRUKTUR, SDA, DAN LINGKUNGAN
10% Peringkat Teratas Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Infrastruktur, SDA, dan Lingkungan
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kota Cilegon (Banten) 1,344 23. Kab. Kuantan Singingi (Riau) 0,315
2. Kab. Bogor (Jabar) 1,149 24. Kab. Aceh Utara (NAD) 0,303
3. Kab. Tangerang (Banten) 1,139 25. Kota Padang (Sumbar) 0,299
4. Kab. Serang (Banten) 0,832 26. Kota Samarinda (Kaltim) 0,280
5. Kab. Bekasi (Jabar) 0,821 27. Kota Yogyakarta (DIY) 0,276
6. Kota Surabaya (Jatim) 0,714 28. Kota Semarang (Jateng) 0,271
7. Kota Tangerang (Banten) 0,704 29. Kota Makassar (Sulsel) 0,270
8. Kab. Bandung (Jabar) 0,624 30. Kab. Kutai Kartanegara (Kaltim) 0,266
9. Kab. Mimika (Papua) 0,570 31. Kab. Malang (Jatim) 0,261
10. Kab. Gresik (Jatim) 0,550 32. Kota Bitung (Sulut) 0,260
11. Kab. Batanghari (Jambi) 0,535 33. Kota Batam (Rikep) 0,257
12. Kota Bekasi (Jabar) 0,501 34. Kab. Tuban (Jatim) 0,245
13. Kab. Sidoarjo (Jatim) 0,487 35. Kab. Sumbawa Barat (NTB) 0,240
14. Kab. Biak Numfor (Papua) 0,460 36. Kota Balikpapan (Kaltim) 0,239
15. Kab. Siak (Riau) 0,454 37. Kota Bogor (Jabar) 0,229
16. Kota Bandung (Jabar) 0,406 38. Kota Palembang (Sumsel) 0,228
17. Kab. Karawang (Jabar) 0,393 39. Kab. Badung (Bali) 0,225
18. Kota Cimahi (Jabar) 0,385 40. Kota Tarakan (Kaltim) 0,218
19. Kab. Kutai Timur (Kaltim) 0,364 41. Kota Banjarmasin (Kalsel) 0,217
20. Kota Medan (Sumut) 0,349 42. Kab. Bengkalis (Riau) 0,216
21. Kota Depok (Jabar) 0,344 43. Kab. Pelalawan (Riau) 0,215
22. Kab. Purwakarta (Jabar) 0,318 44. Kab. Pasuruan (Jatim) 0,213
10% Peringkat Terbawah Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Infrastruktur, SDA, dan Lingkungan
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Landak (Kalbar) 0,051 23. Kab. Gunung Mas (Kalteng) 0,046
2. Kab. Nabire (Papua) 0,051 24. Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 0,045
3. Kab. Bantaeng (Sulsel) 0,050 25. Kab. Seram Bagian Timur (Maluku) 0,045
4. Kab. Pasaman (Sumbar) 0,050 26. Kab. Pulang Pisau (Kalteng) 0,044
5. Kab. Rote Ndao (NTT) 0,050 27. Kab. Sorong Selatan (Papua Barat) 0,044
6. Kab. Alor (NTT) 0,050 28. Kab. Bombana (Sulawesi Tenggara) 0,044
7. Kab. Teluk Wondama (Papua Barat) 0,050 29. Kab. Mappi (Papua) 0,043
8. Kab. Humbang Hasundutan (Sumut) 0,050 30. Kab. Pohuwato (Gorontalo) 0,043
9. Kab. Sekadau (Kalbar) 0,049 31. Kab. Melawi (Kalbar) 0,042
10. Kab. Mukomuko (Bengkulu) 0,049 32. Kab. Kep. Aru (Maluku) 0,041
11. Kab. Wakatobi (Sulawesi Tenggara) 0,049 33. Kab. Boalemo (Gorontalo) 0,041
12. Kab. Halmahera Timur (Maluku Utara) 0,048 34. Kab. Manggarai Barat (NTT) 0,041
13. Kab. Sukamara (Kalteng) 0,047 35. Kab. Asmat (Papua) 0,038
14. Kab. Sintang (Kalbar) 0,047 36. Kab. Teluk Bintuni (Papua Barat) 0,037
15. Kab. Lembata (NTT) 0,047 37. Kab. Paniai (Papua) 0,036
16. Kab. Maluku Tenggara Barat (Maluku) 0,047 38. Kab. Waropen (Papua) 0,034
17. Kab. Mamasa (Sulawesi Barat) 0,047 39. Kab. Pakpak Bharat (Sumut) 0,030
18. Kab. Lebong (Bengkulu) 0,046 40. Kab. Puncak Jaya (Papua) 0,026
19. Kab. Seram Bagian Barat (Maluku) 0,046 41. Kab. Pegunungan Bintang (Papua) 0,023
20. Kab. Mamuju Utara (Sulbar) 0,046 42. Kab. Yahukimo (Papua) 0,023
21. Kab. Jayawijaya (Papua) 0,046 43. Kab. Tolikara (Papua) 0,023
22. Kota Tidore Kep.(Maluku Utara) 0,046
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN SUB INDIKATOR
INFRASTRUKTUR, SDA, DAN LINGKUNGAN

SUB
INDIKATOR Hasil menunjukkan bahwa sepuluh persen peringkat teratas
INDIKATOR VARIABEL didominasi oleh kab/kota yang kaya akan sumber daya alam
INPUT
INPUT dan atau yang memiliki basis ekonomi sektor industri. Setengah
dari kab/kota yang termasuk dalam peringkat ini merupakan
PEREKONOMIAN kab/kota di Pulau Jawa yang memiliki insentisitas yang lebih
DAERAH dalam aktivitas ekonomi di sektor industri. Tingginya daya saing
•Nilai tambah sektor ini terutama didorong oleh variabel jumlah sambungan telepon
KONDISI pengangkutan per kapita per kapita, konsumsi listrik industri dan rumah tangga per kapita,
TRANSPORT •Kondisi jalan menurut produksi listrik per kapita, konsumsi BBM industri dan rumah
SDM DAN KETE- tangga per kapita, rasio luas lahan produkstif terhadap total luas
ASI DAN kualitas jalan
NAGAKERJAAN lahan, dan variabel sumber daya air per kapita. Untuk kab/kota
KOMUNIKASI •Jumlah sambungan
telepon per kapita di luar Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok ini, pada
umumnya merupakan daerah yang kaya akan sumber daya
LINGKUNGAN alam dan atau daerah industri pengolah hasil sumber daya
USAHA PROUKTIF • Konsumsi listrik industri alam. Tingginya daya saing ini terutama didorong oleh variabel
KONDISI dan rumah tangga per nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian per kapita,
ENERGI kapita konsumsi listrik industri dan rumah tangga per kapita, produksi
• Produksi listrik per kapita listrik per kapita, konsumsi BBM industri dan rumah tangga per
INFRASTRUKTUR, • Konsumsi BBM industri
SDA, LINGKUNGAN kapita, dan nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian
dan rumah tangga per per kapita.
kapita
Sedangkan hasil pemetaan daerah yang termasuk dalam
PERBANKAN DAN KONDISI SDA sepuluh persen terbawah peringkat daya saing kab/kota, pada
LEMB.KEUANGAN • Rasio luas lahan produktif umumnya merupakan daerah kab/kota yang miskin sumber
DAN
terhadap total luas lahan daya alam dan memiliki basis ekonomi utama sektor pertanian.
LINGKUNGAN
• Sumber daya air per Seluruh kab/kota yang termasuk dalam kelompok ini terletak di
kapita luar Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan daerahnya relatif lebih
• Nilai tambah sektor miskin, kondisi infrastruktur dan kondisi alam relatif lebih buruk
pertambangan dan dibandingkan kab/kota yang lainnya di Indonesia.
penggalian per kapita
2.6. PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN
SUBINDIKATOR PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN
10% Peringkat Teratas Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Perbankan dan Lembaga Keuangan
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)
NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score
1. Kota Bandung (Jabar) 0,769 23. Kab. Bogor (Jabar) 0,142
2. Kota Surabaya (Jatim) 0,503 24. Kab. Badung (Bali) 0,142
3. Kota Semarang (Jateng) 0,368 25. Kota Batam (Riau Kep.) 0,138
4. Kota Denpasar (Bali) 0,341 26. Kota Pekanbaru (Riau) 0,138
5. Kota Medan (Sumut) 0,332 27. Kab. Banyuwangi (Jatim) 0,136
6. Kab. Tangerang (Banten) 0,316 28. Kab. Jember (Jawa Timur) 0,135
7. Kab. Kutai Barat (Kaltim) 0,307 29. Kab. Blitar (Jatim) 0,133
8. Kab. Bekasi (Jabar) 0,272 30. Kab. Gresik (Jatim) 0,130
9. Kab. Bandung (Jabar) 0,242 31. Kab. Banyumas (Jateng) 0,129
10. Kota Surakarta (Jateng) 0,237 32. Kota Cirebon (Jabar) 0,129
11. Kota Pekalongan (Jateng) 0,233 33. Kota Malang (Jatim) 0,129
12. Kab. Sidoarjo (Jatim) 0,232 34. Kab. Kudus (Jateng) 0,125
13. Kota Yogyakarta (DIY) 0,211 35. Kab. Pemalang (Jateng) 0,120
14. Kab. Malang (Jatim) 0,182 36. Kab. Ponorogo (Jatim) 0,118
15. Kab. Aceh Utara (NAD) 0,162 37. Kota Depok (Jabar) 0,116
16. Kota Bekasi (Jabar) 0,160 38. Kab. Karawang (Jabar) 0,114
17. Kota Palembang (Sumsel) 0,159 39. Kota Samarinda (Kaltim) 0,112
18. Kota Tangerang (Banten) 0,159 40. Kota Pagar Alam (Sumsel) 0,110
19. Kota Makassar (Sulsel) 0,157 41. Kab. Sleman (DIY) 0,108
20. Kota Bogor (Jabar) 0,148 42. Kota Batu (Jatim) 0,108
21. Kab. Kediri (Jatim) 0,145 43. Kab. Muara Enim (Sumsel) 0,107
22. Kota Bandar Lampung (Lampung) 0,143
10% Peringkat Terbawah Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Subindikator Perbankan dan Lembaga Keuangan
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Ngada (NTT) 0,009 23. Kab. Halmahera Barat (Maluku Utara) 0,007
2. Kab. Nias (Sumut) 0,009 24. Kab. Bungo (Jambi ) 0,007
3. Kab. Karimun (Rikep) 0,008 25. Kab. Kepulauan Sula (Maluku Utara) 0,006
4. Kab. Teluk Bintuni (Papua Barat) 0,008 26. Kab. Timor Tengah Utara (NTT) 0,006
5. Kab. Belitung (Bangka Belitung) 0,008 27. Kab. Asmat (Papua) 0,006
6. Kab. Aceh Tenggara (NAD) 0,008 28. Kab. Halmahera Tengah (Maluku Utara) 0,006
7. Kab. Kepulauan Aru (Maluku) 0,008 29. Kab. Maluku Tenggara (Maluku) 0,006
8. Kab. Sumba Timur (NTT) 0,008 30. Kab. Puncak Jaya (Papua) 0,006
9. Kab. Raja Ampat (Papua Barat) 0,008 31. Kab. Kaur (Bengkulu) 0,006
10. Kab. Kaimana (Papua Barat) 0,008 32. Kota Tidore Kep.(Maluku Utara) 0,005
11. Kab. Bombana (Suawesi Tenggara) 0,008 33. Kab. Sorong Selatan (Papua Barat) 0,005
12. Kab. Halmahera Utara (Maluku Utara) 0,008 34. Kab. Simeuleu (NAD) 0,005
13. Kab. Rote Ndao (NTT) 0,008 35. Kota Sabang (NAD) 0,005
14. Kab. Lembata (NTT) 0,007 36. Kab. Kupang (NTT) 0,005
15. Kab. Belu (NTT) 0,007 37. Kab. Waropen (Papua) 0,005
16. Kab. Kapuas Hulu (Kalbar) 0,007 38. Kab. Sumba Barat (NTT) 0,005
17. Kab. Bengkayang (Kalbar) 0,007 39. Kab. Alor (NTT) 0,005
18. Kab. Selayar (Sulsel) 0,007 40. Kab. Teluk Wondama (Papua Barat) 0,005
19. Kab. Pegunungan Bintang (Papua) 0,007 41. Kab. Landak (Kalbar) 0,004
20. 0,007 42. Kab. Seram Bagian Timur (Maluku) 0,004
Kab. Yahukimo (Papua) Kab. Halmahera Timur (Maluku Utara)
21. Kab. Lahat (Sumsel) 0,007 43. 0,004
22. Kota Tolikara (Papua) 0,007
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN SUBINDIKATOR
PERBANKAN DAN LEMBAGA KEUANGAN

Dominasi Dominasi
SUB
INDIKATOR VARIABEL 10% 10%
INDIKATOR Teratas terbawah
INPUT
INPUT
PEREKONOMIAN •Jumlah kantor
DAERAH bank Kab/kota di luar
• Rasio volume
Kab/kota di
Pulau Jawa
nilai usaha Pulau Jawa
SDM DAN KETE- terhadap jumlah
NAGAKERJAAN
koperasi aktif
Kabupaten/kota yang berada di Pulau Jawa mendominasi 10
LINGKUNGAN persen peringkat teratas daya saing daerah dilihat dari sub
USAHA PROUKTIF indikator Perbankan dan Lembaga Keuangan. Hal ini sangat
INFRASTR • Total kredit wajar, mengingat sebagian besar aktivitas ekonomi di
UKTUR perbankan Indonesia memang masih terpusat di daerah ini.
INFRASTRUKTUR,
SDA, LINGKUNGAN
BANK DAN • Dana pihak Sementara kabupaten/kota yang berada di luar Pulau Jawa
NON BANK ketiga (DPK) mendominasi 10 persen peringkat terbawah daya saing
• NPL (Non daerah dilihat dari sub indikator Perbankan dan Lembaga
PERBANKAN DAN Performing Keuangan. Hal ini dikarenakan kab/kota tersebut pada
LEMB.KEUANGAN Loan) umumnya memiliki intensitas aktivitas ekonomi yang lebih
• Nilai tambah rendah, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota yang
KINERJA
PERBANKAN sektor keuangan berada di Pulau Jawa.
DAN SEKTOR per kapita
KEUANGAN
3. PEMETAAN DAYA SAING DAERAH
KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN
INDIKATOR OUTPUT
10% Peringkat Teratas Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Output
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kota Bontang (Kaltim) 27,12 23. Kota Samarinda (Kaltim) 2,03
2. Kab. Mimika (Papua) 10,62 24. Kab. Kutai Barat (Kaltim) 1,88
3. Kota Kediri (Jatim) 7,84 25. Kab. Kampar (Riau) 1,88
4. Kab. Kutai Timur (Kaltim) 7,18 26. Kota Tangerang (Banten) 1,86
5. Kab. Siak (Riau) 5,87 27. Kota Dumai (Riau) 1,84
6. Kab. Kutai Kartanegara (Kaltim) 5,75 28. Kab. Penajam Paser Utara (Kaltim) 1,76
7. Kota Lhokseumawe (NAD) 5,57 29. Kab. Cilacap (Jateng) 1,65
8. Kab. Sumbawa Barat (NTB) 5,50 30. Kab. Sukamara (Kalteng) 1,65
9. Kab. Bengkalis (Riau) 4,44 31. Kab. Kota Baru (Kalsel) 1,64
10. Kota Batam (Rikep) 4,14 32. Kota Banda Aceh (NAD) 1,63
11. Kota Cilegon (Banten) 3,69 33. Kota Padang (Sumbar) 1,62
12. Kota Balikpapan (Kaltim) 3,43 34. Kota Medan (Sumut) 1,62
13. Kab. Natuna (Rikep) 3,29 35. Kota Tarakan (Kaltim) 1,61
14. Kab. Rokan Hilir (Riau) 3,22 36. Kab. Kepulauan Riau (Rikep) 1,60
15. Kab. Sorong (Papua Barat) 2,94 37. Kab. Bangka Barat (Bangka Belitung) 1,59
16. Kab. Aceh Utara (NAD) 2,77 38. Kab. Kudus (Jabar) 1,56
17. Kab. Bekasi (Jabar) 2,52 39. Kota Malang (Jatim) 1,53
18. Kota Surabaya (Jatim) 2,45 40. Kab. Nunukan (Kaltim) 1,44
19. Kab. Musi Banyuasin (Sumsel) 2,33 41. Kab. Sidoarjo (Jatim) 1,44
20. Kab. Berau (Kaltim) 2,24 42. Kota Pontianak (Kalbar) 1,43
21. Kota Cirebon (Jabar) 2,04 43. Kab. Indragiri hulu (Riau) 1,41
22. Kab. Pasir (Kaltim) 2,03 44. Kota Tanjung Pinang (Rikep) 1,40
10% Peringkat Terbawah Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Output
(Berdasarkan Hasil Penelitian PPSK BI dengan LP3E FE UNPAD Tahun 2007)

NO Kabupaten/Kota Score NO Kabupaten/Kota Score


1. Kab. Purbalingga (Jateng) 0,45 23. Kab. Gorontalo (Gorontalo) 0,42
2. Kab. Wonogiri (Jateng) 0,45 24. Kab. Paniai (Papua) 0,41
3. Kab. Jeneponto (Sulsel) 0,45 25. Kab. Grobogan (Jateng) 0,41
4. Kab. Pulau Buru (Maluku) 0,45 26. Kab. Buton (Sulawesi Tenggara) 0,41
5. Kab. Kepulauan Sula (Maluku Utara) 0,45 27. Kab. Mappi (Papua) 0,40
6. Kab. Seram Bagian Barat (Maluku) 0,44 28. Kab. Alor (NTT) 0,40
7. Kab. Flores Timur (NTT) 0,44 29. Kab. Kaur (Bengkulu) 0,40
8. Kab. Jayawijaya (Papua) 0,44 30. Kab. Bone Bolango (Gorontalo) 0,40
9. Kab. Tolikara (Papua) 0,44 31. Kab. Belu (NTT) 0,40
10. Kab. Pamekasan (Jatim) 0,44 32. Kab. Manggarai Barat (NTT) 0,40
11. Kab. Timor Tengah Selatan (NTT) 0,43 33. Kab. Wakatobi (Sulawesi Tenggara) 0,40
12. Kab. Pemalang (Jateng) 0,43 34. Kab. Seluma (Bengkulu) 0,39
13. Kab. Ngada (NTT) 0,43 35. Kab. Seram Bagian Timur (Maluku) 0,39
14. Kab. Halmahera Barat (Maluku Utara) 0,43 36. Kab. Puncak Jaya (Papua) 0,39
15. Kab. Pacitan (Jatim) 0,43 37. Kab. Manggarai (NTT) 0,39
16. Kab. Halmahera Utara (Maluku Utara) 0,43 38. Kab. Asmat (Papua) 0,39
17. Kab. Blora (Jateng) 0,43 39. Kab. Maluku Tengah (Maluku) 0,38
18. Kab. Wonosobo (Jateng) 0,43 40. Kab. Sumba Barat (NTT) 0,38
19. Kab. Timor Tengah Utara (NTT) 0,43 41. Kab. Lembata (NTT) 0,35
20. Kab. Lombok Tengah (NTB) 0,43 42. Kab. Pegunungan Bintang (Papua) 0,35
21. Kab. Kebumen (Jateng) 0,42 43. Kab. Yahukimo (Papua) 0,29
22. Kab. Tegal (Jateng) 0,42
PEMETAAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN
INDIKATOR OUTPUT

Dominasi Dominasi
INDIKATOR VARIABEL
10% 10%
OUTPUT Teratas terbawah

Sama dengan Beda dengan


1. Produktivitas tenaga
Dominasi Dominasi
kerja
10% Teratas 10% Terbawah
2. PDRB per kapita 1. Kota Bontang indikator indikator
3. Tingkat kesempatan 2. Kab. Mimika input input
kerja 3. Kota Kediri
4. Kab.Kutai
Timur
5. Kab. Siak

Walaupun secara umum terdapat keselarasan antara pemeringkatan secara keseluruhan dengan pemeringkatan
berdasarkan indikator output, tetapi keselarasan yang terjadi lebih berlaku untuk persentil 1 (10% teratas)
dibanding yang berada pada persentil 10 (10% terbawah). Secara implisit mengindikasikan bahwa untuk
kelompok atas, drivers utama daya saing adalah output, sedangkan untuk kelompok bawah drivers-nya berbeda.
4. KLASIFIKASI DAERAH
KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN
VARIABEL INPUT - OUTPUT
Kategori Pengelompokan Kabupaten/Kota Berdasarkan Indikator Input-Output

Kuadran 1: unggul dari sisi input,output/keduanya


Input
Kuadran 2 Kuadran 1 1a : unggul dari input dan output
1b : unggul dari output, tapi input sedikit di atas rerata
2a 2c 1c 1a
1c : unggul dari input, tapi output sedikit di atas rerata
X input  0,5 input
Kuadran 2 : input diatas rerata, output dibawah rerata
2b 1b 2a : input unggul, tapi output dibawah rerata
X input  0,5 output X input  0,5 output
2b : input sedikit diatas rerata, tapi ouput dibawah rerata
X
3b 4b Output 2c : input unggul, tapi output sedikit dibawah rerata
X input  0,5 output Kuadran 3 : input dan output lebih rendah dari rerata
3a 3c 4c 4a 3a : disadvantage input dan output
3b : disadvantage output, input sedikit dibawah rerata
Kuadran 3 Kuadran 4 3c : disadvantage input, output sedikit dibawah rerata
Kuadran 4 : output unggul, tapi input dibawah rerata
4a : unggul output, disadvantages input
4b : output unggul, input sedikit dibawah rerata
4c : disadvantage input, output sedikit diatas rerata
Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Kategori Pengelompokan Indikator Input-Output

Input
Kuadran 2 Kuadran 1
56 2a 2c 1c 1a 74
0 21 16 33
2b 1b
33 21
2 4
Output
23 127 19 2
3b 4a

62 70 1 0
3a 3c 4c 4a
282 22

Kuadran 3 Kuadran 4
Presentasi Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Kategori Pengelompokan Indikator Input-Output

Kuadran 2 Kuadran 1
Input
12,90 17,05

0,00 4,84 3,69 7,60


0,46 7,60 4,84 0,92
Output
5,30 29,26 4,38 0,46

14,29 16,13 0,23 0,00

64,98 5,07
Kuadran 3 Kuadran 4
Kesimpulan
• Tipologi kab/kota yang memiliki daya saing tinggi adalah
kabupaten/kota yang memiliki sumberdaya alam melimpah, memiliki
sektor unggulan di sektor industri dan jasa, serta merupakan daerah
perkotaan
• Tipologi kab/kota yang memiliki daya saing rendah adalah
kabupaten/kota yang sektor basisnya adalah sektor pertanian
subsisten, kurangnya akses ke bank dan lembaga keuangan, nilai
tambah rendah, miskin akan sumberdaya alam, lingkungan bisnis
rendah, infrastruktur transportasi, komunikasi, dan listrik yang tidak
memadai, produktivitas tenaga kerja rendah, pendapatan perkapita
rendah.
• Untuk kab/kota yang memiliki daya saing tinggi dari segi
sumberdaya alam agar tetap berdaya saing tinggi perlu transformasi
hasil dari pemanfaatan sumberdaya tersebut ke sektor lainnya
misalnya dengan membangun infrastruktur transportasi, komunikasi,
energi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur perekonomian
lainnya.
• Untuk kab/kota yang basis ekonominya pertanian, agar berdaya
saing tinggi, perlu dilakukan beberapa strategi antara lain:
menjadikan daerah tersebut sebagai daerah agroindustri, industri
penyedia input petanian, minapolitan, dan agropolitan.
DAFTAR PUSTAKA
• Abdullah, P., Alisjahbana, Armida. S., Efendi, N.,
Boediono (2001). Daya Saing Daerah: Konsep dan
Pengukurannya di Indonesia. BPFE. Yogyakarta.
• PPSK Bank Indonesia dan LP3E FE Unpad (2008). Profil
dan Pemetaan Daya Saing Ekonomi Daerah
Kabupaten/Kota di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

You might also like