You are on page 1of 17

LIA YULIA TANTI (35)

IKP REG 3B
09110783

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat curahan
rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyeleseikan makalah ini tepat waktu dengan
judul “GLAUKOMA KONGENITAL” guna pemenuhan tugas mata kuliah System
Persepsi Sensori.

Rasa terimakasih kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu
mnyeleseikan penulisan makalah ini,diantaranya :

 Joko sutrisno,S.kep.Ns.M.Kes

 Nuryeni .H,S.kep.Ns

 Dan juga teman-teman dari 3B


Harapan kami semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Seperti
kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”,begitu juga dengan tulisan ini.Untuk
itu kritik dan saran selalu kami nantikan untuk perbaikan dimasa yang akan dating.

Kediri,9 januari 2011

Penulis
SKENARIO KASUS

Seorang anak,6 tahun datang ke ppliklinik mata,ibu pasien


mengatakan sejak kecil anaknya takut sinar/silau,bola mata
besar,kornea keruh,TIO lebih dari 21 mmHg.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan
kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat
kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang sangat
peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah cukup
untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Di seluruh dunia glaukoma dianggap


sebagai penyebab kebutaan yang tinggi, 2 % penduduk berusia lebih dari 40 tahun
menderita glaukoma. Glaukoma dapat juga didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun
jarang. Pria lebih sering terserang dari pada wanita. Adapun macam macam dari
penyakit glaukoma, salah satunya adalah penyakit glaukoma kongenital.

Glaukona kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak


normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu
antara 15-20 mmHg. Glaucoma yang terjadi sejak lahir, ini terdapat lebih jarang
dari pada glaukoma pada orang dewasa. Frekuensinya kira-kira 0,01 % diantara
250.000 penderita. Karena itulah sedikit sekali dokter yang mendapat kesempatan
untuk mempelajari penyakit ini, sehingga perjalanan klinik dan cara merawatnya
belum begitu dimengerti, seperti pada glaukoma orang dewasa.
B. Tujuan

1. Mengetahui gambaran umum tentang glaukoma kongenital

2. Mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan glaukoma


kongenitaL
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Glaukoma

Adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal. Tekanan
bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara
15-20 mmHg.

Glaucoma Kongenital

Peningkatan tekanan didalam bola mata bayi yang baru lahir


(biasanya pada kedua mata).

Galukoma akibat penyumbatan pengaliran keluar cairan mata oleh


jaringan sudut bilik mata yang terjadi oleh adanya kelainan
congenital.

Glaucoma yang terjadi sejak lahir


B. Klasifikasi

Scele mengemukakan pembagian dalam :

Glaukoma infamtum

Yang dapat tampak pada waktu lahir atau pada umur 1-3 tahun dan
menyebabkan pembesaran pada bola mata, karen dengan
elastisitasnya bola mata membesar mengikuti meningginya tekanan
intraokuler.

Glaukoma yuvenilis

Didapatkan pada anak yang lebih besar.


C. Etiologi

Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut


bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal
schlemm dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk.
D. Factor resiko

1. Bila ada riwayat penderita glaukoma pada keluarga

2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma


mempunyai risiko 6 kali lebih besar mengalami glaukoma. Risiko
terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan
anak-anak.

3. Obat-obatan

Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler
untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai
obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui
bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin, sangat
dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk
pendeteksian glaukoma.

4. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata.

E. Manifestasi klinik

- mata berair
- peka terhadap cahaya
- mata merah
- kornea tampak kabur
- kornea membesar.
- nyeri pada bagian mata
- ketajaman visual berkurang
-Pembesaran bola mata (Bupthalmos)

-Ukuran bola mata lebih besar dari pada ukuran normak (Megalocornea)

-Silau (Photophobia)
-Pembengkakan kornea (Edema cornea)

-Tukak kornea

-Cekungan syaraf optik pada retina

-Mata menjadi minus (Myopia)

-Mata menjadi juling (Strabismus)

-Mata malas / lazy eye (Amblyopia)

F. Pathofisiologi

Glaukoma kongenital disebabkan adanya peningkatan tekanan di dalam


bola mata (intraokuler) yang disertai dengan kelainan struktur segmen
depan bola mata. Kelainan ini menyebabkan air mata terbendung dan
mengakibatkan peninggian tekanan bola mata. Selanjutnya peninggian
tekanan bola mata menyebabkan iris bengkak dan meradang, mengenai
saraf optik yang menyebabkan gangguan penglihatan sehingga terjadi
perubahan sensori motorik. Selain itu, peninggian tekanan bola mata
menyebabkan kelainan kornea sehingga terjadi diameter kornea lebih
besar, kornea keruh dan pandangan kabur.

H. Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan retina

pengukuran tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri

pemeriksaan lapang pandang

pemeriksaan ketajaman penglihatan

pemeriksaan refraksi

respon refleks pupil


pemeriksaan slit lamp.

I. Penatalaksanaan

Pemeriksaan mata yang dilakukan meliputi :

 Pengukuran tekanan intraocular (dengan tonometer),


pemeriksaan keadaan sudut bola mata dengan genioskopi.
Sedangkan pemeriksaan lapang pandangan mata dengan alat
perimetri.

 Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan


alat Heidelberg Retinal Tomography (HRT) atau Optical
Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat
tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau
meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan
dapat menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai
tekanan yang diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan
secara terus menerus dan teratur.

 Pemasangan keran Ahmed Valve


Untuk mengatasi glaukoma yang kondisinya relatif parah, dokter
akan memasang keran buatan yang populer disebut ahmed valve.
Nama ini berasal dari nama penemunya, yakni Ahmed, warga
Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang pertama kali
menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini
terbuat dari bahan polymethyl methacrylate(PMMA), yakni
bahan dasar lensa tanam.

Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara operasi.


Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep
tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa
keluar, sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun.
Sebaliknya, klep akan tertutup kembali bila tekanan sudah
berada di bawah 18 mmHg
J. Komplikasi

Jika tidak diobati, bola mata akan membesar dan hampir dapat dipastikan
akan terjadi kebutaan.

K. Prognosis

Pembedahan yang segera dilakukan setelah bayi lahir akan memberikan


peluang terbaik untuk menurunkan tekanan di dalam mata dan untuk
mempertahankan fungsi penglihatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

 Tanda-tanda vital

 Identifikasi faktor risiko dan riwayat keluarga

 Observasi perilaku anak yang menunjukkan gangguan penglihatan

 Kaji keluhan anak

 Pemeriksaan penunjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Nyeri b.d. agen cidera biologis.

 Gangguan persepsi sensori : visual b.d. perubahan sensori motorik.

 Risiko cidera b.d. gangguan visual

C. NURSING CARE PLAN

 Dx 1 : Nyeri b.d. agen cidera biologis

• Tujuan :

a. Nyeri berkurang.

b. Berada pada tingkat kenyamanan.


• Kriteria Hasil :

a. Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah.

b. Tingkat nyeri anak berkurang atau hilang.

• Intervensi :

a. Kaji skala nyeri.

b. Meredakan nyeri dengan balutan mata untuk membatasi gerakan


mata.

c. Mengatur kamar atau ruangan dengan cahaya remang-remang.

d. Pemberian analgesik dan antibiotik.

 Dx 2 : Gangguan persepsi sensori : visual b.d. perubahan sensori


motorik

• Tujuan :

Pencegahan deteriorisasi visual yang lebih berat.

• Kriteria Hasil :

Anak dan keluarga mampu memahami kondisi yang terjadi.

• Intervensi :

a. Memberikan reorientasi pada keluarga secara berkala terhadap


realitas dan lingkungan

b. Memberikan penjelasan dan pemahaman untuk tindakan proteksi


terhadap anak.
 Dx 3 : Risiko cidera b.d. gangguan visual

• Tujuan :

Risiko cidera menurun.

• Kriteria Hasil :

Pengendalian risko yang ditunjukkan dengan :

a. Pantau faktor risiko perilaku anak dan lingkungan.

b. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian risiko.

c. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi risiko.

• Intervensi :

a. Pencegahan jatuh atau trauma lain pada anak.

b. Pemantauan terhadap anak.

c. Berikan materi dan pendidikan yang berhubungan dengan strategi


dan tindakan untuk mencegah cidera.
BAB IV
KESIMPULAN

Glaukoma kongenital adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak
normal yang terjadi pada anak. Klasifikasinya ada dua macam, infantum dan
juvenil. Kelainan ini akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut
bilik mata pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal schlemm
dan saluran keluar cairan mata yang tidak sempurna terbentuk. Manifestasi
klinisnya antara lain mata berair peka terhadap cahaya, mata merah, kornea tampak
kabur, kornea membesar, nyeri pada bagian mata dan ketajaman visual
berkurang. Pemeriksaan penunjang antara lain :

pemeriksaan retina

pengukuran tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri

pemeriksaan lapang pandang

pemeriksaan ketajaman penglihatan

pemeriksaan refraksi

respon refleks pupil

pemeriksaan slit lamp.

Kebutaan dapat terjadi sebagai komplikasi. Anak dengan glaukoma kongenital


akan mengalami kecacatan penglihatan. Untuk itu diperlukan dukungan dan
peran serta keluarga agar menghindarkan anak dari trauma atau kecelakaan
lain karena ketajaman visual anak berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

- Whaley L.F. And D.L. Wong, (1995). Nursing Care Of Infants and Children. St. Louis :
Mosby year Book

- Mary E, Muscari. 2005. Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC

- Evelyn C, Pearce. 1990. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

- Wong, L Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC

- _______. 1998. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : Info medika

- Hurlock B, Elizabeth. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga

- NANDA

- NIC

- NOC

You might also like