You are on page 1of 5

Edisi : VIII/Agustus 2009

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP


DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

Oleh:
Rian Ardhi Redhite
Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan

Berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2007) tentang Aset Tetap yang telah berlaku efektif pada 1
Januari 2008 ditetapkan dua model penilaian (valuation model) Aset Tetap, yaitu: model
harga biaya (cost model) dan model revaluasi (revaluation model), yang pada PSAK 16
sebelumnya (Revisi 1994) hanya mengenal model biaya.

Menurut PSAK 16 (Revisi 2007), apabila suatu entitas memilih model revaluasi, maka
entitas tersebut harus menilai kembali aset tetapnya secara berkala sesuai dengan nilai
pasar wajar. Jika tidak terdapat nilai wajar yang dapat dijadikan dasar revaluasi, maka
menurut PSAK 16 (Revisi 2007) paragraf 33, dapat dilakukan estimasi nilai wajar
menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan.

Frekuensi revaluasi aset tetap tersebut, dalam paragraph 34 PSAK 16 (Revisi 2007)
dilakukan tergantung materialitas perbedaan nilai dari aset tetap yang direvaluasi. Jika
material atau signifikan, maka revaluasi aset tetap perlu dilakukan setiap tahun,
sedangkan jika tidak material/signifikan revaluasi bisa dilakukan setiap 3 atau 5 tahun
sekali.

Perlakukan akuntansi atas selisih antara nilai wajar dengan nilai buku yang diketemukan
berdasarkan hasil revaluasi pada tahun berjalan, berdasarkan paragraf 35, PSAK 16
(Revisi 2007) dapat dilakukan dengan 2 alternatif sebagai berikut:
1. Penyajian kembali
2. Eliminasi akumulasi penyusutan

Berikut contoh penerapan berdasarkan, pernyataan di atas:

1
Newsletter KAP Syarief Basir dan Rekan, Edisi : VIII/Agustus 2009
Pada akhir tahun 2008 PT A memiliki aset tetap yang dibeli pada awal tahun 2007
dengan harga perolehan Rp. 10.000 dengan taksiran masa manfaat 5 tahun. Saldo
akumulasi penyusutan aset tetap tersebut pada 31 Desember 2008 Rp. 4.000.
Berdasarkan revaluasi aset tetap PT A per 31 Desember 2008 diketahui nilai wajarnya
Rp. 8.000.
Terhadap aset tetap di atas diketahui pula pada akhir tahun 2009 dilakukan revaluasi
kembali dengan nilai wajar hasil revaluasi Rp.3.000 dan akumulasi penyusutan pada
tahun akhir tahun 2009 Rp.2.667

Dari data diatas, perlakuan akuntansi berdasarkan PSAK 16 revisi 2007 adalah sebagai
berikut:

A. Tahun 2008

Sebelum Alternatif 1 Alternatif 2


Keterangan
Revaluasi
Cost 10.000 8.000 10.000
Akumulasi Penyusutan 4.000 - 2.000
Nilai Buku 6.000 8.000 8.000

Jurnal revaluasi alternatif 1 adalah:

Tanggal Keterangan Dr Cr
31/12/2008 Akumulasi Penyusutan 4.000
Aset Tetap 2.000
Surplus Revaluasi 2.000

Jurnal revaluasi alternative 2 adalah:

Tanggal Keterangan Dr Cr
31/12/2008 Akumulasi Penyusutan 2.000
Surplus Revaluasi 2.000

Kenaikan nilai tercatat aset tetap di atas sebesar Rp. 2.000, diperoleh dari perbedaan nilai
buku Rp.6.000 dengan nilai wajar Rp.8.000. Berdasarkan PSAK 16 (Revisi 2007)
paragraph 39 selisih tersebut dibukukan pada akun Surlus Revaluasi yang merupakan
komponen ekuitas, bukan komponen laba-rugi..

B. Tahun 2009

Adapun pada tahun 2009, sebagaimana diilustrasikan di atas telah direvaluasi kembali
dan mendapatkan nilai wajar Rp.3.000,- sehingga pada tahun 2009 terjadi penurunan nilai
asset tetap dari Rp.8000 menjadi Rp.5.000,- Diketahui pula saldo akumulasi penyusutan
per akhir tahun 2009 Rp.2.667 (dihitung dari Rp.8.000 dibagi sisa umur aset, yaitu 3
tahun)
Untuk tahun 2009, dengan mengacu pada PSAK 16 (Revisi 2007) paragraph 40 yang
menyatakan bahwa penurunan nilai akibat revaluasi harus diakui dalam laporan laba rugi,
namun penurunan nilai tersebut langsung didebit ke ekuitas pada bagian surplus
revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi
untuk aset tersebut. Oleh karena itu perlakuan akuntansi untuk tahun 2009 adalah:

2
Newsletter KAP Syarief Basir dan Rekan, Edisi : VIII/Agustus 2009
Jurnal revaluasi alternatif 1 adalah:

Tanggal Keterangan Dr Cr
31/12/09 Akumulasi .Penyusutan 2.667
Surplus Revaluasi-Ekuitas 2.000
Rugi Revaluasi-Laba Rugi 333
Aktiva Tetap 5.000

Jurnal revaluasi alternative 2 adalah:

Tanggal Keterangan Dr Cr
31/12/09 Surplus Revaluasi-Ekuitas 2.000
Rugi Revaluasi-Laba Rugi 333
Akumulasi.Penyusutan 2.333

Dampak terhadap perpajakan

Sebelum terbitnya PSAK 16 (Revisi 2007), sudah terdapat perbedaan antara PSAK
dengan peraturan perpajakan, seperti tentang metode penyusutan, umur manfaat aset tetap
dan kapan aset mulai disusutkan. Dengan munculnya PSAK 16 (Revisi 2007) terdapat
tambahan perbedaan lagi yaitu adanya model revaluasi dalam Standar Akuntansi
Keuangan yang kemudian melahirkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 79 tahun
2008 tanggal 23 Mei 2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan
Perpajakan.

PMK No. 79 tahun 2008 ini mengatur revaluasi aktiva tetap menurut pajak. Perusahaan
dapat menggunakan model revaluasi untuk tujuan perpajakan dengan syarat:

1. Mengajukan permohonan penilaian kembali aktiva tetap kepada Dirjen Pajak


(PMK No. 79 tahun 2008 pasal 2).
2. Revaluasi aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap seluruh aktiva tetap
perusahan dan tidak dapat dilakukan kembali dalam jangka waktu 5 tahun
terhitung sejak revaluasi aktiva tetap terakhir (PMK No. 79 tahun 2008 pasal 3).
3. Revaluasi aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar wajar yang ditentukan
oleh jasa penilai atau ahli penilai, namun jika hasil dari jasa penilai belum dapat
mencerminkan keadaan sebenarnya, maka nilai wajar akan ditentukan oleh Dirjen
Pajak (PMK No. 79 tahun 2008 pasal 4).
4. Selisih lebih penilaian kembali dikenanakan PPh final 10% (PMK No. 79 tahun
2008 pasal 5).
5. Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku
komersil, harus disajikan dengan nama “selisih lebih penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan tanggal ……..” (PMK No.79 tahun 2008 pasal 9 ayat 1).
6. Sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, berlaku
ketentuan sebagai berikut :
(a) dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali adalah nilai pada saat penilaian kembali,

3
Newsletter KAP Syarief Basir dan Rekan, Edisi : VIII/Agustus 2009
(b) masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk
kelompok aktiva tetap tersebut,
(c) perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali
aktiva tetap perusahaan (PMK No. 79 tahun 2008 Pasal 7 ayat 1);
7. Untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan sebagai berikut :
(a) dasar penyusutan fiskal aktiva tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada awal
tahun pajak yang bersangkutan,
(b) sisa masa manfaat fiskal aktiva tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal
tahun pajak yang bersangkutan,
(c) perhitungan penyusutannya dihitung secara prorata sesuai dengan banyaknya
bulan dalam bagian tahun pajak tersebut (PMK No. 79 tahun 2008 Pasal 7 ayat 2);

Mengacu pada pasal 5 PMK No. 79 tahun 2008 yang menyatakan pengenaan PPh final
sebesar 10% atas selisih lebih penilaian kembali aset, maka perlakuan akuntansi untuk
tahun 2008 adalah:

Jurnal revaluasi alternatif 1 adalah:

Tanggal Keterangan Dr Cr
31/12/08 Akumulasi.Penyusutan 4.000
Aset Tetap 2.000
Surplus revaluasi 1.800
Utang PPh Final 200

Jurnal revaluasi alternatif 2 adalah:

Tanggal Keterangan Dr Cr
31/12/08 Akumulasi Penyusutan 2.000
Surplus revaluasi 1.800
Utang PPh Final 200

Utang PPh final Rp. 200 berasal dari selisih lebih aset tetap yang dinilai kembali
dikalikan dengan tarif 10%. Adapun untuk penilaian kembali tahun 2009 tidak dikenakan
PPh sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 PMK No. 79 tahun 2008, karena nilai aset
tetap setelah revaluasi menunjukkan penurunan dari nilai buku sebelumnya.

Untuk selisih lebih atau kurang karena revaluasi aset yang disajikan dalam laporan laba
rugi, komponen ini tidak lagi dimasukkan dalam perhitungan PPh badan, karena selisih
lebih atau kurang tersebut bersifat final atau dikenakan pajak secara final. Selisih lebih
atau kurang yang masuk dalam laporan laba rugi akan dimasukan dalam koreksi fiskal
pada saat perhitungan PPh Badan tahunan.

Sesuai dengan karakteristik dari penghasilan yang dikenakan pajak final, maka
penghasilan tersebut adalah:
1. Penghasilan tersebut tidak termasuk sebagai unsur penambah penghasilan dalam
perhitungan pajak akhir tahun

4
Newsletter KAP Syarief Basir dan Rekan, Edisi : VIII/Agustus 2009
2. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam pengurang penghasilan
bruto
3. Pajak yang dipotong atas penghasilan yang dikenakan pajak final juga tidak dapat
dikreditkan dalam perhitungan akhir tahun.

Selain aspek pengenaan pajak seperti diuraikan di atas, hal lain yang juga diatur dalam
ketentuan PMK No. 79 tahun 2008 adalah perlakuan revaluasi aset tetap menurut fiskal
harus diterapkan pada seluruh aset tetap. Ketentuan ini berbeda dengan menurut
akuntansi/komersil yang menetapkan revaluasi dapat dilakukan hanya pada kelompok
aset yang ingin diterapkan model revaluasi tersebut. Selain itu, jangka waktu revaluasi
menurut fiskal dapat dilakuan kembali setelah 5 tahun terhitung dari jangka waktu
terakhir aset direvaluasi, sedangkan menurut akuntansi dalam PSAK 16 (Revisi 2007)
paragraph 34, revaluasi dapat dilakukan secara berkala sesuai dengan tingkat signifikansi
perubahan nilai aset tetap. Perbedaan-perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan
kompleksitas pada perhitungan pajak tangguhan.***

5
Newsletter KAP Syarief Basir dan Rekan, Edisi : VIII/Agustus 2009

You might also like