You are on page 1of 11

LOW BACK PAIN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri Pinggang Bawah (NPB) merupakan salah satu keluhan yang dapat
menurunkan produktivitas manusia; 50-80% penduduk di negara industri pernah
mengalami nyeri pinggang bawah (Mink, 1986, RKZ Ziekenhuis, 1988),
prosentasenya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. 

Nyeri pinggang bawah menghilangkan banyak jam kerja dan membutuhkan


banyak biaya untuk penyembuhannya. Haanen et al. (1986) yang meneliti 3000
laki-laki dan 3500 wanita usia 20 tahun ke atas (1975 ¬ 1978) menyatakan
bahwa 51% laki-laki dan 57% wanita mengeluh NPB, 50% tidak bugar untuk
bekerja selama beberapa waktu dan 8% harus alih pekerjaan. NPB aspesifik
terdiri atas: sindrom sakroiliaka, sindrom faset, sindrom gluteus maximus
(1,87%), sindrom gluteus medius (1,54%), sindrom quadratus lumborum
(1,37%), sindrom piriformis (0,33%) dan sindrom fascia latae (0,07%). 

II. ANATOMI DAN BIOMEKANIK TULANG BELAKANG

Sendi thoracolumbal adalah sendi yang dibentuk oleh vertebra Th 12 dan L1.
Secara umum keduanya berfungsi statis, kinetis, keseimbangan dan
perlindungan. Pada fungsi statis tulang belakang mempertahankan posisi tegak
melawan gravitasi dengan energi sekecil mungkin sehingga membentuk sikap
tubuh tertentu. Fungsi kinetis merupakan rangkaian alat gerak yang
memungkinkan terjadinya gerakan. Fungsi keseimbangan turut aktif
mempertahankan titik berat tubuh pada posisi tetap pada tulang Sacrum saat
berdiri. Fungsi proteksi ialah melindungi organ dan jaringan penting seperti
sumsum tulang belakang, akar saraf, pembuluh darah.

Pada tulang belakang terdapat segmen gerak yang disebut segmen junghans
terdiri dari diskus intervertebralis, korpora, sendi faset, ligamenta, foramen
intervertebralis beserta isinya, kanalis vertebralis dan otot paravertebralis.Di
antara kedua korpus tulang belakang terdapat jaringan fibrocartilago yang
merupakan bantalan sendi, berfungsi sebagai peredam kejut. 

Penambahan beban akan menyebabkan kompresi terhadap nukleus pulposus;


gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi secara berlebihan juga dapat mengganggu
nukleus. Selain bantalan sendi juga terdapat ligamen sebagai stabilisator pasif
yaitu ligamen longitudinal posterior, ligamen longitudinal anterior, ligamen
flavum, ligamen transversalis dan ligamen interspinalis. 

Gerakan tulang belakang persegmen tidak pernah terjadi secara aktif; gerak
pasif dalam posisi tertentu, fiksasi tertentu dan komponen gerak tertentu dapat
diperoleh dengan dominasi segmen tertentu. Teknik ini yang digunakan untuk
mobilisasi hipomobilitas segmental dan joint block. Stabilisator aktif tulang
belakang terdiri dari beberapa otot, yaitu otot trunkus posterior, lateral, anterior. 
1. Otot-otot trunkus posterior 
a. Lapisan dalam terdiri dari : otot transpinalis, otot interspinalis, otot longissimus
dan otot iliocostalis 
b. Lapisan tengah terdiri dari : otot serratus posterior inferior di bagian tengah
posterior otot paravertebra dan anterior latissimus. 
c. Lapisan superfisial : dibentuk oleh otot latissimus dorsi yang menutupi semua
otot paravertebra dan berlanjut ke arah inferolateral. 
2. Otot-otot trunkus lateralis. 
Terdiri dari otot quadratus lumborum dan otot psoas. 
3. Otot -otot trunkus anterior. 
Terdiri dari otot rectus abdominis, otot transversus abdominis, otot obliqus
internus abdominis dan otot obliqus externus abdominis. 

III. NYERI PINGGANG


A. Pengertian Nyeri Pinggang
Dalam bahasa kedokteran Inggris, pinggang dikenal sebagai “low back”. Secara
anatomik pinggang adalah daerah tulang belakang L-1 sampai seluruh tulang
sakrum dan otot-otot sekitarnya. Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural
dalam berbagai sikap tubuh dan gerakan dapat ditinjau dari sudut mekanika.
Beban yang ditanggung oleh tulang belakang lumbal dapat dipelajari dengan
diskus intervertebralis antara L-5 sampai S-1 atau L-4 dan L-5 sebagai titik
tumpuan. Bila mengangkat benda berat, tangan, lengan dan badan dapat
dianggap sebagai lengan beban posterior pendek, yang berjarak dari pusat
diskus intervertebralis sampai prosessus spinosus belakang.
Penyelidikan itu menghasilkan perbandingan antara lengan beban anterior dan
posterior, yakni 15 lawan 1. Ini berarti bahwa untuk dapat mengangkat benda
seberat 50 kg lengan beban posterior itu harus diimbangi dengan bobot sebesar
750 kg. Tenaga yang mengimbangi lengan beban posterior itu adalah tenaga
yang dihasilkan oleh kontraksi otot-otot.
Berdasarkan azas mekanika itu, perhitungan-perhitungan yang lebih kompleks
telah dilakukan. Seseorang yang berat badannya 75 kg mengangkat benda
seberat 90 kg. Benda itu berada 35 cm dari diskus intervertebralis antara L-5 dan
S-1. Sedangkan fleksi tulang belakang pada pelvis adalah sebesar 40º. Dengan
perhitungan bahwa bobot total dari kepala, leher, dan kedua lengan seberat 13
½ kg dan bobot badan di atas L-1 sampai S-1 sepanjang 45 cm dan jarak antara
toraks ke L-5 hingga S-1 sepanjang 15 cm, maka tenaga yang mengimbangi
beban keseluruhan itu pada diskus intervertebralis L-5 sampai S-1 adalah 9391,9
kg.
Dari penyelidikan tersebut di atas telah jelas peranan otot-otot erektor trunksi
yang memberikan tenaga imbangan ketika mengangkat benda. Di samping itu
tenaga otot abdominalis berperanan juga dalam masalah sokoguru. Dengan
menggunakan alat petunjuk tekanan yang ditempatkan di dalam nukleus
pulposus manusia, tekanan intradiskal dapat diselidiki pada berbagai sikap tubuh
dan keadaan. Sebagai standar dipakai tekanan intradiskal ketika berdiri tegak.
Tekanan intradiskal yang meningkat pada berbagai sikap dan keadaan itu
diimbangi oleh tenaga otot abdominal dan torakal. Hal ini dapat diungkapkan
oleh penyelidikan yang menggunakan korset toraks atau abdomen yang bisa
dikembungkempiskan yang dikombinasi dengan penempatan alat penunjuk
tekanan di dalam lambung. Hasil penyelidikan tersebut mengungkapkan bahwa
30% sampai 50% dari tekanan intradiskal torakal dan lumbal dapat dikurangi
dengan mengencangkan otot-otot torakal dan abdominal sewaktu melakukan
pekerjaan dan dalam berbagai posisi.
Kontraksi otot-otot torakal dan abdominal yang sesuai dan tepat dapat
meringankan beban tulang belakang sehingga tenaga otot yang relevan
merupakan mekanisme yang melindungi tulang belakang. Secara sederhana,
kolumna vertebralis torakolumbal dapat dianggap sebagai tong dan otot-otot
torakal serta lumbal sebagai simpai tongnya.
B. Perkembangan Konsep Ilmu Nyeri Pinggang 
Sejarah kedokteran mencerminkan konsep-konsep yang banyak dipengaruhi
oleh pengetahuan pada tahap-tahap tertentu. Karena dulu data penyelidikan
yang diuraikan di atas belum diketahui, maka hampir semua jenis sakit pinggang
dianggap sebagai manifestasi perubahan degeneratif pada diskus
intervertebralis yang mengenai anulus fibrosisnya belaka. Pada masa berikutnya,
hernia nukleus pulposus sebagai faktor etiologik sakit pinggang paling sering
didiagnosa. Kini, oleh karena peranan unsur miofasial telah banyak dikenal, sakit
pinggang lebih sering dianggap sebagai manifestasi proses patologik pada
komponen miofasial susunan neuromuskuloskeletal.
Mendiagnosa nyeri pinggang atau low back pain harus sesuai dengan keadaan
sebenarnya, yang dapat diungkapkan oleh anamnesa dan tindakan
pemeriksaan. Pengaruh zaman dan mitos hendaknya dikenal pada proporsi yang
wajar. Pengaruh zaman menciptakan mode dalam praktek kedokteran. Ilmu
kedokteran klinis telah dilanda oleh mode. Pada suatu masa semua jenis low
back pain cenderung dianggap sebagai manifestasi spondilosis berikut hernia
nukleus pulposus. Kemudian, low back pain selalu mengalami penilaian sebagai
hasil lumbosacral strain, dan pada masa berikutnya ‘wabah’ sakit pinggang
psikogenik timbul oleh karena para klinikus dilanda latah faktor etiologik yang
bersifat psikogenik.
Kini, karena sering dibuat penekanan-penekanan pada pentingnya peranan
unsur miofasial dalam patogenesis nyeri neuromuskuloskeltal, mungkin sekali
diagnosa mode akan membuka pasarannya, dimana low back pain terlampau
sering dianggap sebagai manifestasi proses patologik di unsur miofasial.
C. Faktor Resiko Nyeri Pinggang
1. Faktor Umur 
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara
teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja,
pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada
kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa
faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua.
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua
dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.1 Bahkan keluhan nyeri
pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
2. Jenis Kelamin 
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri
pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada
wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang.
3. Faktor Indeks Massa Tubuh
a. Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri
pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
b. Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban
anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
c. Pekerjaan 
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,
sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab
serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang
kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat
beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan
nyeri pinggang.
d. Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada
posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja
kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang
pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan
punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan
membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada
kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik
daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban
dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi
yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam
dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari
2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam
sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko
timbulnya nyeri pinggang.
D. Penyakit-Penyakit yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Pinggang
Dalam klinik, terdapat penyakit-penyakit yang memang memiliki keluhan nyeri
pinggang, seperti :
1. Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, HNP, stenosis spinalis, osteoartritis.
Perubahan degeneratif pada vertebrata lumbosakralis dapat terjadi pada korpus
vertebrae berikut arkus dan prosessus artikularis serta ligamenta yang
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain.
Dulu proses degneratif ini dikenal sebagai osteoartrosis deformans, tapi kini
dinamakan spondilosis. Perubahan degeneratif dapat juga mengenai anulus
fibrosis diskus intervertebralis yang bila pada suatu saat terobek dapat disusul
dengan protusio diskus intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia
nukleus pulposus (HNP). Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses
degeneratif ialah kartilago artikularisnya, yang dikenal sebagai osteoartritis.
2. Penyakit inflamasi.
Nyeri pinggang akibat inflamasi terbagi menjadi 2 macam, yang pertama adalah
pada artritis rematoid, yang sering timbul sebagai penyakit akut. Persendian
keempat anggota gerak dapat terkena secara serentak atau dengan selisih
beberapa hari/minggu. Yang kedua adalah pada spondilitis angkilopoetika.
Keluhan yang paling dini dihadapi oleh penderita ialah sakit punggung dan sakit
pinggang. Sifatnya ialah pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan
ngilu dirasakan.
3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua dan jompo, terutama kaum wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakitnya bersifat pegal. Nyeri yang tajam atau
nyeri atau nyeri radikular dapat juga disajikan sebagai keluhan.
4. Kelainan kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebrae
lumbosakralis terlampau sering dianggap sebagai kelainan yang mendasari sakit
pinggang. Spina bifida okultra sering ditemukan pada foto rontgen polos para
penderita yang berkunjung ke dokter bukan karena sakit pinggang, melainkan,
misalnya, keluhan urogenital atau gastrointestinal. Lumbalisasi atau adanya 6
bukan 5 korpus vertebrae lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak
mengandung arti patologik. Demikian juga sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5
korpus vertebrae lumbalis.
5. Gangguan sirkulatorik
Adakalanya aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan sakit pinggang
yang hebat, yang dapat menyerupai sprung back atau HNP. Seyogyanya
aneurisma aorta abdominalis sebagai pembangkit sakit pinggang yang hebat
teringat bilamana kita mengahadapi seorang pasien yang berumur lebih dari 50
tahun, yang sudah pernah mendapat stroke ringan, sudah memperlihatkan
tanda-tanda arteriosklerosis seperti tungkai bawah selalu dingin dan pulsasi
arteri perifer yang lemah. Dalam hal ini palpasi abdominal untuk mencari
benjolan yang berpulsasi adalah suatu tindakan untuk cepat mendiagnosa
aneurisma aorta abdominalis.
Gangguan sirkulatorik yang lain, yaitu trombosis aorta terminalis, perlu mendapat
perhatian oleh karena mudah didiagnosa sebagai HNP. Gejala-gejala yang
timbul akibat trombosis aorta terminalis ini dikenal sebagai Sindrom Leriche.
Anamnesa pasien biasanya seragam. Sakit pinggang yang dapat meluas ke
bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi. Bilamana ditanyakan mengenai
sifat-sifat sakit pinggangnya, terungkaplah bahwa sakit pinggangnya terasa kalau
berbaring, duduk dan berdiri, tetapi kalau berjalan baru timbul sakit pinggang.
E. Patofisiologi Nyeri Pinggang Bawah 

NPB aspesifik adalah nyeri pinggang bawah reversibel yang salah satu
penyebabnya adalah penguncian sendi faset antara torakal dan lumbal. Hal ini
dapat terjadi karena faktor trauma atau proses biomekanis tulang belakang yang
salah seperti pada saat mengangkat beban berat. Mengangkat beban berat pada
posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu
mempertahankan posisi tulang belakang thoracal dan lumbal, sehingga pada
saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada
kedua permukaan facet sendi menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut
yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. 

Otot-otot yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada keluhan nyeri
pinggang bawah sangatlah kompleks. Janda (1983) membagi dua fungsi otot
rangka, tipe I atau jenis tonik adalah otot yang memiliki fungsi utama
mempertahankan sikap, tipe II atau jenis fasik adalah otot yang berfungsi gerak
cepat kuat. Kelainan otot tipe I cenderung tegang dan memendek sedang otot
tipe II cenderung lemah dan lembek. 

Gejala yang terjadi pada penderita nyeri pinggang bawah akibat joint block
adalah 
- Nyeri 
- Spasme otot tulang belakang thoracolumbal 
- Keterbatasan gerakan punggung 
F. Anamnesis Nyeri Pinggang
Anamnesis yang cermat dan terperinci tentang sifat nyeri, saat timbulnya,
lokalisasi serta radiasinya sangat diperlukan dalam menetapkan diagnosa. Perlu
ditanyakan tentang peristiwa sebelumnya yang mungkin menjadi pencetus
keluhan, seperti adanya trauma, sikap tubuh yang salah, misalnya waktu
mengangkat beban, kegiatan fisik atau olahraga yang tidak biasa dan penyakit
yang dapat berhubungan dengan keluhan nyeri pinggang tersebut.
Adanya keluhan neurologis perlu diperhatikan dan perlu pemeriksaan neurologis
yang lebih teliti, dan bahkan perlu pemeriksaan kemungkinan adanya tanda
keganasan. Pemeriksaan rontgen terutama untuk kelainan tulang dan
persendian sangat diperlukan, bahkan perlu teknik khusus dan alat lebih canggih
seperti MRI, CT Scan, EMG, dan lain-lain. Pemeriksaaan laboratorium sangat
membantu untuk menentukan penyakit sistemik yang mungkin sebagai
penyebab nyeri pinggang.
Penyebab nyeri pinggang ini sangat bervariasi dari yang ringan seperti sikap
tubuh yang salah sampai yang berat dan sangat serius, misalnya oleh
keganasan. Kondisi psikologis seperti neurosis, histeria dan reaksi konversi
mungkin pula berkaitan dengan nyeri pinggang. Depresi lebih jarang sebagai
penyebab nyeri pinggang, sebaliknya depresi sering timbul sebagai komplikasi
nyeri pinggang kronik.

G. Tindakan Diagnostik Fisik Pada Nyeri Pinggang


Seringkali pasien tidak dapat menunjukkan lokasi sakit pinggangnya secara
tepat. Oleh karena itu berbagai tindakan pemeriksaan dilakukan untuk
membangkitkan nyeri pinggang.
Pemeriksaan dimulai pada saat pasien masuk ke dalam ruang periksa. Gaya
berjalannya diperhatikan, cara pasien duduk diobservasi dan juga sikap duduk
yang disukainya harus diketahui.
Sebagai titik tolak pemeriksaan dapat dipakai tempat nyeri yang ditunjuk pasien
atau yang telah diprovokasi dengan gerakan tulang belakang atau dengan
penekanan pada lamina-lamina atupun dengan tes melipat atau menggulung
kulit.
Perhatian dan pemeriksaan diarahkan pada:
1. Posisi pelvis, selisih panjang tungkai, posisi krista iliaka.
2. Bentuk kolumna vertebralis torakolumbal dan lumbosakral berikut
deformitasnya.
3. Meneliti adanya atrofi atau spasmus di sekitar lokasi nyeri.
4. Batas lingkup gerakan tulang belakang lumbosakral
5. Hasil tes Lasegue, tes O’Connel, tes Patrick, tes kebalikan Patrick, tes
Gaenslen.
6. Kelainan-kelainan neurologik:
a. Adakah ischialgia.
b. Adakah defisit motorik pada kedua tungkai.
c. Adakah defisit sensorik pada kedua tungkai.
d. Adakah gangguan sfinkter ani dan uretrae.
e. Adakah tanda-tanda UMN dan LMN.
Kondisi inflamatorik pada tulang lumbosakral mengakibatkan mendatarnya
lordosis lumbosakralis. Kolumna vertebralis bergerak sebagai suatu lesi
padanya. Para penderita dengan spondilosis memperlihatkan pembatasan
lingkup gerakan fleksi dan ekstensi, namun lingkup gerakan lateralnya masih
cukup baik. Sebaliknya, pada spondilitis angkilopoetika fleksi lateral sudah
sangat terbatas pada tahap dini.
H. Pengobatan Nyeri Pinggang

Penderita nyeri pinggang terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan cara yang
ditempuh untuk menanggulangi nyeri pinggang yaitu kelompok pertama yang
pergi ke dokter untuk memperoleh pertolongan medis dan kelompok yang
berusaha menanggulangi sendiri nyerinya dengan cara istirahat, minum jamu,
mengoleskan parem, mengoleskan minyak gosok, dan pijat tradisional.
Penanggulangan nyeri pinggang bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri,
mengembalikan fungsi pergerakan dan mobilitas, mengurangi residual
impairment, pencegahan kekambuhan, serta pencegahan timbulnya nyeri kronik.
Perlu diperhatikan walaupun yang terbaik adalah memberikan pengobatan
sesuai dengan penyebab nyeri, tetapi sangat sulit menentukannya pada fase
akut nyeri atau bahkan pada nyeri kronik sekalipun.
Nyeri pinggang dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan, istirahat, dan
modalitas. Penjelasan singkat penatalaksanaan perlu diberikan dan hindari
penggunaan istilah yang tidak banyak dimengerti oleh awam atau dapat
menimbulkan rasa takut seperti kata nyeri psikiatrik, artritis, spasme, penyakit
diskogenik dan sebagainya.
Pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) diperlukan untuk jangka
waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan
interaksi obat. Tidak dianjurkan penggunaan muscle relaxan karena memiliki
efek depresan. Pada tahap awal, apabila didapati pasien dengan depresi
premorbid atau timbul depresi akibat rasa nyeri, pemberian anti depresan
dianjurkan. Untuk pengobatan simptomatis lainnya, kadang-kadang memerlukan
campuran antara obat analgesik, antiinflamasi, OAINS, dan penenang.
Istirahat secara umum atau lokal banyak memberikan manfaat. Tirah baring
pada alas yang keras dimaksudkan untuk mencegah melengkungnya tulang
punggung Modalitas itu bisa berupa kompres es, semprotan etil klorida dan
fluorimetan. 
Nyeri tidak selalu dapat diatasi dengan cara-cara di atas. Terkadang diperlukan
tindakan injeksi anestetik atau anti inflamasi steroid pada tempat-tempat tertentu
seperti pada faset, radiks saraf, epidural dan intradural. Setelah fase akut
teratasi dilakukan beberapa pencegahan kekambuhan diantaranya pelatihan
peregangan dan pemakaian korset atau bracing.

I. Intervensi Fisioterapi 

Sebelum tindakan fisioterapi pada kondisi nyeri pinggang bawah maka langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah 
1. Pengumpulan data penderita secara objektif (anamnesis) : 
a. Identitas penderita 
b. Hal-hal lain yang berkaitan dengan keluhan 
c. Riwayat perjalanan penyakit 
2. Pemeriksaan : 
Inspeksi statis dan dinamis 
3. Pemeriksaan fungsi dasar : 
a. Gerakan aktif tulang belakang 
b. Gerakan pasif tulang belakang 
c. Gerakan isometrik tulang belakang melawan tahanan 
4. Pemeriksaan spesifik : 
a. Palpasi 
b. Tes Kibler 
c. Tes Kompresi 
d. Tes Naffziger 
e. Tes Laseque 
f. Tes Patrick 
g. Tes anti Patrick 
h. Tes refleks 
i. Tes sensorik
5. Problematik Fisioterapi 
a. Nyeri daerah pinggang dan bokong 
b. Keterbatasan gerak punggung 
c. Gangguan aktivitas sehari-hari 
6. Program Fisioterapi 
a. Tujuan Umum : 
Memelihara dan meningkatkan kemampuan fungsional penderita seoptimal
mungkin. 
b. Tujuan Khusus : 
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri 
2. Menormalkan gerakan tulang belakang 
3. Memperbaiki sikap tubuh 
4. Memulihkan aktivitas kegiatan sehari-hari 
7. Pengobatan Fisioterapi 
a. High frequency current ( HFC CFM) 
Arus kontinu elektromagnetik (CEM) berfrekuensi 27MHz dan panjang
gelombang 11,06 m, dapat memberikan efek lokal antara lain : 
1) Mempercepat resolusi inflamasi kronik 
2) Mengurangi nyeri 
3) Mengurangi spasme 
4) Meningkatkan ekstensibilitas jaringan fibrous 
b. Traksi Mekanik 
Traksi merupakan proses mekanik menarik tulang sehingga sendi saling
menjauh. Efek mekanis traksi pada tulang belakang adalah : 
1) Mengulur otot-otot paravertebralis, ligamen dan kapsul sendi 
2) Peregangan terhadap diskus intervertebralis 
3) Peregangan dan penambahan gerakan sendi apofisial pada prosesus
artikularis. 
4) Mengurangi nyeri sehingga efek relaksasi akan lebih mudah diperoleh 
c. Bugnet Exercises
Bugnet exercises (terapi tahanan sikap) adalah metode pengobatan berdasarkan
kesanggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap badan
melawan kekuatan dari luar. Kemampuan mempertahankan sikap tubuh
melibatkan aktivitas sensomotorik dan mekanisme refleks sikap. Aktivitas motorik
terapi ini bersifat umum yang diikuti oleh fungsi sensorik untuk bereaksi
mempertahankan sikap tubuh. 
Tujuan terapi ini: 
1) Memelihara dan meningkatkan kualitas postur tubuh dan gerakan tubuh 
2) Mengoreksi sikap tubuh yang mengalami kelainan 
3) Memelihara dan meningkatkan kekuatan dan kemampuan fisik dan psikis
sehingga tidak mudah lelah melalui perbaikan sirkulasi darah dan pernafasan. 
4) Mengurangi nyeri 

J. Pencegahan 

1. Agar kita tetap sehat, khususnya agar tidak terkena LBP walaupun usia sudah
lanjut, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 
2. Olah raga yang teratur dimana frekuensi / jumlah dan intensitasnya harus
cukup, jangan berlebihan. Bagi yang berbakat LBP, dianjurkan untuk berenang,
dan sebaiknya jangan meloncat-loncat. 
3. Mengatur makanan dengan menghindari makanan-makanan yang
mengandung banyak lemak, asam urat, dll, agar memperlambat terjadinya
pengapuran tulang belakang. Disamping itu usahakan jangan sampai terjadi
kelebihan berat badan. 
4. Hidup dalam lingkungan yang sehat dengan udara yang bersih dan
menghindari polusi yang berlebihan. 
5. Hidup yang teratur, mengatasi stress, serta menjalani hidup dan beragama
dengan sungguh-sungguh. 

J. Saran

Untuk mencegah terulangnya trauma, kembalinya keluhan semula dan makin


beratnya keluhan, penderita harus memperhatikan sikap dan posisi tubuh yang
baik pada saat beraktifitas sehari-hari, seperti berbaring, duduk, berdiri, meraih
dan mengangkat benda serta kegiatan olah raga. 

IV. PENUTUP

Nyeri pinggang bawah merupakan salah satu penyakit yang dapat menurunkan
produktivitas manusia karena dapat menghilangkan jam kerja seseorang.
Diperlukan penanganan oleh dokter dan fisioterapis, agar keluhan nyeri
pinggang bawah ini dapat diatasi dengan baik

You might also like