You are on page 1of 5

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI

A. Pengertian Pancasila

Istilah nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau
kebaikan. Di samping itu juga untuk menunjuk kata kerja yang artinya tindakan kejiwaan
tertentu dalam menilai. Nilai pada hakikatnya adalah sifat yang melekat pada suatu objek. Nilai
sebenarnya merupakan kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya.

Menilai artinya suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain, selanjutnya diambil keputusan. Nilai berbicara tentang hal yang idea, das sollen bukan das
sein. Nilai berkaitan dengan bidang normatif bukan kognitif.

B. Macam-Macam Nilai

Walter g. Everet, menggolongkan nilai-nilai manusiawi menjadi 8 kelompok :

1. Nilai-nilai ekonomi 5. Nilai-nilai watak

2. Nilai-nilai kejasmanian 6. Nilai-nilai estetis

3. Nilai-nilai hiburan 7. Nilai-nilai intelektual

4. Nilai-nilai sosial 8. Nilai-nilai keagamaan

Sedangkan Notonagoro membagi nilai menjadi tiga, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai
kerohanian.

C. Sistem Nilai dalam Pancasila

Sistem dapat diartikan sebagai rangkaian yang saling berkaitan antara unsur yang satu dengan
yang lain. Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang hidup
dalam pikiran seseorang. Pancasila sebagai sistem nilai mengandung serangkain nilai yaitu
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Selain itu juga adanya nilai
material dan nilai vital yang bersumber dari dasar ontologis Pancasila.
Kaelan mengatakan bahwa niai-nilai Pancasila bersifat objektif, yaitu :

1. Rumusan dari nilai-nilai Pancasila sebenarnya hakekat maknanya.

2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang.

3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat sebagai
pokok kaidah negara yang fundamental.

Darmodiharjo, mengatakan bahwa Pancasila brsifat subjektif, yaitu :

1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri.

2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia.

3. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yangs sesuai dengan hati nurani bangsa
Indonesia.

D. Bentuk dan Susunan Pancasila

- Ciri-ciri dari bentuk Pancasila merupakan kesatuan yang utuh dan mutlak.

- Pancasila disusun berdasarkan urutan logis unsur-unsurnya dan merupakan kesatuan


yang organis dan membentuk suatu sistem yang disebut majemuk tunggal.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

A. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata Yunani idein artinya melihat dan logiayang berarti kata, ajaran.
Secara praktis, ideologi diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-
tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan dalam negara, maka
ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis
dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya.

B. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Dalam hubungan dengan negara, ideologi diartikan sama denganWeltanshauung (pandangan


dunia) yang juga diartikan sebagai konsensus mayoritas warga bangsa tentang nilai-nilai dasar
yang ingin diwujudkan dengan mengadakan negara mereka.

Politik merupakan penerapan ideologi,. Ideologi bersifat asasi, politik merupakan realisasi yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah.

Jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, Pancasila dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Dalam
ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak
berubah. Pancasila juga mempunyai dimensi idealitas karena memiliki nilai-nilai yang dianggap
baik, benar oleh masyarakat.

A. Perbandingan antara ideologi Liberalisme, Komunisme dan Pancasila

1. Liberalisme

Liberalisme muncul sebagai reaksi terhadap dilsafah Filmer yang mengatakan bahwa setiap
kekuasaan bersifat monarkhi mutlak dan tidak ada orang yang lahir bebas. Ciri-ciri liberalisme
adalah 1) Cenderung mendukung perubahan 2) Mempunyai kepercayaan terhadap nalar
manusiawi 3) Menggunakan pemerintah untuk meningkatkan kondisi manusiawi 4) Mendukung
kebebasan individu 5) Bersifat ambivalen terhadap sifat manusia.

Kelemahan ideologi liberalisme : buta terhadap kenyataan. Hal-hal yang erdapat dalam
liberalisme terdapat dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak liberalisme
sebagai ideologi yang bersifat absolut dan determinisme.

Bangsa kita kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga budaya atau nilai-nilai
dari luar baik yang sesuai maupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilai-nilai yang datang dari
luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang telah tertanam sejak
lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi yang kini tengah
berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada paham liberalisme. Padahal, negara
Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB—
menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta
musyawarah dan mufakat.

Sistem politik yang berkembang saat ini sangat gandrung dengan paham liberalisme dan
semakin menjauh dari sistem politik berdasarkan Pancasila yang seharusnya dibangun dan
diwujudkan rakyat dan bangsa Indonesia. Terlihat jelas betapa demokrasi diartikan sebagai
kebebasan tanpa batas. Hak asasi manusia (HAM) dengan keliru diterjemahkan dengan boleh
berbuat semaunya dan tak peduli apakah merugikan atau mengganggu hak orang lain. Budaya
dari luar, khususnya paham liberalisme, telah merubah sudut pandang dan jati diri bangsa dan
rakyat Indonesia. Pergeseran nilai dan tata hidup yang serba liberal memaksa bangsa dan
rakyat Indonesia hidup dalam ketidakpastian. Akibatnya, seperti terlihat saat ini, konstelasi
politik nasional serba tidak jelas. Para elite politik tampak hanya memikirkan kepentingan
dirinya dan kelompoknya semata.

Dalam kondisi seperti itu—sekali lagi—peran Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar
negara memegang peranan penting. Pancasila akan menilai nilai-nilai mana saja yang bisa
diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila sendiri. Dengan begitu, nilai-nilai baru
yang berkembang nantinya tetap berada di atas kepribadian bangsa kita. Pasalnya, setiap
bangsa di dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan pandangan hidup,
suatu bangsa mempunyai pedoman dalam memandang setiap persoalan yang dihadapi serta
mencari solusi dari persoalan tersebut.

Bangsa dan rakyat Indonesia sangat patut bersyukur bahwa founding fathers telah
merumuskan dengan jelas pandangan hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia yang dikenal
dengan nama Pancasila. Bahwa Pancasila telah dirumuskan sebagai jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar
negara Indonesia. Juga sekaligus menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia.

Di depan Sidang Umum PBB, 30 September 1960, Presiden Soekarno menegaskan bahwa
ideologi Pancasila tidak berdasarkan paham liberalisme ala dunia Barat dan paham sosialis ala
dunia Timur. Juga bukan merupakan hasil kawinan keduanya. Tetapi, ideologi Pancasila lahir
dan digali dari dalam bumi Indonesia sendiri. Secara singkat Pancasila berintikan Ketuhanan
Yang Maha Esa (sila pertama), nasionalisme (sila kedua), internasionalisme (sila ketiga),
demokrasi (sila keempat), dan keadilan sosial (sila kelima).

Dalam kehidupan kebersamaan antar bangsa di dunia, dalam era globalisasi yang harus
diperhatikan, pertama, pemantapan jati diri bangsa. Pengembangan prinsip-prinsip yang
berbasis pada filosofi kemanusiaan dalam nilai-nilai Pancasila, antara lain:
> Perdamaian—bukan perang.
> Demokrasi—bukan penindasan.
> Dialog—bukan konfrontasi.
> Kerjasama—bukan eksploitasi.
> Keadilan—bukan standar ganda.

Sesungguhnya, Pancasila bukan hanya sekadar fondasi nasional negara Indonesia, tetapi
berlaku universal bagi semua komunitas dunia internasional. Kelima sila dalam Pancasila telah
memberikan arah bagi setiap perjalanan bangsa-bangsa di dunia dengan nilai-nilai yang
berlaku universal. Tanpa membedakan ras, warna kulit, atau agama, setiap negara selaku
warga dunia dapat menjalankan Pancasila dengan teramat mudah. Jika demikian, maka cita-
cita dunia mencapai keadaan aman, damai, dan sejahtera, bukan lagi sebagai sebuah
keniscayaan, tetapi sebuah kenyataan. Mengapa? Karena cita-cita Pancasila sangat sesuai
dengan dambaan dan cita-cita masyarakat dunia. Bukankah kondisi dunia yang serba carut-
marut seperti sekarang ini diakibatkan oleh faham-faham di luar Pancasila? Bukankah secara
de facto faham komunisme telah gagal dalam memberikan kedamaian dan kesejahteraan bagi
rakyat Uni Soviet? Bukankah faham liberalisme banyak mendapat tentangan dari negara-
negara berkembang?

Era globalisasi kiranya menjadi momentum yang sangat baik guna membangun tatanan dunia
baru yang terlepas dari hingar-bingar perang dan kekerasan. Saat ini menjadi momentum yang
sangat berharga bagi semua warga dunia untuk menghilangkan chauvinisme dan mengarahkan
pandangan kepada Pancasila. Bahwa nilai-nilai luhur Pancasila yang 'taken for granted' dapat
menciptakan kondisi dunia menuju suasana yang aman, damai, dan sejahtera. Dunia menjadi
aman, sesuai nilai Pancasila, karena setiap negara di dunia menghargai dan menghormati
kedaulatan setiap negara lain. Kedamaian dunia tercipta, karena Pancasila sangat menentang
keras peperangan dan setiap tindak kekerasan dari satu negara kepada negara lain. Dan,
kesejahteraan dunia bisa tercapai, sesuai nilai-nilai Pancasila, karena kesetaraan setiap negara
di dunia sangat membuka peluang kerja sama antar negara dalam suasana yang tulus, tidak
dalam sikap saling curiga, serta tidak saling memusuhi.

You might also like